INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN PADA PENGOBATAN PENDERITA HIPERTENSI DISERTAI DENGAN ASTHMA
I.
PENDAHULUAN
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artin ya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik sis tolik atau sering ser ing disebut tekanan atas. atas . Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolikatau sering juga disebut tekanan bawah. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anakanak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal
Dibawah 120 mmHg
Dibawah 80 mmHg
Pre-Hipertensi
120-139 mmHg
80-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg
90-99 mmHg
Stadium 2
160 mmHg atau lebih 100 mmHg atau lebih
Hipertensi Mendesak (tanpa disertai gejala kerusakan organ)
diatas 180 mmHg
1
diatas 110 mmHg
Hipertensi maligna 220 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih (disertai gejala kerusakan organ)
PENGENDALIAN TEKANAN DARAH
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi terj adi melalui beberapa cara: 1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya 2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola (arteriola)) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. 3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika: 1. aktivitas memompa jantung berkurang 2. arteri mengalami pelebaran 3. banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
2
Hipertensi maligna 220 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih (disertai gejala kerusakan organ)
PENGENDALIAN TEKANAN DARAH
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi terj adi melalui beberapa cara: 1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya 2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola (arteriola)) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. 3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika: 1. aktivitas memompa jantung berkurang 2. arteri mengalami pelebaran 3. banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).
2
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan
air, yang akan menyebabkan berkurangnya berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah dar ah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal ( stenosis ( stenosis arteri renalis) renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan me nyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk
sementara waktu akan: Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh
terhadap ancaman dari luar)
Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)
Mengurangi
pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh MelepasEREW;IUYIKII
adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), noradrenalin), yang -642kan hormon epinefrin (adrenalin) merangsang jantung dan pembuluh darah.
3
Pengaturan Tekanan Darah: Sistem Renin Angiotensin Aldosteron
Sistem renin-angiotensin-aldosteron adalah serangkaian reaksi yang dirancang untuk membantu mengatur tekanan darah. 1. Ketika tekanan darah turun (untuk sistolik, sampai 100 mm Hg atau lebih rendah), ginjal melepaskan enzim renin ke dalam aliran darah. 2. Renin membagi angiotensinogen, suatu protein besar yang beredar dalam aliran darah, menjadi potongan-potongan. Satu bagiannya adalah angiotensin I. 3. Angiotensin I, yang relatif tidak aktif, dibagi menjadi potongan-potongan oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). Satu bagiannya adalah angiotensin II, suatu hormon yang sangat aktif. 4. Angiotensin II menyebabkan dinding otot arteri kecil (arteriola) mengerut, meningkatkan tekanan darah. Angiotensin II juga memic u pelepasan hormon aldosterone dari kelenjar adrenal dan hormon antidiuretik dari kelenjar pituitari. 5. Aldosteron menyebabkan ginjal untuk menahan pengeluaran garam (natrium) dan kalium. Natrium menyebabkan air harus dipertahankan, sehingga meningkatkan volume darah dan tekanan darah.
4
TEKANAN DARAH TINGGI ( HIPERTENSI ) DEFINISI
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digitallainnya.
Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas seharihari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasuskasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan
penyebab
umum
terjadinya
stroke
dan
serangan
jantung.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary : o
Hipertensi PrimaryHipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
5
o
Hipertensi Secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah abnormal di dalam arteri.
Seringkali tidak ada penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diidentifikasi, tapi kadang-kadang terjadi sebagai akibat dari yang mendasari gangguan ginjal atau gangguan hormon.
Obesitas, gaya hidup, stres, merokok, dan alkohol atau garam dalam makanan berlebihan semua bisa memainkan peranan terjadinya tekanan darah tinggi pada orang yang memiliki keturunan hipertensi.
Hampir pada semua orang, hipertensi tidak mempunyai gejala.
Dokter menentukan diagnostiknya untuk tekanan darah tinggi setela h mengukur tekanan darah dua atau lebih.
Setiap orang disarankan untuk menurunkan berat badan, berhenti merokok, dan mengurangi jumlah garam dan lemak dalam diet mereka.
Setelah itu diberikan obat antihipertensi.
Untuk banyak orang, kata hipertensi menunjukkan ketegangan yang berlebihan, gugup, atau stres. Dalam istilah medis, hipertensi mengacu pada tekanan darah tinggi, terlepas dari penyebabnya. Karena itu biasanya tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun-hingga organ vital rusak-sehingga disebut "silent killer." Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko masalah seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi ( sistolik ), angka yang lebih rendah diperoleh pada
6
saat jantung berelaksasi (diastolik ). Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. PENYEBAB
Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebabnya tidak diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal. Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1. Penyakit Ginjal - Stenosis arteri renalis
7
- Pielonefritis - Glomerulonefritis - Tumor-tumor ginjal - Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) - Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) - Terapi penyinaran yang mengenai ginjal 2. Kelainan Hormonal - Hiperaldosteronisme - Sindroma Cushing - Feokromositoma 3. Obat-obatan - Pil KB - Kortikosteroid - Siklosporin - Eritropoietin - Kokain - Penyalahgunaan alkohol - Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) 4. Penyebab Lainnya - Koartasio aorta - Preeklamsi pada kehamilan - Porfiria intermiten akut - Keracunan timbal akut.
