JURNAL BELAJAR KEANEKARAGAMAN HEWAN (KH) Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M. Pd Hari, tanggal : Rabu-Kamis/ 15 – 16 16 November 2017 Nama/ NIM
: Dliya Amaliya /160341606104 /160341606104
Kelas
:A
Prodi
: S1 Pendidikan Biologi
Topik
: REPTILE dan AVES
Tujuan
: Untuk mengetahui Dendogram Reptip dan Morfologi, Anatomi Aves
I.
PETA KONSEP
Morfologi Aves Anatomi
Pembelajaran Reptil
Dendogram
II.
BUKTI BELAJAR
Gambara 1.Topografi (Pettingill, 1957)
Aves atau kelompok burung merupakan salah satu diantara 5 kelas vertebrata yang pada umumnya memiliki kemampuan untuk terbang. Kelompok burung memiliki ciri khas yaitu tubuh ditutupi oleh bulu, kecuali bagian cakar yang ditutupi oleh sisik, mempunyai paruh, dan tidak mempunyai gigi. Menurut Soewolo (2000), kebanyakan burung merupakan hewan homeoterm yang mempunyai suhu tubuh konstan pada berbagai suhu lingkungan yang berubah-ubah. Burung memiliki keistimewaan yaitu memiliki struktur tulang yang ringan sehingga bisa digunakan untuk terbang. Banyak ciri burung merupakan adaptasi yang memfasilitasi kemampuan terbang, termasuk modifikasi peringan-tubuh yang menjadikan terbang lebih efisien.Misalnya, burung tidak memiliki kandung kemih dan betina dari kebanyakan spesies burung hanya memiliki satu ovarium. Gonad betina maupun jantan biasanya
berukuran kecil, kecuali pada saat musim kawin, saat ukuran gonad membesar. Menurut Jasin (1996) kelas aves memiliki ciri-ciri khusus yaitu : a. b.
Tubuh terbungkus oleh bulu yang merupakan derivat epidermis. Tubuh dibedakan atas caput (kepala), cervix (leher) yang biasanya panjang, truncus (badan) dan cauda (ekor).
c.
Mempunyai dua pasang ekstremitas, anggota depan (anterior) mengalami modifikasi menjadi sayap (ala) yang terlipat seperti huruf Z pada tubuh ketika tidak terbang, sedangkan sepasang anggota posterior (depan) disesuaikan untuk hinggap dan berenang, masing-masing kaki berjari 4 buah, cakar tebungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik.
d. Mulut mempunyai rostrum (paruh) berzat-tanduk, aves tidak bergigi. e.
Vertebra servikal berjumlah banyak dan mempunyai persendian heteroselos (berpelana dua). Vertebra mengalami banyak fusi. Pada kebanyakan burung, vertebra kaudal terakhir berfusi menjadi pigostil. Pada burung terbang, tulang sternum terjungkir, dan ada yang berlunas.
f.
Jumlah jari-jari kaki mungkin 2,3 atau 4. Kaki bagian bawah dan jari-jari kulitnya berzat tanduk keras.
g.
Telinga tengah mempunyai sebuah osikel auditori. Ada sebuah meatus auditori eksternal. Mata berkembang baik, dengan kelopak mata dan membrane niktitans. Pada mata terdapat struktur vascular yang disebut pekten yang terletak dalam rongga humor vitreus dan mempunyai kelenjar air mata.
h. Cor (Jantung) terdiri dari 4 ruang yakni dua auricular dan 2 ventricula, hanya arcus anterioeus kanan yang masih ada, erytrocitnya berinti, berbentuk oval, dan conveks. i.
Respirasi dilakukan dengan paru-paru yang kompak yang menempel pada Costae dan berhubungan dengan kantung udara (saccus pnematicus) yang meluas pada alat-alat dalam, memiliki kotak suara atau syrinx pada dasar tracea
j.
Saluran pencernaan meliputi tembolok (crop), lambung kelenjar, dan lambung muscular (gizzard, empedal), dua buah sekum (caecum), usus besar dan kloaka.
k.
Ginjal tipe metanefros. Vena porta ginjal tidak terbagi-bagi kedalam kapiler-kapiler ginjal. Tidak memiliki vesica urinaria. Zat-zat eksresi semisolid.
l.
Pada hewan betina biasanya hanya memiliki ovarium kiri dan oviduct kiri.
m. Otak mempunyai serebrum dan lobus opticus yag berkembang baik. Telah memiliki 12 pasang saraf kranial. n. Suhu tubuh tetap (homoiothermis) dengan bantuan bulu.
o.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Telur memiliki yolk besar terbungkus oleh cangkang yang keras, untuk menetas diperlukan pengeraman.
