ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)
Oleh
SANTY WIDYASTUTI A14103586
RINGKASAN SANTY WIDYASTUTI. Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan). Di bawah bimbingan Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto.
Minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil , PKO) merupakan salah satu minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit selain CPO. Minyak inti sawit diperoleh dari biji (seed ) di dalam buah kelapa sawit yang disebut inti sawit ( Palm Kernel, PK). Biasanya PKO lebih banyak digunakan untuk industri oleokimia. Di Indonesia masih sedikit perusahaan kelapa sawit yang memproduksi dan menghasilkan produk turunan dari PKO. PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi minyak inti sawit (PKO). Crushing Plant (Departemen PKC) adalah salah satu unit pengolahan PT. SAP yang mengolah inti sawit untuk menghasilkan minyak inti sawit (PKO) sebagai produk utama dan bungkil kelapa sawit (PKM) sebagai produk sampingannya. Selama ini, Departemen PKC berproduksi berdasarkan target dan untuk memenuhi stok minyak inti sawit perusahaan (menggunakan inti sawit sebanyak 28 750 ton per bulan untuk menghasilkan 12 362.5 ton PKO). Pembelian bahan baku inti sawit, selama ini dilakukan oleh kantor pusat (HO) di Medan. Sedangkan, perencanaan perencanaan dan pengadaan inti sawit dilakukan oleh
2
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan diperoleh biaya persediaan sebesar Rp 223 052 921.3 dan biaya pembelian yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 480 643 330 440. Sedangkan teknik LFL biaya persediaan sebesar Rp 54 544 851.9 dan untuk biaya pembelian inti sawit sama dengan teknik POQ dan PPB yaitu Rp 455 555 255 704. Untuk biaya persediaan POQ dan PPB berturut-turut sebesar Rp 538 275 111.8 dan Rp 208 705 799.3. Teknik EOQ biaya persediaan dan biaya pembelian yang diperoleh sebesar Rp 219 850 227.9 dan Rp 456 388 702 240. Alternatif pengendalian persediaan inti sawit di PT. SAP adalah teknik PPB, hasil perbandingan antara keempat teknik Metode MRP dengan metode perusahaan. Teknik PBB dapat menghemat biaya persediaan sebanyak 6.43 persen dan menghemat biaya pembelian sebesar 5.22 persen. Teknik ini pun sesuai dengan kondisi perusahaan karena pada teknik ini masih terdapat persediaan pada periode/minggu yang digabung dan pada teknik ini kuntitas pemesanan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat di dukung dari kapasitas silo yang besar, kapasitas mesin, julah tenaga kerja yang cukup serta karakteristik dari inti sawit yang dapat disimpan dalam waktu yang agak lama.
3
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan)
Santy Widyastuti A 14103586
4
Judul Penelitian
Nama Mahasiswa Nomor Pokok
: Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan) : Santy Widyastuti : A 14103586
Menyetujui Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec
5
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT STUDI KASUS DI DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SINAR ALAM PERMAI (PT SAP), MARIANA, KABUPATEN MUSI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN” INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2009
Santy Widyastuti A 14103586
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 08 November 1981 di Plaju, Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan ayahanda Suwitno dan ibunda Tri Mulyati. Penulis memulai pendidikan dasar di SD Taman Siswa I Sei Gerong pada tahun 1988, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke SLTP YKPP (Yayasan Kesejahteraan Pegawai Pertamina) 3 Sei Gerong dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMU YKPP 2 Sei Gerong. Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program Diploma III Program
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Inti Sawit (Studi Kasus di Departemen Palm Kernel Crushing (PKC) PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP) Mariana, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mencari metode alternatif yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan dalam pengadaan bahan baku, dengan memberikan tingkat persediaan dan biaya persediaan yang optimal serta dapat meghemat biaya pembelian bahan baku. Model pengendalian persediaan yang digunakan adalah model Material Requirement Planning (MRP) dengan teknik
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahhirobil Alhamdulillahhirobil Alamin
Puji dan syukur syukur penulis panjatkan panjatkan kehadirat Allah SWT SWT atas rahmat dan dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu memberi bimbingan, bantuan dan doa yang akan selalu penulis kenang dan syukuri. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M.Ec sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan masukan selama proses penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Ir. Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator, atas masukannya berupa
9
sebagai general manajer yang telah mengizinkan penulis untuk penelitian di PT. SAP. serta karyawan di departemen PKC, Lab PK dan Timbangan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas ilmu, informasi dan bantuan serta bimbingan selama penulis berada di PT. SAP 8. Adik-adikku di Neo Yasmin (Nanik, Ila, Agnes, Vera, Ela, Supreh, Uke dan Arnis) atas doa, kebersamaan, keceriaan, semangat dan kasih sayang selama ini. 9. Teman-teman ekstensi (Nora, Mini, Dewi, Nde, Wawan, Novalina dan Yunita) terima kasih kasih atas bantuan bantuan dan semangatnya semangatnya sehingga sehingga penelitian dan dan skripsi ini dapat selesai. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR ............................ ................................................... ............................................. ................................... ............. i UCAPAN TERIMA KASIH .......................................... ............................................................... ................................. ............ ii DAFTAR ISI ..................................... ........................................................... ............................................. .......................................... ................... iv DAFTAR TABEL .......................................... ................................................................. ............................................. ............................ ...... vii DAFTAR GAMBAR ................................ ..................................................... ........................................... ................................... ............. ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................ ............................................................. .......................................... ....................... .. x I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................... ................................................................... ........................................... ................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................ ................................................................... .................................. ........... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................... .................................................................. ...................................... ............... 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian .......................................... ................................................................. ................................. ..........
1 5 8 8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit ..................................... ........................................................... ............................................. .............................. ....... 10 2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit di di Indonesia Indonesia ............................................ ................................................. ..... 10
v
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Waktu ................................................ ...................................................................... ................................. ........... 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................ ........................................................................ .......................... 4.3 Metode Pengumpulan Data .............................................. .................................................................. .................... 4.4 Metode Metode Pengolahan Pengolahan dan Analisis Analisis Data Data ................................................. ................................................. 4.4.1 Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Manajemen Pengendalian Persediaan Inti Sawit .............................................. ..................................................................... ......................... .. 4.4.2 Analisis Persediaan Bahan Baku .......................................... .................................................... .......... 4.4.3 Pendugaan Pendugaan dan Penentuan Penentuan Biaya Biaya Persediaan Persediaan .................................. .................................. 4.4.4 Analisis Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku .................. 4.5 Analisis Perbandingan Biaya dan Penghematan ................................... ................................... 4.6 Definisi Operasional .......................................... ................................................................. ................................... ............ V. GAMBARAN UMUM PT. SAP 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................ ............................................... ... 5.2 Lokasi Perusahaan .............................................. ..................................................................... .................................. ........... 5.3 Visi, Misi, Kebijakan Kebijakan Mutu Perusahaan Perusahaan dan sasaran Mutu Perusahaan ............................ ................................................... .............................................. ........................................ ................. 5.4 Struktur Organisasi ......................................... ................................................................. ...................................... .............. 5.5 Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan ........................................... ................................................................. ........................................ .................. 5.6 Proses Produksi ............................................ ................................................................... ........................................ ................. 5.6.1 Bahan Baku ........................... ................................................. ............................................. .................................... ............. 5.6.2 Proses Pembuatan PKO ( Palm Kernel Oil )
43 43 44 44 45 45 46 47 52 52
54 55 58 59 63 65 65 65
vi
7.4.2.3 Metode MRP Teknik Periode Order Quantity (POQ) ..................................... ............................................................ ............................................. ............................ ...... 7.4.2.4 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) ............................... ..................................................... ............................................ .................................... .............. 7.4.3 Analisis Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode MRP .......................................... ................................................................ ......................................... ................... 7.4.4 Analisis Penghematan Terhadap Metode MRP dan Metode Perusahaan ........................................ ......................................................... ................. 7.4.5 Alternatif Model Pengendalian Persediaan Inti Sawit .................... ....................
88 89 90 93 94
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ........................... .................................................. .............................................. ......................................... .................. 97 8.2 Saran ................................................. ....................................................................... ............................................. .............................. ....... 98 DAFTAR PUSTAKA ......................................... ............................................................... ........................................... ........................100 ...100
vii
DAFTAR TABEL No
1. 2. 3. 4.
Teks
Hal
Perkembangan Perkembangan Penerimaan Devisa dari Sektor Pertanian Tahun 1995-Agustus 2008 ............................................ ................................................................... .................................... .............
1
Perkembangan Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2006 .......................
3
Perkembangan Perkembangan Produksi dan Volume Ekspor Minyak Inti Sawit (PKO) Tahun 1996-2005 .............................. .......................................... ............
4
Perkembangan Perkembangan Jumlah PK yang digunakan dan Produksi PKO pada Departemen PKC Tahun 2006 ............................... ...............................
7
5.
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kelapa Sawit ......................... ............................................. .................... 10
6.
Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................. .............................................................. ................. 15
7.
Cara Perhitungan Lot dengan Bagian PPB ........................................... ............................................. .. 40
8.
Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (MRP) ............................ ............................ 48
9.
Fasilitas yang Terdapat di PT. Sinar Alam Permai ................................. ................................. 56
10. Fasilitas dan Kapasitas di Plant 1 dan Plant 2 di Departemen KPC ...... 57 11. Standar Losses (Penyusutan/kehilangan) (Penyusutan/kehilangan) yang Terjadi di
viii
22. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Kuantitas Pesanan Pesanan dengan Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Bulan Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 ............................................. ................................................................... .................................... .............. 89 23. Frekuensi Pemesanan Pemesanan dan Kuantitas Pesanan PT. SAP dan Keempat Keempat Teknik Metode MRP Periode Juli 2006-Juni 2007 ................................ ................................ 90 24. Frekuensi Pemesanan dan Biaya Pemesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP MRP Periode Bulan Juli Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 ...................... ...................... 91 25. Jumlah Persediaan dan Biaya Biaya Penyimpanan Penyimpanan PT. SAP dan Keempat Keempat Teknik Metode MRP MRP Periode Bulan Juli Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 ...................... ...................... 92 26. Biaya Persediaan Persediaan PT. SAP dan Keempat Keempat Teknik Teknik Metode Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 ........................................ ......................................................... ................. 93 27. Persentase Penghematan Teknik Metode MRP Terhadap Metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 ......................................... ................................................... .......... 94
DAFTAR GAMBAR No
Teks
Hal
1.
Hubungan Antara Kedua Jenis Biaya Persediaan.................................... Persediaan.................................... 36
2.
Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ ......................................... ......................................... 39
3.
Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional ..................................... ..................................... 42
4.
Skema Pembuatan Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil, PKO) PT. Sinar Alam Permai (SAP) ................................................................ ................................................................ 67
5.
Diagram Alir Perencanaan dan Penerimaan Bahan Baku PT. SAP ........................................ .............................................................. ........................................... .................................... ............... 71
2
DAFTAR LAMPIRAN No
Hal
1.
Struktur Organisasi PT. Sinar Alam Permai ......................................... ......................................... 102
2.
Struktur Organisasi Departemen Palm Kernel Crushing (PKC Plant ................................................................ ............................................. ........................... .... 103 PKC Plant ) ..........................................
