1
TRAKTUS SPINOTALAMIKUS Reseptor
Reseptor Reseptor adalah organ organ sensorik khusus khusus yang mampu mencatat mencatat perubahan perubahan fisik dan kimia di dalam dan di sekitar organisme, serta mengubahnya menjadi impuls yang diproses oleh sistem saraf . Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik yang berupa reseptor eksteroseptif, propioseptif, interoseptif. Reseptor eksteroseptif, yang yang beresp berespon on terhada terhadap p stimulu stimuluss dari lingku lingkunga ngan n ekster eksternal, nal, termasu termasuk k visual visual,, audito auditoar ar dan taktil. taktil. Resept Reseptor or propio propiosep septif tif misalny misalnyaa yang yang menerim menerimaa inform informasi asi mengenai posisi bagian tubuh atau tubuh di ruangan. Reseptor interoseptif dapat mendeteksi kejadian internal seperti perubahan tekanan darah. Sist Sistem em sens sensor orik ik som somatik atik mene meneri rima ma info inform rmas asii prim primer er dari dari rese resept ptor or ekstero eksterosept septif if dan propri propriose osepti ptif. f. Terdap erdapat at empat empat subkel subkelas as mayor mayor dari dari sensasi sensasi somatik yaitu: a.
Sensasi nyeri yang dicetuskan oleh rangsangan yang dapat
mencederai b. Sensasi suhu (termal, terdiri dari rasa panas dan rasa dingin c. Sensasi Sensasi sikap, sikap, dicetus dicetuskan kan oleh oleh perubaha perubahan n mekanis mekanis di otot otot dan persen persendia dian, n, dan mencak mencakup up rasa sikap sikap anggot anggotaa gerak gerak serta serta gerakan gerakan anggota anggota gerak gerak (kinestesia. d. Sens Sensasi asi tekan tekan,, dice dicetu tusk skan an oleh oleh stim stimul ulasi asi mekan mekanis is yang yang dibe diberi rika kan n pada pada permukaan tubuh. !erasaan protopatik adalah perasaan yang berasal dari alat perasa pada kulit dan mukosa yang bereaksi terhadap rangsang dari luar atau perubahan"perubahan disekitarnya. #enis pokok dari perasaan protopatik adalah nyeri, suhu dan raba. $lat perasa adalah ujung"ujung susunan saraf aferen. %jung serabut saraf afer aferen en seba sebagi gian an memp memper erli liha hatk tkan an suat suatu u bent bentuk uk dan dan seba sebagi gian an lagi lagi tida tidak k memperlihatkan bentuk khusus atau nonsiseptor yang disebut juga alat perasa nyeri. %jung saraf yang mempunyai bentuk tertentu seperti sisir dinamakan alat Ruffini dan merupakan alat perasa panas, ujung serabut saraf yang berbentuk seperti bunga ma&ar yang masih kuncup disebut alat 'rause dan merupakan alat perasa dingin, sedangkan alat perasa berbentuk seperti piring (alat erkel dan
2
yang yang beru berupa pa sekelo sekelomp mpok ok piri piring ng yang yang terbu terbung ngku kuss dalam dalam suatu suatu kaps kapsul ul (alat (alat eissner. 