Menurut Kastawi (1991), adaptasi fisik tubuh burung yang menyebabkan burung bisa terbang adalah sebagai berikut. a.
Kebanyakan tulang yang besar berongga untuk mengurangi berat badan. Berat kerangka hanya ± 10% berat badan.
b.
Sebagian ruas tulang belakang menjadi satu membentuk titik tumpu yang kuat sewaktu sayap dikepakkan.
c.
Pada tulang dada yang berlunas dalam, melekat otot-otot terbang yang kokoh untuk menggerakkan sayap (m.pectoralis).
d.
Sistem pernapasan diperluas dengan alat bantu pernapasan yaitu pundi-pundi udara yang berupa kantung selaput ringan. Burung harus menggunakan paru-parunya secara efiseien pada saat terbang.
e.
Bentuk bulu sayap dan ekor menunjang untuk keperluan terbang.
Sistem Integumen
Epidermis pada Aves lebih tipis, fleksibel dan halus dibandingkan mamalia dengan ukuran yang sebanding dan hal ini digunakan untuk selektif tekanan untuk meminimalkan berat badan agar penerbangan lebih efisien. Hubungan antara kulit Aves dengan jaringan yang terdapat disebelah dalamnya tidak erat. Epidermis pada Aves khususnya lapisan korneum mengalami keratinasi yang sangat kuat sehingga berderivat menjadi bulu-bulu yang merupakan ciri khas dari Aves. Menurut susunan anatomis dapat dibedakan menjadi 3 macam bulu : Plumae (Contour – feathers), Plumulae (Down – feathers), Filoplumae (Hair – feather). Derivat lain dari epidermis adalah sisik tanduk pada kaki dan jari-jari, paruh dan cakar. Ada pula derivat epidermis yang berupa kelenjar yakni kelenjar uropigium yang terdapat pada bagian atas ekor. Kelenjar ini berukuran besar, bertipe alveolar bercabang. Getah yang dihasilkan kelenjar ini berupa minyak yang digunakan untuk meminyaki bulu-bulu Aves.
Warna Bulu
Burung memiliki pola warna yang lebih hidup daripada vertebrata yang lain, tidak hanya digunakan mereka untuk menyembunyikan diri namun juga digunakan sebagai sarana utama untuk ransangan seksual antar lawan jenis. Seperti pada kelompok hewan lain, warna tersebut dihasilkan sebagian oleh pigmen dan sebagian efek dari refleksi dan difraksi. Pigmen yang paling umum adalah melanin, mulai dari warna hitam hingga coklat ke kuning, dan terletak dibawah bulu oleh sel khusus yang disebut papilla (Young, 1981) Pigmen pokok pada bulu burung adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut lipokrom, tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut lemak seperti methanol, ether atau karbon sulfide. Pigmen melanin hanya terlarut dalam asam (Young,1981). Butiran pigmen dapat ditemukan pada shaft dan barbula dan umumnya warna bulu merupakan produk karotin dan melanin. Adanya butir-butir mela nin bulat di dekat ujung bulu luar akan memberikan efek yang dikenal sebagai ring Newton dan menyebabkan perubahan warna warni bulu (Sukiya, 2005). Warna burung ada yang dihasilkan dari refleksi dan difraksi. Contohnya warna hijau dihasilkan dengan cara menyerap semua spectrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang ( plantain-eater) memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna hijau, sedangkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin. Salah satu spesies ini yaitu Tauraco corythaix (Sukiya,2005) Struktur Paruh Burung
Paruh burung merupakan modifikasi dari rahang atas dan rahang bawah. Paruh memberi banyak manfaat di antaranya untuk mencari makan, pertahanan, membuat
saran. Hal ini tergantung dari spesies dan kebiasaan hidupnya. Bentuk paruh burung dapat digunakan sebagai penduga terhadap kebiasaan spesies. Menurut Suki ya (2005) bentuk paruh burung dijelaskan sebagai berikut: a.
Paruh burung spesies pemakan biji, misal kutilang, biasanya berbentuk kerucut, kokoh dan meruncing tajam, sehingga mempermudah untuk mengumpulkan dan mengkuliti biji. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang sehingga memungkinkan burung untuk mengungkil biji dari contong.
b.
Paruh burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek makanannya menjadi potongan potongan kecil untuk ditelan.
c.
