i
51
1
LAPORAN SANITASI LINGKUNGAN
DI ALFAFA SALON & SPA
KELOMPOK 1 (IKM A 2015)
ANGGOTA:
Ida Puspita Sari 101511133034
Farach Dilla Syarifa 101511133100
Tuhu Uboyo Wicaksono 101511133133
Ais Assana Athqiya 101511133136
Dinana Izzatul Ulya 101511133191
Anak Agung Sriska P. 101511133194
Inas Pramitha Abdini Haq 101511133227
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul tentang "Laporan Sanitasi Lingkungan di Alfafa Salon & SPA" dalam mata kuliah Sanitasi Lingkungan.
Makalah ini berisi berbagai hal yang berhubungan hygiene dan sanitasi yang terdapat pada salon. Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan wawasan kepada kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan partisipasi dari pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi memperbaiki kekurangan makalah ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak akan terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuandari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Dr. Lilis Sulistyorini, Ir., M.Kes. selaku Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
Khuliyah Candraning Diyanah, S.KM., M.KL. sebagai dosen pembimbing kelompok kami.
Kusuma Scorpia Lestari., dr., M.KM. sebagai dosen mata kuliah Sanitasi Lingkungan.
Dr. R. Azizah, S.H., M.Kes. sebagai dosen mata kuliah Sanitasi Lingkungan.
Retno Adriyani, S.T., M.Kes. sebagai dosen mata kuliah Sanitasi Lingkungan.
Kedua orang tua kami yang telah memberi dorongan.
Serta teman-teman sekalian yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian laporan ini.
Semoga bantuan dan kerjasama yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh kemampuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat menyempurnakan laporan ini.
Surabaya, 2 Mei 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.3.1 Tujuan Umum 2
1.3.2 Tujuan Khusus 2
1.4 Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Sanitasi Lingkungan 3
2.2 Manfaat Sanitasi 4
2.3 Salon 5
2.4 Hygiene dan Sanitasi Salon 8
2.5 Hygiene Pribadi Pada Pekerja Salon 12
2.6 Penyakit yang Dapat Terjadi di Salon 14
2.7 Peraturan tentang Hygiene dan Sanitasi Salon 14
2.8 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 14
BAB III METODE PELAKSANAAN 16
3.1 Jenis dan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan 16
3.2 Lokasi Observasi 16
3.3 Waktu Observasi 16
3.4 Metode Penelitian 17
3.5 Metode Pengumpulan Data 17
3.6 Prosedur Observasi dan Penilaian 18
3.7 Instrumen Observasi 19
3,8 Kontribusi Kelompok 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21
4.1 Gambaran Umum 21
4.2 Hasil Inspeksi 21
4.2.1 Lokasi 21
4.2.1.1 Aksessibilitas 21
4.2.1.2 Jarak dengan Sumber Pencemar 22
4.2.1.3 Izin Usaha 23
4.2.2 Bangunan 23
4.2.2.1 Atap 23
4.2.2.2 Langit-langit 24
4.2.2.3 Dinding 25
4.2.2.4 Lantai 25
4.2.2.5 Pintu 26
4.2.2.6 Tangga 27
4.2.2.7 Ventilasi 28
4.2.2.8 Pembagian Ruang 29
4.2.3 Alat dan Bahan 35
4.2.3.1 Peralatan Salon dan SPA 35
4.2.3.2 Bahan Perawatan Kecantikan 36
4.2.4 Fasilitas Sanitasi 37
4.2.4.1 Air Bersih 37
4.2.4.2 Toilet dan Jamban 38
4.2.4.3 Tempat Cuci Tangan 39
4.2.4.4 Pembuangan Limbah 40
4.2.5 Perilaku Karyawan 41
4.2.5.1 Riwayat Penyakit 41
4.2.5.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 42
4.2.6 Penyediaan Alat Darurat 43
4.2.6.1 APAR 43
4.2.6.2 P3K 44
4.2.6.3 Alarm Bencana 45
4.3 Kondisi Sanitasi Salon 45
BAB V PENUTUP 46
5.1 Kesimpulan 46
5.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN 50
Lampiran. 1 Peraturan yang Digunakan 50
Lampiran. 2 Dokumentasi Kegiatan Inspeksi Sanitasi Alfafa Salon & SPA 52
Lampiran. 3 Instrumen Sanitasi 53
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Inspeksi Sanitasi Lingkungan di Alfafa Salon & SPA 16
Tabel 3.2
Kontribusi anggota kelompok 20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Jalan 21
Gambar 4.2 Lokasi Alfafa Salon & SPA 22
Gambar 4.3 Penutup bagian parkir 23
Gambar 4.4 Langit-langit 24
Gambar 4.5 Dinding 25
Gambar 4.6 Lantai 26
Gambar 4.7 Pintu Kamar Mandi 27
Gambar 4.8 Tangga 28
Gambar 4.9 Ventilasi 29
Gambar 4.10 Halaman Parkir 30
Gambar 4.11 Ruang Resepsionis 31
Gambar 4.12 Ruang Manajemen 32
Gambar 4.13 Ruang Cuci Rambut 33
Gambar 4.14 Ruang Perawatan Rambut 34
Gambar 4.15 Ruang Perawatan Wajah 35
Gambar 4.16 Alat 36
Gambar 4.17 Bahan 37
Gambar 4.18 Air PDAM 38
Gambar 4.19 Kamar Mandi 39
Gambar 4.20 Wastafel 40
Gambar 4.21 Tempat Sampah 41
Gambar 4.22 Karyawan Alfafa Salon & SPA 42
Gambar 4.23 APAR 43
Gambar 4.24 Kotak P3K 45
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran. 1 Peraturan yang Digunakan 50
Lampiran. 2 Dokumentasi Kegiatan Inspeksi Sanitasi Alfafa Salon & SPA 52
Lampiran. 3 Instrumen Sanitasi 53
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salon kecantikan merupakan sarana pelayanan umum untuk pemeliharaan kecantikan khususnya memelihara dan merawat kesehatan kulit dan rambut dengan menggunakan kosmetik secara manual, preparatif, aparatif, dan dekoratif tanpa adanya tindakan operasi.
Salon kecantikan merupakan salah satu tempat yang terdapat pada persyaratan sanitasi tempat-tempat umum (STTU) menurut UU No. 11 tahun 1962: hygiene untuk usaha-usaha bagi umum . Oleh karena itu, diperlukan sanitasi salon kecantikan karena tempat umum banyak sekali masalah yang dapat ditimbulkan seperti banyaknya penularan penyakit dan masalah lingkungan lain yang sampai saat ini belum ditemukan cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Sanitasi umumnya mengacu pada penyediaan layanan untuk pembuangan aman manusia. Sanitasi yang tidak memadai merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia. Peningkatan sanitasi dikenal memiliki dampak yang bermanfaat pada kesehatan rumah tangga maupun di komunitas. Kata "sanitasi" juga merujuk kepada pemeliharaan kondisi yang higienis, melalui layanan seperti pembuangan sampah, pengumpulan dan pengolahan air limbah (WHO, 2008).
Keamanan salon merupakan kebutuhan masyarakat, karena salon yang aman akan melindungi dan mencegah terjadinya penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Setiap salon harus memiliki izin usaha dan sertifikat hygiene sanitasi dari pemerintahan daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dapat dikatakan bahwa kegiatan sanitasi ini sebagai ajang pelatihan bagi mahasiswa sebelum nantinya terjun ke dunia kerja secara langsung. Sehingga mahasiswa nantinya dapat menerapkannya secara langsung, tidak ragu dan canggung dalam dunia kerja. Pada kesempatan kali ini, kami melalukan observasi sanitasi di Alfafa Salon & SPA Surabaya.
Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi sanitasi pada Alfafa Salon & SPA?
Tujuan
Tujuan umum
Mempelajari kondisi sanitasi Alfafa Salon & SPA Surabaya.
Tujuan khusus
Mempelajari sanitasi lokasi dan bangunan Alfafa Salon & SPA.
Mempelajari fasilitas sanitasi Alfafa Salon & SPA.
Mempelajari hygiene peralatan salon dan sanitasi tempat penyimpanan peralatan salon di Alfafa Salon & SPA.
Mempelajari perilaku tenaga kerja di Alfafa Salon & SPA.
Manfaat
Manfaat bagi pengelola Alfafa Salon & SPA Surabaya
Hasil laporan inspeksi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola Salon dan SPA dalam upaya perbaikan dan peningkatan hygiene serta sanitasi Salon dan SPA agar kualitas Salon dan SPA dapat menjadi lebih baik dan menjadi tempat yang nyaman bagi pelanggan/ pengunjung.
Manfaat bagi mahasiswa
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mahasiswa mengenai penilaian sanitasi di tempat umum, khususnya Salon dan SPA.
Manfaat bagi pembaca
Hasil laporan inspeksi ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam tindak lanjut dan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sanitasi Lingkungan
Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sedangkan sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. (Azwar, 1995)
Sanitasi dapat didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut. Secara luas, ilmu sanitasi merupakan penerapan dari prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan, atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia. (Purnawijayanti, 2001)
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk keperluan mencuci tangan dan menyediakan tempat sampah agar tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004).
Sanitasi menurut WHO adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup.
Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah cara dan usaha individu atau masyarakat untuk memantau dan mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. (Chandra, 2006)
Kesehatan lingkungan merupakan situasi atau keadaan di mana lingkungan itu berada dan pada kondisi tertentu dapat menimbulkan masalah kesehatan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam menentukan derajat kesehatan seseorang. Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks dan saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap "sehat-sakit" atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu, maupun kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Persyaratan higiene sanitasi tempat umum salah satunya adalah Salon dan SPA meliputi persyaratan-persyaratan seperti lokasi dan bangunan; fasilitas sanitasi; serta peralatan yang digunakan.