3
Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 ............................ ................................................... ............................................. ............................ ...... 104
4.
Perhitungan Biaya Persediaan Inti Sawit Dengan metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 2007 ................................................. ................................................. 104
5.
Perhitungan EOQ, EPP ( Economic Part Period Part Period ) dan POQ ................. 105
6.
Metode MRP Teknik Lot Lot for Lot .......................................................... 106
7.
Metode MRP Teknik EOQ ........................................... .................................................................. ......................... 107
8.
Metode MRP Teknik POQ ........................................... .................................................................. ......................... 108
9.
Cara Perhitungan PPB Persediaan Inti sawit ........................................ ........................................ 109 Metode MRP Teknik Teknik PPB ............................................ .................................................................. ........................ .. 110
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia karena berperan sebagai sumber utama pangan dan pertumbuhan ekonomi. Peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi terlihat dari kontribusi sektor ini Produk Domestik Bruto (PDB) dan terhadap devisa negara. Pada tahun 2007 sektor ini memberikan kontribusi pada PDB sebesar 13.83 1
persen . Kontribusi sektor pertanian terhadap devisa negara dapat dilihat pada
2
sebelumnya. Hal ini disebabkan pada tahun 1998-1999 sedang terjadi krisis moneter. Pasca krisis moneter (Tahun 2000-2003) pendapatan dari sektor ini mulai mengalami peningkatan kembali (USD 5.03 juta) dan sektor ini tetap menjadi salah satu andalan bagi negara ketika terjadinya krisis keuangan global. Pada tahun 2008 pendapatan dari sektor ini sebesar USD 16.21 juta (periode Januari-Agustus 2008) naik 70.25 persen dari tahun 2007 pada periode yang sama. Perkebunan merupakan salah satu subsektor pertanian dan salah satu komoditi primadona pada subsektor perkebunan adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit memberikan kontribusi sebesar 1 persen terhadap PDB non-migas 3
dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 8,5 juta orang . Kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan baik dari segi produktivitas, ragam kegunaan maupun harga produk. Terdapat trend bahwa ke depan tingkat pertumbuhan
3
Tabel 2. Perkembangan Produksi, Luas Areal, dan Produktivitas Kelapa Ke lapa Sawit Indonesia Tahun 1999-2006 Tahun Produksi Luas Areal Produktivitas Ton %/Th Ha %/Th Ton/Ha %/Th 1999 6 455 590 3 901 802 1.65 2000 7 000 508 8.44 4 158 077 6.57 1.68 1.76 2001 8 396 472 19.94 4 713 435 13.36 1.78 5.81 2002 9 622 345 14.60 5 067 058 7.50 1.90 6.60 2003 10 440 834 8.51 5 283 557 4.27 1.98 4.06 2004 10 830 389 3.73 5 284 723 0.02 2.05 3.71 2005 11 861 615 9.52 5 453 817 3.20 2.17 6.13 *) 13 390 807 12.89 6 074 926 11.39 2.20 1.35 2006 9 749 820 11.10 4 992 174 6.62 1.93 4.20 Rata-Rata Sumber : Statistik Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007 Keterangan : *) Angka Sementara
Minyak inti sawit ( Palm Kernel Oil , PKO) merupakan salah satu minyak yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit selain CPO. Minyak inti sawit (PKO) diperoleh dari biji (seed ) di dalam buah kelapa sawit yang disebut inti sawit ( Palm
4
Tabel 3. Perkembangan Produksi dan Volume Ekspor Minyak Miny ak Inti Sawit (PKO) Tahun 1996-2005 Produksi PKO Volume Ekspor Tahun Nilai (000 USD) (Ton) PKO (Ton) 1996 1 084 676 341 318 235 168 1997 1 095 273 502 979 294 255 1998 1 186 083 347 009 195 447 1999 1 291 118 597 843 347 975 2000 1 400 102 578 825 239 120 2001 1 675 676 581 926 146 259 2002 1 831 069 738 416 256 234 2003 2 104 722 659 894 264 678 2004 2 267 271 904 327 502 681 2005 2 474 532 1 042 613 602 606 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2006
Sedangkan, permintaan akan minyak inti sawit (PKO) tidak mengalami penurunan yang signifikan meskipun mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Permintaan akan minyak inti sawit dapat dilihat dari volume ekspor inti sawit
5
mengambil keuntungan dari penjualan minyak inti sawit (PKO). Para pengusaha memperoleh keuntungan sebesar Rp 1 550 per kilogram minyak inti sawit 4
(PKO).
Industri kelapa sawit terdiri dari beberapa segmen industri yaitu budidaya perkebunan, mill (Pabrik Kelapa Sawit) , industri pengolahan dan perdagangan. Umumnya industri yang banyak diusahakan di Indonesia adalah segmen 5
perkebunan dan mill . Salah satu perusahaan yang bergerak dalam beberapa segmen industri kelapa sawit adalah Wilmar Corporation. Salah satu anak perusahaan dari Wilmar Corporation adalah PT. Sinar Alam Permai (PT. SAP). Perusahaan ini bergerak dalam industri hilir yang mengolah minyak sawit kasar (CPO) menjadi minyak goreng (merek ” Fortune”) dan turunan dari CPO lainnya serta mengolah inti sawit untuk menghasilkan
6
Inti sawit tersebut diperoleh dari dua sumber yaitu PKS yang tergabung dalam satu grup dengan PT. SAP dan PKS dari grup yang lain. PKS tersebut berada di provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung. Selama ini pengadaaan inti sawit (PK) untuk departemen PKC dilakukan oleh kantor pusat ( Head Office,HO) dari Wilmar Corporation yang berada di Medan. Perencanaan dan pengadaan bahan baku inti sawit di PT. SAP dilakukan oleh bagian PPIC ( Production Planning and Inventory Control ) dan bagian logistik. Pembelian inti sawit dilakukan dengan sistem kontrak oleh PT. SAP kepada pihak PKS dan kesepakatan kontrak (kualitas dari inti sawit yaitu kadar air, kadar minyak, dan persentase kotoran) dilakukan di awal kontrak pembelian. Perusahaan melakukan produksi berdasarkan target (jumlah hari kerja dalam satu bulan adalah 28.75 hari) yaitu mengolah 28 750 ton inti sawit ( Palm
7
Tabel 4. Perkembangan Jumlah PK yang digunakan dan Produksi PKO pada Departemen PKC Tahun 2006 Bulan
Jumlah PK (Kg)
Produksi PKO (Kg)
anuari
16 020 537.00
6 645 444.00
ebruari
14 919 505.00
6 180 272.00
aret
16 312 147.00
6 887 905.00
pril
17 205 840.00
7 365 963.00
ei
18 242 380.00
7 820 716.00
19 126 182.00 18 839 767.00 17 325 105.00 19 069 151.00 17 527 382.00 22 752 271.00 20 749 870.00 18 174 178.08
8 238 251.00 8 094 648.00 7 425 643.00 8 159 094.00 6 602 157.00 9 766 022.00 8 857 800.00 7 670 326.25
uni uli gustus eptember ktober ovember esember ata-Rata Sumber : Departemen Departemen PKC
Naik turunnya penggunaan inti sawit berpengaruh pada persediaan inti
8
dengan mengubah rencana produksi. Persediaan yang berfluktuasi berdampak pada biaya penyimpanan yang ikut berfluktuasi. Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka rumusan masalah penelitian ini yaitu : 1. Apakah sistem pengendalian persediaan inti sawit yang dilakukan oleh perusahaan sudah efisien, sehingga diperoleh biaya persediaan yang minimum? 2. Bagaimanakah model alternatif pengendalian persediaan inti sawit yang dapat meminimalkan biaya, sesuai dengan kondisi perusahaan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
9
pengetahuan, serta sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, dan bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat, dan sebagai masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit terdiri dari dua spesies yaitu Elaeis guineensis, berasal dari Afrika Barat dan Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon, tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan dan bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Adapun, klasifikasi ilmiah tanaman kelapa sawit terdiri dari (Wikipedia Indonesia, Maret 2008) : Tabel 5. Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kelapa Sawit Klasifikasi Ilmiah Kerajaan Plantae Divisi Magnoliophita Magnoliophita
11
yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaysia pada tahun 1911-1912. Pada tahun 1919 Indonesia mulai mengekspor minyak sawit mentah sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai mendominasi ekspor minyak sawit dunia, hal ini sejalan dengan meningkatnya permintaan di pasar dunia karena semakin berkembangnya industri di Eropa yang membutuhkan bahan mentah/bahan baku minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO). Namun, saat masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa
12
Pada masa pemerintahan orde baru pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sebagai penghasil devisa negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294 560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721 172 ton. Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR – BUN) (Guritno P, 2000).
2.1.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit
Berdasarkan tebal tempurung varietas tanaman kelapa sawit dibagi
13
generatif. Bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun. Untuk bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Guritno, P, 2000).
