Imunisasi PPI: Program imunisasi nasional
BCG (bacille calmette-guerin).: • Vaksin hidup dari mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat basil tak virulen tapi masih mempunyai imunogenitas. • Prinsipnya hanya mengurangi tuberkolosis berat. • Diberikan pada umur ≤2 bulan, sebaiknya diberikan pada anak dengan uji matoux (-) • Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Pemberian BCG diberikan secara intradermal anak 0,10ml dan 0,05ml untuk bayi. Setelah diberikan uji mantouks (+) >15 mm.
Untuk imunisasi BCG: • Setelah dibuka dan dilarutkan dalam 3 jam harus telah habis terpakai.
• Bila vaksin telah diberikan maka reaksinya akan terjadi dalam 48-72 jam, maka akan menimbulkan reaksi tuberkulin yang (+). • Jika test matuk (+) artinya sedang terinfeksi TBC atau diimunisasi. Kejadian ikutan pasca Imunisasi. Ulkus lokal yang superficial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya.
Kontraindikasi BCG: • Reaksi uji tuberkulin >5mm. • Sedang menderita Hiv atau dengan resiko tinggi HIV, penggunaan obat imunosupresif, imunokompromise. • Anak yang menderita gizi buruk. • Sedang menderita demam tinggi. • Menderita infeksi kulit yang luas. • Pernah TBC. • Kehamilan.
Hepatitis B • Jadwal imunisasi, minimal diberikan sebanyak 3 kali. • Imunisasi pertama segera setelah lahir. • Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0 - 1 dan 6 bulan karena respons yang optimal. • Dosis ke2 sebaiknya diberikan minimal 1bulan setelah pemberian pertama. • Dosis ke3 adalah boster sebaiknya diberikan setelah umur 3-6 bulan.
Keadaan khusus: • Bayi prematur, bila ibu HbSAg-, imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 tahun atau mempunyai bb 2000gr. • Pemberian secara intra muskular. 0,5 ml. • Pada Hepatitis yang digunakan adalah komponen surface antigen dari virus makanya yang kita periksa adalah anti HBs • Jika sudah diberikan dosis ke 1 dan dosis ke 2 putus segera berikan dosis ke 2dengan dosis ke 3 selang 2 bulan. • Dosis ke4 diberikan pada usia 12 tahun tetapi hanya diberikan jika HbSAg < 10mIU/ml. • Bila dosis ke 3 putus berikan setelah memungkinkan
Catch up imunization: • Upaya imunisasi pada anak atau remaja yang belum pernah diimunisasi atau terlambat lebih dari 1 bulan. • Waktu antara dosis pertama dan kedua 4 minggu diantara dosis ke2 dan ke3 interval 8-16 minggu dari dosis pertama. • Efektifitas vaksin sampai usia 12% dan tak perlu bosster dan jika pada pasien Hd setehun sekali dilakukan pemeriksaan HbSAg.
Imunisasi pada bayi baru lahir: • HBSaG (+): Berikan imunisasi aktif dan pasif HbIg 0,5 ml dan vaksin. (<12 jam setelah lahir). • HbsAg (-), aktif segera setelah lahir bila dalam 7 hari diketahui terdapat hep B berikan Ig
Polio: • • • •
OPV (polio tipe 1, 2, 3 yang telah dilemahkan). Ada 3 jenis vaksin Salk (mati), sabin (hidup), Trivalen Dosis 2 tetes oral. Pemberian pada umur baru lahir – 2 - 3 bulan 3 dosis terpisah dengan selang waktu 6 - 8 minggu. • Booster , diberikan sebelum masuk sekolah yaitu saat DPt diberikan sebagai booster. Dosis selanjutanya umur 15-19 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah. • Efek samping diare, jika pada pasien yang diberikan muntah dalam 10 menit berikan ulang dosis awal.
Polio pada orang dewasa. • Diberikan 3 dosis berturut-turut dalam jarak 4-8 minggu tanpa memerlukan booster. • Booster diberikan bila pasien beresiko tinggi dengan daerah pandemi dari poliomyelitis. • Cara pemberian 2 tetes setiap 10 tahun.
Kontra indikasi: • Penyakit akut atau demam. • Muntah atau diare berat vaksinasi ditunda. • Dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang diberikan oral maupun suntikan. • Keganasan
Difteri (diberikan 6 kali). • Dosis 0,5ml setara dengan 6,7 – 25 lf. Subcutan dalam /Im. • Pemberian 5 kali pada usia 2 – 4 – 6 – 15-18 bulan, 15 dan 18 bulan booster. dan saat masuk sekolah. • Dosis ke 4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah pemberian ke 3. • Kombinasi toksoid difteri dan tetanus dan (DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap vaksin pertusis.
