INDERA PEMBAU, PENGECAP, DAN KETERKAITAN KEDUANYA PADA MAMALIA
Pelaksanaan Pelaksanaan
: Senin, 19 September 2016
Dosen
: Erlix Rakhmad Purnama, M.Si.
Kelompok: 03
Rakmawati
(14030204055)
Talania Saraswaty
(14030204079)
Aida Khusnia
(14030204084)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI 2016
: Indera Pembau, Pengecap, dan Keterkaitan Keduanya Pada
1. JUDUL
‘’Mamalia
2. TUJUAN
Adapun tujuan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: a. Praktikan mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap kepekaan seseorang. b. Praktikan mampu menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada penggunaan beberapa bahan. c. Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecap primer berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutan. d. Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain sensasi primer. e. Praktikan mampu mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap
kesan pengecapan.
3. DASAR TEORI a)
Indera Pembau
Indera penciuman adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar melalui aroma yang dihasilkan. Di dalam hidung kita terdapat banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau. Indera penciuman terletak pada rongga hidung. Di dalam rongga hidung terdapat r ambut-rambut halus yang berfungsi untuk menyerap kotoran yang masuk melalui sistem pernafasan
(respiratory). Selain itu, terdapat konka nasal superior,
intermediet serta inferior. Pada bagian konka nasal superior terdapat akar selsel dan jaringan syaraf penciuman (nervus olfaktorius yang merupakan syaraf kranial pertama) yang berfungsi untuk mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan nafas.
1
Tanggung
jawab
sistem
pembau
(sistem
olfaction)
adalah
mengindikasikan molekul-molekul kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor olfactory epithelia melalui proses penghirupan.
Sistem Olfactory
Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor pembau, namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (component principle), organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600 aroma yang berbeda. Alat pembau biasa juga disebut dengan organon olfaktus, yang dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptornya disebut pula chemoreceptor . Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menepel pada lapisan jaringan yang diselaputi lendir dan disebut olfactory mucosa. Selaput lendir tersebut berfungsi untuk melembabkan udara. Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran. Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi sinapsis yang terputus. Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada : a. Susunan rongga hidung. b. Usia
e. Besarnya
konsentrasi
dan
‘volume dari substansi yang ‘ berbau
c. Suhu d. Variasi fisiologis
2
Mekanisme kerja indera pembau diawali oleh gas yang masuk ke dalam hidung larut dalam lendir hidung di bagian atas rongga hidung. Gas ini akan merangsang ujung saraf pembau dan menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu Na+ masuk dan K + keluar dari reseptor (ujung saraf). Depolarisasi dapat menyebabkan terjadinya potensial aksi dan dihantarkan dalam bentuk impuls ke otak untuk diolah.
b) Indera Pengecap
Sistem pengecap atau sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah, terdapat reseptor perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste buds. Reseptor pada lidah akan digantikan oleh reseptor yang baru setiap 10 hari sekali. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa (Lynch et al., 1994; Ganong, 1998; Budi, . 2004). Didalam papillae terdapat banyak putting pengecap (taste buds). Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton, 1997). Sel reseptor pengecap adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan atau mikrovili, sedikit menonjol melalui poripori pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajang dalam mulut. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul zat kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam air liur yang dapat berikatan dengan sel reseptor. (Amerongen, 1991)
3
Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap (Budi, . 2004; Boron , . 2005). Mekanisme kerja indera pengecap diawali oleh zat kimia dalam bentuk larutan yang sampai ke puting pengecap di lidah, menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu masuknya Na+ dan keluarnya K + dari sel reseptor. Depolarisasi berlanjut menyebabkan terbentuknya potensial aksi yang dihantarkan oleh saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke otak untuk diolah sehingga timbul sensasi rasa. Fungsi lidah selain sebagai indera pengecap, yaitu untuk mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu mendorong makanan ke kerongkongan (pada waktu menelan) dan sebagai alat bantu dalam berbicara. Selain itu, indera lain yang turut berperan pada persepsi pengecap adalah indera pembau.Indera pengecap yang terdapat di lidah memiliki 4 modalitet rasa, yaitu: a. Manis : pada puncak atau ujung lidah. b. Asin : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan). c. Asam : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan). d. Pahit : pada pangkal lidah. Kemampuan mengecap seseorang tergantung pada: 1. Faktor Individual, misalnya pada seseorang yang sedang sakit, maka kepekaan mengecapnya akan berkurang. 2. Nilai Ambang, misalnya seseorang yang sudah terbiasa makan makanan yang asam, akan lebih tinggi daripada orang yang tidak biasa makan asam. Nilai ambang ini tergantung dari kebiasaan seseorang.