Paruh burung penangkap ikan seperti burung bangau dan kuntul paruhnya berbentuk tombak panjang. Anggota Pelecaniformes misalnya pelican dan seb angsanya memiliki kantung atau kantung gular dibawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan sementara dan membantu dalam proses penelanan.
d. Paruh burung penangkap serangga seperti burung pelatuk, memiliki paruh kuat sepert i pahat mampu memotong kayu dan melubangi pohon untuk menangkap serangga e.
Paruh burung kolibri berbentuk lonjong mampu menahan madu.
Struktur Kaki Burung
Kaki burung menggambarkan kebiasaan spesies. Burung Passerine dan pearching biasanya memiliki 3 jari kaki di depan dan hallux mengarah ke belakang. Jari kaki burung pelatuk pada jari ke 4 terbalik ke depan sehingga ada 2 jari ke depan dan 2 jari kebelakang, ini disebut zigodaktilus. Beberapa burung layang-layang memiliki kaki palmprodaktilus yaitu keempat jari kaki ke arah depan, untuk membantu saat hinggap pada permukaan vertical. Kelompok burung lain, seperti
kingfisher, sebagian dari jari luar dan tengah bersatu, kondisi ini disebut sindaktilus (Sukiya, 2005). Burung yang menggunakan kakinya untuk berenang biasanya jari jarinya bersatu, setidaknya berupa perluasan jaringan sehingga jari bercuping, untuk memperluas permukaan kaki. Burung pelikan, 4 jarinya disatukan oleh jaringan selaput hingga ujung kaki, disebut kaki palmate. Kaki pada burung heron memiliki 3 jari kaki yang disatukan dan hanya sebagian jaringan selaput ini memanjang ke ujungujung jari, disebut semilalate. Anggota familia burung belibis sisi-sisi jari kakinya memilki lingkaran pinggir disebut kaki pectinated (Sukiya, 2005).
III.
Relevansi Berikut ini merupakan relevansi saya dalam mengikuti perkuliahan perkenalan kontrak kuliah. Sebelum Sebelumnya saya belum mengetahui tentang Ciri Khusus Aves
Sesudah Tubuh terbungkus oleh bulu yang merupakan derivat epidermis. Tubuh
dibedakan
cervix (leher)
yang
atas
caput (kepala),
biasanya
panjang,
truncus (badan) dan cauda (ekor). Mempunyai dua pasang ekstremitas, anggota depan (anterior) mengalami modifikasi menjadi sayap (ala) yang terlipat seperti huruf Z pada
tubuh ketika tidak terbang, sedangkan sepasang anggota posterior (depan) disesuaikan untuk hinggap dan berenang, masing-masing kaki berjari 4 buah, cakar tebungkus oleh kulit yang menanduk dan bersisik. Mulut mempunyai rostrum (paruh) berzat-tanduk, aves tidak bergigi. Vertebra
servikal
berjumlah
banyak
dan
mempunyai persendian heteroselos (berpelana dua). Vertebra mengalami banyak fusi. Pada kebanyakan burung, vertebra kaudal terakhir berfusi menjadi pigostil. Pada burung terbang, tulang sternum terjungkir, dan ada yang berlunas.
Sebelumnya saya belum mengetahui
. Menurut susunan anatomis dapat dibedakan
tentang Sistem Integumen Aves
menjadi 3 macam bulu : feathers),
Plumulae
Plumae (Contour –
(Down
–
feathers),
Filoplumae (Hair – feather). Sebelumnya saya belum mengetahui
Burung memiliki pola warna yang lebih hidup
tentang Pola Warna Aves
daripada vertebrata yang lain, tidak hanya digunakan mereka untuk menyembunyikan diri namun juga digunakan sebagai sarana utama untuk ransangan seksual antar lawan jenis. Seperti pada kelompok hewan lain, warna tersebut dihasilkan sebagian oleh pigmen dan sebagian efek dari refleksi dan difraksi. Pigmen yang paling umum adalah melanin, mulai dari warna hitam hingga coklat ke kuning, dan terletak dibawah bulu oleh sel khusus yang disebut papilla (Young, 1981)
Sebelumnya saya belum mengetahui
Paruh burung spesies pemakan biji, misal
tentang Paruh Aves
kutilang, biasanya berbentuk kerucut, kokoh dan meruncing tajam, sehingga mempermudah untuk
mengumpulkan dan mengkuliti biji. Paruh burung kutilang, ujung-ujung rahang saling menyilang sehingga
memungkinkan
burung
untuk
mengungkil biji dari contong. Paruh burung pemakan daging, ujungnya berbentuk kait untuk menyobek makanannya menjadi potongan potongan kecil untuk ditelan. Paruh burung penangkap ikan seperti burung bangau dan kuntul paruhnya berbentuk tombak panjang.