'edua"duanya merupakan alat perasa raba. )alaupun sensasi raba, tekan, dan getaran seringkali digolongkan secara terpisah, terpisah, namun semua sensasi ini dapat dideteksi dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Tedapat tiga prinsip yang berbeda antara mereka : (* sensasi raba umumnya disebabkan oleh perangsangan reseptor taktil yang terdapat di kulit dan dalam jaringan tepat di ba&ah kulit+ ( sensasi tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam, dan (- sensasi getaran disebabkan oleh sinyal sensorik yang datang berulang"ulang, tapi beberapa dari reseptor yang sama digunakan juga untuk rasa raba dan tekan. ari semua jenis reseptor taktil, paling sedikit dikenal / jenis reseptor antara lain: a. 0eberapa 0eberapa ujung ujung saraf saraf bebas, bebas, yang yang dapat dijumpai dijumpai disemua disemua bagian bagian kulit kulit dan dan jaringan"jaringan lainnya, dapat mendeteksi rabaan dan tekanan. b. Reseptor raba dan sensitivitas khusus yakni badan eissner, yang meru merupa paka kan n julu juluran ran ujun ujung g saraf saraf bermi bermiel elin in.. #enis #enis resep resepto torr ini ini dapa dapatt ditemukan pada bagian kulit yang tak berambut, dan terutama banyak sekali dijumpai di ujung jari, bibir, dan daerah kulit lain sehingga orang mampu membedakan sifar"sifat ruang dari sensasi raba. 0adan eissner dapat beradaptasi dalam &aktu seperdetik setelah dirangsang, yang berarti bah&a reseptor ini terutama sekali peka terhadap pergerakan objek yang sanga sangatt sedi sediki kitt diat diatas as perm permuk ukaan aan kulit kulit seper seperti ti juga juga terh terhad adap ap getar getaran an berfrekuensi rendah. c. %jung %jung jari dan daerah daerah lainny lainnyaa yang banyak banyak mengand mengandung ung badan badan eissner eissner juga mengandung banyak reseptor taktil yang ujungnya meluas, dimana salah salah satu jenisnya jenisnya adalah adalah disku diskuss erkel. erkel. #enis #enis resepto reseptorr ini berbed berbedaa dengan dengan eissner karena jenis reseptor reseptor ini menjalarkan menjalarkan sinyal yang pada pada mula mulany nyaa kuat kuat namu namun n daya daya adap adapta tasi siny nyaa hany hanyaa sebag sebagian ian,, dan dan untu untuk k selanjutnya sinyal yang dijalarkan itu lebih lemah namun daya adaptasiya lambat. 1leh karena itu, reseptor ini berperan dalam menjalarkan sinyal tetap yang dapat menyebabkan menyebabkan orang dapat terus"menerus terus"menerus menentukan menentukan macam perabaan suatu objek pada kulitnya.
3
d. !ergerakan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan merangsang serabut saraf yang pangkalnya melilit. #adi, setiap rambut dan bagian dasar serabut saraf, yang disebut organ ujung rambut ( hair end-organ, juga merupakan reseptor raba. e. i lapisan kulit dan juga di jaringan yang lebih dalam banyak dijumpai ujung organ Ruffini yang bercabang banyak dan ujungnya bermielin. $daptasi ujung organ ini sangat kecil, sehingga reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk kulit dan jaringan yang lebuh dalam yang datang terus"menerus, misalnya sinyal raba dan tekan yang besar dan datang terus"menerus. Reseptor ini juga dapat dijumpai pada selaput sendi dan membantu menjalarkan sinyal tentang besar derajat rotasi sendi. f. 0adan !accini terletak tepat di ba&ah kulit dan juga di jaringan fasia tubuh. Reseptor ini hanya dapat dirangsang oleh pergerakan jaringan yang cepat karena reseptor ini dapat beradaptasi dalam &aktu sepersekian ratus detik. 1leh karena itu, reseptor ini terutama berguna untuk mendeteksi getaran jaringan atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan.