4
3. Konsentrasi, misalnya pada seseorang yang makan satu mangkok garam, lama kelamaan tidak akan merasakan asin lagi seperti pertama kali memakannya. Antara indra pengecap dan pembau terdapat hubungan yang erat. Indera pencium menerima rangsang berupa gas, sedangkan indera pengecap berupa cairan. Hanya ada dua sel reseptor yang dapat dibedakan dalam epitel olfaktori. Masakan atau bahan yang lain dapat dirasakan kenikmatanya karena adanya kerjasama antara alat pengecap dan pembau. Apabila salah satu alat itu terganggu, maka kenikmatanya berkurang. Sebagai contoh, orang yang terkena flu (pilek) kurang dapat merasakan kenikmatan masakan karena ujung-ujung saraf pembau terganggu.
4. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan -
Minyak menthol
-
Larutan gula
-
Minyak angin
-
Larutan pil kina
-
Minyak cengkeh
-
Larutan cabai/ merica
-
Parfum
-
Bengkoang
-
Air
-
Kentang
-
Larutan garam
-
Buah
-
Larutan asam / jeruk nipis
apel
2. Alat -
Spuit 2,5 ml
-
Peta rasa lidah
-
Sapu tangan
-
Tusuk gigi
-
Kapas
-
Pisau
-
Cotton bud
-
Sendok pengaduk
-
Cawan petri
-
Gelas
-
Gelas kimia
-
Stopwatch
5
5. CARA KERJA a. Indera Pembau
a. Praktikan tidak boleh flu atau pilek. b. Menutup mata yang bersangkutan. c. Mengambil parfum dengan jarum syringe secukupnya, kemudian melepaskan jarum dan biarkan syringe dalam posisi terbalik atau lubang jarum menghadap ke atas. d. Menyisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui lubang hidung satu sisi, sedangkan isi lain lubang hidung ditutup dengan kapas agar yang membau hanya satu sisi saja. e. Praktikan membau atau menghirup, tanyakan bau apa yang dibaunya lalu catat hasilnya. f. Setelah itu posisi syringe diarahkan ke atas dan disuruh menghirup lagi. g. Menanyakan bau apa yang dibau oleh praktikan dan mana yang lebih bau pada posisi pertama atau posisi kedua, bandingkan catat hasilnya. h. Mengulangi percoban diatas dengan bahan yang lain. i.
Menutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan yang satu tetap terbuka.
j.
Menuang bahan pada spuit secukupnya.
k. Memegang syringe dan mendekatkan pada hidung yang terbuka dengan jarak 1,5 cm di depan hidung kemudian mintalah praktikan untuk menghirup dan mebuskan lewat mulut. l.
Mengulangi hal ini berkali kali hingga tidak lagi membahu bahan tersebut.
m. Menghitung Olfactory Fatigue Time (OFT), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketidakpekaan kelelahan pembau artinya sampai tidak lagi membau sesuatu. Mengulangi 3 kali kemudian menghitung rata-ratanya.
6
n. Menghitung Olfactory Recovery Times (ORT), yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali. Mengulaingi 3 kali kemudian menghitung rataratanya. o. Mengulangi semua percobaan diatas dengan praktikan yang lain dan membandingkan hasilnya. b. Indera Pengecap
a. Sebelum percobaan dimulai, gusi dan lidah dibersihkan dari sisasisa makanan dengan berkumur, kemudian lidah dibersihkan dengan tissu atau kapas agar tidak basah oleh air ludah. b. Menuangkan cairan pada cawan petri dan merendam cotton bud pada tiap-tiap larutan. c. Menutup mata praktikan agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan. d. Menyentuhkan cottod bud pada tempat-tempat pusat pengecap sesuai tabel 5 dan praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan pada tempat mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan. Tabel 5. Urutan untuk menyentuhkan cotton bud pada pusat pengecap Bagian Manis Asin Asam Pahit Pedas Depan 5 2 11 16 17 Tepi depan 1 14 7 12 20 Tepi belakang 13 10 3 8 18 Pangkal 9 6 15 4 19
e. Sebelum mengganti dengan larutan lain praktikan yang diuji harus berkumur dahulu. f. Mengulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai larutannya. Menanyakan: apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan tertentu (sesuai atau tidak dengan macam larutan yang dicobakan). g. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan maka pada gambar lidah diberi tanda (+) dan bila tidak sesuai diberi tanda (-).