Manfaat Sanitasi
Tidak hanya bagi kesehatan masyarakat yang didapatkan dari manfaat sanitasi tapi juga berdampak positif bagi perekonomian dan pembangunan bangsa. Berikut ini adalah manfaat sanitasi menurut Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo :
Menghindari angka pertumbuhan ekonomi semu
Kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk sebagaimana diuraikan di atas, jika dihitung detail, seharusnya akan mempengaruhi dan mengurangi laju pertumbuhan ekonomi.
Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan, dan produktivitas masyarakat
Menurut WHO, kondisi dan perilaku sanitasi yang baik dan perbaikan kualitas air minum dapat menurunkan kasus diare yang akan mengurangi jumlah hari tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja hingga 8 hari per-tahun atau meningkat 17% yang tentunya berdampak pada kesempatan meningkatkan pendapatan.
Menurunkan angka kemiskinan
Akibat buruknya sanitasi, rata-rata keluarga di Indonesia harus menanggung Rp 1,25 juta setiap tahunnya. Ini jumlah yang sangat berarti bagi keluarga miskin. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya berobat, perawatan rumah sakit, dan hilangnya pendapatan harian (opportunity cost) akibat menderita sakit atau harus menunggu dan merawat anggota keluarga yang sakit.
Memberdayakan masyarakat
Perubahan perilaku terhadap akses sanitasi, telah dibuktikan dapat mendorong kontribusi investasi sanitasi. Pengalaman pembangunan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Jawa Timur menunjukkan leverage factor, bahwa setiap Rp 1 yang dikeluarkan telah berhasil menggerakkan investasi sanitasi dari masyarakat sendiri hingga Rp 35.
Menyelamatkan masyarakat
Manfaat dari investasi sanitasi tentu saja terkait moto di bidang kesehatan yang sudah dikenal luas, yaitu mencegah selalu lebih murah dari mengobati. Bayangkan negara kita harus kehilangan Rp 58 triliun per-tahun karena kita memilih tidak mengalokasikan anggaran sebesar Rp 11,2 triliun per-tahun untuk memperbaiki kondisi sanitasi.
Menjaga lingkungan hidup
Bank Pembangunan Asia (2009) menyatakan bahwa, kita telah gagal menginvestasikan USD 1 untuk menangani sanitasi, sehingga sungai kita tercemar, maka akan diperlukan pengeluaran biaya sebesar USD 36 untuk memulihkan kembali kondisi air sungai tersebut.
Salon
Pengertian Salon
Salon kecantikan adalah bentuk usaha yang berhubungan dengan perawatan wajah, badan, tangan, kaki, rambut dan kulit kepala, serta tata rias wajah dan rambut baik untuk laki-laki maupun perempuan. Hygiene sanitasi salon adalah upaya kesehatan dalam memelihara dan melindungi kebersihan salon, melalui pengendalian faktor lingkungan dari faktor-faktor yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan.
Jenis Salon
Menurut jenis pelayanan yang diberikan pada salon kecantikan :
Salon kecantikan rambut
Salon kecantikan kulit
Salon kecantikan kombinasi rambut dan kulit
Menurut jenis dan bahan kosmetik yang digunakan :
Salon kecantikan modern
Salon kecantikan tradisional
Salon kecantikan kombinai modern dan tradisional
Menurut jenis bahan kosmetik yang dipergunakan :
Salon yang hanya menggunakan satu jenis (merk) kosmetik produk pabrik tertentu, salon ini sebagai promosi, penerapan dan pengembangan serta evaluasi efektivitas produk kosmetiknya.
Salon yang menggunakan lebih dari satu jenis merk kosmetik yang terdaftar di Kemenkes RI sesuai dengan keinginan pelanggan.
Salon yang menggunakan kosmetika buatan sendiri, tidak menggunakan bahan terlarang dan tidak dijual belikan.
Salon kecantikan diklasifikasikan menjadi Type D, C, B, dan A, uraiannya adalah sebagai berikut :
Salon kecantikan Type D
Fisik :
Tempat usaha rumah sendiri/tempat lain dengan ukuran minimal 9 m2.
Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 4 kursi, untuk kulit maksimum 2 dipan.
2) Pelayanan :
a) Tata kecantikan rambut, meliputi: pencucian kulit kepala/rambut, pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut, pengeringan, pengecatan (tanpa pemucatan), perawatan kulit kepala/rambut (creambath).
b) Tata kecantikan kulit meliputi: perawat kulit, wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) tanpa kelainan, merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore)
Salon kecantikan Type C
Fisik :
Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 30 m2
Jumlah kursi perawatan untuk rambaut maksimum 6 kursi, untuk kulit maksimum 3 dipan.
Pelayanan :
Tata kecantikan rambut, meliputi: pencucian kulit kepala/rambut, pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan).
Tata kecantikan kulit meliput: merawat kulit, wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan usia lanjut., penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat elektronik sederhana (2 jenis seperti frimator dan sauna)
Salon kecantikan Type B :
Fisik :
Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 50 m2.
Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit maksimum 4 dipan
Pelayanan :
Tata kecantikan rambut meliputi: pencucian kulit kepala/rambut, pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan), penambahan rambut kepala.
Tata kecantikan kulit, meliputi: merawat kulit, wajah, tangan (menikur) dan kaki (pedikur) dengan kelainan, merias wajah sehari-hari (pagi, siang, sore), panggung disco, karakter, cacat, dan usia lanjut. Penambahan bulu mata, menghilangkan bulu-bulu yang tidak dikehendaki, perawatan kulit dengan menggunakan alat elektronik, perawatan badan (body massage)
Salon kecantikan Type B diselenggarakan dengan menejemen yang baik yang mempunyai pimpinan, staf administrasi, dan staf teknis.
Salon kecantikan Type A :
Fisik :
Tempat usaha rumah sendiri / tempat lain dengan ukuran minimal 75 m2.
Jumlah kursi perawatan untuk rambut maksimum 8 kursi, untuk kulit maksimum 4 dipan dengan penyekat atau merupakan cabin.
Pelayanan :
Tata kecantikan rambut meliputi pencucian kulit kepala/rambut, pemangkasan/pemotongan dan pengeritingan rambut, penataan rambut, pengeringan, pengecatan (dengan pemucatan), perawatan kulit kepala/rambut (creambath), pelurusan, perawatan rambut dengan kelainan ringan (kebotakan, ketombe, kerontokan), penambahan rambut kepala.
Tata kecantikan kulit seperti pada pelayanan salon Type B ditambah perawatan yang lebih luas baik secara tradisional Indonesia (empirik timur) maupun modern (empirik barat), seperti akuprsur, aroma terapi, reflekzone. Tersedia juga perawatan dengan alat elektronik helioteraphy, hyydroteraphy, mekanoterapy, elektroterapi, perawatan tradisional yang spesifik seperti perawatan pengantin, ibu hamil, ibu setelah melahirkan.
Salon kecantikan Type A dikelola secara institusional dengan menejemen yang baik seperti Type B, tetapi disini lebih lengkap terutama staf ahli teknis.
Hygiene dan Sanitasi Salon
Lokasi
Berada di daerah bebas banjir dan mudah dijangkau
Gedung :
Bangunan gedung harus kuat, utuh serta dapat mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit dan kecelakaan dan banjir
Pembagian ruang yang jelas sesuai dengan fungsinya, saehingga memudahkan lalu lintas orang.
Sarana bangunan harus memenuhi syarat kesehatan dan tidak menimbulkan gangguan bagi tetangga serta tidak terganggu oleh keadaan sekitarnya.
Sarana Lain :
Dinding sebelah dalam rata, berwarna terang serta mudah dibersihkan.
Langit- langit, berwarna terang, mudah dibersihkan, tinggi dari lantai minimal 2,5 meter.
Lantai, kedap air, rata, tidak licin, serta mudah dibersihkan.
Atap, terbuat dari bahan yang kuat, tidak bocor dan tidak terdapat sudut mati agar dapat mencegah bersarang/berkembang biaknya serangga dan tikus
Ventilasi, dapat menjamin peredaran udara dengan baik, ventilasi permanen (lubang angin, kisi-kisi) minimal 10 % x luas lantai. Luas lubang ventilasi tidak permanen (pintu dan jendela) minimal !0 % luas
Pencahayaan, cukup, tidak menyilaukan dan intensitasnya sesuai dengan kebutuhan, khusus untuk ruang kerja intensitasnya minimal 150 lux.
Toilet, tersedia toilet untuk pengunjung dan disesuaikan dengan penggunaannya
Tersedia pemadam kebakaran.
Tersedia kotak P3K ( Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
Ruangan perawatan kecantikan kulit dan rambut. Luas masing-masing ruang sekurang-kurangnya 3 X 3 meter. Ruangan untuk tata kecantikan rambut dan kulit harus terpisah.
Memiliki ruang tunggu.
Memiliki kamar kecil
Kelengkapan Lain :
Kelengkapan peralatan alat- alat kecantikan dan bahan kosmetika harus yang terdaftar pada Departemen kesehatan kecuali yang diproduksi dan digunakan untuk kalangan sendiri.
Kelengkapan surat-surat yang mendukung, diantaranya : surat izin usaha, surat keterangan berbadan sehat bagi semua tenaga kerja di salon, dan lain-lain.
Persyaratan Alat-Alat kecantikan
Jelas mempunyai daya guna
Tidak menimbulkan bahaya, baik dalam waktu dekat/ segera langsung maupun dalam waktu yang lama.