Jaras Penghantaran Perasa Sensorik a. Nyeri dan Suhu
2mpuls sensorik yang diterima dari reseptor nantinya akan diba&a oleh neuron pertama yang badan selnya terdapat pada ganglion spinal radiks dorsalis. $ksonnya akan masuk ke dalam medula spinalis untuk kemudian naik sekitar *"- tingkat pada segmen medula spinalis. $kson"akson ini disebut sebagai jaras dorsolateral 3issauer. 'emudian, akson tersebut akan bersinaps dengan neuron kedua pada kornu posterior substansia abu"abu (masih di medula spinalis. Setelah bersinaps, impuls yang melalui akson neuron kedua akan menyilang garis tengah, untuk kemudian naik ke at as. $kson dari neuron kedua akan menghantarkan impuls melalui jaras spinotalamikus lateral pada lateral colum substansi putih. %jung dari akson kedua berada di nukleus ventral posterolateral thalamus. i sana, terjadi sinaps dengan neuron ketiga yang akan
4
memba&a impuls ke girus postsetralis korteks serebri (area sensorik primer untuk dikenali. b. Sentuh Tekanan !ata" !e"i
Sebagaimana rangsang nyeri dan suhu, setelah diterima reseptor, keempat rangsang ini akan diba&a oleh akson neuron pertama melalui jaras 3issauer. 0edanya, akson neuron kedua memba&a impuls"impuls ini mele&ati jaras spinothalamikus anterior (pada nyeri: jaras spinotalamikus lateral. #. Propriosepti$ Sentuhan %iskri&inati$ dan !etaran
2mpuls"impuls sensoris jenis ini akan diterima oleh reseptor dan diba&a oleh neuron pertama menuju medula spinalis. Sinaps dengan neuron kedua dan persilangan jaras tidak terjadi di medula spinalis melainkan pada tingkat medula oblongata (pada rangsang nyeri, suhu, tekanan, gatal, geli: sinaps dan persilangan terjadi di medula spinalis. 2mpuls yang berasal dari atas tingkat T/ medula spinalis, jarasnya akan diba&a melalui fasikulus kuneatus sementara yang di ba&ahnya akan diba&a oleh fasikulus grasilis. 'edua fasikulus tersebut terletak pada colum dorsalis substansi putih medula spinalis. Setelah naik sampai tingkat medula oblongata, terjadi sinaps dengan neuron kedua yang disebut nukleus kuneatus dan nukleus grasilis. $kson neuron kedua inilah yang akan menyilang garis tengah untuk kemudian naik sebagai lemniskus medialis. #aras ini akan berakhir pada nukleus ventral posterolateral thalamus dan bersinaps dengan neuron ketiga. Selanjutnya, impuls diba&a ke gyrus postsentralis korteks serebri untuk dikenali. Sensasi dari 'a(ah a. Nyeri dan Suhu
5
Sensasi yang berasal dari &ajah akan mele&ati jalur yang sedikit berbeda. 0adan sel neuron pertama terletak pada ganglion semilunar 4asser. $ksonnya akan memasuki batang otak dan berakhir pada nukleus traktus spinalis n. 5 (terdapat neuron kedua di sana. $kson pada neuron kedua akan menyilang garis tengah, kemudian naik sebagai lemniskus trigerminal. #aras ini berakhir pada nukleus ventral posteromedial thalamus kontralateral dan bersinaps dengan neuron ketiga. Selanjutnya impuls akan diba&a ke gyrus postsentralis korteks serebri. b. Sentuh Tekanan !ata" !e"i dan !etaran
#aras yang memba&a rangsang jenis ini tidak begitu berbeda dengan jaras untuk nyeri dan suhu. 6ang membedakan adalah akson pertama akan menuju ke nukleus sensoris prinsipalis n. 5 untuk bersinaps dengan neuron kedua (pada nyeri dan suhu: nukleus traktus spinalis n.5. 'emudian, pada saat terjadi persilangan, ternyata tidak semua jaras ikut menyilang, sehingga sebagian kecil masih bisa menjangkau 5! ipsilateral. #. Propriosepti$
2mpuls sensoris yang diterima oleh reseptor akan dihantarkan oleh neuron pertama yang badan selnya terdapat pada nukleus mesensefalikus n. 5 batang otak. (7euron tidak memiliki ganglion semilunar. $kson neuron pertama secara langsung akan bersinaps di nukleus motor n. 5 yang menginervasi otot pengunyah. Sementara itu, jaras yang memba&a impuls proprioseptif ke korteks serebri masih belum jelas. $kson dari neuron sensoris di nukleus mesensefalikus kemungkinan bersinaps dengan nukleus sensoris utama n. 5 yang berproyeks ke thalamus dan korteks serebri. Anato&i Medu"a spina"is
6
Potongan Me"intang Medu"a Spina"is
ari reseptor di perifer sampai ke korteks sensorik di otak jalur sensorik sekurang"kurangnya terdiri dari - tingkatan neuron. 2mpuls (rangsang berjalan secara sentripental dari reseptor di perifer ke badan sel neuron tingkat pertama (primer di ganglion akar dorsal dari saraf spinal. $ksonnnya menuju ke sentral, bersinaps dengan neuron tingkat dua (sekunder di kornu posterior medulla spinalis atau inti homolog di batang otak. $kson neuron sekunder melintasi garis tengah dan menuju pada sisi sebelahnya (kontralateral, kemudian naik sebagai jaras spinotalamik atau lemnikus medialis menuju sinaps berikutnya di thalamus. 7euron di thalamus biasanya berupa neuron tingkat ketiga (tersier terletak di kompleks ventrobasal thalamus dan berproyeksi melalui kaki posterior kapsula interna ke korteks sensorik di girus postsentral (area 0rodmann -"*".