7
h. Mengulangi percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda kemudian bandingkan hasilnya.
c. Hubungan Indera Pembau dan Pengecap
a. Menutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan. b. Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissu. Meltakkan sekerat bahan, secara bergantian, tanyakan apa yang dirasakan setiap kali bahan diletakkan dilidah dan tanyakan juga ia dapat membau atau mengecap. c. Mengulangi percobaan akan tetapi dalam keadaan hidung terbuka. d. Mengulangi percobaan 2 kali pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan pada praktikan yang lain. e. Mencatat hasilnya, tanda (+) untuk kotak yang merasakan dan tanda ( – ) untuk kotak yang tidak merasakan. i.
Mengulangi percobaan untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama.
6. HASIL DAN PEMBAHASAN a)
HASIL
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan mengenai indera pengecap, pembau dan keterkaitan keduanya pada mamalia, didapatkan hasil seperti pada tabel berikut : Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Waktu Indera Pembau (detik). Praktikan I Praktikan II Bahan Tegak Miring Tegak Miring OFT ORT OFT ORT OFT ORT OFT ORT Minyak angin 32 36 25 29 56 57 46 38 Minyak Tawon 30 32 18 28 42 34 45 15 Parfum 24 41 18 36 37 12 41 28 Freshcare 21 38 15 22 72 26 52 24 Rata-rata 26.8 36.8 19 28.8 51.75 32.25 46 26.25
Tabel 7.2 Hasil Pengamatan Indera Pengecap Bagian
Manis / x waktu (s) 3
√
Depan
Asin / x waktu (s) 3
√
Asam / x waktu (s) 4
√
Pahit / x waktu (s) 2
√
Pedas / x waktu (s) 4
√
8
√ √ √ Tepi 3 3 3 Depan Tepi 4 4 4 Belakang Pangkal 3 3 3 Tabel 7.3 Pengaruh Bau Terhadap Kesan Pengecap Subyek Perlakuan Bahan Bengkoang Kentang I Hidung Tertutup + + Hidung Terbuka ++ ++ II Hidung Tertutup + + Hidung Terbuka ++ ++
√
2
√
5
2
5
2
2
Apel + ++ + ++
b) PEMBAHASAN
Mekanisme kerja indera pembau diawali oleh gas yang masuk ke dalam hidung larut dalam lendir hidung di bagian atas rongga hidung. Gas ini akan merangsang ujung saraf pembau dan menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu Na+ masuk dan K + keluar dari reseptor (ujung saraf). Depolarisasi dapat menyebabkan terjadinya potensial aksi dan dihantarkan dalam bentuk impuls ke otak untuk diolah. Berdasarkan Tabel 7.1 mengenai indera pembau, dapat diketahui bahwa terdapat nilai perbedaan OFT dan ORT pada praktikan 1 dan praktikan 2. Nilai OFT ialah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketidakpekaan indera pembau. Dan ORT ialah waktu yang dibutuhkan untuk kesembuhan indera pembau. Perbedaan hasil kedua praktikan tersebut dipengaruhi oleh faktor kepekaan indera pembau, yaitu susunan rongga hidung, usia dan fisiologis. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan perlakuan syringe tegak dan miring. Dari kedua perlakuan tersebut didapatkan hasil bahwa pada perlakuan syringe tegak, nilai OFT dan ORT lebih tinggi. Hal ini diduga karena pada perlakuan syringe tegak, reseptor hidung lebih kecil menerima rangsangan bau. Jumlah gas yang masuk ke hidung pada syringe tegak lebih sedikit daripada syringe miring. Akibatnya depolarisasi Na + dan K + yang menimbulkan potensial aksi dan dihantarkan dalam bentuk impuls ke otak untuk diolah lebih sedikit.