8
GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: - sakit kepala - kelelahan - mual - muntah - sesak nafas - gelisah - pandangan menjadi kabur
9
yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif , yang memerlukan penanganan segera. DIAGNOSA
Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka 140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak 2 kali pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama, terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang mata) merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi. Perubahan di dalam jantung, terutama pembesaran jantung, bisa ditemukan pada elektrokardiografi ( EKG) dan foto rontgen dada. Pada stadium awal, perubahan tersebut bisa ditemukan melalui pemeriksaan ekokardiografi (pemeriksaan dengan gelombang ultrasonik untuk menggambarkan keadaan jantung). Bunyi jantung yang abnormal (disebut bunyi jantung keempat), bisa didengar melalui stetoskop dan merupakan perubahan jantung paling awal yang terjadi akibat tekanan darah tinggi. Petunjuk awal adanya kerusakan ginjal bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan air kemih. Adanya sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam air kemih bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal. Pemeriksaan untuk menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia muda. Pemeriksaan ini bisa berupa rontgen dan radioisotop ginjal, rontgen
10
dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu. Untuk menemukan adanya kelainan ginjal, ditanyakan mengenai riwayat kelainan ginjal sebelumnya. Sebuah stetoskop ditempelkan diatas perut untuk mendengarkan adanya bruit (suara yang terjadi karena darah mengalir melalui arteri yang menuju ke ginjal, yang mengalami penyempitan).Dilakukan analisa air kemih dan rontgen atau USG ginjal. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka di dalam air kemih bisa ditemukan adanya
bahan-bahan
hasil
penguraian
hormon
epinefrin
dan
norepinefrin.
Biasanya hormon tersebut juga menyebabkan gejala sakit kepala, kecemasan, palpitasi (jantung berdebar-debar), keringat yang berlebihan, tremor (gemetar) dan pucat. Penyebab
lainnya
bisa
ditemukan
melalui
pemeriksaan
rutin
tertentu.
Misalnya mengukur kadar kalium dalam darah bisa membantu menemukan adanya hiperaldosteronisme dan mengukur tekanan darah pada kedua lengan dan tungkai bisa membantu menemukan adanya koartasio aorta.
11
PENGOBATAN
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita: 1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas ideal. 2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darah tinggi. 3. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol. 4. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali. 5. Berhenti merokok.
PEMBERIAN OBAT-OBATAN
12
1. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif pada: - orang kulit hitam - lanjut usia - kegemukan - penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun Misal : Hydrochlorothiazide, Chlorthalidone, Metolazone, Indapamide, Spironolactone, Amiloride, Triamterene, Furosemide, Bumetanide, Ethacrynic acid 2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-blocker , beta-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol , yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada: - penderita usia muda - penderita yang pernah mengalami serangan jantung - penderita dengan denyut jantung yang cepat - angina pektoris (nyeri dada) - sakit kepala migren. Misal : Atenolol, Metoprolol, Propranolol, Nebivolol, Esmolol, Labetalol, Carvedilol, Bisoprolol 3. Angiotensin converting enzyme inhibitor ( ACE-inhibitor ) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada: - orang kulit putih - usia muda - penderita gagal jantung
13
- penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik - pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain. Misal : captopril, enalapril, Ramipril, Lisinopril, Aliskiren, Benazepril , Moexipril , Perindopril 4. Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-inhibitor. Misal : Losartan, Valsartan, Olmesartan, Eprosartan, Azilsartan, Irbesartan , Candesartan ,Telmisartan 5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada: - orang kulit hitam - lanjut usia - penderita angina pektoris (nyeri dada) - denyut jantung yang cepat - sakit kepala migren. Misal : Nifedipine, Amlodipine, Clevidipine, Felodipine, Diltiazem, Verapamil 6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat antihipertensi lainnya. 7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah): - diazoxide - nitroprusside - nitroglycerin - labetalol. Nifedipinemerupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.
14
PENGELOLAAN HIPERTENSI SEKUNDER
Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya. Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling tidak menurunkan tekanan darah. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut. Atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi bypass). Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasan ya diangkat melalui pembedahan.
PENCEGAHAN
Perubahan gaya hidup bisa membantu mengendalikan tekanan darah ti nggi.
II.