7
Traktus Spinota"a&ikus Anterior dan Traktus Spinota"a&ikus Latera"
Traktus Spinota"a&ikus Anterior
Traktus ini memba&a sensasi taktil dan sensasi tekanan dengan reseptor perifer berada di kulit. Reseptor perifer biasanya cukup tebal dan bermielin. $kson dari reseptor perifer ini akan membentuk sentral dan akan masuk ke medulla spinalis bagian funikuli posterior melalui radiks posterior. isini semua mungkin berjalan naik untuk sampai *8 segmen dan dapat memberikan kolateral ke ba&ah untuk * sampai segmen. !ada sejumlah tingkat, semua bersinaps dengan neuron kornu posterior di dalam medulla spinalis atau setelah memasuki kornu posterior, sel"sel saraf ini akan menggantikan neuron kedua yang akan membentuk traktus spinotalamikus anterior. Traktus ini menyilang komisura anterior di depan kanalis sentralis ke sisi yang berla&anan dan berlanjut ke daerah perifer anterior dari funikulus anterolateral. ari sini traktus ini berjalan naik ke nukleus ventralis talamus posterolateral. Sel"sel saraf talamus adalah neuron ketiga yang memproyeksikan impuls ke dalam girus postsentralis melalui traktus talamokortikalis.
8
Traktus Spinota"a&ikus Latera"
Traktus ini memba&a sensasi nyeri dan sensasi suhu. Reseptor perifer adalah ujung saraf bebas dalam kulit, yang merupakan organ akhir cabang perifer dari neuron pseudounipolar ganglion spinalis. Saraf yang berasal dari reseptor perifer akan membentuk cabang sentral dan akan memasuki medulla spinalis melalui bagian lateral radiks posterior. i dalam medulla spinalis, cabang sentral ini terbagi menjadi kolateral pendek, longitudinal, dimana di atas * atau segmen berhubungan sinaps dengan sel"sel saraf substansia gelatinosa (Rolandi. 9abang ini adalah neuron kedua yang membentuk traktus spinotalamikus lateral. Serat dari traktus ini juga menyilang komisura anterior dan berlanjut ke bagian lateral funikulus lateral dan ke atas menuju ke talamus. !ada talamus, traktus ini berakhir di nukleus ventralis posterolateral dari talamus. ari talamus, neuron ketiga membentuk traktus talamokortikalis, yang berlanjut ke korteks girus postsentralis. Secara talamik, nyeri, suhu, dan rangsangan lain dirasakan sebagai sensasi tumpul. #ika rangsangan tersebut sampai ke korteks barulah rangsangan tersebut dapat di bedakan secara sadar sebagai kualitas yang berbeda. ungsi yang lebih tinggi, seperti diskriminasi dua titik dan penentuan pasti lokasi masing"masing stimuli, merupakan aktifitas kortikal. Rusaknya korteks sensorik menyebabkan penurunan sensasi nyeri, suhu, dan raba, tetapi menghilangkan sensasi diskriminasi dan sikap dari bagian tubuh kontralateral dari lesi, karena semua jaras sensorik telah menyeberang sebelum mencapai korteks. ungsi
seperti
mengenal
obyek
dengan
meraba
( stereognosis
membutuhkan daerah asosiasi tambahan. aerah"daerah ini terletak pada lobus parietalis, dimana banyak sensasi individual dari ukuran, bentuk, dan sifat fisik (ketajaman, ketumpulan, kelembutan, kekerasan, dingin, panas, dsb bergabung dan dapat dibandingkan dengan ingatan sensari raba yang sebelumnya dirasakan. 3esi pada lobus parietalis ba&ah, dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan untuk mengenal obyek dengan meraba pada sisi yang berla&anan dengan lesi. Hilangnya kemampuan ini disebut astereognosis.