2.1.3 Inti Sawit
Inti sawit merupakan buah kelapa sawit yang dipisahkan dipisahkan dari daging buah buah dan tempurungnya. Dari tandan buah segar (TBS) diperoleh inti sawit sebanyak 4%-5% dan diperoleh minyak inti sawit sebanyak 45-48 % yang kaya akan gugus Asam laurat bersifat cair pada suhu kamar. Spesifikasi inti sawit harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu (Departemen Perindustrian, 2007): a) Kadar minyak minimum b) Kadar air maksimum c) Kontaminasi maksimum
14
2. Dipisahkan (split ) dalam pembuatan oleo-chemicals. 3. Dimurnikan (refined ) dan dihidrogenasi (hydrogenated ), ), dalam pembuatan confectioneries, coffee whitener dan lain sebagainya. 4. Difraksionasi ( fractionated fractionated ) dan dimurnikan ( refined ) menjadi palm kernel olein dalam pembuatan confectionery fats atau menjadi palm kernel stearin dalam pembuatan margarine.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang berbagai komoditi perkebunan termasuk kelapa sawit dan produk olahannya telah banyak dilakukan, begitu pula dengan penelitian tentang pengendalian persediaan bahan baku. Berbagai model digunakan untuk menganalisis dan meningkatkan persediaan bahan baku sehingga meminimalkan
15
Tabel 6. Penelitian-Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Tahun
Komoditi
1
Risma
2005
CPO dan PKO
2
Sahat
2005
CPO dan PKO
3
4
Sary
Reza
2004
2004
Kelapa
Kayu
Topik Analisis Kinerja Ekspor CPO/PKO Indonesia di Pakistan Peramalan Produksi CPI dan PKO PT PAMTAMA Kebun Teluk Dalam, Asahan, Sumatera Utara Peramalan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kelapa pada PT. Riau Sakti United Plantation, Riau Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu pada PT. Jaya Cemerlang Industry, Banten Analisis
Alat Analisis Analisis RCA dan analisis CMSA Metode Peramalan Time Series
Metode Material Requirements Planning (MRP) dengan teknik EOQ,LFL dan PPB Metode Material Requirements Planning (MRP) dengan teknik EOQ,LFL dan PPB Metode Material
16
tahun ke tahun. Hasil analisa CMSA menunjukkkan bahwa efek daya saing paling menentukan dalam meningkatkan/menurunkan nilai ekspor CPO/PKO Indonesia di Pakistan. Sahat (2005), melakukan identifikasi terhadap pola data produksi CPO dan PKO di PT. PANAMTAMA, Sumatera Utara dan mencari metode peramalan time series yang terbaik untuk produksi CPO dan PKO. Berdasarkan metode kuantitatif
yang diterapkan, diperoleh metode peramalan terbaik untuk produksi CPO dan PKO adalah metode ARIMA yang ditentukan berdasarkan nilai MAPE yang dihasilkan dan keefisienan dalam menerapkan metode. Hasil peramalan dapat dijadikan pedoman bagi pihak manajemen untuk menyusun strategi atau kebijakan yang berkaitan dengan bagian produksi, keuangan dan pemasaran. Sary (2004) melakukan peramalan produksi dan pengendalian persediaan
17
perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.8 persen yaitu dari Rp 1.271 milyar menjadi 1.18 milyar. Penelitian yang dilakukan oleh Reza (2004) pada PT. Jaya Cemerlang Industry, Tangerang, Banten menganalisis pengendalian persediaan bahan baku kayu dalam rangka meningkatkan efisiensi produksi, termasuk penghematan biaya persediaan. Pada penelitian Reza terdapat dua jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku di perusahaan tersebut yaitu kayu pinus dan kayu prupuk. Pada penelitian ini Reza membandingkan metode perusahaan dengan metode MRP. Metode MRP yang digunakan dalam penelitian Reza adalah teknik LFL, EOQ dan PPB. Hasil perbandingan antara metode perusahaan dan metode MRP pada tiap jenis kayu diperoleh, penghematan persediaan pada kayu pinus terdapat pada
18
metode MRP dengan teknik LFL, EOQ dan POQ yang dibandingkan dengan metode perusahaan. Hasil penelitian Dessy diperoleh biaya persediaan berturut-turut yaitu teknik LFL (Rp 18 693 042), EOQ (Rp 104 974 043) dan teknik POQ (Rp 160 525 154). Teknik yang direkomendasikan sebagai metode alternatif adalah teknik EOQ, dengan alasan kapasitas perusahaan seperti gudang, mesin dan tenaga kerja mendukung penggunaan penggunaan teknik EOQ. Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai pengendalian persediaan bahan baku, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang menerapkan metode MRP pada berbagai perusahaan dapat menghemat biaya persediaan.
Hasil
perhitungannya
menghasilkan
kuantitas
dan
frekuensi
pemesanan yang optimal sehingga dapat meminimalkan biaya pemesanan dan
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Bahan Baku
Bahan baku adalah salah satu unsur atau bagian dari sumber daya disamping modal, tenaga kerja dan lain-lain. Bahan yang dapat digunakan dalam proses produksi dapat dibedakan menjadi (Burton dalam Reza, 2004) : 1. Bahan langsung ( direct materials ) Bahan yang menjadi bagian dari barang-barang jadi dan merupakan bagian pengeluaran yang besar dalam memproduksi sesuatu. 2. Bahan tidak langsung ( indirect materials ) Bagian dari produk jadi yang dipergunakan dalam jumlah kecil sehingga biaya bahan tidak besar jika dibandingkan dengan biaya langsung.
20
pembelian dan spesifikasi bahan baku, (4) seleksi sumber persediaan bahan baku, dan (5) pengawasan kualitas bahan baku. Kegiatan utama dalam pengadaan bahan baku adalah pembelian bahan baku, yang dilakukan sesuai dengan prosedur pembelian. Prosedur pembelian bahan baku yang dilakukan tiap-tiap perusahaan berbeda satu sama lain, tergantung
dari
jenis
bahan
baku,
volume
kegiatan
dan
pembebanan
tanggungjawab persediaan pada masing-masing perusahaan (Assauri, 1999).
3.1.1 Pengadaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku sangat menunjang kelancaran proses produksi. Ketepatan dalam pemenuhan kualitas maupun kuantitas bahan baku merupakan suatu hal yang patut diperhatikan perusahaan. Menurut Mulyadi (2000), bahan
21
1. Pembelian yang teratur ( Hand - to Mouth Mouth Buying) Pembelian berdasarkan atas besarnya kebutuhan sekarang dan bertujuan untuk mencegah kerugian atau keburukan yang diakibatkan oleh adanya persediaan bahan yang berlebih di gudang. 2. Pembelian spekulatif (Speculative Purchasing ) Pembelian yang didasarkan karena motif untuk mendapatkan keuntungan akan naiknya harga bahan pada waktu yang akan datang. 3. Pembelian sebelumnya ( Forward Buying) Pembelian yang bertujuan untuk menjaga ketersediaan bahan mentah secara kontinyu selama waktu tertentu. Perusahaan yang menggunakan produk pertanian sebagai bahan baku sebagian besar akan melakukan pembelian sebelumnya. Hal ini disebabkan
22
pemasok menjadi lebih erat, dan tanggungjawab pembelian tiap lokasi dapat lebih terfokus.
3.1.2 Persediaan Bahan Baku
Pelaksanaan
persediaan
bahan
baku
yang
dilakukan
perusahaan,
ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut adalah (Ahyari, 1999) : 1.
Perkiraan pemakaian Perkiraan bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi suatu produk, dilakukan sebelum kegiatan pembelian. Perkiraan kebutuhan bahan baku ini merupakan perkiraan tentang besarnya jumlah bahan baku yang akan dipergunakan untuk keperluan proses produksi yang akan datang.
23
5.
Pemakaian sesungguhnya sesungguhnya Menyusun perkiraan kebutuhan bahan baku agar mendekati kenyataan dengan menganalisa besarnya penyerapan bahan baku yang sudah disusun. Selain itu, perlu diperhatikan faktor pemakaian bahan baku sesungguhnya dari periode-periode lalu (actual demand ). ).
6.
Waktu tunggu (lead time) Waktu tunggu merupakan tenggang waktu yang diperlukan antara pemesanan suatu bahan baku dengan datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu harus diperhatikan karena berhubungan dengan penentuan saat pemesanan kembali bahan baku. Sehingga resiko penumpukkan persediaan atau kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
24
3.1.3.1 Fungsi dan Peranan Persediaan
Menurut Handoko (2000) yang dimaksud dengan fungsi persediaan adalah: 1. Fungsi Decoupling Mempertahankan tingkat persediaan sebagai keputusan untuk menghadapi penawaran dan permintaan terhadap persediaan yang tidak teratur. Jika kebutuhan perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan mentah diperlukan sebagai input bagi proses transformasi produksi. Size 2. Fungsi Economic Size
Perusahaan melakukan penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas persediaan bahan,diskon atas kualitas yang dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang
25
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan lagi. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan tersebut tidak ada di pasaran. 4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin secara optimal. 6. Memberikan pelayanan ( service ) kepada langganan dengan sebaik-baiknya dimana keinginan langganan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.
26
1. Persediaan bahan mentah ( Raw materials), yaitu persediaan barang-barang yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau diperoleh dari supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (Purchased Parts), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong ( Supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses ( Work in Process ) yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
27
jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluarannya dalam jumlah kecil. 2. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak diramalkan. Dalam hal ini, perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Anticipation Stock 3. Anticipation
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan maupun permintaan yang meningkat. Selain itu, anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu
28
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi. b. Upah. c. Biaya telepon. d. Pengeluaran surat-menyurat. e. Biaya pengepakan dan penimbangan. f.
Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan.
g. Biaya utang lancar. h. Biaya pengiriman ke gudang. Costs atau Carrying Costs ) 2. Biaya Penyimpanan ( Holding Costs
Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak. Biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan merupakan bagian dari biaya penyimpanan.
29
3. Biaya kekurangan atau kehabisan bahan Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut : 1. Kehilangan penjualan 2. Kehilangan langganan 3. Biaya pemesanan khusus 4. Biaya ekspedisi 5. Selisih harga 6. Terganggunya Terganggunya operasi 7. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya
30
5. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas, atau biaya terlalu banyak atau terlalu sedikitnya kapasitas yang digunakan pada suatu waktu. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas adalah biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya kematian dan pengangguran.
3.1.3.4 Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi persediaan rakitan, bahan baku dan barang hasil/produk sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan (Assauri,1999). Kelebihan maupun kekurangan persediaan akan mengakibatkan kerugian, karena kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh
31
1. Persediaan minimum ( Minimum Point Point Stock ) / Persediaan Pengaman Persediaan minimum merupakan batas jumlah persediaan yang paling rendah yang harus ada untuk satu jenis bahan. Persediaan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan ( stock out ) sehingga kelancaran produksi dapat berjalan lancar. 2. Besarnya pesanan standar ( Standard Order ) Jumlah pesanan yang telah ditentukan besarnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dengan tujuan tidak terjadi kelebihan persediaan bahan baku atau kekurangan bahan baku, agar perusahaan dapat meminimalkan jumlah biaya pesanan dan biaya penyimpanan. 3. Persediaan maksimum ( Maximum Point Point Stock ) Tingkat persediaan yang menghasilkan biaya persediaan yang paling
32
terikat (dependent ). ). Permintaan bebas adalah suatu permintaan yang bebas, tidak ada keharusan untuk membelinya sebagai kepentingan proses konversi sedangkan permintaan terikat disebabkan jika bahan atau barang tersebut tidak ada, maka proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan (Tampubolon, 2004). Dengan berbedanya jenis permintaan tersebut, maka model persediaan yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai pengendalian persediaan bahan baku yang memiliki jenis permintaan terikat. Pembahasan mengenai jenis-jenis pengendalian persediaan akan dititik beratkan pada model-model yang sesuai untuk jenis permintaan terikat. Untuk model jenis-jenis barang permintaan terikat yang lebih sesuai adalah Sistem Rencana Kebutuhan Barang ( Material Requirement Requirement Planning /MRP System ). MRP adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan
33
sehingga produksi berjalan mulus, sesuai rencana, dan menekan investasi sediaan bahan baku dan barang setengah jadi. Menurut Heizer dan Render (2005), untuk menggunakan MRP pada dasarnya memiliki empat prasarat dasar yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Ketersediaan jadwal induk produksi ( master production schedule ) Jadwal induk produksi merupakan rencana yang terperinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam horizon pemesanan. Rencana produksi diturunkan dari teknik perencanaan agregat. Rencana ini mencakup perencanaan jenis-jenis input, keuangan, permintaan pelanggan, kemampuan secara teknik, ketersediaan tenaga kerja, fluktuasi persediaan, keragaan pemasok dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Dari rencana inilah jadwal dibuat. Jadwal induk induk produksi produksi memberitahukan memberitahukan apa
34
material harus selalu diamati. MRP tidak mungkin dijalankan tanpa adanya catatan persediaan yang akurat. 4. Waktu tunggu (lead time) Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai dari saat pesanan unit dilakukan sampai dengan saat unit tersebut diterima dan siap untuk digunakan, baik untuk produksi yang harus dibuat sendiri maupun unit produk yang dipesan dari luar perusahaan. Sistem MRP dapat diterapkan dengan baik apabila waktu tunggu pemesanan komponen diketahui. Waktu tunggu ini digunakan dalam hal perencanaan waktu serta mempengaruhi kapan rencana pemesanan akan dilakukan.