Dalam menggunakan alat- alat kecantikan, ahli kecantikan harus memperhatikan sebagai berikut:
Keadaan Fisik Kulit
Faktor-faktor dari luar atau dalam tubuh yang mempengaruhi efek pemakaian alat-alat kecantikan. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat dari : umur, kulit pria atau wanita,lokalisasi kulit (kulit kaki, tangan, dan sebagainya)
Pengaruh lain, misal; waktu hamil, alergi, dan sebagainya.
Bahan kosmetika yang tidak diizinkan untuk digunakan dalam produksi kosmetika
Antimon dan senyawanya.
Arsen dan senyawanya
Barium dan garamnya, kecuali barium sulfat
Berlium dan senyawanya
Bitional
Hidrokinon Monobenzileter
Hormon
Kadmium dan senyawanya
Kloroform
Krom dan senyawanya, kecuali zat warna hijau K4 dan hijau K5
Perak dan senyawanya
Raksa dan senyawanya, kecuali fenilraksa nitrat dan tiomersal yang digunakan sebagai pengawet dalam preparat tata rias mata.
Salisilanilida terhalogenkan
Selenium dan senyawanya, kecuali selenium Disulfida dan shampo tidak lebih dari 2 %
Stronsium dan senyawanya
Timbal dan senyawanya, kecuali timbal asetat dalam preparat rambut tidak lebih dari 2 %
Torium dan senyawanya
Hal-Hal yang harus diperhatikan pada dalam pemakaian alat-alat listrik di salon
Kontak dilepaskan sesudah selesai pemakaian
Pelajari instruksi sebelum memakai suatu alat-alat listrik.
Semua kabel, tombol dan perlengkapan lain harus harus dalam keadaan baik.
Semua perlengkapan listrik diperiksa dengan baik dan teliti
Hindarkan tali-tali
Kabel listrik diperiksa dengan baik dan teliti
Hindarkan tali-tali kabel listrik yang basah
Pasien tidak diizinkan menyentuh suatu permukaan logam waktu peralatan listrik sedang diberikan
Tidak boleh meninggalkan ruangan waktu alat listrik sedang dipergunakan
Hal-hal yang dilarang
Ruangan praktek salon kecantikan tidak dibenarkan menjadi tempat tinggal, atau untuk kegiatan lain yang tidak sesuai dengan fungsinya.
Tidak dibenarkan menggunakan alat-alat kedokteran serta melakukan tindakan-tindakan pengobatan kecuali oleh dokter konsultan.
Tidak diperbolehkan melakukan tindakan oprasi/ bedah plastik
Tidak dibenarkan memperkerjakan tenaga ahli kecantikan berwarga negara asing yang tidak memiliki izin kerja yang syah dari pemerintah.
Tidak boleh menggunakan dan memberikan obat-obat keras (daftar G dan O) kecuali oleh dokter konsultan.
Tidak boleh menggunakan alat-alat listrik kecantikan dan kosmetik yang belum terdaftar/ belum diizinkan oleh Departemen Kesehatan RI.
Tidak boleh memasang iklan secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kenyataan/belum terbukti kebenarannya secara ilmiah.
Penyediaan Air Bersih :
Kualitas air memenuhi persyaratan Permenkes
Air sebaiknya diperoleh dari PDAM
Kuantitas harus tersedia dengan cukup
Pengelolaan Limbah
Sarana pembuangan limbah tertutp dan kedap air
Air limbah mengalir dengan lancer
Tempat Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, ringan, kedap air, tahan karat dan berpenutup
Jumlah volume sampah disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan
Hygiene Pribadi Pada Pekerja Salon
Kesehatan pribadi khususnya bagi mereka yang terlibat dan bekerja pada sebuah salon kecantikan perlu diperhatikan, karena hal ini selain penting untuk dirinya sendiri juga berkepentingan untuk pelanggan dan keberlangsungan perusahaan.
Syarat utama bagi seorang pegawai disebuah salon adalah memiliki kesehatan yang baik. Untuk itu disarankan para pekerja melakukan test kesehatan, terutama test darah dan pemotretan rontgen pada dada untuk melihat kesehatan paru-paru dan saluran pernafasan. Ada 2 kelompok penderita penyakit yang tidak boleh diderita oleh seorang pegawai salon, antara lain penyakit saluran pernafasan, dan penyakit kulit,karena penyakit ini sudah pasti dapat menular pada para pelanggannya pada saat dia mengadakan perawatan.
Ada beberapa hal yang harus dikembangkan dan dijaga oleh para pegawai salon kecantikan antara lain secara jasmaniah diantaranya adalah:
Pemeliharaan tubuh
Pemeliharaan tubuh dan dan alat-alat tubuh seperti pencucian tangan, tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen, faeces, atau sumber lain ke orang lain (mis; kulit muka). Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal yang pokok yang harus dilakukan oleh seorang pekerja salon. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan menghilangkan banyak mikroba yang terdapat pada tangan.
Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih, penggosokkan, dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak mengandung mikroba. Langkah-langkah pencucian tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut :
Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
Menggosok tangan secara menyeluruh, pada bagian-bagian yang meliputi; punggung tangan, telapak tangan, sela-sela jari dan bagian di bawah kuku.
Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling bagian di bawah kuku.
Pembilasan dengan air mengalir
Pengeringan tangan dengan handuk kertas (tissue) atau alat pengering.
Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat, setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran, terutama sebelum dan sesudah perawatan pelanggan dimulai/ selesai.
Pemeliharaan pakaian yang di kenakan
Pakaian pegawai salon kecantikan harus selalu bersih. Apabila tidak ada ketentuan khusus untuk penggunaan seragam, pakaian sebaiknya tidak bermotif dan berwarna terang. Hal ini dilakukan agar pengotoran pada pakaian mudah terlihat. Pakaian kerja sebaiknya dibedakan dari pakaian harian. Disarankan untuk mengganti dan mencuci pakaian secara periodik, untuk mengurangi resiko kontaminasi.
Jika menggunakan celemek (apron) yang digunakan pekerja harus bersih dan tidak digunakan sebagai lap tangan. Setelah tangan menyentuh celemek, sebaiknya segera dicuci. Celemek harus ditanggalkan bila pekerja meninggalkan ruang perawatan. Selain hal-hal yang tersebut di atas syarat kesehatan yang harus dimiliki oleh para karyawan dan para pegawai salon (perias, dan pembantu-pembantunya, pemangkas rambut, dan lain-lain. Banyak sedikitnya jumlah karyawannya dari besar kecilnya perusahaan tersebut). Adalah sebagai berikut :
Setiap karyawan harus sehat, yang dinyatakan dengan sertifikat kesehatan yang dikeluarkan Dinkes dan masiuh berlaku.
Bebas dari penyakirt menular umumnya dan penyakit kulit pada khususnya. Petugas yang punya penyakit menular dilarang bekerja di tempat tersebut.
Setiap karyawanan harus berpakaian kerja yang baik dan bersih.
Setiap karyawan harus memeriksakan diri secara berkala/ sedikitnya 1 kali 1 tahun.
Memiliki pengetahuan dasar tentang dasar-dasar kesehatan perorangan (personal hygiene).
Mempunyai prilaku yang baik, antara lain; waktu bekerja tidak merokok, tidak meludah di sembarang tempat, tidak mengorek-ngorek lubang hidung/telingan, selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan rapi.
Hygiene perorangan yang telibat sebagai pegawai di salon kecantikan akan dapat dicapai, apabila di dalam diri pekerja tertanam pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan dirinya. Karena pada dasarnya higiene adalah mengembangkan kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan, maka sebetulnya hal ini dapat diketahui sejak calon pekerja akan direkrut sebagai staf, melalui wawancara. Meskipun demikian sikap dan kebiasaan baik yang mendukung terciptanya higiene perorangan dapat pula ditanamkan dan diperbaharui terus menerus melalui serangkaian pelatihan, kursus atau pemasangan poster, tulisan dan gambar-gambar di lingkungan kerja. Hal ini diperlukan untuk mengingatkan pekerja tentang pentingnya peran higiene perorangan untuk keberadaan dan kebesaran perusahaan khususnya pada salon Tata Kecantikan.
Penyakit yang Dapat Terjadi di Salon
Penyakit saluran pernafasan akibat debu, kapas, bahan kimia dari obat kecantikan seperti hair spray, dan lain-lain.
Asma akibat dari sensitivitas zat perangsang dari zat kimia bahan kecantikan (terutama yang disemprotkan)
Penyakit kulit yang disebabkan oleh: faktor fisik, kimiawi dan biologis.
Peraturan tentang Hygiene dan Sanitasi Salon
Keputusan Menteri Kesehatan 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum
Untuk menjamin keamanan, salon harus memiliki izin usaha dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk memiliki izin usaha tersebut, Salon harus memiliki sertifikat hygiene sanitasi yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pengusaha dan/atau penanggung jawab salon wajib menyelenggarakan salon yang memenuhi syarat hygiene sanitasi. Penanggung jawab salon yang menerima laporan atau mengetahui adanya alat atau bahan yang membahayakan yang dipakai wajib melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat guna dilakukan langkah-langkah penanggulangan. Untuk pembinaan teknis penyelenggaraan salon dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam rangka pembinaan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mengikutsertakan Asosiasi Salon, organisasi profesi dan instansi terkait lainnya.