9
Medu"a Spina"is %engan Jaras Asenden
10
Medu"a Spina"is %engan Jaras Asenden
11
Per(a"anan Traktus Spinota"a&ikus Latera" ke Ta"a&us Me"a"ui Kapsu" Interna ke !irus Postsentra"is
12
Sindro& k"inik "esi pe&otongan (aras sensorik
Sindro& Pe&otongan Jaras Sensorik
Sindrom defisit sensorik bervariasi, tergantung dari lokasi kerusakan sepanjang jaras sensorik. ). 3okasi a dan b: lesi kortikal atau subkortikal akan menyebabkan parestesia
(rasa geli, kesemutan dan mati rasa pada masing"masing ekstremitas sisi yang berla&anan. !arestesi dapat terjadi sebagai kejang sensorik fokal.
13
*. 3okasi c: suatu lesi melibatkan semua jaras sensorik tepat di ba&ah
talamus, menyebabkan hilangnya semua kualitas sensorik separuh tubuh kontralateral. +. 3okasi d: jika jaras sensorik lain, selain untuk nyeri dan suhu, mengalami kerusakan, hipestesi terjadi pada sisi kontralateral &ajah dan tubuh. Sensasi nyeri dan suhu tetap utuh. ,. 3okasi e: jika kerusakan terbatas pada lemnikus trigeminalis dan traktus spinotalamikus lateral pada pusat otak, maka tidak akan ditemukan sensasi nyeri dan suhu pada &ajah dan tubuh kontralateral. Tetapi semua kualitas sensorik lainnya tidak terganggu. -. 3okasi f: keterlibatan lemnikus medialis dan traktus spinotalamikus anterior,
menyebabkan
kehilangan
semua
kualitas
kontralateral tubuh, kecuali sensasi nyeri dan suhu. . 3okasi g: kerusakan nukleus, traktus trigeminalis
sensorik dan
pada traktus
spinotalamikus lateral, menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu pada &ajah ipsilateral dan tubuh kontralateral. /. 3okasi h: kerusakan funikuli posterior menyebabkan hilangnya sensasi sikap, getaran, diskriminasi, dan sensasi lain yang berhubungan dengan ataksia ipsilateral. 0. 3okasi i: lesi pada kornu posterior menghilangkan sensasi suhu dan nyeri ipsilateral. Semua kualitas sensorik lain tetap utuh. 1. 3okasi k: cedera beberapa radiks posterior yang berdekatan diikuti oleh parestesia radikuler, nyeri, dan penurunan atau hilangnya semua kualitas sensorik pada masing"masing segmen tubuh.
!angguan Siste& Sensorik
; $. !angguan Sensoris Negati$ 4angguan sensorik superfisial atau gangguan eksteroseptif yang negatif merupakan salah satu manifestasi sindrom neurologi. Secara singkat gangguan sensorik negatif itu disebut defisit sensorik. Tergantung pada kedudukan lesi, apakah di saraf perifer, di radiks posterior atau di lintasan sentralnya, daerah permukaan tubuh yang anastetik atau baal dan sebagainya memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan penataan anatomi susunan somestesia.
14
engenal pola defisit sensorik itu berarti mengetahui lokasi lesi yang mendasarinya. %ntuk mempermudah pembahasan defisit sensorik, maka istilah anestesia dan hipestesia digunakan secara bebas sebagai sinonim dari defisit sensorik. a. Hemihipestesia
Hemihipestesia merupakan hipestesia yang dirasakan sesisi tubuh saja. itinjau dari sudut patofisiologiknya, maka keadaan itu terjadi karena korteks sensorik primer tidak menerima impuls sensorik dari belahan tubuh kontralateral. i dalam klinik hemihipestesia merupakan gejala utama atau gejala pengiring penyakit perdarahan serebral. 2nfark yang menduduki seluruh krus posterior kapsula interna sesisi, mengakibatkan hemiplegia kontralateral yang disertai hemihipestesis kontralateral juga. !ada penyumbatan arteri serebri anterior tidak dijumpai hemihipestesia kontralateral, melainkan hipestesia yang terbatas pada kulit tungkai kontralateral yang lumpuh. b. Hipestesia alternans
Hipestesia alternans merupakan hipestesia pada belahan &ajah ipsilateral terhadap lesi yang bergandengan dengan hipestesia pada belahan badan kontralateral terhadap lesi. 3esi yang mendasari pola defisit sensorik itu menduduki ka&asan jaras spinotalamik dan traktus spinalis nervi trigemini di medulla oblongata. c. Hipestesia tetraplegik
Hipestesia tetraplegik ialah hipestesia pada seluruh tubuh kecuali kepala dan &ajah. efisit sensorik itu timbul akibat lesi transversal yang memotong medulla spinalis di tingkat servikalis. #ika lesi menduduki segmen medulla spinalis di ba&ah tingkat T*, maka defisit sensorik yang terjadi dinamakan hipestesia paraplegi. d. Hipestesia selangkangan (saddle hipestesia)
Hipestesia selangkangan ialah hipestesi pada daerah kulit selangkangan. 3esi yang mengakibatkannya merusak kauda ekuina.
