C. Jenis dan Karakteristik Lembaga Keuangan Islam di Indonesia Jenis-Jenis Lembaga Keuangan Islam
Seperti halnya dalam lembaga keuangan konvensional, jenis lembaga keuangan islam juga dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Lembaga Keuangan Bank (Perbankan Syariah) Pengertian Bank menurut UU No 7 tahun 1992 tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan, Perbankan Syariah berarti badan usaha yang dalam kegiatan pendanaan, pembiayaan dan atau kegiatan lainnya didasarkan pada prinsip Syariah yang mengacu pada Al-Qur’an Al-Qur’an dan Hadits. Berikut produk Berikut produk bank Syariah terdiri dari Giro Syariah, Tabungan Syariah, dan Deposito Syariah. dimana ketiga produk ini menggunakan akad wadiah wadiah dan akad mudharabah kecuali Deposito Syariah yang hanya menggunakan akad mudharabah. mudharabah. Wadi’ah merupakan transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk mengembalikan dana atau titipan sewaktu-waktu. Sedangkan, Mudharabah merupakan transaksi penanaman dana dari pemilik dana ( shahibul shahibul maal ) kepada pengelola dana (mudharib) mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan pada nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Perbankan syariah di Indonesia cukup banyak dan bervariasi juga dalam menawarkan kegiatan usaha maupun pribadi. Bank syariah secara garis besar melakukan berbagai metode akad yang dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu:
Transaksi pembiayaan yang di tujukan untuk memiliki barang berdasarkan prinsip jual beli ( Ba’i Ba’i) Akad Jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan pada bank ditentukan pada awal dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu penyerahannya, yaitu: a. Ba’i al -Murabahah : -Murabahah : Jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah b. Ba’i as-Salam : Transaksi jual beli pesanan dimana barang yang di perjualbelikan belum ada. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dengan pembayaran dimuka dilakukan secara penuh. c. Ba’i al -Istisna -Istisna : Transaksi jual beli pesanan dimana barang yang di perjualbelikan belum ada. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dengan pembayaran dilakukan secara bertahap sesuai kesepakatan.
Transaksi pembiayaan yang di tujukan untuk mendapatkan jasa berdasarkan prinsip sewa ( Ijarah) yang merupakan akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Jika masa sewa telah berakhir maka barang sewaan dikembalikan kepada bank ( Muaajir ). Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil. Produk pembiayaan dalam perbankan syariah atas dasar prinsip bagi hasil terdiri dari beberapa akad yaitu: a. Al-Musyarakah : Transaksi penanaman dana dari dua atau lebih pemilik dana atau barang untuk menjalankan usaha tertentu sesuai syariah dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati, sedangkan pembagian kerugian dilihat dari banyaknya modal yang diberikan. b. Al-Mudharabah : Akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama ( shahibul maal ) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak yang lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang ditentukan dalam kontrak, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian pengelola.
Akad pelengkap disini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, melainkan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. o
o
o
o
o
Al-Wakalah : Pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam melaksanakan tugas atas nama pihak pertama. Al-Hiwalah : Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Al-Kafalah : Merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil ) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Ar-Rahn : Menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Al-Qard : Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.
2. Lembaga Keuangan Non Bank
Lembaga keuangan non bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan secara tidak langsung menghimpun dan a dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif. a. Baitul Maal Wattamwil Lembaga keuangan mikro yang menumbuh kembangkan bisnis atau yang memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank syariah atau BPR Syariah. Prinsip operasinya menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan wadiah. b. Takaful (Asuransi Syariah) Asuransi syariah menggantikan prinsip bunga dengan prinsip dana kebijakan (tabaru’ ) dimana sesama umat dituntut untuk saling tolong menolong ketika saudara mengalami musibah. c. Rahn (Pegadaian Syariah) Lembaga ini menggunakan sistem jasa administrasi dan bagi hasil untuk menggantikan prinsip bunga. d. Reksadana Syariah Reksadana syariah mengganti sistem deviden dengan bagi hasil mudharabah dan hanya mempertimbangkan investasi-investasi yang halal sebagai portofolionya. e. Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah juga menggunakan prinsip yang sama dengan reksadana syariah. f. Obligasi Syariah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada Pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada Pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan Obligasi Syariah antara lain Mudharabah (Muqaradhah/Qiradh), Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna, dan Ijarah. g. Lembaga Zakat Lembaga ini hanya ditemukan dalam sistem keuangan Islam, dikarenakan Islam mendorong umatnya unruk menjadi sukarelawan. Dana ini hanya bisa dialokasikan untuk kepentingan sosial atau untuk yang telah digariskan menurut syariah Islam.