KASUS A. Identitas Pasien
15
1. Nama Pasien
: Ny. Sri Maunah
2. Umur
: 79 tahun
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Alamat
: Pucang Karya I no: 15 Batursari Mranggen
5. Agama
: Islam
6. Status
: Menikah
7. Pekerjaan
: Petani
8. Ruang Perawatan
: Ruang II Puskesmas Mranggen III
B. Pemeriksaan Fisik
Pasien merasakan pusing berkepanjangan,nyeri tengkuk,panas dingin sudah 3 hari,lemas,nafsu makan menurun dan sesak nafas C. Pemeriksaan Klinis
Tekanan darah 190/110 mmHg, Suhu 38,5 derajat celcius D. Pemeriksaan laboratorium
1. Hemoglobin (Hb)
: 11,9 gr/dl (normal 12-14 gr/dl)
2. Jumlah lekosit
: 6200/mm (normal 4000-10.000/mm )
3. Hitung jenis
Eosinofil
: 2 (normal 2-3)
Basofil
: 0 (normal 0-1)
Batang
: 4 (normal 3-5)
Segmen
: 54 (normal 35-70)
Limfosit
: 35 (normal 25-40)
Monosit
: 4 (normal 2-6)
4. Laju Endap Darah
: 21/mm
5. Hematokrit
: 37,9 % (normal 45-47%)
6. Trombosit
: 224.000/mm (normal 150.00-300.000/mm )
7. Gula darah sewaktu
: 110 mg/dl (normal <150 mg/dl)
8. Serologi
Type O A-O 1/160 B-O 1/160
16
C-O 1/160
Type H A-H 1/160 B-H 1/320 C-H 1/160
E. Obat yang diberikan
1. Parasetamol 3x1 2. Captopril 2x25mg 3. Furosemide 1x1 4. Neurodex 2x1 5. Methylprednisolon 3x1 6. Salbutamol 3x1 7. Ambroxol 3x1 8. Infus Ringer Laktat 9. Berotec 3x2 semprot
III.
KETERANGAN OBAT
1. Parasetamol
a. Komposisi tiap kaplet mengandung paracetamol 500 mg b. Farmakologi analgesik-antipiretik
Sebagai analgesic, bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit
Sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus
c. Indikasi
meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala,sakit gigi dan menurunkan demam
d. Kontraindikasi
Penderita gangguan fungsi hati yang berat
Penderita hipersensitif terhadap obat ini
e. Interaksi Obat 17
Metoclopramide
meningkatkan
kecepatan
absorbsi
paracetamol
dan
propantheline mengurangi kecepatan absorbsi paracetamol
Pada dosis besar pernah dilaporkan meningkatkan efek antikoagulan oral,tetapi pada dosis pemakaian dikatakan tidak mempengaruhi prothrombine time
2. Captopril a. Komposisi Setiap tablet mengandung captopril 25 mg b. Farmakologi
Captopril merupakan obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi system renin angiotensin aldosteron
Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif.
Angiotensin converting enzyme (ACE) akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium
Dalam
kerjanya
captopril
akan
menghambat
kerja
ACE,
akibatnya
pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium
Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung
c. Indikasi Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi denga beta bloker memberikan efek yang kurang aditif d. Kontraindikasi Penderita yang hipersensitif terhadap captropil atau penghambat ACE lainnya, misalnya
pasien
mengalami
penghambat ACE lainnya 3.Furosemide 18
angioedema
selama
pengobatan
dengan
a. Komposisi Tiap tablet mengandung furosemida 40 mg. Tiap ml injeksi mengandung furosemida 10 mg. b. Farmakologi
Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Fuorosemide meningkatkan pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang normal.
c. Indikasi Furosemide efektif untuk pengobatan berbagai edema seperti :
Edema karena gangguan jantung
Edema yang berhubungan dengan gangguan ginjal dan sirosis hati
Supportive measures pada edema otak
Edema yang disebabkan luka bakar
Untuk pengobatan hipertensi ringan dan sedang
Pendukung diuresis yang dipaksakan pada keracunan
d. Dosis Tablet : Edema dan hipertensi pada dewasa dan anak-anak
Dewasa : sehari 1-2 kali , 1-2 tablet. Dosis maksimum 5 tablet perhari. Dosis pemeliharaan 1 tablet selang 1 hari. Anak-anak : sehari 1-3 mg per kg BB/hr, maksimum 40 mg/hr. Injeksi
Dewasa atau > dari 15 th : dosis awal 20-40 mg I.V. atau I.M. Bila hasilnya belum memuaskan dosis dapat ditingkatkan 20 mg tiap interval waktu 2 jam sampai diperoleh hasil yang memuaskan. Dosis individual 20 mg, 1-2 kali sehari. Edema paru-paru akut : dosis awal 40 mg I.V. Bila dibutuhkan dapat diberikan dosis lanjutan 20-40 mg setelah 20 menit. Forced diuresis (diuresis yang dipaksakan) : 20-40 mg furosemide diberikan sebagai tambahan dalam infus elektrolit. Selanjutnya tergantung pada eliminasi urin, termasuk penggantian cairan dan elektrolit yang hilang. Pada keracunan karena asam atau basa, kecepatan eliminasi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan keasaman atau kebasaan urin. Bayi dan anak-anak < 15th. Pemakaian parenteral hanya diberikan pada kondisi yang mengancam jiwa. I.V.atau I.M. sehari 1 mg/kg BB, maksimum 19
20 mg sehari. Selanjutnya terapi parenteral harus secepatnya diganti secara oral. e. Peringatan dan Perhatian
Pemberian furosemide pada pasien diabetes melitus, gula darah dan urin harus diperiksa secara teratur. Pemberian perlu pengawasan ketat dan dosis harus disesuaikan dengan kebutuhan. Dianjurkan untuk memulai dengan dosis kecil. Perlu dilakukan pemeriksaan berkala terhadap susunan elektrolit untuk mengetahui kemungkinan terjadinya ketidakseimbangan. Pasien diharuskan melapor bila terjadi gejala penurunan level serum kalium (diare, muntah, anoreksia). Penderita yang diketahui sensitif terhadap sulfonamida dapat menunjukkan reaksi alergi dengan furosemide. Hindari penggunaan pada penderita edema paru-paru dan tekanan darah menurun sebagai akibat dari infark miokard, diuresis berlebihan karena dapat menimbulkan shock.