e. Hemihipestesia sindrom brown sequard
15
Hemihipestesia sindrom bro&n se
Hipestesia radikular atau hipestesia dermatomal
Hipestesia radikular ialah hipestesia yang terjadi akibat lesi di radiks posterior. alam hal itu daerah yang hipestetik ialah dermatome yang disarafi oleh serabut"serabut radiks posterior yang terkena lesi. g. Hipestesia perifer
Hipestesia perifer ialah hipestesia pada ka&asan saraf perifer yang biasanya mencakup bagian"bagian beberapa dermatom. efisit sensorik dapat menjadi salah satu gejala suatu sindrom atau manifestasi tunggal suatu proses patologik. %mumnya, defisit sensorik dapat menggambarkan suatu penyakit seperti berikut ini. a. Pada sindro& tro&bosis serebri Terjadi karena penyumbatan a. 3entikulostriata sesisi pada krus posterior kapsula interna sehingga melibatkan juga serabut yang mengatur gerak voluntar kontralateral. #ika infark melibatkan ujung belakang krus posterior, terjadilah hemiplegia dan hemihipestesia kontralateral terhadap infark. b. Pada sindro& 2a""enberg !enyumbatan terjadi pada a.serebeli posterior sehingga infark pada korpus restiforme ipsilateral berikut ka&asan lintasan spinotalamik dan traktus spinalis nervus trigermini. 1leh karena itu, hipestesi ditemukan pada &ajah ipsilateral dan badan kontralateral (hemihipestesia alternans. c. Pada siringobu"bi Siringobulbi merupakan lubang sempit yang memanjang dari ka&asan lintasan spinotalamikus dan traktus spinalis n.5 ke lokasi traktus solitarius di medula oblongata. Sindromnya menyerupai sindrom )allenberg. 0edanya, pada siringobulbi patogenesis sindrom tersebut berlangsung lambat dalam &aktu berbulan"bulan serta berkorelasi dengan proses degeneratif.