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan peningkatan upaya-upaya sanitasi lingkungan sebagai salah satu strategi dalam mewujudkan derajat kesehatan Indonesia yang maksimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan sanitasi lingkungan di suatu daerah. Upaya tersebut dikenal dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang awal dilaksanakan pada tahun 2008 di 10.000 desa/kelurahan. STBM telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut, Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah aksi terpadu untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan diantaranya adalah diare, serta meningkatkan perilaku higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia. STBM diinisiasi sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mewujudkan peningkatan akses air minum dan sanitasi dasar berkelanjutan untuk pengendalian penyakit berbasis lingkungan dan peningkatan kemampuan masyarakat, melalui pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan Kepmenkes No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional STBM, STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Masyarakat distimulus untuk ikut berpartisipasi dalam sehingga diharapkanupaya upaya yang dilakukan dapat berkelanjutan. STBM disebut Sanitasi Total karena target yang ingin dicapai adalah masyarakat yang memiliki kondisi:
Tidak buang air besar sembarangan (Stop BABS)
Mencuci tangan pakai sabun (CTPS)
Mengelola air minum dan makanan yang aman (PAMM RT)
Mengelola sampah dengan benar
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Jenis dan Rancangan Pelaksanaan Kegiatan
Jenis pengamatan yang digunakan dalam penilaian sanitasi Alfafa Salon & SPA adalah pengamatan observasional deskriptif. Pengamatan observasional deskriptif bertujuan menggambarkan suatu kondisi objek pengamatan dalam hal ini adalah kondisi hygiene dan sanitasi Alfafa Salon & SPA. Observasi ini dilakukan melalui penilaian secara kualitatif dan kuantitaif terhadap variabel-variabel yang menentukan status sanitasi salon & spa dan diberikan nilai penghitungan secara kuantitatif dengan menggunakan instrumen penilaian.
Lokasi Observasi
Kantor Alfafa Salon & SPA berada di Jl. Raya Menur No.29D, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota SBY, Jawa Timur 60116, Indonesia
3.3 Waktu Observasi
Hari : Rabu
Tanggal : 10 Mei 2017
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Inspeksi Sanitasi Lingkungan di Alfafa Salon & SPA Surabaya.
No.
Kegiatan
Maret
April
Mei
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1.
Survei lokasi sasaran
2.
Permohanan surat izin fakultas
3.
Penyusunan instrumen
4.
Pembagian surat izin dari fakultas
5.
Persiapan alat dan bahan inspeksi
6.
Pelaksanaan observasi
7.
Pembuatan laporan
Metode Penelitian
Metode penilaian yang digunakan dalam hal ini adalah observasional deskriptif karena hanya melakukan observasi, menganalisis hasil dan menggambarkan kondisi sesuai hasil analisis tanpa memberi perlakuan apapun terhadap objek observasi.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam observasi di Alfafa Salon & SPA adalah melalui tiga cara yaitu:
3.5.1 Lembar observasi
Pengamatan yang dilakukan terhadap Alfafa Salon & SPA menggunakan bantuan lembar observasi sebagai instrumen inspeksi. Penyusunan instrumen berdasarkan beberapa peraturan sebagai referensi. Lembar observasi ini disusun dengan memasukkan sepuluh variabel utama dengan setiap variabel mempunyai bobot berbeda sesuai prioritas pada sub-variabel.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data sekunder mengenai beberapa variabel yang tidak ditemukan melalui observasi. Hal ini bertujuan mendapatkan penilaian variabel terhadap instrumen sanitasi. Wawancara hanya dilakukan pada saat melakukan inspeksi sanitasi di Alfafa Salon & SPA. Wawancara dilakukan kepada owner dan karyawan Alfafa Salon & SPA.
Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan untuk mempelajari gambaran umum dan kondisi sanitasi Alfafa Salon & SPA. Studi pustaka dilakukan dengan mengambil data dari buku-buku ilmiah, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis lainnya baik tercetak maupun elektronik lain. Sumber elektonik didapat dengan mencari di google dengan kata kunci sanitasi, Salon, dan sanitasi Salon. Data didapat dari artikel dan buku elektronik yang kemudian didownload. Media elektronik yang kami gunakan adalah media jaringan internet.
Prosedur Observasi dan Penilaian
Langkah yang dilakukan dalam melakukan observasi di Alfafa Salon & SPA adalah sebagai berikut:
Melakukan survei di tempat inspeksi untuk mengetahui alur perizinan.
Mengurus surat perizinan untuk inspeksi.
Membuat tabel penilaian observasi dengan mengacu pada peraturan terkait sebagai panduan dalam menginspeksi sanitasi salon & spa.
Melakukan observasi lapangan pada target yang telah ditentukan dengan metode pengambilan sampel.
Melakukan penilaian sesuai dengan keadaan yang ada di Alfafa Salon & SPA.
Menghitung nilai lalu mengkategorikan sanitasi berdasarkan hasil perhitungan.
Membuat laporan hasil inspeksi.
Bobot dan nilai maksimal yang diberikan pada setiap objek di lembar observasi ditentukan atas teori yang ada dan kemudian kembangkan atas kesepakatan bersama. Berikut adalah cara mengetahui kategori sanitasi Alfafa Salon & SPA, yaitu:
Menentukan bobot tiap bab.
Menentukan bobot tiap sub bab.
Menentukan bobot tiap sub sub bab.
Menentukan nilai tiap indikator penilaian.
Menentukan skor maksimal dengan cara membagi nilai maksimal dengan nilai maksimal dan dikalikan dengan bobot tiap sub bab. Hal itu karena bobot yang diberikan berupa persen.
Menentukan skor yang diperoleh dengan cara membagi nilai yang diperoleh dengan nilai maksimal dan dikalikan dengan bobot tiap sub bab. Hal itu karena bobot yang diberikan berupa persen.
Menentukan Kategori penilaian dengan cara:
Menentukan jumlah total skor maksimal dengan cara menjumlahkan skor maksimal tiap komponen.
Menentukan total skor yang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh tiap komponen.
Menentukan kategori nilai dari hasil observasi, berikut adalah kategori yang diperoleh:
< 50% : Tidak memenuhi persyaratan
50-75% : Cukup memenuhi persyaratan
> 75% : Memenuhi persyaratan
Berikut adalah cara pengisian instrumen:
Mencocokkan indikator pada instrumen dengan keadaan saat observasi
Menandai kolom nilai sesuai keadaan yang ditemui saat observasi
Isi kolom skor yang diperoleh dengan cara membagi nilai yang diperoleh dengan nilai maksimal dan dikalikan dengan bobot tiap sub bab. Hal itu karena bobot yang diberikan berupa persen.
skor yang diperoleh= nilai yang diperolehnilai maksimal×bobotskor yang diperoleh= nilai yang diperolehnilai maksimal×bobot
skor yang diperoleh= nilai yang diperolehnilai maksimal×bobot
skor yang diperoleh= nilai yang diperolehnilai maksimal×bobot
Menjumlahkan seluruh skor yang telah dihitung
Menyesuaikan dengan kategori hasil penilaian
Membuat kesimpulan dari hasil penilaian
Instrumen Observasi
Alat :
Alat tulis kantor (ATK): Untuk mencatat hasil pengamatan dan notulensi saat wawancara
Lembar instrumen
Kamera
Bahan:
Form penilaian meliputi:
Penilaian kelompok terkait komponen di Alfafa Salon & SPA dengan menggunakan tabel penilaian observasi hygiene dan sanitasi yang disesuaikan dengan peraturan terkait.
Instrumen yang digunakan adalah tabel penilaian observasi sanitasi.
Kontribusi Kelompok
Berikut kontribusi dari tiap-tiap anggota kelompok dalam kegiatan inspeksi sanitasi lingkungan di Alfafa Salon & SPA.
Tabel 2. Kontribusi anggota kelompok
No.
Nama Anggota
Kontribusi
1.
Ais Assana Athqiya
Perijinan, Pembuatan Instrumen, Dokumentasi, Pembuatan Laporan, Presentasi
2.
Dinana Izzatul Ulya
Pembuatan Instrumen, Inspeksi Ruang Manajemen, Pembuatan Laporan, Presentasi
3.
Ida Puspita Sari
Perijinan, Pembuatan Instrumen, Inspeksi Konstruksi Bangunan, Pencari Peraturan tentang Salon, Presentasi
4.
Anak Agung Sriska P.
Pembuatan Instrumen, Inspeksi Alat dan Bahan di Salon, Pembuatan Laporan, Presentasi
5.
Farach Dilla Syarifa
Pembuatan Instrumen, Dokumentasi, Inspeksi Ruang Salon, Pembuatan Laporan , Presentasi
6.
Tuhu Uboyo Wicaksono
Pembuatan Instrumen, Inspeksi Daerah Karyawan, Pencari Peraturan tentang Salon, Pembuatan Laporan , Presentasi
7.
Inas Paramita Abdini Haq
Editor, Pencari Peraturan tentang Salon, Pembuatan Laporan , Presentasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Alfafa Salon & SPA merupakan salon muslimah yang terletak di Jl. Raya Menur No.29D, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota SBY, Jawa Timur 60116, Indonesia. Alfafa Salon & SPA adalah fasilitas perawatan kecantikan yang berbasis islami karena salon tersebut khusus untuk memberikan pelayanan bagi para muslimah yang ingin mensyukuri setiap jengkal kecantikannya. Salon ini berdiri sejak 10 April 2011 hingga sekarang. Luas dari total bangunan adalah 10x20 m2. Rata-rata pengunjung banyak berasal dari wanita-wanita berhijab karena mereka merasa privacy dan keamanannya sangat dijunjung tinggi sebab semua pegawai yang menangani customer adalah wanita yang berhijab serta tidak ada pria yang boleh memasuki daerah perawatan tersebut. Jumlah pegawai total adalah sebanyak 15 orang. Salon ini mempunyai berbagai macam layanan yang disediakan, antara lain: perawatan rambut, perawatan wajah, perawatan tubuh, serta layanan khusus seperti paket pre wedding, make up, serta hijab variasi.