f. Kontra Indikasi
Pasien dengan gangguan defisiensi kalium, glomerulonefritis akut, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil dan pasien yang hipersensitif te rhadap furosemide.
Anuria
Ibu menyusui
4. Neurodex
a. Komposisi tiap tablet salut selaput mengandung
Vitamin B1 mononitrate 100 mg
Vitamin B6 HCl 200 mg
Vitamin B12 200 mcg
b. Indikasi untuk pengobatan kekurangan vitamin B1, vitamin B6 dan vitamin B12 seperti pada polineuritis c. Kontraindikasi hipersensitif terhadap komponen obat ini. d. Peringatan sebaiknya tidak digunakan untuk pasien yang sedang menerima terapi levodoe. e. Efek samping 20
pemakaian vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan sindroma neuropati.
5. Methylprednisolon
a. Komposisi tiap tablet mengandung methylprednisolon 4/16 mg b. Farmakologi
Methylprednisolon adalah suatu glukokortikoid alamiah (memiliki sifat menahan garam/salt retaining properties) digunakan sebagai terapi pengganti pada defisiensi adrenokortikal.
Analog sintesisnya terutama digunakan sebagai anti-inflamasi pada system organ yang mengalami gangguan. Glukokortikoid merubah respon kekebalan tubuh terhadap berbagai rangsangan.
c. Indikasi
Kelainan endokrin
Penyakit rheumatic
Penyakit kolagen
Penyakit kulit
Alergi
Penyakit mata
Penyakit pernafasan
Kelainan darah
Penyakit kanker
Edema
Gangguan saluran pencernaan
System syaraf
Lain-lain : meningitis tuberkulosa
d. Kontraindikasi
Methylprednisolon dikontraindikasikan pada infeksi jamur sistemik dan pasien yang hipersensitif terhadap komponen obat
21
e. Efek samping efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik
Gangguan pada cairan dan elektrolit : retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung kongestif, kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia, alkalosis, hipertensi
Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptic, keretakan tulang belakang, keretakan pathologi
Saluran pencernaan : ulserasi peptic dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan, pankretitis, ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan gastric, kembung perut
Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang rentan, petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat
Metabolisme : keseimbangan nitrogen yang negative sehubungan dengan katabolisme protein
Neurologi : peningkatan tekanan intracranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri dan epilepsy
Endokrin : menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan cushingoid, penurunan toleransi karbohidrat, timbulnya gejala diabetes mellitus laten, peningkatan kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes, menghambat pertumbuhan anak
Mata : katarak posterior, peningkatan tekanan intracranial, glaucoma dan eksophtalmus
System imun : penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif, infeksi opotunistik, reaksi hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat menekan reaksi pada test kulit
6. Salbutamol
a. Komposisi Tiap tablet mengandung salbutamol sulfat setara dengan salbutamol 2 mg b. Farmakologi
22
Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor B2 adrenergik terutama pada otot bronkus.
Golongan b2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan krja enzim adenil siklase.
Efek utama setelah pemberian peroral adalah efek bronkodilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus.
Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil maka digunakan untuk pengobatan kejangn bronkus pada pasien dengan penyakit atau tekanan darah tinggi.
c. Indikasi Kejang bronkus pada semua asma bronkial, bronkitis kronis dan emphysema. d. Kontraindikasi Pada penderita yang sensitif terhadap obat ini. e. Interaksi Obat
Efek salbutamol dihambat oleh B2-antagonis.