16
d. Pada sindro& tetrap"egi atau parap"egia Sindrom ini terjadi akibat lesi transversal pada servikal atas (9- atau 9=. 'eempat anggota gerak lumpuh dan mulai dari dermatoma 9.->9= ke ba&ah naestetik atau hipestetik. Selain itu, perasaan ingin kencing dan buang air besar serta kekuatan pengosongan kandung kemih serta rektum hilang. #ika lesi di b a&ah intumesensia servikobrakialis, yang muncul adalah paralisis kedua tungkai disertai hipestesia di ba&ah tingkat lesi (hipestesi paraplegik. e. Pada sindro& 3ro'n Se4uard !ada sindrom ini, lesi hanya merusak satu sis dari medula spinalis (hemilesi. 0elahan badan kontralateral di ba&ah lesi akan kebal terhadap rangsangan protopatik sedangkan bagian ipsilateral terjadi hilangnya perasaan getaran, gerakan, dan sikap anggota tubuh. Sementara itu, belahan badan yang lumpuh juga terdapat gangguan serebelar karena putusnya spinoserebelar dorsalis dan ventralis di sisi ipsilateral. 7amun, tidak tampak karena terjadi pula kelumpuhan ipsilateral. f. Pada sindro& radiku"opatia Radikulopati berarti terjadi proses patologis pada radiks posterior dan anterior. Tergantung proses patologisnya, tarikan, penekanan dan jepitan setempat dapat menimbulkan nyeri dan kelumpuhan yang dapat diringi parestesia. isalnya pada jepitan radiks 38 sampai S pada H7! yang menyebabkan iskialgia atau stiatika. !roses imunologis juga bisa berperan seperti pada kasus sindrom guillain barre yang menyebabkan demielinisasi. !ada kasus ini, terjadi hipestesia atau parestesia pada bagian distal anggota gerak yang dikenal sebagai hipestesia atau parestesia akral. Selain itu, terdapat juga kasus saddle anesthesia apabila terdapat penekanan pada kauda ekuina. g. Pada "esi di p"eksus brakia"is
17
3esi pleksus brakialis atas berasal dari lesi yang mengganggu serabut" serabut saraf spinal 98 dan 9/. Seringkali terjadi karena penarikan leher. Sementara itu, lesi pleksus brakialis ba&ah merupakan lesi yang mengganggu saraf spinal 9? dan T*. Seringkali terjadi karena penarikan lengan yang berlebihan. !ola gangguan somestesianya berupa anestesi pada ka&asan sempit yang membujur dari tepi ulnar jari kelingking, tangan sampai sepertiga distal lengan ba&ah. h. Pada sindro& neuritis5neuropatia 7euritis berarti terjadinya peradangan pada saraf perifer. 0iasanya gejala yang muncul adalah hipestesia>anestesia atau parestesia. 7yeri neuritik bersumber pada bagian saraf perifer yang terlibat dalam proses patologis pada tempat yang dile&ati saraf perifer yang bersangkutan.
3. !angguan sensorik positi$
4angguan sensorik positif ialah nyeri. !erangsangan yang menghasilkan nyeri yang bersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf pengantar impuls nyeri. #aringan itu dinamakan secara singkat jaringan peka"nyeri. #aringan atau bangunan yang tidak dilengkapi dengan serabut nyeri tidak menghasilkan nyeri bilamana dirangsang, misalnya diskus intervertebral. #aringan itu tak peka nyeri. )alaupun nyeri pada hakikatnya tidak dapat ditaksirkan dan tidak dapat diukur, namun yang tidak dapat disangkal ialah, bah&a nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman dan menyakitkan. 7yeri akibat ditusuk berbeda dengan nyeri akibat ditekan. 0agaimana seseorang menghayati nyeri tergantung pada jenis jaringan yang dirangsang, lalu pada jenis serta sifat perangsangan, dan tergantung pula pada kondisi mental dan fisiknya. 7yeri dapat langsung dirasakan sebagai hasil perangsangan terhadap kulit, mukosa rongga mulut dan kornea. a. Nyeri neuro&usku"oske"eta" non6neurogenik
18
7yeri neuromuskuloskeletal merupakan nyeri yang terjadi pada anggota gerak, di antaranya adalah artralgia (patologis pada persendian, mialgia (otot, entesialgia (proses patologik pada tendon, fasia, jaringan miofasial dan periosteum. %mumnya disebabkan karena proses patologik setempat berupa peradangan
bakterial,
imunologik,
non"infeksi,
atau
perdarahan
serta