Hasil Inspeksi
Lokasi
Aksessibilitas
Aksessibilitas merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhitungkan. Lokasi Alfafa Salon & Spa ini tergolong strategis dan memenuhi kriteria karena lokasi dari tempat ini dapat diakses dengan jalan kaki maupun dengan berbagai kendaraan.
Gambar 4.1 Jalan
Dari hasil inspeksi pada poin aksessibiltas mendapat skor 2,5% dari skor maksimal 2,5%. Hal ini dikarenakan variabel tersebut memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Alfafa Salon & SPA terletak di Raya Menur No.29D yang masih tergolong sebagai jalan utama sehingga memang sangat mudah dijangkau bagi pejalan kaki maupun pengguna kendaraan.
Jarak lokasi dengan Sumber Pencemar
Lokasi bangunan Alfafa Salon & SPA ini sudah jauh dari sumber pencemar, hal ini dilihat dari hasil pengamatan bahwa tidak ada tanda-tanda sumber pencemar di sekitar lokasi bangunan SPA.
Gambar 4.2 Lokasi Alfafa Salon & SPA
Dari hasil inspeksi pada poin jarak lokasi salon dan Spa dengan TPA 500 m mendapat skor 1% dari skor maksimal 1%, pada poin jarak lokasi salon dan spa dengan jalan raya > 30 m mendapat skor 0,1% dari nilai skor maksimal 1%, pada poin jarak lokasi salon dan spa dengan sumber pencemar kimia mendapat skor 1% dari skor maksimal 1%, dan pada poin lokasi jauh dari tempat rawan bencana mendapat skor 0.67% dari skor maksimal 1%. Sehingga pada variabel jarak lokasi dengan sumber pencemar mendapatkan skor 2.77% dari skor maksimal 4%.
Lokasi SPA ini juga jauh dengan tempat pembuangan akhir yaitu lebih dari > 500 m dan lokasi SPA ini juga sangat dekat dengan jalan raya yang hanya berjarak 30 m. Hal ini sudah memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan. Namun, lokasi SPA ini masih rawan bencana karena lokasi dari bangunan SPA ini dekat dengan sungai sehingga kawasan tersebut rawan banjir.
Izin Usaha
Pada variabel izin usaha terdapat poin mengenai memiliki izin usaha yang masih berlaku. Alfafa Salon & SPA ini memiliki surat izin usaha yang sampai saat ini masih berlaku. Dari hasil inspeksi pada poin memiliki izin usaha yang masih berlaku mendapat skor 3,5% dari nilai skor maksimal 3,5%.
Dengan adanya surat izin usaha, maka salon dan spa tersebut sudah mendapatkan surat izin yang resmi untuk mendirikan usaha salon dan spa nya.
Bangunan
Atap
Komponen yang dinilai dari atap Alfafa Salon & SPA meliputi bahan atap yang kuat, tidak bocor, bahan kerangka atap ringan dan kuat, bersih dan tidak berlubang, kemiringan, dan saluran air hujan.
Gambar 4.3 Penutup bagian parkir
Namun dari hasil inspeksi atap tersebut tidak bersih, terdapat kebocoran pada beberapa titik, dan masih menjadi sarang serangga, dapat dikatakan tidak memenuhi komponen diatas sehingga hanya memperoleh skor 3.9% dari skor maksimal 5%.
Berdasarkan hasil pengamatan bangunan Alfafa Salon & SPA, terlihat atap dari bangunan tersebut ada yang bocor. Hal ini tentu tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan yaitu dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung. Jika atap terus dibiarkan bocor tentu ini tidak baik untuk lingkungan salon juga mengganggu kenyamanan konsumen. Jadi menurut kami pihak Alfafa Salon & SPA diharapkan segera memperbaiki atap yang bocor tersebut.
Langit-langit
Komponen yang dinilai dari langit-langit dilihat dari langit-langit yang mudah dibersihkan, kuat, tinggi minimal 2,5 m dari lantai, tidak bocor, dan tidak menjadi sarang vektor.
Gambar 4.4 Langit-langit
Namun dari hasil inspeksi langit-langit tidak bersih, terdapat kebocoran pada beberapa titik, dan masih menjadi sarang serangga dapat dikatakan tidak memenuhi salah komponen diatas sehingga hanya memperoleh skor 2.52% dari skor maksimal 3%.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesua Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, bahwa persyaratan ruang dan bangunan yaitu langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 2,50 m dari lantai. Jadi, untuk point yang bersih kami hanya memberi 0.24% karena masih ada langit-langit yang terdapat noda karena kebocoran selain itu ada beberapa ruang yang warnanya kurang terang sehingga dari poin 0,45% hanya mendapat 0.39%.
Dinding
Dinding merupakan suatu komponen yang ada dalam bangunan dan memiliki fungsi sebagai pembatas antara ruang satu dengan yang lainnya. Pembatas ruangan sangat diperlukan dalam suatu bangunan karena dengan banyaknya ruangan yang ada dapat dibatasi dengan jelas dan tidak ada kerancuan atara ruang satu dan yang lain. Komponen yang dinilai dari dinding Alfafa Salon & SPA meliputi bersih, tidak ada retakan, tidak ada lubang, kedap air, dinding permanen, bersih, rata, dan berwarna terang.
Gambar 4.5 Dinding
Namun dari hasil inspeksi dinding pada beberapa ruangan tidak berwarna terang, dapat dikatakan tidak memenuhi salah satu komponen diatas sehingga memperoleh skor 4.9% dari skor maksimal 5%. Hal ini dikarenakan terdapat ruangan yang warna dindingnya masih terkesan gelap sehingga pada poin kondisi berwarna terang hanya mendapat sebesar 0.4% dari 0.5%.
Bahan dinding, kondisi dinding, dan kebersihan dinding seharusnya disesuaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 304/MENKES/PER/IV/1989 Tentang Persyaratan Kesehatan Rumah Makan Dan Restoran. Jadi, ruangan akan terlihat lebih indah dan dapat membuat pelanggan yang datang serta para karyawan merasa lebih nyaman berada di Alfafa Salon & SPA.
Lantai
Komponen yang dinilai pada lantai dilihat dari lantai yang bersih, tidak licin, berwarna terang, kedap air, rata, mudah dibersihkan, dan dibersihkan dengan antiseptik selama 2 kali sehari.
Gambar 4.6 Lantai
Hasil inspeksi memperoleh skor maksimal 2% karena sudah memenuhi semua persyaratan lantai yaitu lantai dalam kondisi kering, tidak licin, rata, berwarna terang, berasal dari bahan yang kedap air dan bahan yang mudah dibersihkan, serta dibersihkan dengan antiseptic dan minimal 2x sehari.
Alfafa Salon & SPA selalu membersihkan lantainya saat sebelum salon tersebut buka dan saat salon sudah tutup sehingga kebersihannya terjaga dan tentunya menggunakan antiseptic untuk menambahkan bau harum serta menjadikan lantai lebih kesat dan bersih dari kotoran maupun bakteri.
Pintu
Komponen yang dinilai meliputi dapat mencegah masuknya serangga, tikus, binatang, pengganggu lainnya, kondisi dalam keadaan baik dan dapat difungsikan yang berarti tidak rusak, kering, bersih, arah bukaan pintu, berbahan kuat dan ukurannya sesuai standar.
Gambar 4.7 Pintu Kamar Mandi
Namun dari hasil inspeksi pintu tersebut ada yang tidak berbahan kuat, dapat dikatakan tidak memenuhi salah satu komponen yang diatas sehingga memperoleh skor 0.4% dari skor maksimal 0.6% untuk poin bahan yang kuat. Sehingga total dari komponen pintu adalah 1.8% dari poin 2%.
Arah bukaan pintu sesuai dengan Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2003 tentang Bangunan Gedung yaitu keluar untuk pintu utama dan pintu lain telah diterapkan pada Alfafa Salon & SPA dan untuk pintu kamar mandi juga sudah sesuai yaitu bukaan ke dalam. Selain itu untuk ukuran pintu juga sudah sesuai seperti Standar Nasional Indonesia 03-7049 Tahun 2004 yakni tinggi 210 cm dan lebarnya 90 cm untuk pintu utama, kamar mandi 180 cm dan lebarnya 70 cm, lainnya 190 cm dan lebarnya 80 cm.
Tangga
Komponen yang dinilai dari tangga ini meliputi bersih, kuat, tidak licin, kemiringan seragam, dan adanya pegangan merambat. Pada Alfafa Salon & SPA hanya terdapat tangga yang khusus untuk karyawan karena tangga tersebut merupakan akses untuk mencuci dan menjemur handuk, celemek, serta peralatan salon lainnya.
Gambar 4.8 Tangga
Dari hasil inspeksi pintu tidak bersih dan sedikit licin, dapat dikatakan tidak memenuhi salah satu komponen yang diatas sehingga memperoleh skor 1.8% dari skor maksimal 2%.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit serta bahwa tangga yang baik yaitu harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam dengan tinggi masing-masing pijakan/tanjakan adalah 15–17 cm, lebar masing-masing pijakan adalah 28–30 cm. Rel pegangan tangan harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 cm-80 cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
Ventilasi
Komponen yang dinilai dari ventilasi mencakup 20% dari luas lantai, terdapat jendela atau AC, atau kipas, bersih, pencahayaan dapat masuk, menggunakan AC 2 pk untuk ukuran ruangan 36 m2, dan dibuka untuk pergantian udara.