Pemberian bersamaan dengan manoamin oksidase dapat menimbulkan hipertensi
Salbutamol dan obat-obatan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan
7. Ambroxol
a. Komposisi Tiap tablet mengandung ambroxol hidrokloride 30 mg b. Farmakologi
Ambroxol mempunyai sifat mukokinmatik dan sekretolitik
Amboxol meningkatkan pembersihan sekresi yang bertahan pada saluran pernapasan
atau
menghikangkan
mukus
statis,
memudahkan
untuk
mengeluarkan sputum. c. Indikasi Penyakit saluran nafas akut dan kronis yang disertai sekresibronkial yang abdormal, khususnya pada eksaaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis asmatik, asma bronkial. 23
d. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ambroxol e. Interaksi obat Kombinasi ambroxol dengan obat-obatan lain memungkinkan, teerutama yang berhubungan dengan sediaan yang digunakan sebagai obat standar untuk sindroma
bronkitis
(glikosida
jantung,
kortiko
sretoid,brongko),
brongkoplasmolitik.
8. Infus Ringer Laktat
a. Komposisi Setiap 1000 ml larutan mengandung 6,0 gr Natrium Klorida, 0,2 gr Kalsium Kloridadihidrat, 0,3 gr Kalium Klorida dan 3,1 gr Sodium Laktat. b. Farmakologi
Keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya sangat serupa dengan yang dikandung di dalam cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di dalam plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi syaraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi, syok hipovolemik termasuk syok perdarahan. Kandungan laktat yang terdapat sebanyak 28 mEq/L dimaksudkan sebagai prekursor bikarbonat. Dengan adanya bikarbonat atau laktat ini, larutan Ringer Laktat sangat baik sekali digunakan pada kasus-kasus diare yang umumnya disertai dengan asidosis metabolik, karena terbuangnya bikarbonat melalui tinja. Komposisi elektrolit ini juga merupakan pilihan pada resusitasi pasien dengan berbagai keadaan lain seperti Demam Dengue dengan syok, syok perdarahan.
c. Indikasi „Fluid and electrolyte replenisher‟, penambah volume darah secara temporer, sistemik alkalizer dan secara spesifik digunakan pada keadaan asidosis yang disertai dehidrasi. d. Peringatan dan Perhatian
Tidak digunakan untuk pengobatan pada lactic asidosis
24
Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, congestive heart failure, impaired renal function, dan pre eclampsia Pemberian secara iso-osmotik
Jangan dipakai bila larutan keruh, berubah warna, ada partikel asing serta kemasan rusak danbocor. e. Kontra Indikasi
Lactic asidosis
Tidak digunakan untuk menimbulkan emesis
9. Berotec a. Komposisi Fenoterol HBr b. Indikasi
Terapi simtomatik (hanya bersifat menghilangkan gejala, tidak menghilangkan/menyembuhkan penyebab utamanya) episode asma akut. Pencegahan asma yang dipicu oleh olah raga.
Terapi simtomatik asma bronkhial & kondisi lain yang disertai dengan penyempitan saluran pernafasan yang bersifat reversibel seperti bronkhitis obstruktif kronis. c. Dosis Untuk Episode asma akut : 1 semprot, jika belum ada perbaikan sesudah 5 menit, berikan dosis ke-2. Jika serangan asma tidak dapat diatasi dengan 2 semprot, dosis mungkin perlu ditambah. Untuk pencegahan asma yang dipicu oleh aktivitas fisik : 1-2 semprot, maksimal : 8 semprot/hari. Untuk asma bronkial dan keadaan lain dengan penyempitan saluran nafas yang reversibel : bila diperlukan pengulangan dosis, 1-2 semprot untuk tiap pemberian, maksimal : 8 semprot/hari. d. Kontra Indikasi Kardiomiopati obstruktif hipertrofik, takiaritmia e. Perhatian Diabetes melitus yang tidak terkontrol, infark miokardial yang baru saja terjadi dan atau kelainan parah jantung organik atau pembuluh darah, hipertiroidisme, sesak nafas akut yang semakin memburuk, trimester pertama kehamilan dan menyusui, feokromositoma. Penggunaan regular jangka panjang memerlukan evaluasi ulang untuk tambahan obat-obat anti radang. Monitor kadar kaliu serum. Larutan inhalasi : Tirotoksikosis, insufisiensi miokard, angina, disaritmia, hipertensi, stenosis aorta subvalvular hipertrofi.
25
III.
EFEK SAMPING OBAT
1. Parasetamol
penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati reaksi hipersensitifita
2. Captopril
Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal
Dapat terjadi sindroma nefrotik serta membrane glomerulopati pada penderita hipertensi
Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan
Hipotensi dapat terjadi 1-1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan
Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretic, diet rendah garam, dialysis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat
Hipotensi berat dapat diatasi dengan infuse garam faal atau dengan menurunkan dosis captopril atau diuretiknya
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan
Terjadi perubahan rasa (taste alteration) yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan
26
3. Furosemide
Efek samping jarang terjadi dan relatif ringan seperti mual, muntah, diare, ruam kulit, pruritus dan penglihatan kabur. Pemakaian furosemide dengan dosis tinggi atau pemberian
dengan
jangka
waktu
lama
dapat
menyebabkan
terganggunya
keseimbangan elektrolit.