keganasan. 7yeri tekan akan nampak pada penekanan daerah yang dikeluhkan, terutama bagian miofasial, tuberositas, kapsul persendian, tulang, epikondilus, tempat fraktur tulang, otot dan berkas saraf. b. Nyeri neuro&usku"oske"eta" neurogenik
#enis nyeri ini terjadi akibat iritasi langsung terhadap serabut sensorik perifer. 9iri khasnya adalah nyeri menjalar sepanjang ka&asan distal saraf distal saraf, dan perjalanan nyeri tersebut berpangkal pada bagian saraf yang mengalami iritasi. #. Nyeri radiku"ar
7yeri neurogenik yang terjadi akibat iritasi radiks posterior dinamakan nyeri radikular. !ada medula spinalis 9-"9= dan T-"T*, penataan dermatomanya lapis demi lapis sehingga menunjukan gambaran yang khas. Sementara itu, pada 98"T dan 3"S-, penataan lamelar dermatoma agak kabur karena saraf spinal tidak langsung menuju ekstremitas melainkan membentuk fasikulus dan pleksus terlebih dahulu. !enyebabnya bisa berupa herpes @ooster, osteofit, penonjolan tulang karena fraktur, nukleus pulposus atau serpihannya, tumor. Selain itu, salah satu yang sering adalah nyeri radikular pada spondilitis tuberkulosa pada T="TA (nyeri intercostal serta nyeri radikular pada spondilosis yang berkaitan dengan penuaan dan nyeri radikular pada hernia nukleus pulposus. anifestasi klinis pada hernia nukleus pulposus bervariasi antara nyeri radikular serta parestesi dan nyeri radikular serta hipestesia. !enekanan pada radiks posterior yang masih utuh dapat menimbulkan nyeri radikular sedangkan jika penekanan sudah menimbulkan pembengkakan bahkan
19
kerusakan struktural yang lebih berat, dapat terjadi hipestesia atau anestesia radikular. 7yeri iritatif di radiks posterior tingkat servikal disebut brakialgia karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Sementara itu, nyeri radikular yang dirasakan sepanjang tungkai dinamakan iskialgia karena nyerinya menjalar sepanjang perjalanan n. 2skiadikus dan lanjutannya ke perifer.
Pato$isio"ogi So&estesia
4ejala sensorik dapat diklasifikasikan menjadi 8, yaitu a. 7i"angnya perasaan 8anestesia9
$nestesia
terjadi apabila terjadi kerusakan yang menyebabkan
hilangnya reseptor impuls protopatik atau terjadinya hambatan atau putusnya penghantaran perifer dan sentral. isalnya, pada kasus luka bakar atau infeksi herpes @oster yang menyebabkan hilangnya ganglion spinale. b. Perasaan ber"ebihan (ika dirangsang 8hiperestesia9
!ada hiperestesia, rangsangan secara &ajar dapat menyebabkan somestesia berlebihan yang berupa perasaan tidak enak dan tidak menyenangkan pada bagian tubuh tersebut. 'elainan ini terjadi karena terjadi gangguan pada reseptor impuls protopatik atau serabut saraf perifer atau lintasan spinotalamikus sehingg ambang rangsangnya menurun. 4angguan dapat bersifat mekanik, toksik, atau vaskular ringan. #. Perasaan
yang
ti&bu"
spontan
tanda
adanya
pasien
biasanya
mengeluhkan
perangsangan
8parestesia9
alam
klinik,
perasaan
berupa
kesemutan, geringgingen, singsireumen atau kepocong. 7amun, parestesi sebenarnya tidak hanya kesemutan melainkan juga termasuk perasaan dingin atau panas setempat, kesemutan, rasa berat, atau rasa dirambati sesuatu.
20
d. Nyeri
Setiap
nyeri
memiliki
corak
tertentu
yang
dipengaruhi
oleh
modalitasnya sehingga dapat berupa nyeri yang bersifat tajam, difus, atau menjemukan. Selain itu, nyeri juga dapat dinyatakan sebagai kemeng, ngilu, linu, sengal atau pegal. 7yeri yang berasal dari viseral biasanya bersifat difus, yang berasal dari otot skeletal dinyatakan sebagai pegal, nyeri osteogenik seringkali disebutkan sebagai kemeng, linu atau ngilu sedangkan yang bersumber pada saraf perifer bersifat tajam. e. !erakan #anggung atau si&pang siur
4angguan sensorik ini seringkali dituturkan oleh pasien sebagai gangguan motorik yang berupa ataksia. Sebenarnya, gangguan tersebut terjadi pada lintasan impuls propioseptif sehingga nampak rasa gerak, getar dan posisi terganggu.
%A:TAR PUSTAKA
rotscher, . dan . 0aehr. B*=.iagnosis Topik 7eurologi %%S. Cdisi =. C49. #akarta
4uyton, $.9. dan Hall #ohn. B*. isiologi 'edokteran. Cdisi (lupa. C49. #akarta
ardjono, . dan Sidharta !. B*B.7eurologi 'linis asar. ian Rakyat. #akarta