3.1.4.1 MRP Teknik Lot For Lot
35
di tangan, sehingga kebutuhan kotor adalah sama dengan kebutuhan bersih yang kemudian di pesan sebelumnya dengan harapan akan diterima tepat pada waktunya. Teknik ini memberikan penghematan pada biaya penyimpanan, karena bahan baku di pesan sesuai dengan kebutuhan bersih produksinya. Sehingga penumpukkan bahan baku yang di gudang dalam jumlah yang melimpah dapat dihindari. Kekurangan dari teknik lot for lot adalah teknik ini tidak dapat digunakan apabila bahan baku yang digunakan jumlahnya sedikit di pasaran sehingga permintaan tepat pada waktunya tidak dapat dilakukan.
3.1.4.2 MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Metode manajemen persediaan yang paling terkenal adalah model
36
Gambar 1. Hubungan Antara Kedua Jenis Biaya Persediaan
Sumber : Handoko, 2000
Jumlah pemesanan akan optimal jika biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan mencapai nilai minimum. Kuantitas pemesanan yang optimal terjadi
37
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penentuan kuantitas yang optimal dapat dirumuskan sebagai berikut : Biaya penyimpanan
= Q ........................................... .................................................... ......... (H)
Biaya Pemesanan
= D ........................................... ................................................... ........ (S)
Biaya Total Persediaan
D = Q + ......................................... ......................................... (H) + (S)
2
Q
2
Q
Nilai Q akan optimal apabila TC mencapai nilai minimal. Hal ini akan dicapai apabila turunan pertama TC terhadap variabel Q sama dengan nol dan turunan kedua lebih besar nol, atau dapat ditulis dengan : 1)
dTC dQ 2
=0
38
3. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan. 4. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan. 5. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima ( lead time, L) adalah konstan. 6. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order Berdasarkan pernyataan di atas, karena permintaan akan produk adalah konstan dan seragam maka grafik tingkat persediaan dari waktu ke waktu berbentuk seperti seperti dalam Gambar 2 (ini yang menyebabkan menyebabkan mengapa mengapa EOQ sering disebut model “ continuous ”). Q adalah jumlah yang dipesan kapan saja persediaan mencapai titik pemesanan kembali
( Reorder Point , R), d adalah tingkat
permintaan atau penggunaan per hari, dan L adalah lead time. Waktu
tunggu
( lead
time)
perlu
diperhatikan
untuk
mengatasi
39
Gambar 2. Tingkat Persediaan Versus Waktu bagi EOQ. Sumber : Handoko, 2000
Keuntungan penggunaan teknik EOQ adalah pemesanan dilakukan lebih besar dari kebutuhan bersihnya, sehingga apabila perubahan kuantitas produksi menjadi lebih besar, maka persediaan bahan baku tersedia. Kekurangan teknik ini
40
diperoleh dengan mengkumulatifkan perkalian kebutuhan bersih suatu periode dengan periode tambahan yang ditanggung (Tabel 7). Tabel 7. Cara Perhitungan Lot dengan Teknik PPB Periode yang Kebutuhan Bersih digabungkan Kumulatif 1 a 1,2 a+b 1,2,3 a+b+c
Kumulatif Bagian Periode a x (1-1) b x (2-1) b x (2-1) + c x (3-1)
Sumber : Buffa dan Sarin, 1996
Bagian periode yang paling mendekati nilai EPP adalah pilihan gabungan periode yang dipilih dan juga dilakukan untuk periode-periode selanjutnya. Besar pesanan adalah sebesar kebutuhan bersih kumulatif, yang dilakukan sebelum kebutuhan tersebut terjadi dengan harapan akan diterima tepat pada awal periode gabungan tersebut dan akan digunakan selama periode gabungan.
41
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional ini dimulai mengidentifikasi kondisi perusahaan yang yang berkaitan dengan manajemen manajemen persediaan bahan baku. baku. Beberapa hal yang terkait dalam pembelian yaitu jenis dan asal bahan baku, kualitas, volume pemakaian, waktu tunggu, serta biaya persediaan yang meliputi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Kedua biaya ini dipilih karena merupakan biaya yang dominan pada PT. Sinar Alam Permai terutama yang bergerak di bidang manufaktur/pabrik. Alat analisis pengendalian persediaan bahan baku dari produksi PKO adalah dengan menggunakan metode pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Metode Rencana Kebutuhan Bahan ( Material Requirement Requirement Planning, MRP) yang
42
PT. SAP
Permasalahan di Departemen PKC PT SAP - Fluktuasi penggunaan inti sawit - Target perusahaan belum terpenuhi
Identifikasi Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku Inti sawit
Analisis Persediaan Bahan Baku Inti Sawit
Volume Pemakaian Bahan Baku
Biaya Persediaan Bahan Baku
Waktu Tunggu
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
43
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di PT Sinar Alam Permai (PT SAP) yang berlokasi di Jalan Sabar Jaya No. 21, Desa Prajin, Mariana, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja, dengan pertimbangan bahwa PT SAP merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri hilir kelapa sawit, yang menghasilkan produk dengan orientasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor. Adapun pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
44
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Data-data tersebut antara lain jenis dan asal bahan baku, prosedur pembelian, pengawasan mutu bahan baku dan kebijakan persediaan perusahaan. Data sekunder diperoleh dari data-data yang dimiliki oleh perusahaan. Data pengendalian persediaan bahan baku PT. SAP (Sinar Alam Permai) yang dikumpulkan antara lain : 1. Data persediaan inti sawit. 2. Data persediaan PKO. 3. Biaya pemesanan. 4. Biaya penyimpanan. 5. Waktu tunggu. 6. Data pembelian.
45
4.4.1 Identifikasi Kondisi Perusahaan dalam Manajemen Pengendalian Persediaan Inti Sawit
Langkah awal yang dilakukan dalam analisis pengendalian persediaan adalah mengidentifikasi manajemen pengendalian bahan baku perusahaan. Sebelum dilakukan analisa, perlu diketahui kebijakan-kebijakan yang diterapkan perusahaan sehubungan sehubungan dengan produksi, pembelian bahan baku, cara perusahaan dalam menangani persediaan dan menentukan besar pesanan selama ini. Setelah itu perlu diketahui bagaimana perjanjian pesanan pembelian antara perusahaan dan pemasok serta perjanjiannya dan hal-hal penting lainnya yang dapat diketahui.
4.4.2 Analisis Persediaan Bahan Baku
Jenis data yang diperlukan dalam menganalisis persediaan bahan baku adalah :
46
Penentuan volume atau tingkat persediaan pengaman yang dipilih perusahaan harus didasarkan atas pertimbangan yang rasional sehingga dapat menghasilkan menghasilkan penentuan kebijakan yang efektif. Persediaan pengaman merupakan persediaan yang harus ada selama waktu tunggu pengadaan bahan baku. Dalam perhitungan persediaan pengaman terdapat faktor-faktor yang perlu diperhatikan yaitu waktu tunggu, dan rata-rata pemakaian bahan baku. Rumus perhitungan persediaan pengaman adalah sebagai berikut : S=dxL
di mana : S : Persediaan Persediaan pengaman d : Rata-rata permintaan/ permintaan/ pemakaian bahan per periode L : Waktu tunggu pemakaian per periode
47
yang ada di gudang. Biaya penyimpanan setahun dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 12
TH =
∑
thi
i=1
Thi = Qri x h Qri = (Qawi + Qaki) / 2 Thi = [(Qawi + Qaki)/2] x h maka : 12
TH =
[(Qawi + Qaki)/2] x h i=1
12
TH = [( i=1
di mana :
12
Qawi +
Qaki)/2) x h] i=1
48
Tabel 8. Format Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku (MRP) Uraian Mingguan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kebutuhan kotor Persediaan Kebutuhan bersih Rencana penerimaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan
11 12
Sumber : Buffa dan Sarin, 1996
Langkah-langkah Langkah-langkah pengisian tabel MRP adalah sebagai berikut : 1. Menentukan kebutuhan kotor. Kebutuhan kotor adalah rencana pemakaian bahan baku perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. 2. Persediaan di tangan Perkiraan persediaan yang ada di tangan untuk satu periode. Apabila tidak
49
sebesar kebutuhan kotor periode tersebut dikurangi persediaan di tangan periode sebelumnya. sebelumnya. 4. Menentukan rencana penerimaan pesanan. Rencana penerimaan pesanan adalah besarnya bahan baku yang akan diterima pada periode tertentu berdasarkan pemesanan yang telah dilakukan sebelumnya. 5. Membuat rencana pelaksanaan pesanan. Rencana pelaksanaan pesanan adalah besarnya pesanan yang direncanakan perusahaan pada suatu periode dengan harapan akan diterima perusahaan tepat pada saat dibutuhkan, yaitu pada saat rencana penerimaan pesanan, hanya periode pelaksanaannya yang berbeda yaitu sebelum rencana penerimaan pesanan. Pesanan diasumsikan akan diterima ketika barang terakhir
50
b. Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Teknik EOQ (kuantitas pesanan ekonomis), besarnya pesanan yang dilakukan sebesar kelipatan dari EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan bersih. Rumus dasar dari EOQ adalah sebagai berikut :
EOQ = dimana : R : Permintaan bahan baku (Kg) C : Biaya Biaya pemesanan per pesanan (Rp) H : Biaya penyimpanan per unit unit tahun (Kg) c. Teknik Part Period Balancing (PPB)
2CR H
51
pada saat suatu periode gabungan yang telah ditentukan tidak memiliki kebutuhan bersih, maka tidak ada rencana penerimaan pesanan. Pada periode gabungan yang kedua dan ketiga dan seterusnya dari suatu gabungan periode, kebutuhan kotornya sudah diterima pada periode pertama dari gabungan periode, maka periode kedua, ketiga dan seterusnya tidak terdapat kebutuhan bersih, sehingga pesanan yang direncanakan akan diterima sama dengan nol. Pada awal periode gabungan, rencana pesanan akan diterima sebesar kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan. d. Teknik Period Order Quantity (POQ)
Pada teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan actual dalam jumlah periode tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
52
4.5 Analisis Perbandingan Biaya dan Penghematan
Dari hasil analisis biaya persediaan bahan baku untuk setiap model yang digunakan akan dibandingkan besar pesanan, banyak pesanan, dan biaya persediaan yang timbul. Selain melakukan perbandingan antar teknik juga akan dilakukan perbandingan antar teknik-teknik tersebut dengan sistem pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan, kemudian dilakukan penghitungan penghematan biaya bahan baku. Dari hasil analisis perbandingan dan penghitungan penghematan tersebut dilakukan pemilihan alternatif sistem pengendalian yang tepat bagi perusahaan. Metode yang menghasilkan persentase penghematan terbesar dengan biaya persediaan minimum dan sesuai dengan kondisi perusahaan akan direkomendasikan untuk digunakan perusahaan.