Karakteristik Lembaga Keuangan Islam
Karakteristik lembaga keuangan islam tentu tidak lepas dari hakikat sistem ekonomi Syariah itu sendiri yang dibagi menjadi lima dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Ekonomi Islam adalah menjunjung tinggi prinsip keadilan, hal tersebut tercermin dalam sistem bagi hasil ( profit and loss sharing ). Penegakan nilai keadilan dalam ekonomi dilakukan dengan melarang semua mafsadah (segala yang merusak), riba (tambahan yang didapat secara dzalim), gharar (uncertainty:ketidakpastian), dan maysir (perjudian; zero sum game). Pelarangan riba dan praktek sejenisnya, tercermin dalam penolakan penerapan sistem bunga dalam perekonomian. Bunga sebagai salah satu bentuk riba yang dilarang oleh Allah SWT (QS Al-Baqarah:278-279). 2. Ekonomi Islam terdapat keseimbangan antara nilai-nilai spiritualisme dan materialisme. Setiap transaksi dan kegiatan ekonomi yang ada, senantiasa diwarnai kedua nilai tersebut, dengan menekankan pada nilai-nilai kebersamaan dan kasih sayang dianta ra individu masyarakat. Tidak hanya terfokus pada nilai-nilai materialism tetapi juga terfokus pada nilai-nilai spiritualisme yang mana memerhatikan kepentingan segala pihak dalam meraih manfaat suatu transaksi ekonomi. 3. Kebebasan ekonomi, artinya tetap membenarkan kepemilikan individu dan kebebasan dalam bertransaksi sepanjang dalam koridor syariah. Juga memberikan hak dan kewajiban bagi setiap individu dalam menciptakan keseimbangan hidup masyarakat, baik dalam bentuk kegiatan produksi maupun konsumsi. Kebebasan ini akan mendorong masyarakat bekerja dan berproduksi demi tercapainya kemaslahatan hidup masyarakat. 4. Karakteristik ekonomi Islam ditandai adanya kepemilikan multijenis (multitype ownership), artinya hakikatnya pemilik alam beserta segala isinya hanyalah Allah semata, sehingga harta yang dimiliki manusia merupakan titipan yang suatu saat akan kembali kepada Allah SWT. Walaupun demikian, manusia tetap diberi kebebasan oleh Allah SWT untuk memberdayakan, mengelola dan memanfaatkan harta benda sesuai dengan ketentuan dan tuntunan dalam Al-Qur’an dan Hadits. 5. Menjaga kemaslahatan individu dan masyarakat. Tidak ada dikotomi antara yang satu dengan yang lainnya, artinya kemaslahatan individu tidak boleh dikorbankan demi kemaslahatan masyarakat, atau sebaliknya. Itulah lima karakteristik ekonomi Islam, dimana sistem ini memiliki tujuan yang sangat mulia, yakni menciptakan keseimbangan hidup dan kesejahteraan ummat manusia, baik di dunia maupun akhirat. Dalam aplikasinya, keunggulan nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini telah diimplementasikan melalui instrumen lembaga keuangan syari’ah, dibuktikan dengan penyelesaian krisis ekonomi dan pangan dunia, rujukan dasar bagi sistem distribusi pendapatan, dan bahkan telah menjadi model sistem ekonomi dunia yang diakui memiliki berbagai keunggulan yang positif bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dunia.