1
TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN BISNIS (Dr.Ir.Heru Irianto, MM)
REVIEW
Jurnal Internasional Organizational Organizational Risk Management – A A Case Study in Companies Companies that have h ave won the Brazilian Quatity Award Prize
Oleh : Raya Ilham S Majiid ( S641708009) Siti Sahatul Fatimah (S641708010) Yanti Nurul Hidayati (S641708012) Mashlihatul Hasanah (S641708014)
MAGISTER AGRIBISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017
2
REVIEW Jurnal Internasional Peringkas
1. Majiid, F atimah, H idayati dan H asanah
Tanggal
11 November2017
Organisasi Manajemen Resiko-Studi Kasus di Perusahaan
Topik
yang Memenangkan Brazilian Quatity Award Prize
Penulis
Luiz Carlos Di Serio, Luciel H enrique de Oliveira, Luiz Marcelo Siegert Schuch
Tahun
2011 Organizational Risk Management – A Case Study in Companies that have won the Brazilian Quatity Award Prize Journal of Technology Management & I nnovation
J udul J urnal Vol. & H alaman Pendahuluan
Vol. 6 I ssue. 2, pp. 230-243
Dewasa ini manajemen resiko terfokus pada agenda pelaku bisnis. Bagian utama resiko yang dihadapi saat ini berasal dari rantai pasok, sistem keuangan, keamanan pangan, dan isu yang berhubungan ketersediaan dan penggunaan energi. Tujuan penelitian ini untuk menemukan cara mereduksi gap pada implementasi praktis sistem manajemen resiko di organisasi. Studi kasus yang diambil yaitu pada 3 perusahaan yang terpilih sebagai pemenang dan finalis dari PNQ National Quality Award. Studi ini berdasarkan pada masalah penelitian berikut: bagaimana perusahaan yang dianggap sebagai contoh kelas dunia menghandle organisasi manajemen resiko mereka? Bagaimana manajemen resiko mempengaruhi budaya dan hasil dari organisasi tersebut?
Prosedur
Penelitian ini menggunakan studi multiple-case (YIN, 2005). Seleksi kasus diikuti oleh
Metodologi
pengembangan proposal dan protocol penelitian. Setiap kasus dideskripsikan secara detail. Step pertama yaitu menghubungi pemenang dan finalis dari PNQ award dan mengidentifikasi sistem manajemen resiko yang diadopsi oleh perusahaan tersebut. Protokol penelitian untuk wawancara dan analisis hasil meliputi: (1) Implementasi manajemen risiko --faktor yang memfasilitasi dan menghambat manajemen risiko di perusahaan.
3
(2) Sistem manajemen risiko saat ini – tata kelola manajemen risiko; identifikasi dan analisis risiko; monitoring risiko dan krisis manajemen, penggunaan teknologi dan integrasi, bagaimana dan apakah risiko dikomunikasikan kepada stakeholder ?. (3)Dampak manajemen risiko - organisasi pendekatan budaya pada risiko dan pengambilan keputusan dan dampaknya terhadap hasil organisasi. Proposal dalam penelitian ini yaitu: Proposal 1: organisasi menganggap manajemen risiko sebagai prakarsa penting untuk menjalankan strategi mereka dan memperoleh hasil yang berkelanjutan; Proposal 2: organisasi termasuk analisis resiko formal dalam proses membuat keputusan Proposal 3: identifikasi, analisis dan handling resiko keuangan lebih berkembang daripada resiko operasi Proposal 4: adopsi struktur organisasi sistem manajemen resiko memiliki dampak positif terhadap performen. Pengambilan data atau informasi dengan cara wawancara kepada perusahaan A, B dan C berdasarkan kuesioner yang telah dibuat. Pengumpulan data juga menggunakan informasi dari situs perusahaan, risalah rapat, presentasi internal mengenai subjek, laporan tahunan, dan dokumen yang tersedia di pasar. Hasil dan
Di perusahaan A,B dan C penerapan manajemen risiko didorong oleh permintaan dari
Pembahasan
dewan direksi, biasanya sebagai respons terhadap tekanan untuk lebih terbuka. Pengesahan hukum Sarbanes-Oxley pada tahun 2002 di AS jelas merupakan insentif utama bagi perusahaan yang terdaftar di pasar AS. Hasil yang diperoleh dari wawancara adalah penilaian risiko terhadap norma-norma sangat spesifik dan berorientasi pada operasi sehingga tidak menjadi fokus penerapan manajemen risiko saat ini, yang ditujukan pada strategi dan resiko finansial. Bukti empiris yang umum bagi ketiga perusahaan tersebut tersaji dalam tabel berikut. Tabel 1. Bukti empiris ketiga perusahaan secara umum OBJEK YANG DIKAJI Faktor Pendorong Faktor yang Mempermudah Faktor Penghambat