Gambar 4.9 Ventilasi
Namun dari hasil inspeksi ventilasi kurang bersih, dan tidak pernah dibuka, dapat dikatakan tidak memenuhi komponen yang diatas sehingga memperoleh skor 1.95% dari skor maksimal 3%. Ada beberapa komponen yang tidak terpenuhi sehingga seperti kondisi ventilasi bersih hanya mendapat 0.75% dari 0.9%, luas ventilasi hanya mendapat 0.3% dari 0.6%, ukuran pk AC juga hanya mendapat 0.45% dari 0.6%, dan untuk pertukaran udara yakni 0.45% dari 0.9%.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran ventilasi mencakup 20% dari luas lantai pada Alfafa Salon & SPA masih belum terpenuhi karena ventilasi hanya terdapat di ruang bagian belakan yaitu dapur karyawan dan sangat kecil serta kondisinya sangat kotor. AC yang terdapat di Alfafa Salon & SPA juga hanya menggunakan ukuran 1.5 pk padahal luas ruangan ada yang lebih dari 36 m2.
Pembagian Ruang
Halaman dan Area Parkir
Penilaiaian pada Halaman dan Area Parkir ini bersih, tidak terdapat sampah berserakan maupun genangan air. Pencahayaan yang diberikan melalui lampu halaman dan lampu teras memungkinkan penglihatan yang baik pada malam hari. Terdapat kanopi namun hanya menutupi teras saja dan tidak terdapat rambu penunjuk arah masuk/keluar. Kapasitas parkir cukup untuk 2 mobil dan sekitar 10 motor. Terdapat tanaman hijau, namun hanya di daerah teras saja. Tempat sampah sudah tersedia di halaman parkir. Namun, belum ada tanda pemisah antara mobil dan motor maupun jalur keluar masuk yang jelas.
Gambar 4.10 Halaman Parkir
Jadi, untuk halaman dan area parkir mendapat skor 1.16% dari skor maksimal 1.5% karena beberapa poin masih belum terpenuhi seperti: kanopi, kapasitas parkir, tanaman hijau, serta pemisah antara yang masuk dan yang keluar.
Seharusnya seperti yang ada pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tanaman hijau yang terdapat pada tempat parkir minimal luasnya sebesar 30% dari luas parkir. Namun dapat kita lihat bahwa hanya terdapat beberapa tanaman pot saja yang ada di halaman parkir Alfafa Salon & SPA sehingga belum dapat memenuhi syarat tersebut.
Ruang Tunggu dan Receptionis
Di Ruang Tunggu dan Receptionis keadaannya bersih dan baunya menyegarkan. Ruangannya terpisah dengan ruangan lainnya. Pencahayaannya masih terlalu remang. Suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun panas, kelembababnnya pun cukup baik. Suara bising dari jalan tidak terdengar. Terdapat tempat duduk yang bersih dan nyaman untuk pengunjung. Di depannya terdapat tempat agak kecil khusus untuk resepsionis yang siap dijaga oleh petugas. Terdapat tempat sampah yang kecil di ujung ruangan.
Gambar 4.11 Ruang Receptionis
Jadi, untuk ruang receptionist mendapat skor 0,82% dari skor maksimal 1% dikarenakan pada poin pencahayaannya kurang, namun untuk kondisi tempat duduk yang ergonomis, luas tempat khusus reseptionis, serta tempat sampah sudah memenuhi kriteria.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri, pencahayaan di ruangan ini tidak sesuai dengan persyaratan yang ada. Pencahayaan yang kurang akan menyebabkan kelelahan pada mata apabila dalam jangka waktu yang lama. Telah tersedia tempat duduk di ruangan ini, namun tidak ergonomis, karena tidak ada pijakan kaki. Tempat duduk yang tidak ergonomis dapat menyebabkan kelelahan pada kaki jika sudah terlalu lama duduk di kursi tersebut.
Ruang Manajemen
Di Ruang Manajemen kondisi cukup bersih dan baunya menyegarkan. Letak ruangan terpisah dengan ruang lainnya. Pencahayaannya cukup terang. Suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun panas, kelembabannya pun cukup baik. Suara bising dari jalan tidak terdengar. Terdapat tempat duduk yang bersih dan nyaman untuk pengunjung. Terdapat rak untuk mengatur arsip dan peralatan, namun kurang tertata rapi.
Gambar 4.12 Ruang Manajemen
Jadi, untuk ruang manajemen mendapat skor 0.9% dari skor maksimal 1% karena ruang manajemen Alfafa Salon & SPA terlihat kurang rapi cenderung berantakan. Banyak kertas-kertas berserakan di atas meja dan tidak diletakkan pada tempat yang seharusnya. Kertas-kertas yang tidak diletakkan pada tempatnya akan menggangu kinerja manajer selain itu kertas-kertas yang tidak disimpan dengan baik dan rapi akan mempersulit pencarian jika suatu saat dibutuhkan.
Menurut kelompok kami baik manajer ataupun petugas yang sedang bertugas agar dapat merapikan ruang manajemen dari kertas-kertas yang berserakan dan diletakkan pada tempatnya. Akan lebih baik lagi jika ruang manajemen dirapikan setiap hari setelah bekerja agar tidak menjadi sarang vektor dan menyebabkan penyakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesua Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, bahwa persyaratan ruang dan bangunan yaitu setiap karyawan mendapatkan ruang udara minimal 10 m3/ karyawan. Jika, kondisinya saja seperti itu maka tidak akan mencukupi kebutuhan ruang udara dari karyawan.
Ruang Cuci Rambut
Pada Ruang Pencuci Rambut keadaannya bersih dan baunya menyegarkan. Letak ruangan terpisah dengan ruang lainnya. Pencahayaannya agak remang. Suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun panas, kelembababnnya pun cukup baik. Suara bising dari jalan tidak terdengar. Terdapat tempat duduk yang bersih dan nyaman untuk pengunjung. Terdapat pipa yang mengumpulkan air sisa pencucian rambut ke pojok ruangan yang terhubung langsung ke saluran drainase.
Gambar 4.13 Ruang Cuci Rambut
Jadi, untuk ruang cuci rambut mendapat skor 1.46% dari skor maksimal 1.5% karena pencahayaan pada ruang tersebut masih kurang dari 300 lux sehingga terkesan remang-remang.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri, pencahayaan di ruangan ini memang tidak sesuai dengan persyaratan yang ada. Padahal pencahayaan yang kurang akan menyebabkan kelelahan pada mata apabila dalam jangka waktu yang lama, selain itu jika mencuci rambut pelanggan dengan kondisi pencahayaan yang kurang juga dapat menyebabkan pencucian kurang bersih.
Ruang Perawatan Rambut
Penilaian untuk Ruang Perawatan Rambut mendapat nilai penuh. Dengan kondisi yang bersih dan bau yang menyegarkan. Letak ruangan terpisah dengan ruang lainnya. Pencahayaannya terang dan sesuai untuk perawatan rambut. Suhu ruangan masih agak panas, kelembababnnya cukup baik. Suara bising dari jalan tidak terdengar. Terdapat tempat perawatan rambut yang bersih dan nyaman untuk pengunjung.
Gambar 4.14 Ruang Perawatan Rambut
Jadi, untuk ruang perawatan rambut mendapat skor 1.33% dari skor maksimal 1.5% karena suhu yang terdapat pada ruangan ini masih tergolong tinggi karena ukuran AC tidak sesuai dengan luas ruangan yang ada.
Padahal berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405 Tahun 2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran seharusnya AC dengan ukuran 2 pk untuk luas ruangan 36 m2. Namun, ukuran AC tersebut hanya 1.5 pk saja.
Ruang Perawatan Wajah dan SPA untuk kulit
Penilaian untuk Ruang Perawatan Wajah dan SPA belum mendapat nilai penuh. Dengan kondisi yang bersih dan bau yang menyegarkan. Letak ruangan terpisah dengan ruang lainnya. Pencahayaannya terang dan sesuai untuk perawatan rambut. Suhu ruangan tidak terlalu dingin maupun panas, kelembababnnya pun cukup baik. Suara bising dari jalan tidak terdengar. Terdapat tempat duduk yang bersih dan nyaman untuk pengunjung.
Gambar 4.15 Ruang Perawatan Wajah
Jadi, untuk ruang perawatan wajah dan SPA mendapat skor 1.46% dari skor maksimal 1.5% karena pada poin ruangan berbau tidak sedap masih belum terpenuhi pada ruangan SPA yang terdapat di Alfafa Salon & SPA.
Ruang SPA VIP berbau amis karena dekat dengan kolam ikan. Sebaiknya adanya ventilasi udara yang sesuai standar yaitu lubang ventilasi 15% dari luas lantai agar pertukaran udara lancar sehingga bau amis dari kolam ikan tidak memenuhi ruangan. Serta membersikan kolam ikan sebulan sekali dan sewaktu-waktu jika air sudah keruh air perlu diganti.
Alat dan Bahan
Peralatan Salon dan SPA
Pada indikator peralatan salon dan SPA diberikan bobot sebesar 15% yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: kasur, kimono, handuk, bath tub, mangkuk lulur, kuas lulur, gunting, sisir, mesin cukur, hairdryer, jepit handuk, catok, roll, jepit rambut, kursi, celemek, cermin, kuas, dan mangkuk cat untuk rambut.
Gambar 4.16 Alat
Peralatan salon dan spa di Alfafa Salon & SPA dalam kondisi yang baik dan berdaya guna. Perawatan alat di Alfafa Salon & SPA dilakukan rutin berdasarkan hasil wawancara yang kami lakukan dengan petugas salon. Benda-benda tajam seperti gunting rambut juga diletakkan di tempat yang seharusnya dan disimpan rapi, kecuali catok yang letaknya dibawah dan rawan jika ada anak-anak yang lewat dan kakinya tersangkut. Selain itu, ada beberapa handuk yang sudah terlihat lusuh namun masih saja digunakan. Sehingga dari skor maksimal 15% hanya mendapat skor 14.59%.