Hiperglikemia
Reaksi dermatologik seperti urtikaria dan eritema multiforma
Gangguan hematologik seperti agranulositosis, anemia, tr ombositopenia.
4. Neurodex
pemakaian vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan sindroma neuropati.
5. Methylprednisolon
efek samping berikut adalah tipikal untuk semua kortikosteroid sistemik
Gangguan pada cairan dan elektrolit : retensi sodium, retensi cairan, gagal jantung kongestif, kehilangan kalium pada pasien yang rentan, hipokalemia, alkalosis, hipertensi
Jaringan otot : steroid miopati, lemah otot, osteoporosis, nekrosis aseptic, keretakan tulang belakang, keretakan pathologi
Saluran pencernaan : ulserasi peptic dengan kemungkinan perforasi dan pendarahan, pankretitis, ulserasi esofagitis, perforasi pada perut, perdarahan gastric, kembung perut
Dermatologi : mengganggu penyembuhan luka, menipiskan kulit yang rentan, petechiae, ecchymosis, eritema pada wajah, banyak keringat
Metabolisme : keseimbangan nitrogen yang negative sehubungan dengan katabolisme protein
Neurologi : peningkatan tekanan intracranial, perubahan fisik, pseudotumor cerebri dan epilepsy
Endokrin : menstruasi yang tidak teratur, terjadinya keadaan cushingoid, penurunan toleransi karbohidrat, timbulnya gejala diabetes mellitus laten, peningkatan kebutuhan insulin atau hypoglikemia oral, menyebabkan diabetes, menghambat pertumbuhan anak 27
Mata
:
katarak
posterior,
peningkatan
tekanan
intracranial,
glaucoma
dan
eksophtalmus
System imun : penutupan infeksi, infeksi laten menjadi aktif, infeksi opotunistik, reaksi hipersensitif termasuk anafilaksis, dapat menekan reaksi pada test kulit
6. Salbutamol
Pada dosis yang dianjurkan tidak di temukan adanya efek samping yang serius.
Pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet (biasanya pada tangan ), palpitasi, kejang otot, takikardia, sakit kepala dan ketegangan.
Efek ini terjadi pada semua perangsang adrenoreseptor beta,vasodilator perifer, gugup, hiperaktif, epitaxis (mimisan), susah tidur
7. Ambroxol
Ambroxol umumnya ditoleransi dengan baik.
Efek Samping yang ringan pada saluran pencernaan di laporkan pada beberapa pasien.
Reaksi alergi.
8. Infus Ringer Laktat
Hypernatremia
Pemberian berlebihan dapat menyebabkan hipokalemia
Kelainan ginjal
Kerusakan sel hati
9. Berotec
Gemetar halus otot rangka, gugup, takikardia, pusing, berdebar atau sakit kepala, iritasi lokal mual, muntah, berkeringat, otot lemah, mialgia, kram otot. Hipokalemia serius padat diakibatkan oleh terapi agonis β ₂. .
28
IV.
TERAPI GIZI
Pasien diberikan Diet Rendah Garam II dengan bentuk Makanan Lunak. Tujuan Diet
Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan reteni garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi Syarat diet
Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan BB normal
Protein cukup ( 1 gr / kg BB )
Lemak sedang 25-30% dari total kebutuhan energi
Kholesterol rendah
Cukup vitamin dan mineral
Garam rendah 2 – 3 gr / hr
Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas
Serat cukup untuk menghindari konstipasi
Bentuk
makanan
lunak
dan
energi
cukup
untuk
mencapai
dan
mempertahankan BB normal Bahan Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan Bahan Makanan
Dianjurkan
Tidak dianjurkan
Sumber
Beras,kentang,singkong,terigu,tapioka
Roti,biskuit
Karbohidrat
,hunkwe,gula,makanan yang diolah
yang dimasak dengan garam
dari bahan makanan tersebut diatas
dapur
dan
dan
kue-kue
atau
baking
tanpa garam dapur dan soda seperti : powder dan soda makaroni,mi,bihun,roti,biskuit,kue kering.