53
3. Biaya pemesanan Biaya-biaya yang terkait langsung dengan kegiatan pemesanan atau pembelian bahan yang dilakukan oleh perusahaan. Komponen biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon, biaya transportasi, biaya ekspedisi, dan biaya angkut. Dihitung dalam satuan Rupiah (Rp). 4. Biaya penyimpanan Biaya yang timbul karena adanya bahan baku yang disimpan oleh perusahaan. Komponen biaya penyimpanan hanya terdiri dari biaya modal ( opportunity cost ). ). Biaya penyimpanan dihitung dalam satuan Rupiah (Rp).
5. Waktu Tunggu Tenggang waktu antara pemesanan bahan baku sampai bahan baku tersebut diterima oleh perusahaan. Waktu tunggu atau waktu ancang-ancang dihitung
54
V. GAMBARAN UMUM PT. SAP
5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perusahaan pada mulanya bernama PT. Sinar Laut yang didirikan pada tahun 1984, yang bergerak di bidang produksi dan pengolahan minyak kelapa sawit. PT. Sinar Laut merupakan perusahaan keluarga dari keluarga Sukrianto Halim. Perusahaan didirikan dengan penanaman modal dalam negeri. Modal diperoleh dari pinjaman Bank Dagang Negara (BDN), dengan pinjaman sebesar Rp 25 Milyar, ditambah dengan modal sendiri. PT. Sinar Laut mengalami kemunduran pada tahun 1991. Perusahaan ini berpindah tangan ke pengusaha Medan yang bergerak di bidang minyak goreng pada tanggal 01 Oktober 1991 dan berganti nama menjadi PT. Sinar Alam Permai.
55
2. Untuk mencukupi kebutuhan minyak kelapa sawit dalam negeri, khususnya minyak goreng. 3. Untuk membantu program pemerintah, khususnya dalam meningkatkan taraf hidup petani kelapa sawit.
Sejak tahun 1991 sampai sekarang PT. SAP mengalami peningkatan produktifitas di beberapa produknya berdasarkan target yang t elah ditetapkan oleh perusahaan. Namun demikian keberhasilan dalam peningkatan produktifitas tersebut tidak terlepas dari berbagai hambatan, antara lain : 1. Terjadinya berbagai persaingan dalam pemasaran internasional. 2. Terjadinya persaingan dengan industri yang sejenis di daerah yang sama. 3. Jarak perkebunan dan lokasi perusahaan yang jauh.
56
Tabel 9. Fasilitas yang Terdapat di PT. Sinar Alam Permai No 1
2
Fasilitas Kantor
Laboratorium
Jumlah 4
2
1. 2. 3. 4.
Nama Kantor Utama Kantor Administrasi Kantor Keselamatan Kesehatan Kerja Kantor Security
1.
Lab Utama
2.
Lab Palm Kernel
3.
Tempat Penimbangan
1. Refenery 3
4
5
Pabrik (Plant)
Tempat Bongkar Muat
Tangki
5
2.
Fraksinasi
3.
Palm Kernel Crushing
4.
Teksturing
5.
Pengemasan Terdapat 4 jalur dengan dilengkapi dilengkapi timbangan hidrolik
1.
Penampungan PKO (2)
2.
Penyimpanan PKO (stok) (3)
3.
Penampungan/penyimpanan CPO (3)
4.
Penyimpanan Olein (3)
5.
Penyimpanan Stearine (3)
6.
Tangki pendingin (6)
7.
Tangki air (4)
1
24
57
bungkil, bagian mekanik dan bagian produksi. Masing-masing bagian dipimpin oleh seorang leader yang membawahi beberapa mandor. Bagian produksi Departemen PKC adalah bagian yang mengolah inti sawit (PK) menjadi minyak inti sawit (PKO). Bagian produksi Departemen PKC memilki dua pabrik ( plant ) yaitu pabrik 1 dan pabrik 2. Masing-masing pabrik tersebut dilengkapi dengan mesin mesin pres pertama, mesin pres kedua, hopper dan bulking silo. Untuk lebih jelas mengenai Fasilitas dan kapasitas di ke dua plant dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Fasilitas dan Kapasitas di Plant 1 dan Plant 2 di Departemen PKC Plant Fasilitas Kapasitas Satu Dua 1. Mesin pres satu ( Fipress ) • @ 15 ton
42 mesin
18 mesin • Jam kerja mesin 1008 plant 1) dan 432 jam ( plant
58
5.3 Visi, Misi, Kebijakan Mutu Perusahaan dan Sasaran Mutu Perusahaan
Setiap perusahaan maupun suatu organisasi dan instansi akan selalu memiliki visi dan misi yang menjadi pedoman kegiatan. PT. Sinar Alam Permai memiliki visi dan misi, yaitu : 1. Visi Perusahaan Menjadi mitra bisnis unggulan dan layak dipercaya Stoke Holders. 2. Misi Perusahaan Perusahaan kelas dunia yang dinamis di bisnis agrikultur dan industri terkait dengan pertumbuhan yang dinamis dengan tetap mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar dunia melalui kemitraan dan manajemen yang baik.
59
d. Membangun, memelihara dan meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia yang berlandaskan nilai-nilai inti perusahaan. 2. Kebijakan sasaran mutu perusahaan. Perusahaan menentukan kebijakan sasaran mutu agar perusahaan dapat menjaga mutu dari produknya. Kebijakan sasaran mutu perusahaan adalah sebagai berikut : a. Keluhan pelanggan maksimal 1% dari total produksi per bulan. b. Produksi yang tidak sesuai maksimal 2,5% dari total produksi per bulan. c. Pelatihan untuk karyawan minimal 5 kali per tahun. d. Untuk kecelakaan, 400.000 jam kerja selamat. e. Kapasitas produksi minimal 95 % dari kapasitas terpasang.
60
dan Personalia Manajer, Manajer Pabrik, dan Manager Keuangan. Bagan struktur organisasi PT. SAP dan struktur organisasi departemen PKC dapat dilihat pada lampiran 1. Adapun tugas dan tanggungjawab yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Manajer Umum (General Manager ) a. Bertanggungjawab dan mengelola seluruh aktivitas perusahaan secara umum. b. Bertanggungjawab atas perkembangan perkembangan perusahaan. c. Bertanggungjawab langsung ke kantor pusat ( Head Office, HO) di Medan mengenai keadaan perusahaan. 2. Wakil Manajer Umum ( Deputy Deputy General General Umum) a. Memberikan pengarahan umum serta menetapkan tugas, tanggungjawab
61
4. Manajer Produksi a. Bertanggungjawab Bertanggungjawab terhadap kelancaran produksi di departemennya departemennya b. Mengawasi produksi produksi sesuai dengan dengan mutu dan dan target produksi yang telah ditetapkan. c. Memberikan penilaian dan dan mengoreksi mengoreksi hasil hasil kerja dari
karywan yang
dipimpin. d. Memberikan pengarahan kepada karyawannya mengenai tugas dan tanggungjawab serta memberitahukan aturan terbaru dari manajer pabrik. 5. Departemen Administrasi Departemen administrasi membawahi bagian Laboratorium, dan bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control ), masing-masing bagian tersebut dipimpin
oleh
seorang
kepala
bagian.
Divisi
administrasi
bertugas
62
2. Bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control ) Bagian PPIC bertugas untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan oleh setiap pabrik ( plant ). ). Departemen ini juga yang merancang kegiatan produksi di setiap pabrik. 6. Departemen Tracking Departemen ini membawahi bagian logistik dan bagian transportasi. Departemen ini bertugas untuk melakukan pengadaan bahan baku yang dibutuhkan oleh bagian PPIC dan bertugas menyediakan menyediakan tranportasi untuk mengangkut bahan baku dari PKS (pabrik kelapa sawit). Transportasi yang digunakan adalah truk dan ponton (kapal). Untuk truk yang digunakan ada dua yaitu armada truk milik PT. SAP dan armada truk ekspedisi dari perusahaan lain.
63
1. Merencanakan dan mengkoordinir semua kegiatan pemasaran dan penjualan minyak goreng dan bungkil kelapa sawit. 2. Melakukan penelitian dan pengembangan pengembangan pemasaran produk.
5.5 Ketenagakerjaan
PT. SAP merupakan perusahaan yang bergerak di industri kelapa sawit, sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Tenaga kerja di PT. SAP berjumlah 542 orang, sebagian besar merupakan tenaga kerja bagian produksi. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh karyawan mulai dari SD sampai dengan S3. Tenaga kerja yang bekerja pada PT. SAP jam kerjanya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu : a. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja tetap yang harus bekerja secara
64
a. Shift pagi dengan jam kerja pukul 08.00 s/d 16.00 WIB. b. Shift sore dengan jam kerja pukul 16.00 s/d 24.00 WIB. c. Shift malam dengan jam kerja pukul 24.00 s/d 08.00 WIB. Kesejahteraan umum para karyawan dan pimpinan merupakan hal yang sangat penting untuk kesejahteraan perusahaan. Untuk mencapai kesejahteraan perusahaan PT. SAP menyediakan fasilitas untuk karyawan, adapun fasilitas yang disediakan perusahaan berupa : •
Perumahan ( Mess) Karyawan Perusahaan menyediakan perumahan untuk staf dan karyawan, lokasi perumahan berada tidak jauh dari lokasi pabrik.
•
Kesehatan
65
5.6 Proses Produksi 5.6.1 Bahan Baku
Produk utama PT. SAP adalah minyak goreng, olein, stearin dan PKO (Palm Kernel Oil , Minyak Inti Sawit) serta PKM (Palm Kernel Meal , Bungkil Kelapa Sawit) sebagai produk sampingan. Bahan baku untuk produksi berupa CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (PK, Palm Kernel) diperoleh dari sejumlah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang ada di Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung. Hal ini dikarenakan PT. SAP tidak memiliki perkebunan kelapa sawit sendiri. Dalam penelitian ini penulis hanya meneliti di departemen Palm Kernel Crushing (PKC), dimana bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di departemen ini hanya menggunakan bahan baku utama yaitu inti sawit ( Palm Kernel, PK).