Pada kasur yang digunakan di bagian SPA tidak terdapat bantal yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan pengunjung saat sedang melakukan treatment spa di salon tersebut. Padahal kenyamanan pengunjung merupakan hal yang penting untuk meningkatkan income salon.
Bahan Perawatan Kecantikan
Pada indikator bahan perawatan kecantikan diberikan bobot sebesar 10% yang terdiri dari beberapa komponen yaitu: bahan lulur, aromaterapi, masker wajah, hair spay, shampoo, conditioner, masker rambut, lotion, serta bahan-bahan untuk kosmetik.
Gambar 4.17 Bahan
Bahan yang digunakan di Alfafa Salon & SPA tidak mengandung bahan kimia berbahaya hal ini dikarenakan terdapat izin dari BPOM pada kemasan bahan sehingga tidak menyebabkan efek negatif bagi penggunanya. Namun, untuk masker rambut dan conditioner tidak terdapat tanggal kadaluarsa pada kemasan sehingga dapat membahayakan penggunaan bahan jika digunakan melebihi tanggal kadaluarsa yang seharusnya dan mendapatkan nilai 9.3% dari nilai maksimal 10%.
Sebagian besar bahan-bahan yang digunakan pada Alfafa Salon & SPA tidak terdapat tanggal kadaluarsa sehingga sedikit menyulitkan kelompok kami dalam menilai keamanan penggunaan bahan. Jika bahan yang digunakan telah melewati tanggal kadaluarsa akan menyebabkan efek samping bagi para pelanggan di salon tersebut. Jadi menurut kami lebih baik menggunakan bahan yang tertera tanggal kadaluarsanya untuk menghindari terjadinya efek samping penggunaan bahan. Tapi berdasarkan wawancara produk yang digunakan di salon ini tidak ada yang mengandung bahan yang dilarang BPOM RI No. KH 00.01.43.25.03.
Fasilitas Sanitasi
Pada indikator fasilitas sanitasi diberikan bobot sebesar 20% dari seluruh parameter observasi. Pada indikator fasilitas sanitasi, variabel dan komponen yang dilakukan observasi adalah sebagai berikut
Air Bersih
Pada variabel air bersih dinilai dari 7 komponen yang memiliki bobot total 5% yang terdiri dari kondisi jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, bersumber dari PDAM, kapasitas penggunaan air setiap orang 60 liter per hari, dan distribusi air dengan sistem pempipaan yang mempunyai nilai maksimal 100.
Gambar 4.18 Air PDAM
Pada kondisi jernih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna memiliki bobot masing-masing 0.75% dan skor maksimal dari keempat komponen tersebut yaitu 3%, untuk keriteria kapasitas penggunaan air setiap orang 60 liter per hari, dan distribusi air dengan sistem pempipaan memiliki bobot masing-masing 0.5% dan skor maksimal dari kedua komponen tersebut yaitu 1%, sedangkan khusus untuk bersumber dari PDAM memiliki bobot 1% dan skor maksimal 1%. Dari hasil inspeksi semua komponen memenuhi semua kriteria diatas sehingga memperoleh skor maksimal 5%.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 416/MEN.KES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Air yang digunakan oleh Alfafa Salon & SPA bersumber dari air PDAM sehingga sudah memenuhi kualifikasi yang terdapat pada peraturan tersebut. Selain itu, air yang terdapat pada salon tidak terbatas karena airnya mengalir sehingga sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/ M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimum Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.
Toilet dan Jamban
Pada variabel toilet dan jamban dinilai dari 2 komponen yang memiliki bobot total 8% yang terdiri dari septicktank dan jamban yang mempunyai skor maksimal 8%. Pada komponen septictank terdapat beberapa bagian yaitu kondisi jamban tertutup dan kedap air serta terletak 10 meter dengan sumber air bersih yang memiliki bobot 2% dan skor maksimal 2%, dan untuk komponen jamban terdapat beberapa bagian yaitu tersedia 3 jamban, jamban dalam keadaan baik dan layak pakai, kondisi toilet bersih, terdapat sabun, pemisahan sesuai pengguna yaitu pelanggan dan karyawan, kuantitas toilet 3, kemiringan lantai antara 2° hingga 5° yang memiliki bobot 6% dan skor maksimal 6%.
Gambar 4.19 Kamar Mandi
Dari hasil inspeksi yang tidak mendapat skor maksimal yaitu pada bagian letak septictank 10 meter dengan sumber air bersih, ketersediaan jamban 3, dan kuantitas toilet 3, sehingga memperoleh skor 7.08%.
Minimnya sabun pada toilet karyawan dapat menyebabkan tertinggalnya bakteri di tangan karena apabila yang menggunakan tersebut banyak namun kuantitas sabun tidak cukup maka sia-sia saja. Hanya ada 2 toilet yaitu untuk pengunjung dan karyawan saja hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Selain itu, letak septictank masih kurang dari 10 m dari sumber air bersih sehingga ini juga dapat membahayakan kualitas air.
Tempat Cuci Tangan
Pada variabel tempat cuci tangan dinilai dari 4 komponen yang memiliki bobot total 3% yang terdiri dari kondisi bersih dan kedap air, berjumlah 3, terdapat air mengalir, sabun, dan tissue, serta terdapat di berbagai ruangan yang mempunyai skor maksimal 3%.
Gambar 4.20 Wastafel
Pada kondisi bersih dan kedap air dan tempat cuci tangan terdapat di berbagai ruangan memiliki bobot masing-masing 0.5% dan skor maksimal dari kedua komponen tersebut yaitu 1%, dan untuk kriteria tempat cuci tangan berjumlah 3 dan terdapat air mengalir, sabun, dan tissue memiliki bobot masing-masing 1% dan skor maksimal dari kedua komponen tersebut yaitu 2%. Dari hasil inspeksi yang mendapatkan skor maksimal hanya pada komponen tempat cuci tangan dalam kondisi bersih dan kedap air sehingga memperoleh skor 1.57%.
Kondisi tempat cuci tangan yang agak kotor tidak mendukung terciptanya personal hygiene para karyawan, serta tidak dilengkapi dengan sabun dan pengering merupakan salah satu hal yang sangat krusial karena menyebabkan kemungkinan tangan yang di cuci kurang bersih hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerja Umum Nomor: 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Pembuangan Limbah
Pada variabel pembuangan limbah dinilai dari 2 komponen yang memiliki bobot total 4% yang terdiri dari limbah padat dan limbah cair yang mempunyai skor maksimal 4%. Pada komponen limbah padat terdapat beberapa bagian yaitu terdapat tempat sampah yang tertutup dan kedap air, tempat sampah dilapisi plastik, terdapat di setiap ruang, terdapat pemilahan sampah menjadi 3, yaitu organik, anorganik, dan B3, dan diangkut ke TPS setiap malam hari yang memiliki bobot 2% dan skor maksimal 2%, dan untuk komponen limbah cair terdapat beberapa bagian dalam kondisi tertutup, kedap air, dapat mengalir dengan lancar, dan jarak SPAL 10 meter yang memiliki bobot 2% dan skor maksimal 2%.
Gambar 4.21 Tempat Sampah
Dari hasil inspeksi yang mendapatkan skor maksimal yaitu pada komponen limbah cair, sedangkan pada komponen limbah padat yang mendapatkan skor maksimal hanya pada bagian tempat sampah dilapisi dengan plastik, sehingga memperoleh skor 3,36%.
Masih kurangnya pemilahan sampah pada limbah padat merupakan salah satu hal yang tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Pemilahan dilakukan dengan memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah. Dilakukannya dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan industri, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
Perilaku Karyawan
Pada variabel perilaku karyawan kompoen yang dinilai adala latar belakang karyawan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Dengan total skor 10% dan skor maksimal 10% dengan bobot masing-masing yaitu untuk latar belakan 5% dan PHBS 5%.
Latar Belakang Karyawan
Komponen yang dinilai pada latar belakang karyawan adalah dari kondisi kesehatan karyawan itu sendiri sehat dan memiliki sertifikat kesehatan dari Dinas Kesehatan setempat dan masih berlaku (skor 2% dan skor maksimal 2%), Pengetahuan karyawan tentang PHBS (skor 1.5% dan skor maksimal 1.5%), Riwayat penyakit (skor 1.5% dan skor maksimal 1.5%), dan skor total yang diperoleh 5% dari skor maksimal 5%.
Karyawan yang memiliki sertifikat kesehatan diharapkan dapat menerapkan ilmu PHBS yang telah diajarkan oleh Dinas Kesehatan setempat dengan baik. Dengan karyawan menerapkan PHBS maka lingkungan salon dan spa juga akan menjadi lebih bersih dan tertata.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Komponen yang dinilai adalah Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan setelah menangani pelanggan dan sebelum dan sesudah makan maupun minum menggunakan air mengalir dan sabun (skor 1% dan skor maksimal 1%), Kebiasaan menggunakan seragam saat bekerja (skor 1% dan skor maksimal 1%), Perilaku pemakaian APD saat bekerja (skor 1% dan skor maksimal 1%), Kebiasaan membuang sampah di tempat sampah (skor 0,5% dan skor maksimal 0,5%), Tidak merokok di area kerja (skor 1% dan skor maksimal 1%), Kuku keadaan bersih dan dipotong rapi (skor 10 dan skor maksimal 10) .
Gambar 4.22 Karyawan Alfafa Salon & SPA
Memenuhi kriteria dengan skor keseluruhan 5% dari skor maksimal 5%. Pegawai sudah mengikuti pelatihan terlebih dahulu sebelum dapat menjadi pegawai yang melayani pelanggan. Sehingga kebiasaan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sudah terbentuk sejak awal.