Sumber hewani
protein Telur maksimal 1 butir perhari,daging dan ikan maksimal 1 butir sehari
Otak,ginjal,lidah,sardin,dagi ng,ikan,susu,dan telur yang di
awwet
dapur
dengan
seperti
garam dagingb
asap,ham,bacon,dendeng,abo n,keju,ikan 29
asin,ikan
kaleng,kornet,ebi,udang kering,telur
asin,dan
telur
pindang. Sumber
protein Semua kacang-kacangan dan hasilnya
nabati
Keju
kacang
tanah
dan
yang diolah dan dimasak tanpa garam
semua kacang-kacangan dan
dapur
hasilnya
yang
dimasak
dengan garam adpur dan lain ikatan natrium Sayuran
Semua sayuran segar,sayuran yang Sayuran yang dimasak dan diawet tanpa garam dapur dan natrium
di awet engan garam dapur
benzoat
dan
lain
ikatan
natrium,seperti
sayuran
dalam
kaleng,sawi
asin,asinan, dan acar. Buah-buahan
Semua buah-buahan segar,buah yang
Buah-buahan yang diawet
diawet tanpa garam dapur dan natrium
dwengan garam dapur dan
benzoat.
lainn ikatan natrium,seperti buah dalam kaleng
Lemak
Minyak goreng,margarin,dan mentega
Margarin dan mentega biassa
tanpa garam Minuman
Teh,kopi
Minman ringan
Bumbu
Semua bumbu-bumbu kering yang
Garam dapur untuik Diet
tidak mengandung garam dapur dan
Rendah Garam I, baking
lain ikatan natrium.garam dapur sesuai powder,soda kue,vetsin,dan ketentuan untuk Diet Rendah Garam II bumbu-bumbu dan III
ysng
ysng
mengsndung gasrsm dapur seperti kecap,terasi,maggi,tomato kethup,petis dan tauco
30
V. INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN Interaksi obat dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan yang bermanfaat atau efek merugikan yang diberikan obat-obatan. Bila interaksi obat meningkatkan manfaat dari administratif obat tanpa meningkatkan efek samping, kedua obat dapat digabungkan untuk meningkatkan kontrol terhadap kondisi pasien yang sedang dirawat .Misalnya,obatobatan yang mengurangi tekanan darah oleh berbagai mekanisme yang berbeda dapat digabungkan karena efek menurunkan tekanan darah dicapai oleh kedua obat-obatan mungkin akan lebih baik dibandingkan dengan obat itu sendiri.Oleh karena itu,obat ini diambil dengan makanandalam rangka untuk meningkatkan konsentrasi mereka didalam tubuh dan pada akhirnya mereka berinteraksi. Sebaliknya, bila penyerapan obat-obatan berkurang oleh makanan,maka obat diambil pada waktu perut kosong. Interaksi obat yang paling banyak dikhawatirkan adalah yang mengurangi efek yang diinginkan atau meningkatkan efek merugikan dari obat itu sendiri. Obat yang mengurangi penyerapan atau meningkatkan metabolisme atau penghapusan obat lainnya cenderung mengurangi efek dari obat yang lain.Hal ini dapat mengakibatkan kegagalan terapi atau memerlukan peningkatan dosis obat agar berpengaruh. Sebaliknya obat-obatan yang meningkatkan penyerapan atau mengurangi eliminasi atau metabolisme obat lain yang meningkatkan konsentrasi obat-obatan lain didalam tubuh dan menyeababkan lebih banyak efek samping.Terkadang,obat berinteraksi karena mereka menghasilkan efek samping yang serupa.Oleh karena itu,bila kedua obat yanng menghasilkan efek samping yang sama digabungkan, frekuensi dan kerasnya dari efek samping akan meningkat. Berikut ini interaksi dari obat-obatan yang diberikan kepada pasien: 1. Paracetamol
Interaksi Obat - Dengan Obat Lain :
Metoclopramide meningkatkan kecepatan absorbsi paracetamol dan propantheline mengurangi kecepatan absorbsi paracetamol
Pada dosis besar pernah dilaporkan meningkatkan efek antikoagulan oral,tetapi pada dosis pemakaian dikatakan tidak mempengaruhi prothrombine time
31
Alkohol, antikonvulsan, isoniazid : Meningkatkan resiko hepatotoksis,
Antikoagulan oral : Dapat meningkatkan efek warfarin
Fenotiazin : Kemungkinan terjadi hipotermia parah
- Dengan Makanan : tidak ada
2. Captopril
Interaksi Obat -
Alkohol
-
Obat anti inflamasi terutama indometasin
-
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium
-
Obat-obat berefek hipotensi
Interaksi dengan Makanan : Tidak ada
3. Furosemide Interaksi Obat
- Dengan Obat Lain :
Hipokalemia yang diinduksi oleh furosemid akan menyebabkan toksisitas pada digoksin dan dapat meningkatkan risiko aritmia dengan obat-obat yang dapat meningkatkan interval QT, termasuk antiaritmia tipe Ia dan III, cisaprid dan beberapa kuinolon (sparfloksasin, gatifloksasin dan moksifloksasin). Risiko toksisitas litium dan salisilat akan meningkat dengan adanya diuretik loop. Efek hipotensi dan/atau efek lanjut pada ginjal dari inhibitor ACE dan anti inflamasi non steroid akan meningkat dengan adanya hipovolemia yang diinduksi oleh furosemida, Efek obat bloker adrenergik perifer atau bloker ganglion dapat ditingkatkan oleh furosemid. Furosemid dapat meningkatkan risiko toksisitas dengan agen ototoksik lain (aminoglikosida, cis-platinum), terutama pada pasien dengan disfungsi ginjal. Efek sinergis diuretik lebih cenderung terjadi pada penggunaan bersama obat antihipertensi lain dan hipotensi dapat terjadi. Indometasin, aspirin, fenobarbital, fenitoin dan antiinflamasi non steroid dapat menurunkan efek natriuretik dan hipotensif dari furosemid. Colestipol, kolestiramin dan sukralfat akan menurunkan efek furosemid, beri jarak pemberian 2 jam. Furosemid dapat mengantagonis efek relaksan otot skeletal (tubokurarin). Toleransi glukosa dapat diturunkan oleh furosemid, perlu penyesuaian dosis obat hipoglikemik. Metformin dapat menurunkan konsentrasi furosemid.