9
Berdasarkan tabel 7.1 juga dapat diketahui bahwa zat yang lebih merangsang kepekaan indra pembau ialah freshcare. Hal ini diduga karena pada saat praktikum, dosis atau konsentrasi serta volume zat freshcare yang digunakan tidak sama dengan zat-zat lain (zat-zat lain diambil dengan volume 1cc). Tingginya konsentrasi dan volume zat freshcare tersebut mengakibatkan freshcare menjadi zat yang paling merangsang indera pembau. Hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan indera pembau ialah besarnya konsentrasi dan ‘volume dari substansi yang ‘ berbau. Pada manusia, indera rasa pengecap merupakan hal yang sangat berarti karena dengan indera rasa pengecap tersebut dapat merasakan nikmat dan enaknya makanan serta minuman. Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat kimia yang berikatan pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds) yang kebanyakan terdapat di permukaan lidah dan palatum molle. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam saliva yang dapat berikatan dengan sel reseptor (Budi Riyanto, 2004; Sherwood, 2001). Fungsi lidah selain sebagai indera pengecap, yaitu untuk mengatur letak makanan ketika dikunyah, membantu mendorong makanan ke kerongkongan (pada waktu menelan) dan sebagai alat bantu dalam berbicara. Selain itu, indera lain yang turut berperan pada persepsi pengecap adalah indera pembau. Indera pengecap yang terdapat di lidah memiliki 4 modalitet rasa, yaitu: a. Manis : pada puncak atau ujung lidah. b. Asin : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan). c. Asam : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan). d. Pahit : pada pangkal lidah. Berdasarkan data pada tabel 7.2 mengenai indera pengecap, dapat diketahui bahwa hasil sesnsitifitas bagian lidah yang diuji tidak sesuai dengan teori. Pada bagian depan atau ujung yang seharusnya sensitiv terhadap rasa
10
manis, pada pengujian kali ini didapatkan hasil sensitiv pada rasa pahit. Begitu pula pada bagian tepi depan dan tepi belakang yang pada pengujian kali ini sensitiv terhadap rasa pahit. Hal tersebut diduga karena konsentrasi larutan pahit yang digunakan (larutan pil kina) terlampau tinggi sehingga menyebabkan lidah menjadi terlampau peka terhadap rasa pahit. Pernyataan tersebut sesuai dengan teori bahwa kemampuan mengecap seseorang salah satunya dipengaruhi oleh konsentrasi zat. Selain itu, kegagalan praktikum ini diduga juga akibat kesalahan praktikan, yaitu kurang bersihnya praktikan dalam berkumur, sehingga kondisi mulut belum mencapai keadaan netral. Sedangkan untuk rasa pedas, tidak ada tempat reseptor khusus dalam lidah. Hal ini disebabkan karena pedas bukan merupakan sebuah variasi rasa, melainkan hanya sensasi panas atau terbakar pada lidah. Berdasarkan pada tabel 7.3 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap. Indera pencium menerima rangsang berupa gas, sedangkan indera pengecap berupa cairan. Hanya ada dua sel reseptor yang dapat dibedakan dalam epitel olfaktori. Buah atau bahan makanan yang lain dapat dirasakan karena adanya kerjasama antara alat pengecap dan pembau. Apabila indera pembau (hidung) ditutup, maka kepekaan terhadap rasa akan berkurang. Hal ini dibuktikan bahwa pada saat hidung dalam kondisi ditutup, maka rasa makanan atau bahan yang diuji lebih hambar daripada pada saat kondisi hidung terbuka. DISKUSI
Pertanyaan : 1. Diantara bahan yang ada bau apa yang lebih merangsang praktikan ? jelaskan mengapa ? 2. Sebutkan bagian lidah yang paling peka terhadap perasa primer dengan peta rasa? 3. Apakah ada hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap? Jelaskan mengapa ? Jawaban :
11
1. Freshcare, karena waktu ketidakpekaannya paling lama. 2. Pangkal dan depan. 3. Ada, karena jika ada indera pembau, maka akan mempercepat reaksi saraf indera pengecap.
7. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan si mpulan sebagai berikut : 1. Konsentrasi zat sangat berpengaruh terhadap kepekaan indera pembau
‘seseorang. 2. Reseptor pengecap pada lidah memiliki 4 modalitet rasa, yaitu: a) Manis : pada puncak atau ujung lidah. b) Asin : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan). c) Asam : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan). d) Pahit : pada pangkal lidah. 3. Ada hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap. Yaitu jika ada indera pembau, maka akan mempercepat reaksi saraf indera pengecap.
8. DAFTAR PUSTAKA
Amerongen AV Nieuw. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah. Abyono R. Percetakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. hlm. 6-7, 173-8. Boron WF, Boulpeap EL. 2005. Medical Physiology. Update Ed. Sounders Comp. America. p. 327. Budi Riyanto Wreksoatmodjo. 2004. Aspek Neurologik Gangguan Rasa Pengecapan. Majalah Kedokteran Atma Jaya. 3(3). hlm. 155-6. Ganong WF. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Widjajakusuma MJ. Ed. ke-17. Penerbit EGC. Jakarta. hlm. 183-5. Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati S. Ed. ke-9. Penerbit EGC. Jakarta. hlm. 841-3. Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. 1994. Ilmu Penyakit Mulut: Diagnosis dan Terapi. Alih bahasa: Sianita K. Jilid 1. Ed. ke-8. Percetakan Binarupa Aksara. Jakarta. hlm. 513, 518-19.
12