Penyediaan Alat Darurat
APAR
Pada variabel apar terdapat 4 komponen yaitu APAR diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan mudah dicapai, letak APAR satu dengan APAR yang lain tidak boleh melebihi 15 meter, APAR dilengkapi dengan pemberian tanda penggunaan, dan terdapat sprinkler dengan sistem otomatis.
Gambar 4.23 APAR
Dari hasil inspeksi kami, pada komponen APAR diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan mudah dicapai dan APAR dilengkapi dengan pemberian tanda penggunaan mendapatkan skor maksimal, namun pada komponen letak APAR satu dengan APAR yang lain tidak boleh melebihi 15 meter dan terdapat sprinkler dengan sistem otomatis tidak mendapatkan skor maksimal. Sehingga kelompok kami memberikan skor 1,06% dari skor maksimal 1,5%.
Alfafa Salon & SPA sudah menyediakan APAR dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat namun agak sulit dijangkau karena diletakkan dibawah dan akan sedikit menyulitkan untuk mengambil karena pengguna harus membungkukkan badan terlebih dahulu. APAR di Alfafa Salon & SPA hanya berjumlah satu namun terdapat petunjuk penggunaanya. Menurut PERMENAKERTRANS RI NO.04/MEN/1980 label cara penggunaan harus diletakkan pada jarak 125cm dari permukaan lantai dan APAR pada salon ini sudah memenuhi peraturan yang berlaku. Namun dibawah APAR terdapat galon air yang seharusnya tidak boleh diletakkan disitu karena akan menyulitkan pengguna untuk menggunakan APAR jika suatu saat berada didalam keadaan darurat. Selain itu di Alfafa Salon & SPA tidak terdapat sprinkler.
P3K
Pada variabel P3K terdapat 5 komponen, yaitu tersedia ditempat yang dapat dilihat, kotak P3K dalam kondisi baik, obat-obatan tersedia dengan lengkap, obat-obatan tertata dengan rapi, dan tertera tanggal kadaluarsa pada obat.
Dari hasil inspeksi kami, semua komponen telah memenuhi kriteria penilaian kami, namun hanya 2 komponen yaitu tersedia di tempat yang dapat dilihat hanya dan obat-obatan tersedia dengan lengkap tidak memenuhi kriteria. Sehingga pada variabel P3K kami memberikan skor 1.7% dari skor maksimal 2%.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor: Per.15/MEN/VIII/2008 dimaksud pada peraturan dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b tidak semuanya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambing P3K.
Isi kotak P3K sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini dan tidak boleh diisi bahan atau alat selain yang dibutuhkan untuk pelaksanaan P3K di tempat kerja.
Penempatan kotak P3K :
Kotak P3K tidak berada di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau;
Telah disesuaikan dengan jumlah pekerja/buruh
Gambar 4.24 Kotak P3K
Alarm Bencana
Pada variabel ini hanya terdapat 1 komponen yaitu tersedia dan berfungsinya alarm bencana. Namun di Alfafa Salon & SPA tidak ada alarm bencana, sehingga kami memberikan 0% dari skor maksimal 1.5%
Kondisi Sanitasi Salon
Dari hasil inspeksi kelompok kami, Alfafa Salon & SPA mendapatkan skor untuk lokasi sebesar 8,77%, bangunan sebesar 26,01%, alat dan bahan sebesar 23,89%, fasilitas sanitasi sebesar 17,01%, perilaku karyawan sebesar 10%, dan penyediaan alat darurat sebesar 2,76%. Nilai tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus:
Skor yang diperoleh: nilai yang diperolehnilai maksimal x Bobot
Dari beberapa komponen tersebut langsung dijumlahkan karena hasil perhitungan sudah berupa persen sehingga total skor yang diperoleh adalah sebesar 88.43%. Sehingga Alfafa Salon & SPA masuk di kategori memenuhi persyaratan karena skor yang diperoleh melebihi 75%. Berikut kategori hasil sanitasi:
< 50% : Tidak memenuhi persyaratan
50-75% : Cukup memenuhi persyaratan
> 75% : Memenuhi persyaratan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Hygiene sanitasi salon adalah upaya kesehatan dalam memelihara dan melindungi kebersihan salon, melalui pengendalian faktor lingkungan dari faktor-faktor yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan. Tujuan khusus dari pembelajaran sanitasi lingkungan ini untuk mempelajari sanitasi lokasi dan bangunan Salon & SPA, mempelajari fasilitas sanitasi Salon & SPA, mempelajari hygiene peralatan salon dan sanitasi tempat penyimpanan peralatan Salon & SPA, dan mempelajari perilaku tenaga kerja di Salon & SPA.
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi pada salon. Untuk itu, sebagai salah satu upaya pembelajaran dan pengaplikasian atas teori yang kami dapatkan saat perkuliahan, kami melakukan observasi pada Alfafa Salon & SPA Muslimah berada di Jl. Raya Menur No.29D, Manyar Sabrangan, Mulyorejo, Kota SBY, Jawa Timur 60116, Indonesia.
Berdasarkan hasil inspeksi yang telah kami lakukan di Alfafa Salon & SPA Surabaya termasuk dalam kategori sanitasi sangat baik karena terdapat beberapa persyaratan tentang salon yang terpenuhi antara lain :
Konstruksi bangunan, seperti lantai
Fasilitas (fasilitas perawatan rambut, wajah, dan SPA sudah memenuhi).
Sedangkan pada Alfafa Salon & SPA Surabaya terdapat beberapa persyaratan tentang salon yang belum terpenuhi antara:
Konstruksi bangunan (atap yang masih terdapat bocor).
Sanitasi (wastafel hanya satu dan tidak lengkap).
Fasilitas (Kasur pada SPA tidak terdapat bantal).
Saran
Masih ada yang harus diperbaiki untuk hygiene dan sanitasi pada Alfafa Salon & SPA untuk tetap manjaga kualitas yang baik yang ada sehingga customer maupun pekerja dapat merasa nyaman dan sehat. Maka kami mengusulkan Alfafa Salon & SPA dapat melakukan perbaikan terkait dengan sanitasi salon, antara lain:
Memperbaiki kondisi atap agar tidak bocor dan lebih kuat sehingga tidak lagi menimbulkan menimbulkan dinding menjadi lembab serta langit-langit yang terdapat flek, sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung. Sebaiknya atap yang bocor diberikan lembaran pelapis, bisa dari plastik maupun aluminium foil dibagian bawah genteng. Dengan cara ini, air yang masuk melalui celah atap akan terbawa ke talang.
Dinding serta langit-langit yang lembab sebaiknya di cat ulang sehingga tidak menimbukan kesan yang kurang baik.
Lampu seharusnya disesuaikan dengan ruangannya, untuk ruang receptionist masih kurang karena lampu hanya terdapat satu buah saja dan remang-remang, sesuai dengan Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan, serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
Menyediakan tempat sampah, disarankan tersedianya 5 jenis tempat sampah yang terdiri dari (limbah kering, limbah basah, limbah B3, rambut kering, serta rambut basah).
Bahan-bahan sebaiknya diberi label asli untuk mengetahui tanggal kadaluarsa karena manusia pasti ada khilafnya seperti lupa.
Kondisi karyawan yang masih jauh dari layak seharusnya dibangun dan ditata agar lebih rapi seperti daerah dapur, tangga, tempat jemuran, serta ruang manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A, 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, PT. Mutiara sumber. Jakarta: Widya.
Bennett N.B. Silalahi, DR. 1995. Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja. PT Pustaka Binaman Pressindo.
Chandra, Dr. Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Husaini.SKM. 1998. Sanitasi Tempat-tempat Umum, Departemen Kesehatan RI Akademi Kesehatan Lingkungan Depkes.
Nelly Hakim, dkk. 1983. Kosmetologi Tata Kecantikan. Yayasan Institut Andragogi Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purnawijayanti, Hiasinta A. 2001.Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta : Kanisius.
Republik Indonesia. 1962. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1962 Tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.04/MEN/1980 Tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Republik Indonesia. 1989. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 304/MENKES/PER/IV/1989 Tentang persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Republik Indonesia. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kulitas Air. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantran dan Industri. Jakarta: Sekretariat Menteri kesehatan.
Republik Indonesia. 2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jakarta: Sekretariat Menteri kesehatan.
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi .
Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi .
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Jakarta: Sekretariat Menteri Dalam Negeri.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan MinimalBidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi .
Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 46/PRT/M/2015 Tentang Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2015 Tentang Pembangunan Dermaga Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Beserta Sarana dan Prasarananya. Ambon: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Tjandra Yoga Aditama, 2002. Kesehatan Dan Keelamatan Kerja, Penerbit Universitas Indonesia.
World Health Organization. 2004. Water, Sanitation and Hygiene Links to Health Facts and Figures Diakses 10 Mei 2017 pukul 21:00, dari: http://www.who.int/water_sanitation_health/en/factsfigures04.pdf
LAMPIRAN
Lampiran. 1 Peraturan yang Digunakan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1962 Tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.04/MEN/1980 Tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 304/MENKES/PER/IV/1989 Tentang persyaratan Kesehatan Rumah Makan dan Restoran. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kulitas Air. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Jakarta: Sekretariat Menteri kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 288/Menkes/SK/III/2003 Tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jakarta: Sekretariat Menteri kesehatan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.15/MEN/VIII/2008 Tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di Tempat Kerja. Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Jakarta: Sekretariat Menteri Dalam Negeri.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Sekretariat Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 46/PRT/M/2015 Tentang Pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2015 Tentang Pembangunan Dermaga Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Beserta Sarana dan Prasarananya. Ambon: Sekretariat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. Jakarta: Sekretariat Menteri Kesehatan.
Lampiran. 2 Dokumentasi Kegiatan Inspeksi Sanitasi Alfafa Salon & SPA
Lampiran. 3 Instrumen Sanitasi (Excel)