Anggota
Pelecaniformes
misalnya
pelican dan sebangsanya memiliki kantung atau kantung gular dibawah dagu. Kantung ini digunakan untuk menyimpan ikan sementara dan membantu dalam proses penelanan. Paruh burung penangkap serangga seperti burung pelatuk, memiliki paruh kuat seperti pahat mampu memotong kayu dan melubangi pohon untuk menangkap serangga Paruh burung kolibri berbentuk lonjong mampu menahan madu.
Sebelumnya saya belum mengetahui tentang Kaki Aves
Kaki burung menggambarkan kebiasaan spesies. Burung Passerine dan pearching biasanya memiliki 3 jari kaki di depan dan hallux mengarah ke belakang. Jari kaki burung pelatuk pada jari ke 4 terbalik ke depan sehingga ada 2 jari ke depan dan 2 jari kebelakang, ini disebut zigodaktilus. Beberapa
burung
layang-layang
memiliki
kaki palmprodaktilus yaitu keempat jari kaki ke arah depan, untuk membantu saat hinggap pada permukaan vertical. Kelompok burung lain, seperti kingfisher, sebagian dari jari luar dan
tengah bersatu, kondisi ini disebut sindaktilus (Sukiya, 2005).
IV.
Identifikasi Masalah 1. Menurut bentuknya, bulu pada aves dibagi berapa macam dan apa saja ? Jawab : Filopluma, pluma plumua. Sedangkan menurut letak bulu ada 5 macam yaitu : remiges (pada sayap), rekrties ( pada ekor), tetrises (perutnya badan), alula (jari sayap) paraerum (bahu) 2. Jika dalam dendogram terdapat 2 nilai yang terbesar maka memilih yang mna ? Jawab : Terserah, kalau bisa nilai di belakang koma diperpanjang agar menge tahui yang terbesar.
V.
Elemen Menarik Elemen menarik selama mengikuti perkuliahan yaitu mengetahui berbagai macam paruh, kaki, bulu, warna aves.
VI.
Refleksi Diri (Umum) Pembelajaran terkesan menarik karena mengetahui tentang bagaimana cara mencirikan spisies satu dengan yang lain yang sangat banayk itu. Dalam mencirikan manusia tidak pernah sempurna, ada kegagalan dalam mencirikan yang pada akhirnya berdampak pada hasil dendogram yang dikerjakan. Namun sekarang baru bisa unuk menentukan nilai terbesar dalam koefisien. Melakukan presentasi kelompok satu kecil dan kelompok besar. Mengetahui masalah dari berbagai kelompok seperti kesulitan dalam mengerjakan dendogram.
VII.
Refleksi Diri (Khusus) Dalam pembelajaran ini saya cukup senang dengan dendogram lebih mudah dari dikotom. Waktu pengerjakan dendogram saya tidak bisa bekerja sendirian dikarenakan
banyaknya
yang
harus
dilakukan
untuk
menghasilkan
dendogram. Namun dalam dendgra kali ini saya termasuk kelompok besar jadi
spesiesnya sngat banyak sekali yang membingungkan dalam membuat dendogram khususnya grafik. P
Daftar Pustaka Campbel, Reece, Mitcaell, JILID 2. 1925 / 1974. Biologi Edisi Kelima Ciracas Jakarta: erlangga. Sudjadi bagod, laila siti. 2006. Biologi sains dan kehidupan surabaya: yudhistira Kurniati tuti. Dkk. 2009, zoologi vertebrata. prodi pendidikan biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Sgd Bandung. Biologi BSE makhluk hidup dan lingkungannya: departemen pendidikan nasional 2009. Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar BIOLOGI . Bandung : GRAFINDO Media Pratama. Aryulina, Diah, dkk. 2007. BIOLOGI 2 SMA dan MA kelas X . Jakarta : ESIS/Erlangga. Abdurahman, Denden. 2008. BIOLOGI Kelompok Pertanian dan Kesehatan Kelas X SMK. Bandung : Grafindo Media Pratama. Amin , Hasan Drs . 1982. Mahluk Hidup Hewan. Jakarta : PN BALAI PUSTAKA. Susilowarno, R. Gunawan. 2009. Siap Menghadapi UN SMA 2010 BIOLOGI . Jakarta : Grasindo. Neil. A Champbell, dkk. 2003. BIOLOGI. Jakarta : Erlangga. (Susilowana,2009)