66
conveyor menuju bak penampungan sementara. Pada bak penampungan inti sawit
(PK) disaring untuk dipisahkan dari bahan material (besi, batu, paku dan plat besi) yang ikut dalam tumpukan inti sawit (PK). Inti sawit (PK) diangkut dengan menggunakan elevator menuju ke silo (tempat penampungan berbentuk kerucut berfungsi sebagai tempat menyimpan inti sawit). Dari silo inti sawit dialirkan ke hopper (tempat penampungan inti sawit di dalam pabrik sebelum ke mesin pres) lalu masuk ke mesin fipres (mesin yang berfungsi untuk mengepres inti sawit menjadi bungkil kelapa sawit). Minyak inti sawit hasil dari fipres dan secondpres masuk ke dalam selokan penampungan dialirkan masuk ke bak penampungan lalu di saring di niagara filter . Dari niagara filter minyak inti sawit masuk ke tangki penampungan
sementara, setelah proses produksi berjalan selama 24 jam, minyak kelapa sawit
67
Pengambilan sampel oleh bagian Lab PK
Inti Sawit
Fipres
Hopper
PKO
Loading Rump
Penimbangan Inti sawit
Silo
Bak penampungan
Bak penampungan
Niagara Filter
Second pres
PKM
Gudang Bungkil
Tangki penampunga
Tangki Stok
Palm Kernel Oil , PKO) Gambar 4. Skema Pembuatan Pembuatan Minyak Inti Sawit Sawit ( Palm PT. Sinar Alam Permai (SAP)
68
Produk PT. SAP sebagian dipasarkan sendiri oleh departemen marketing PT. SAP dan sebagian lagi dipasarkan oleh kantor pusat di Medan. Produk yang dijual sendiri oleh PT. SAP adalah minyak goreng dan bungkil kelapa sawit. Minyak goreng yang dipasarkan oleh PT. SAP ada dua jenis yaitu minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan dengan merk dagang ” Fortune” (kemasan jerigen 1 liter hingga 5 liter). Kapasitas produksi minyak goreng PT. SAP adalah 52 000 buah per hari untuk kemasan 1 liter dan 2000 buah per hari untuk kemasan jerigen 5 liter. Bungkil kelapa sawit (PKM) maksimal dijual sebanyak 6 000 ton. Minyak goreng tersebut di pasarkan ke pasar tradisional dan supermarket yang ada di pulau Sumatera, sebagian pulau Jawa, pulau Sulawesi dan pulau Kalimantan. Pada tahun 2007 minyak goreng tersebut mulai memasuki pasar
69
VI. SISTEM PERSEDIAAN INTI SAWIT DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING PT. SAP
6.1 Jenis, Asal dan Kualitas Persediaan
Jenis bahan baku yang digunakan oleh departemen PKC PT. SAP adalah inti sawit. Proses produksi minyak inti sawit (PKO) di departemen PKC tidak menggunakan bahan baku tambahan dan bahan baku pembantu . Untuk bisa menjadi bahan baku PKO, inti sawit harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-0002-1987. Standar ini menetapkan spesifikasi inti kelapa sawit dengan persyaratan dan kriteria uji yang meliputi kadar minyak kering, kadar asam lemak bebas yang dihitung sebagai asam laurat, kadar air dan kadar kotoran.
70
Propinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Musi Banyu Asin, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Kabupaten Ogan Komering Ilir), dan propinsi Jambi.
6.2 Perencanaan Pengadaan Bahan Baku
Perencanaan pengadaan bahan baku adalah menentukan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk kegiatan produksi masa mendatang. Sebelum rencana produksi disusun, terlebih dahulu dibuat order status oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control ) yang ditujukan ke bagian logistik, departemen Tracking . Setelah mendapatkan kepastian tentang jumlah bahan baku yang dapat dipenuhi oleh bagian logistik, selanjutnya bagian PPIC bersama dengan manajer dan staff departemen PKC PKC mengadakan mengadakan rapat koordinasi untuk untuk menyusun rencana produksi.
71
yang masuk. Lamanya waktu dari bahan baku dipesan sampai bahan baku tiba sekitar 2 sampai 6 hari. Keterlambatan inti sawit sampai ke perusahaan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh musim dan mundurnya pemanenan bahan baku dari pihak pabrik kelapa sawit (PKS). Faktor cuaca pun berperan pada saat pengiriman bahan baku dan juga mempengaruhi kwalitas dari bahan baku.
Departemen PKC (Palm Kernel Crushing ) Bila sudah ada kesepakatan harga, standar kadar inti sawit dan jumlah inti yang dapat
Mengkonfirmasikan stok bahan baku yang ada di gudang
Bagian PPIC (Production Planning
72
6.3 Prosedur Pembelian dan Penerimaan Inti Sawit 6.3.1 Prosedur Pembelian Inti Sawit
Pembelian inti sawit dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan tidak dapat memproduksi sendiri inti sawit yang dibutuhkan untuk menghasilkan PKO. Pembelian inti sawit yang dilakukan oleh perusahaan merupakan pembelian untuk menjaga ketersediaan inti sawit secara terus menerus. Pembelian inti sawit yang dilakukan oleh PT. SAP menggunakan sistem kontrak melalui kantor pusat ( Head Office , HO) yang berada di Medan.
Secara umum prosedur pembelian inti sawit sebagai bahan baku pada prinsipnya sama dengan pembelian bahan baku di departemen produksi lain di PT. SAP, yaitu : 1. Kantor pusat (HO) PT. SAP yang berada di Medan menunjuk beberapa PKS
73
3. Apapun hasil analisis kadar standar inti sawit dari PKS pemasok, bagian laboratorium akan melaporkan hasil analisa yang telah dilakukan ke kantor pusat di Medan. 4. Kantor pusat yang akan melakukan negosiasi harga, kuantitas, kualitas dan kapan tersedianya inti sawit. Apabila telah terjadi kesepakatan antara kantor pusat dengan pihak PKS maka akan diadakan kontrak kerjasama. Kontrak dilakukan sesuai dengan kemampuan pihak PKS untuk memenuhi pasokan inti sawit (periode kontrak bisa 1 bulan, 3 bulan atau 6 bulan). Kantor pusat akan mengajukan Purchase Order (PO) yang berisi harga, kwalitas, jumlah dan kapan barang akan diantar. 5. Purchase Order dari kantor pusat dikirimkan ke bagian logistik PT SAP yang akan diteruskan ke bagian PPIC, bagian laboratorium dan departemen PKC.
74
6.3.2 Penerimaan Bahan Baku
Penerimaan inti sawit oleh perusahaan harus melewati bagian timbangan dan bagian Laboratorium Laboratorium PK, agar agar inti sawit yang masuk masuk diketahui kuantitasnya kuantitasnya dan standar kualitasnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan. Bagian timbangan memeriksa kelengkapan dokumen pengiriman bahan baku. Bagian loading rump bekerjasama dengan bagian laboratorium PK melakukan pengawasan terhadap standar mutu dari inti sawit yang masuk dan melakukan koordinasi apakah inti sawit layak atau tidak untuk dibongkar. Bagian loading rump dan laboratorium PK melakukan pemeriksaan terhadap inti sawit yang masuk berdasarkan asal PKS/ perkebunan. Bagian loading rump memeriksa kembali inti sawit yang akan di bongkar muat apakah terdapat air pada dasar truk yang membawa inti sawit.
75
sawit akan di kembalikan dan bila dalam tiga kali pengiriman selanjutnya selanjutnya kadar standar inti sawit masih tidak sesuai maka kontrak akan dibatalkan.
6.4 Sistem Pengadaan Persediaan Inti Sawit
Besarnya jumlah pengadaan persediaan inti sawit di departemen PKC tidak sama setiap bulannya (Tabel 12). Pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku inti sawit bagi perusahaan adalah untuk memperlancar proses produksi,
mengantisipasi
kelangkaan
bahan
baku
dan
mengantisipasi
keterlambatan penerimaan penerimaan bahan bahan baku. Produksi Produksi inti sawit di departemen PKC berdasarkan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Hasil produksi departemen PKC adalah untuk memenuhi stok PKO. PT. SAP membeli bahan baku dalam bentuk kontrak dengan beberapa
76
tidak tepat sehingga produksi inti sawit di PKS mengalami keterlambatan yang berdampak pada persediaan inti sawit di departemen PKC. Tabel 13. Perkembangan Pembelian Inti Sawit Juli 2006 – Juni 2007 Bulan
Pembelian (Kg)
Juli
18 564 282
Agustus
18 206 067
September
20 384 869
Oktober
19 024 500
November
21 037 230
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total Rata-Rata
22 090 121 17 351 648 19 609 975 23 151 591 20 511 424 24 243 538 27 207 250 251 382 495 20 948 541.25
77
VII. ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN INTI SAWIT PT. SAP
7.1 Biaya Persediaan
Biaya persediaan merupakan biaya yang timbul akibat perusahaan mengadakan persediaan persediaan bahan baku dalam hal ini inti sawit. Biaya persediaan PT. SAP secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan setiap kali melakukan pemesanan bahan baku. Total biaya pemesanan adalah hasil dari perkalian antara frekuensi pemesanan dengan biaya pemesanan. Komponen dari biaya pemesanan per pesanan bahan baku PT. SAP adalah biaya administrasi, biaya ekspedisi, biaya komunikasi dan tenaga kerja bongkar muat
78
Biaya komunikasi timbul akibat dari diadakannya bahan baku, pengiriman dokumen pemesanan bahan baku dari kantor pusat ke PT SAP dan konfirmasi jadwal pengiriman bahan baku. Sedangkan, biaya bongkar muat adalah biaya tenaga kerja borongan pada saat inti akan di bongkar dari truk ke bak penampungan sementara, sebelum masuk ke silo. Berdasarkan Tabel 14 biaya pemesanan yang terbesar adalah biaya ekspedisi/biaya perjalanan pegawai laboratorium yang bertugas untuk memeriksa bahan baku di pemasok/PKS. Besarnya biaya ekspedisi ini sebesar 47.40 persen dari total biaya pemesanan. Biaya pemesanan yang besar kedua adalah biaya bongkar muat. Biaya ini diambil dari upah tenaga kerja harian/ borongan, besarnya biaya adalah 43.94 persen dari total biaya pemesanan. Biaya persediaan yang lain adalah biaya penyimpanan. Biaya ini adalah
79
sampai bulan Juni 2007 adalah 10.12 persen. Rata-rata harga pembelian inti sawit Rp 1 925 per kg (Tabel 15). Tabel 15. Biaya Penyimpanan Inti Sawit Periode Juli 2006-Juni 2007 Jenis Biaya
Opportunity Cost
Total Biaya Penyimpanan Setahun (Rp/Kg) 194.81
Biaya Penyimpanan Sebulan (Rp/Kg) 16.23
Biaya Penyimpanan Seminggu (Rp/Kg) 4.05
Sumber : Departemen Accounting dan Departemen Tracking (diolah)
7.2 Pemakaian Inti Sawit PT. SAP
Tempat penyimpanan bahan baku inti sawit yang digunakan oleh PT. SAP disebut bulking silo , yang merupakan bangunan berbentuk kerucut terbalik. Perusahaan memiliki empat buah bulking silo dan setiap bulking silo dapat menampung 580 ton inti sawit. Bentuk dari bulking silo mempermudah perusahaan dalam pemakaian bahan baku. Inti sawit yang lebih dulu di simpan
80
Tabel 16. Perkembangan Volume Pemakaian Inti Sawit Departemen PKC PT. SAP Periode Juli 2006-Juni 2007 Rata-Rata Bulan Hari Kerja Pemakaian (kg) Pemakaian Per Hari (kg) 28 Juli 18 839 767 672 848.82
Agustus
27
17 325 105
641 670.56
September
28
19 069 151
681 041.11
Oktober
27
17 527 382
649 162.30
November
30
22 752 271
758 409.03
29 Desember 20 749 870 Januari 23 18 277 653 Februari 25 18 565 636 Maret 30 23 238 466 April 30 21 438 752 Mei 31 23 892 022 Juni 25 24 739 356 333 Total 246.415 431 Rata-Rata 27.75 20 534 619.25 Sumber : Departemen PKC dan Bagian PPIC (diolah)
715 512.76 794 680.60 742 625.44 774 615.53 714 625.10 770 710.40 989 574.24 8 905 475.81 742 123
81
periode Juli 2006-Juni 2006-Juni 2007 sebesar sebesar 3 508 413.33 kg kg dengan rata-rata persediaan persediaan akhir untuk setiap bulannya sebesar 3 715 374.33 kg. Tabel 17. Perkembangan Persediaan Inti Sawit (kg) Periode Juli 2006-Juni 2007 Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total Rata-Rata
Pembelian (kg)
Persediaan Awal (kg)
Pemakaian (kg)
18 564 282.00 1 349 996.00 18 839 767.00 18 206 067.00 1 074 511.00 17 325 105.00 20 384 869.00 1 955 473.00 19 069 151.00 19 024 500.00 3 271 191.00 17 527 382.00 21 037 230.00 4 768 309.00 22 752 271.00 22 090 121.00 3 053 268.00 20 749 870.00 17 351 648.00 4 393 519.00 18 277 653.00 19 609 975.00 3 467 514.00 18 565 636.00 23 151 591.00 4 511 853.00 23 238 466.00 20 511 424.00 4 424 978.00 21 438 752.00 24 243 538.00 3 497 650.00 23 892 022.00 27 207 250.00 3 849 166.00 24 739 356.00 251 382 495.00 39 617 428.00 246 415 431.00 20 948 541.25 3 301 452.33 20 534 619.25
Persediaan Akhir (kg)
Persediaan Rata-Rata (kg)
1 074 511.00 1 212 253.50 1 955 473.00 1 514 992.00 3 271 191.00 2 613 332.00 4 768 309.00 4 019 750.00 3 053 268.00 3 910 788.50 4 393 519.00 3 723 393.50 3 467 514.00 3 930 516.50 4 511 853.00 3 989 683.50 4 424 978.00 4 468 415.50 3 497 650.00 3 961 314.00 3 849 166.00 3 673 408.00 6 317 060.00 5 083 113.00 44 584 492.00 42 100 960.00 3 715 374.33 3 508 413.33
82
kedatangan bahan baku, sehingga perusahaan terhindar dari keterlambatan dalam penerimaan yang mengakibatkan kekurangan bahan baku. Berdasarkan wawancara dengan departemen PPIC dan bagian logistik, diperoleh keterangan mengenai waktu tunggu rata-rata pengadaan inti sawit. Waktu tunggu pengadaan inti sawit terdiri dari PPIC memesan bahan baku ke bagian logistik, sampai persetujuan PO dari kantor pusat (HO) ke bagian logistik + 2 hari, ekspedisi dari bagian laboratorium + 2 hari (tergantung lokasi dari PKS/ perkebunan, dan waktu tunggu pengiriman inti sawit dari PKS/ perkebunan maksimal + 3 hari (bila terjadi keterlambatan penerimaan inti sawit disebabkan tidak sama waktu pemanenan dengan peramalan yang dilakukan oleh pihak PKS). Persediaan pengaman ( safety stock ) merupakan persediaan yang dilakukan oleh
perusahaan
untuk
mengatasi
ketidakpastian
produksi
maupun
83
sesuai dengan perusahaan. Teknik yag digunakan adalah lot for lot , EOQ, PPB dan POQ. 7.4.1
Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Sinar Alam Permai.
Pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan dimulai dengan perencanaan produksi dan menghitung kebutuhan bahan baku dilakukan oleh departemen PPIC dan departemen produksi. Sebelum perencanaan produksi, departemem produksi menghitung persediaan bahan baku yang ada. Departemen PPIC memesan bahan baku ke bagian logistik, setelah ada kepastian jumlah bahan baku yang dapat dibeli, departemen PPIC membuat perencanaan produksi. Pengawasan persediaan bahan baku dilakukan setiap satu minggu sekali yang dilakukan oleh departemen PPIC dan departemen produksi. Hal ini
84
Tabel 18. Frekuensi Pemesanan Inti Sawit PT. SAP Bulan Juli 2006 - Juni 2007 Bulan
Frekuensi
Juli 4 Agustus 3 September 5 Oktober 4 November 5 Desember 6 Januari 3 Februari 4 Maret 7 April 6 Mei 8 Juni 8 Total 63 Sumber : Bagian Logistik dan Departemen PKC
Pembelian (Kg)
18 564 282 18 206 067 20 384 869 19 024 500 21 037 230 22 090 121 17 351 648 19 609 975 23 151 591 20 511 424 24 243 538 27 207 250 251 382 495
Berdasarkan metode pengendalian persediaan inti sawit yang diterapkan
85
7.4.2.1 Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL)
Sistem pengendalian persediaan inti sawit dengan Metode MRP Teknik Lot for Lot melakukan pemesanan tepat sebesar kebutuhan bersih dan sesuai
dengan tenggang waktu masing-masing persediaan. Kebutuhan persediaan inti sawit diharapkan dapat tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sehingga persediaan di gudang dapat dihilangkan. Teknik ini dapat mengurangi biaya penyimpanan penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Departemen PKC PT. SAP memiliki persediaan awal pada bulan Juli 2006 sebesar 1 349 996 kg, yang merupakan persediaan akhir dari bulan Juni 2006. Pemesanan inti sawit dimulai akhir minggu kedua bulan Juli, jumlah pemesanan disesuaikan dengan kebutuhan bersih untuk minggu selanjutnya. Penerimaan bahan baku diterima pada awal minggu kedua bulan Juli 2006.
86
Tabel 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Kuantita s Pesanan dengan denga n Metode Meto de MRP Teknik Lot For Lot Bulan Juli 2006-Juni 2007 Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan (Kg)
Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 46
12 721 759 17 459 118 18 176 396 16 746 209 27 092 421 20 257 815 18 668 646 19 639 774 21 907 225 22 313 376 24 301 497 18 976 881 238 261 117
Tinggi rendahnya frekuensi pemesanan inti sawit berpengaruh pada biaya
87
akhir pada bulan sebelumnya ditambah dengan rencana pemesanan pada akhir minggu keempat pada bulan Juni, telah digunakan terlebih dulu pada minggu pertama dan kedua. Untuk frekuensi pemesanan dan kuantitas pemesanan dengan teknik EOQ daat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan denga n Metode MRP Teknik Economic Quantity Order (EOQ) Bulan Juli 2006Juni 2007 Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan
Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
3 4 3 2 4 4 3 4 4
13 328 260 16 963 240 23 021 540 12 116 600 27 868 180 24 233 200 18 174 900 15 751 580 21 809 880
88
7.4.2.3 Metode MRP Teknik Periode Order Quantity (POQ)
Dalam penggunaan teknik POQ, ukuran kuantitas ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode tertentu yang diperoleh dari pembagian antara nilai EOQ dengan pemakaian rata-rata bahan baku. Hal ini dilakuakan untuk mengantisipasi terjadinya persediaan di tangan di akhir periode yang dihasilkan jika menggunakan metode EOQ. Berdasarkan hasil perhitungan maka diperoleh periode penggabungan sebesar 1,71 diadakan pembulatan menjadi 2 periode/ minggu (Lampiran 5). Pada Tabel 21 dapat dilihat frekuensi dan kuantitas pemesanan yang diperoleh dari perhitungan dengan teknik POQ. Tabel 21. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan denga n Metode MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Bulan Juli 2006-Juni 2007 Bulan Frekuensi Kuantitas Pemesanan
89
teknik ini sebesar Rp 13 346 900, sedangkan biaya penyimpanannya sebesar Rp 524 928 211.8
7.4.2.4 Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)
Metode pengendalian persediaan bahan baku dengan teknik ini, melakukan pemesanan sebesar kebutuhan pada suatu periode yang dapat digabungkan. Penggabungan periode (Lampiran 9) tersebut dilakukan dengan menggabungkan periode berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian periode yang mendekati nilai Economic Part Period (EPP). Nilai EPP (Lampiran 5) yang diperoleh dari perhitungan adalah 142 931 kilogram (Pada Tabel 22). Tabel 22. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan dengan denga n Metode MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Bulan Juli 2006-Juni 2007
90
234 699.3, dengan total kuantitas penyimpanan pada periode Juli 2006-Juni 2007 adalah 46 116 921 kilogram (Lampiran 10). Sedangkan biaya pembelian bahan baku yang diperoleh sama dengan teknik LFL dan teknik POQ.