KARAKTERISKTIK UTAMA STUDI KASUS -Penerapan menejemen resiko sebagian besar didorong oleh permintaan dari manajemen puncak -Dukungan dari manjemen puncak -Aksi tim multifungsional -Kurangnya pengetahuan di antara
4
Tata Kelola Manajemen Resiko
Identifikasi dan Analisis Resiko
Monitoring Resiko dan Krisis Manajemen
Penggunaan Teknologi Kultur Manajemen Resiko
Hasil Organisasi
mereka yang terlibat dalam penilaian risiko -Proses penerapan yang lama -Dukungan tegas dari manajemen puncak -Koordinasi pusat dari manajemen risiko bertanggung jawab atas pembinaan dan standardisasi -Peningkatan pengembangan identifikasi, analisis dan pemantauan risiko keuangan -Taksonomi risiko sebagai tahap awal dalam proses implementasi; -Identifikasi dan analisis risiko diluncurkan melalui proyek percontohan -Aspek integrasi risiko masih terstruktur (laporan konsolidasi untuk manajemen puncak dan pandangan bersama terhadap kontrol) - Indikator risiko masih dalam pengembangan; - Simulasi kontrol dan simulasi rencana kontinjensi dilakukan secara parsial - Tidak adanya software integrasi risiko (sistem yang ada hanya mencakup sebagian dari risiko) -Diseminasi kultur manajemen risiko masih pada tahap awal - Persepsi indikator hasil operasi yang lebih baik - Dorongan pendekatan yang lebih proaktif dan peningkatan peluang dan identifikasi ancaman - Tidak ada evaluasi manajemen risiko terhadap indikator kinerja spesifik (EBITDA, ROE, ROA)
Setiap perusahaan memilih struktur yang berbeda untuk penerapan sistem manajemen risiko. Perusahaan A memilih pembentukan tim pelaksana dan Subkomite Risiko untuk memanjemen resiko, Perusahaan B membentuk Departemen Manajemen Risiko yang melaporkan langsung kepada CEO. Perusahaan C membuat sebuah pos untuk seseorang yang memiliki pengetahuan operasi yang mendalam di pabrik (Chief Projects Officer). Literatur subjek menunjukkan adopsi model implementasi yang berbeda, baik dalam bentuk area tertentu,komite atau pos (LIEBENBERG dan HOYT, 2003). Hasil survey menunjukkan bahwa hambatan terbesar dalam penerapan berasal dari kurangnya pengetahuan tentang penilaian risiko di antara orang-orang yang terlibat. Mengenai tingkat penilaiannya, Perusahaan A dan B menegaskan bahwa
5
penilaian risiko masing-masing difokuskan pada perusahaan itu sendiri dan risiko rantai pasok tidak dievaluasi, sedangkan perusahaan C melakukan analisis terhadap risiko klien dan pemasoknya. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Gates and Hexter (2006) bahwa pengelolaan risiko dimulai dengan bidang keuangan dan diikuti oleh risiko strategis dan operasional.
Gambar 1 memposisikan kasus dalam model transformasi menurut Venkatraman (1994). Berdasar Gambar 1, analisis kasus pada penelitian ini menunjukkan perusahaan A dan B lebih sesuai dengan tahap Integrasi Internal. Pada kedua perusahaan tersebut sebagian besar terfokus pada konsolidasi risiko dan integrasi, walaupun prosesnya dirancang ulang sesuai dengan penilaian awal. Dalam istilah cor-porate, perusahaan C mungkin berada pada tahap yang lebih maju (transisi ke Tahap 4) sebagai perusahaan, terutama pada rantai pasokannya, lebih memperhatikan jaringan bisnis seperti yang ditunjukkan dalam analisis individu kasus ini. Model tersebut bertujuan menyelaraskan tujuan perusahaan dan membuat pilihan yang lebih tepat, namun dalam praktiknya setiap perusahaan mencapai tahapan yang berbeda. Kesimpulan
Proposal 1 : Hasil penelitian memberikan dukungan sebagian pada proposal 1. Proposal 2: Hasil penelitian terbukti benar (proposal 2 terbukti). Proposal 3: Proposal 3 terbukti benar. Proposal 4: Tidak ada bukti obyektif yang mendukung proposal ini.
Komentar
Penelitian ini memberikan kontribusi baik pada penerapan manajemen risiko suatu perusahaan, sedangakan bagi akademisi, penelitian ini menyajikan proposal awal untuk model teoretis yang berkaitan dengan tingkat transformasi organisasi terhadap benifif dari manajemen risiko, tergantung pada bagaimana organisasi memutuskan untuk
6
menerapkan inisiatif ini. Penelitian ini mengahsilkan faktor-faktor yang mungkin memudahkan dan menghambat keberhasilan dalam manajemen resiko. Keterbatasan dari penelitian ini diantaranya yaitu karena penelitian menggunakan studi kasus ganda, sehingga kekuatan generalisasi terbatas.