32
- Dengan Makanan :
Konsentrasi furosemid menurun dengan adanya makanan. Hindari dong quai, efedra, yohimbe, ginseng (memperparah hipotensi), bawang putih (dapat meningkatkan efek hipertensi), batasi penggunaan licorice.
4. Neurodex
Interaksi Obat - Dengan Obat Lain : tidak ada - Dengan Makanan : tidak ada
5. Methylprednisolon
Interaksi obat
- Dengan Obat Lain :
Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid.Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid. Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia. Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.
- Dengan Makanan : Tidak ada 6. Salbutamol - Dengan Obat Lain : 33
Peningkatan efek / toksisitas :Peningkatan durasi efek bronkodilasi mungkin terjadi jika salbutamol digunakan bersama Ipratropium inhalasi. Peningkatan efek pada kardiovaskular dengan penggunaan MAO Inhibitor, Antidepresan Trisiklik, serta obat-obat sympathomimetic (misalnya: Amfetamin, Dopamin, Dobutamin) secara bersamaan. Peningkatkan risiko terjadinya malignant arrhythmia jika salbutamol digunakan bersamaan dengan inhaled anesthetic (contohnya: enflurane, halothane). Penurunan efek: Penggunaan bersama dengan Beta-Adrenergic Blocker (contohnya: Propranolol) dapat menurunkan efek Salbutamol. Level/efek Salbutamol dapat turun bersama dengan penggunaan: Aminoglutethimide, Carbamazepine, Nafcillin, Nevirapine, Phenobarbital, Phenytoin, Rifamycins dan obat lain yang dapat menginduksi CYP3A4.4
- Dengan Makanan :
Batasi penggunaan Caffein (dapat menyebabkan stimulasi CNS).
7. Ambroxol
Interaksi Obat - Dengan Obat Lain : tidak ada - Dengan Makanan : tidak ada
8. Infus Ringer Laktat
Interaksi Obat - Dengan Obat Lain : tidak ada - Dengan Makanan : tidak ada
9. Berotec
Interaksi Obat:
β-adrenergik , antikolinergik, dan derivat xantin dapat mempertinggi efek Berotec. Penurunan efek yang sangat potensial dapat terjadi selama pemakaian bersama β-bloker. Perhatian harus diberikan jika digunakan bersama dengan MAOI (penghambat mono amin oksidase) atau antidepresan trisiklis. Inhalasi dari anestesi hidrokarbon terhalogenasi dapat meningkatkan kerentanan terhadap efek kardio vaskular oleh agonis-β.
34
VI.
PENUTUP
Interaksi obat dapat mengakibatkan peningkatan atau penurunan yang bermanfaat atau efek merugikan yang diberikan obat-obatan. Bila interaksi obat meningkatkan manfaat dari administratif obat tanpa meningkatkan efek samping, kedua obat dapat digabungkan untuk meningkatkan kontrol terhadap kondisi pasien yang sedang dirawat .Misalnya,obatobatan yang mengurangi tekanan darah oleh berbagai mekanisme yang berbeda dapat digabungkan karena efek menurunkan tekanan darah dicapai oleh kedua obat-obatan mungkin akan lebih baik dibandingkan dengan obat itu se ndiri. Padaprinsipnyainteraksiobatdapatmenyebabkanduahalpenting.Yang
pertama,
interaksiobatdapatmengurangiataubahkanmenghilangkankhasiatobat.Yang
kedua,
interaksiobatdapatmenyebabkangangguanataumasalahkesehatan
serius,
yang
karenameningkatnyaefeksampingdariobatobattertentu.RisikokesehatandariInteraksiobatinisangatbervariasi, bisahanyasedikitmenurunkankhasiatobatnamunbisa
pula
fatal.Obatmerupakanbahankimia
yang memungkinkanterjadinyainteraksibilatercampurdenganbahankimia lain baik yang berupamakanan, minumanataupunobat-obat Olehkarenaitudalamsetiappengobatan,
interaksimasing-
masingobatperludiperhatikandankemungkinanmakanan dikonsumsijugamenjadipertimbangan.
35
yang