7.4.3 Analisis Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode MRP
Perbandingan hasil pengendalian persediaan inti sawit PT. SAP selama bulan Juli 2006-Juni 2007 yaitu dengan membandingkan antara metode analisis yang digunakan oleh perusahaan dan metode MRP yang digunakan dalam penelitian ini. Perbandingan antara metode yang digunakan meliputi : perbandingan frekuensi pemesanan, biaya pembelian, kuantitas pesanan, biaya pemesanan, pemesanan, biaya pernyimpanan dan biaya persediaan. Tabel 23. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Juli 2006-Juni 2007
91
pembeliannya yaitu sebesar Rp 480 643 330 440. Kuantitas pesanan inti sawit menggunakan metode MRP dengan teknik LFL, POQ dan PPB, masing-masing memilki jumlah kuantitas yang sama. Untuk teknik EOQ jumlah kuantitas pesanannya lebih besar dari ketiga teknik yang lain. Besar kecilnya biaya pesanan tergantung pada frekuensi pemesanan dan biaya pemesanan per pesanan. Semakin sering pemesanan dilakukan maka biaya pemesanan akan semakin besar. Untuk mengurangi biaya pemesanan, perusahaan dapat melakukan pemesanan bahan baku seoptimal mungkin, sehingga frekuensi pemesanan dapat berkurang. Tabel 24. Frekuensi Pemesanan dan Biaya Pemesanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 Metode Pengendalian Biaya Pemesanan Frekuensi Persediaan (Rp)
92
tergantung pada persediaan rata-rata yang di simpan setiap minggu atau persediaan bahan bahan baku di tangan dan besarnya biaya penyimpanan penyimpanan per kilogram. kilogram. Biaya penyimpanan dengan menggunakan metode perusahaan dan keempat teknik metode MRP dapat dilihat pada Tabel 25. Persediaan inti sawit tertinggi terjadi pada teknik POQ (129 292 663 kg) karena pada teknik ini frekuensi pemesanan lebih kecil dari teknik MRP yang lain dan metode perusahaan. Hal ini berdampak pada biaya penyimpanannya (Rp 524 928 211.8). Teknik yang paling kecil jumlah persediaan di tangan adalah teknik LFL (6 859 865 kg) dengan biaya persediaan sebesar Rp 27 851 051.9. Tabel 25. Jumlah Persediaan dan Biaya Penyimpanan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 Metode Pengendalian Jumlah Persediaan Biaya Penyimpanan Persediaan (kg) (Rp)
93
Tabel 26. Biaya Persediaan PT. SAP dan Keempat Teknik Metode MRP Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 Metode Pengendalian Persediaan Metode Perus erusah ahaa aan n Lot For Lot Teknik Lot Tekn Teknik ik EOQ EOQ Tekn Teknik ik POQ POQ Tekn Teknik ik PPB PPB
Biaya Pemesanan (Rp)
36 558 900 26 693 800 24 372 372 600 13 346 346 900 21 471 471 100
Biaya Penyimpanan (Rp)
186 186 494 494 021 021.3 27 851 051.9 195 477 477 627 627.9 524 928 928 211 211.8 187 234 234 699 699.3
Biaya Biaya Persediaan (Rp) Pembelian (Rp)
223 223 052 921 921.3 54 544 851.9 219 219 850 850 227. 227.9 9 538 538 275 275 111. 111.8 8 208 208 705 705 799. 799.3 3
480 643 643 330 330 440 455 555 255 704 456 456 388 702 702 240 240 455 455 555 255 255 704 704 455 455 555 255 704 704
Sumber : Data Primer diolah, 2008 Pada Tabel 26 biaya persediaan terkecil terjadi pada teknik LFL yaitu Rp 54 544 851.9, meskipun biaya pemesanannnya lebih tinggi dari ketiga teknik metode MRP tetapi pada teknik ini biaya penyimpanannya paling kecil. Teknik ini berusaha untuk meminimalkan atau menghilangkan persediaan yang di simpan. Begitu pula sebaliknya yang terjadi pada teknik POQ, dimana biaya
94
Tabel 27. Penghematan Teknik Metode MRP Terhadap Metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007 etode MRP
Teknik LFL Teknik EOQ Teknik POQ Teknik PPB
Frekuensi Pemesanan 26.98 33.33 63.49 41.27
Biaya Biaya Biaya Pembelian Pemesanan Penyimpanan 5.22 26.98 85.07 5,05 33.33 -4.82 5.22 63.49 -181.47 5.22 41.27 -0.40
Biaya Persediaan 75.55 1.44 -141.32 6.43
Penghematan frekuensi pemesanan yang paling besar diantara keempat teknik pada metode metode MRP adalah teknik POQ. Besarnya Besarnya penghematan penghematan pada teknik tersebut adalah 63.49 persen. Penghematan terbesar untuk biaya pembelian inti sawit terjadi pada teknik teknik LFL,POQ, dan PPB yaitu 5.22 persen. persen. Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa penghematan biaya pemesanan terbesar terjadi pada teknik POQ, sedangkan untuk biaya penyimpanan dan biaya persediaan penghematan terbesar terjadi pada teknik LFL masing-masing sebesar 85,07 persen dan 75,55
95
sendiri. Untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku, perusahaan membeli bahan baku dari beberapa PKS baik itu yang berada di sekitar daerah perusahaan maupun di luar daerah. Pengadaan inti sawit di perusahaan dilakukan dilakukan oleh kantor pusat (HO) yang berada di Medan. Pemesanan dari perusahaan ke kantor pusat dilakukan oleh bagian logistik. Inti sawit dibeli dari PKS (pabrik kelapa sawit) sebagai pemasok, pemasok inti sawit dibagi dua yaitu PKS yang masih satu grup dengan PT. SAP dan PKS yang bukan dari satu grup. Pembelian inti sawit dari pemasok dilakukan dengan kontrak, mengenai kuantitas, standar kadar inti dan harga ditentukan pada perjanjian awal kontrak. Agar kadar inti sawit yang masuk ke perusahaan sesuai sesuai dengan perjanjian kontrak pada saat pemesanan, maka setiap bahan baku yang masuk dilakukan pengujian
96
persediaan, hal ini disebabkan teknik POQ memiliki biaya penyimpanan yang sangat tinggi akibat dari persediaan yang lebih banyak. Metode MRP dengan teknik LFL dapat menghemat biaya persediaan sebanyak 75.55 persen, tetapi teknik ini memilki kelemahan yaitu hanya dapat digunakan untuk pemesanan lot yang kecil dan jumlah pemesanan sebesar kebutuhan bersih. Teknik ini kurang tepat digunakan pada perusahaan karena seluruh inti sawit sebagai bahan baku perusahaan diperoleh dari luar perusahaan, resiko kekurangan bahan baku sangat besar. Teknik EOQ memungkinkan perusahaan untuk menghemat biaya persediaan meskipun biaya persediaan yang di hemat hanya sebesar 1.44 persen. Namun, teknik ini sulit untuk diterapkan pada perusahaan, ada beberapa asumsi dari teknik ini yang tidak t idak dapat dipenuhi.
97
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. PT. SAP merupakan salah satu produsen yang mengolah inti sawit menjadi minyak inti sawit (PKO). Untuk perencanaan dan pengadaan inti sawit dilakukan oleh bagian PPIC, bagian logistik dan departemen PKC. Sedangkan, yang membeli inti sawit langsung dari PKS adalah kantor pusat (HO) dari PT. SAP dalam satu grup yang berlokasi di Medan. Selama ini perusahaan memproduksi PKO unruk memenuhi stok. Perusahaan mengolah inti sawit berdasarkan target yaitu 28 750 ton per bulan untuk menghasilkan PKO sebanyak 12 362.5 ton.
Perusahaan membeli inti sawit melalui kontrak dengan PKS, dengan jumlah
98
POQ (23 kali). Untuk biaya persediaan yang terbesar adalah teknik POQ dan terendah adalah teknik LFL. Sedangkan, teknik PPB dan teknik EOQ diperoleh frekuensi pemesanan 42 dan 37, biaya persediaan sebesar Rp 219 850 227.9 dan Rp 208 705 799.3.
Teknik yang dapat direkomendasikan ke perusahaan adalah teknik PPB, karena dari perbandingan biaya persediaan teknik ini dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.43 persen dari metode perusahaan dan dari segi biaya pembelian teknik ini dapat menghemat sebesar 5.22 persen. Meskipun, biaya penyimpananya lebih tinggi 0.40 persen dari metode perusahaan. Teknik ini pun sesuai dengan kondisi perusahaan karena pada teknik ini masih terdapat persediaan pada periode/minggu yang digabung dan pada teknik ini kuntitas
99
2. Perusahaan perlu memperhatikan keakuratan tenggang waktu ( lead time) dari bahan baku untuk antisipasi terjadinya keterlambatan datangnya bahan baku. 3. Perusahaan perlu menjaga hubungan baik dengan pihak PKS yang dapat diandalkan agar kelancaran produksi dapat tercapai.
100
DAFTAR PUSTAKA
Assauri,S .1999.Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi dan Pengendalian Persediaan. BPFE. Yogyakarta Buffa, Elwood. S dan Rakesh. K. Sarin. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi Kedelapan. Binarupa Aksara. Jakarta. Dessy. N. 2002. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Crumb Rubber PT. Virco (Vrginia Indonesia Rubber Company) Padangsidempuan, Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor. Handoko, T. H. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE. Yogyakarta. Heizer, J and Render. 2005. Operation Management (Manajemen Operasi). Edisi ke-7. Salemba Empat. Jakarta Ismail, A. 2000. Analisis Perencanaan Pengendalian Persediaan Optimal pada PT
101
Sahat, S. 2005. Analisis Peramalan Produksi CPO dan PKO di PT PANAMTAMA, Asahan, Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sary, I. 2004. Peramalan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kelapa Pada PT. Riau Sakti United Plantations. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian . Institut Pertanian Bogor. Situs Departemen Perindustrian. 2001. Lokasi Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit. Buletin Perdagangan Berjangka. Edisi Agustus 2001. http;//www.deperindag.go.id/bappepti. Situs Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. http;//www.deperindag.go http;//www.deperindag.go.id. .id. Situs
Wikipedia Indonesia. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis http;//www.wikipedia.org/wiki/kelapa http;//www.wikipedia.org/wiki/ke lapa sawit. (Maret 2008)
Guineensis).
Tampubolon, M. P. 2004. Manajemen Operasional (Operations Management). Ghalia Indonesia. Jakarta.
Lampiran 1
STRUKTUR ORGANISASI PT. SINAR ALAM PERMAI
GENERAL MANAGER
DEPUTI GENERAL MANAGER
FACTORY MANAGER
OPERATIONAL MANAGER
ADMINISTRATION MANAGER
PERSONALIA MANAGER
MARKETING MANAGER
ACCOUNTING MANAGER
102
Lampiran 2 STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN PALM KERNEL CRUSHING (PKC PLANT) Manajer Pabrik
Mana er Produksi Produksi
Ass. Manajer
Leader Produksi
Mandor Shif Produksi
Leader Mekanik
Mandor Mekanik Elivator/Compayer
Leader Loading Ramp / Gudang PKM
Leader Mekanik Shoop
Mandor Mek. Prod
Mandor Welding
Mandor Mek. Shoop
Operator Load. Ramp
Operator Ware House
Operator Gudang Bungkil
Operator Prod Operator Elivator
Operator Listrik
Operator Mek. Prod
Operator Welding
Operator Mek. Shoop
Operator Gerinda
103
104
Lampiran 3. Suku Bunga Simpanan Berjangka Rupiah Bank Umum Periode Bulan Juli 2006-Juni 2007 Bulan Suku Bunga Simpanan Berjangka Juli 12.25 Agustus 11.75 September 11.25 Oktober 10.75 November 10.25 Desember 9.75 Januari 9.50 Februari 9.25 Maret 9.00 April 9.00 Mei 8.75 Juni 8.50 Rata-rata 10.12
Lampiran 4. Perhitungan Biaya Persediaan Inti Sawit Dengan metode Perusahaan Bulan Juli 2006-Juni 2007 Bulan
Frekuensi Pembelian (Kg)
Persediaan
Pemakaian
Persediaan
Persediaan Rata-Rata
105
Lampiran 5. Perhitungan EOQ dan EPP ( Economic Part Period ) Diketahui :
Biaya pemesanan per pesanan
: Rp 580 300 ............................ ............................ (1)
Biaya penyimpanan per tahun
: Rp 194.81 .............................. .............................. (2)
Pemakaian inti sawit setahun
: 246 415 431 kg ...................... (3)
Pemakaian rata-rata inti sawit per hari : 20 534 619.25 kg ................... (4)
Perhitungan EOQ :
EOQ =
EOQ =
2 x (1 ) x ( 3 ) (2) 2 xRp 580300 x 246415431 Rp 194 . 81
= 1 211 660 kg ........................................... .................................................................. .................................. ........... (5)
109
Lampiran 9. Cara Perhitungan PPB Persediaan Inti sawit Periode yang Digabung 3 4 5-6 7-8 9-10 11 12
Kebutuhan Bersih Kumulatif (kg) 3 634 980 4 755 502 8 562 453 8 662 655 9 441 575 4 859 278 4 768 298
13-14 15-16 17 18 19 20 21-22 23 24-25 26-27 28 29-30 31
7 514 149 8 013 233 4 891 359 6 420 751 7 821 081 8 021 080 10 136 296 5 306 787 9 644 241 9 005 117 4 928 082 8 678 833 4 943 386
Kumulatif Bagian Periode (kg) 0 0 0+(2-1) 4 231 176 = 4 231 176 0+(2-1) 4 331 277 = 4 331 277 0+(2-1) 4 876 288 = 4 876 288 0 0 0+(2-1) 3 841 617 = 3 841 617 0+(2-1) 3 951 617 = 3 951 617 0 0 0 0 0+(2-1) 5 306 787 = 5 306 787 0 0+(2-1) 4 337 454 = 4 337 454 0+(2-1) 4 437 454 = 4 437 454 0 0+(2-1) 3 943 386 = 3 943 386 0