Kontraindikasi pemberian vaksin pertusis. • Riwayat anafilaktik. • Ensefalopati setelah pemberian vaksin pertusis sebelumnya. • Riw hiperpireksia, keadaan hipotonik hipotensif dalam 24 jam , anak menangis terus menerus selama 3 jam dan riwayat kejang 3 hari sesudahnya. • Riw kejang demam bukan kontra indikasi.
Reaksi kipi vaksin Dpat. • Berat: – Menganis >3 jam. – Kejang. – Hypotonic hyporesponsive. – Reaksi anafilaktik. – Ensefalopati.
Kontra indikasi: • Riwayat anafilaktik • Esefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebalumnya. • Keadaan lain dinyatakan sebagai perhatian khusus, sebelum pemberian vaksin berikutnya bila riwayan pemberian vaksin sebelumnya terdapat riwayat hiperpireksia, keadaan hipotonik hiporesponsif dalam 48 jam, anak menangis terus >3 jam dan riw kejang selama 3 hari sesudahnya.
Tetanus toksoid. • Untuk dosis imunisasi diberikan 40 IU. • Untuk dosis tunggal diberikan 60 IU.
Campak: • Diberikan 2 kali 6-9 bulan , yang ke 2 booster 6-12 tahun. • Pemberian secara subcutan atau im. • 2 jenis vaksin • Vaksin yang telah dilemahkan 1000 TICD50 sebanyak 0,5 ml. yang biasanya dipakai. • Vaksin hidup pemberian 20 TICD50 mungkin sudah memberikan hasil baik.
Reaksi KIPI. • Demam setelah pemberian ,yang lebih dari 39,5 yang terjadi pada 5-15 % kasus, demam mulai pada hari ke5-6 setelah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. • Reaksi berat ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. • Vaksin setelah diencerkan dapat dipakai dalam 2 minggu.
Kontra indikasi: • Pasien yang demam , memperoleh pengobatan dengan obat imunosupresi, hamil memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin.
HiB • < 6 bulan diberikan 3 kali. (interval 1 bulan). • 6 bulan -1 tahun diberikan 2 kali. • >1 tahun diberiikan 1 kali. O,5cc Im.
Tifoid >2 tahun, diulang tiap 3 tahun. Im 0,5cc. Nama vaksin typhim vi.
Varicela • >10 tahun. Boleh juga diberikan > 1tahunatas permintaan. Campuran virus dengan neomisinw • Diberikan 1 kali pada anak dan pada dewasa dan > 13 tahun diberikan 2 kali dengan selang waktu 1 bulan. • IM 0,5cc. – Kontra indikasi: Tak dapat diberikan dalam keadaan demam tinggi, hitung limfosit <1200µl, pasien yang alergi dengan neomisin.
MMR: • Diberikan pada usia 15 bulan dan 12 tahun. • Diberikan secara Sub cutan 0,5cc.
Hepatitis A • Diberikan 2 kali , >2 tahun dengan interval 6 bulan. • Efek proteksi 10-12 tahun Im, 0,5cc.
Daftar nama Vaksi yang ada di indonesia: • BCG (bio farma). • Polio: – OPV: Bio farma. – IPV imovaks.
• DTwP: – Mono: DTP. – Kombo: DTB-Hb, Tetract Hib.
• DTaP: – Mono: Tripacel, Infantriks. – Kombo: Pediacel (DTap/HiB/Ipv), Infantriks Hib.
• DT: Dt (bio farma).
• TT ( Biofarma). • Hepatitis B: – Mono: uniject (biofarma). Eufaks B, Engeriks B 0,5 , 1 , 5 , 10cc , Hypavac II, Hepatitis B MDV – Kombo: Twinrix (hep A/ hep B)
• Campak : Campak, (biofarma). • MMR: irimolaks (aventis pasteur), MMR2 (MSD). • Pneumokokus Prevenar. • HiB : – PRP-t: Act Hib, hiberiks. – PRP –omp : Pedvaks HIB
• Tifoid: Typhim Vi, Typheriks. • Varicella : Okavaks , Variliks. • Hepatitis A: Avaksim, Havriks 720, Vaqta. • Rabies: Rabies , verorab.