Imunisasi yang Disarankan (Non-PPI): 1. Hib (Haemofilus Influenza Tipe B )
Imunisasi Hib diberikan sebanyak 3 kali yaitu saat bayi berusia 2, 4 dan 6 bulan yang disuntikkan pada otot lengan atas atau pada paha. Pemberian imunisasi Hib membantu mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B yang dapat menyebabkan peradangan selaput otak (meningitis), peradangan pada paru paru dan sendi serta infeksi tenggorokan berat. 2. MMR
Imunisasi MMR diberikan sebanyak 1 kali yaitu saat anak berusia 15 bulan. Imunisasi ulangan dapat diberikan kembali saat anak berusia 4 – 6 tahun atau saat usia 11 – 13 tahun. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atas atau pada paha. Vaksin MMR merupakan gabungan dari tiga vaksin yaitu Measles (campak), Mumps (parotitis atau gondongan) dan Rubella (campak jerman). Campak selain menyebabkan demam dan ruam kulit juga dapat menyebabkan peradangan paru dan otak. Gondongan selain menyebabkan pembengkakan kelenjar liur, juga dapat menyebabk menyebabkan an peradangan peradangan selaput otak dan dan pembengkakan pembengkakan buah zakar. Campak Jerman selain menyebabkan demam dan ruam kulit, juga dapat menyebabkan peradangan otak, dan cacat bawaan kalau diderita oleh ibu hamil. 3. Tifoid
Imunisasi tifoid atau yang lebih dikenal dengan tifus diberikan saat anak berusia 2 tahun dan pemberiannya dapat diulang 3 tahun kemudian. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau pada paha. Pemberian imunisasi tifoid membantu mencegah infeksi bakteri Salmonella Typhii yang dapat menyebab menyebabkan kan penyakit tifus yaitu peradangan berat pada saluran pencernaan dan menyebabkan komplikasi ke organ tubuh lain termasuk hati. 4. Hepatitis A
Imunisasi diberikan pada saat anak berusia 2 tahun dan pemberian imunisasi ulangan diberikan 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan pada otot lengan dimana vaksin ini akan memberikan kekebalan 5. IPD
IPD (Invasive Pneumococcal Disease) penyebabnya adalah Steptococcus pneumoniae, yang dapat mengakibatkan mengakibatk an pneumonia, bakteriemia, meningitis, otitis media akut (OMA) dan sinusitis. Kematian akibat pneumonia yang disebabkan disebabkan oleh IPD pada anak masih sangat tinggi. Penularan melalui udara yang mengandung kuman yang berasal dari penderita. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak erat dengan penderita dan imunisasi. Imunisasi IPD diberikan mulai umur 2 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 2 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 6 bulan setelah imunisasi terakhir. 6. HPV
HPV (Human Papiloma Virus) sering sebagai penyebab utama kanker serviks (mulut rahim), yang sering menyerang pada wanita usia dewasa muda, meningkat mulai umur 30 tahun dan puncaknya pada umur 4049 tahun. Virus ini ditularkan melalui hubungan seks. Pencegahan dilakukan dengan menghindari hubungan seks terlalu dini, jangan sering ganti pasangan, menjaga kebersihan kebersihan alat kelamin, PAP smear rutin, dan
imunisasi. Kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah dengan imunisasi. I munisasi diberikan sebelum terjadi hubungan seks, yaitu pada gadis mulai umur 11-12 tahun, dengan jadwal 0-1-6 bulan 7. Influenza
Virus influenza sering menyebabkan gejala panas tinggi, nyeri otot dan gejala saluran pernafasan berupa nyeri tenggorok, batuk dan pilek. Influenza yang dicegah dengan imunisasi ini adalah yang berat, bukan sekedar batuk pilek biasa. Penularan melalui udara yang mengandung virus influenza dari penderita. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak erat dengan penderita dan imunisasi. Imunisasi diberikan untuk mencegah influenza berat yang sering menyebabkan kematian, bukan untuk mencegah batuk pilek ringan yang sering diderita anak-anak. Imunisasi diberikan pada anak mulai umur 6 bulan dan diulang tiap satu tahun. 8. Rotavirus
Rotavirus merupakan penyebab tersering diare pada anak di bawah umur 5 tahun dan penyebab kematian tertinggi akibat diare. Gejala berupa muntah, mencret cair, panas badan, dehidrasi, intoleransi laktosa. Penularan terutama melalui fecal-oral. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan dan imunisasi. Imunisasi rotavirus diberikan per oral, sebanyak 2 dosis, yaitu pada umur 2 bulan dan 4 bulan, atau 3 dosis umur 2-4-6 bulan
Efektivitas, Efek Samping, dan Manfaat Imunisasi MMR Oleh: AnneAhira.com Content Team
Tahukah Anda manfaat imunisasi MMR dan apa itu MMR? Jika mendengar kata atau tiga huruf MMR, pikiran kita pasti langsung teringat akan imunisasi Measles, Mumps, dan Rubella yang beberapa waktu lalu menjadi perdebatan alot di Amerika Serikat. Ya, imunisasi ini ditengarai menjadi pemicu terjadi vaccine war antara kalangan medis dengan kalangan sipil yang terdiri atas golongan masyarakat, aktivis kesehatan dan kemanusiaan, serta selebritis dan juga tokoh politik. Sebelum membahas manfaat imunisasi MMR, ada baiknya penulis menjelaskan sedikit tentang imunisasi.
Pengertian imunisasi adalah pengebalan terhadap penyakit atau dalam istilah kesehatan berarti pemberian vaksin untuk mencegah munculnya suatu penyakit. Pada umumnya, imunisasi dilakukan dengan menyuntikkan atau menetaskan pada mulut balita. Manfaat Imunisasi MMR - Apa itu MMR? MMR adalah sebuah kombinasi dari tiga jenis vaksin, yaitu vaksinMeales (campak), Mumps (gondok), dan Rubella. Meskipun ketiga jenis penyakit ini biasa terjadi pada diri kita dan bisa sembuh dalam waktu yang relatif singkat, akan tetapi pada orang-orang tertentu (biasanya anak-anak), ketiga penyakit ini bisa berdampak serius. Apalagi jika dibiarkan tanpa pengobatan. Dampak serius yang diakibatkan oleh penyakit Measles (campak) danRubella di antaranya adalah infeksi telinga, pneumonia, infeksi mata, encephalitis (radang otak). Adapun dampak serius dari penyakit Mumps (gondok=pembengkakan kelenjar ludah di leher) adalah meningitis, tuli (tidak mampu mendengar), dan radang pankreas. Pada anak laki-laki, Mumps bisa menyebabkan kerusakan testis yang berpengaruh pada kesuburan sedangkan pada anak wanita bisa mengakibatkan pembengkakan ovarium. Rubella dikenal juga sebagai campak Jerman. Rubella banyak dianggap sebagai penyakit kecil. Walaupun begitu, Rubella membahayakan bagi wanita yang sedang hamil. Jika seorang wanita hamil terinfeksi virus Rubella pada trimester pertama kehamilan, bayi yang dikandungnya bisa menjadi buta, tuli, mengalami kerusakan otak, serta mengalami kerusakan hati. Rubella juga bisa mengakibatkan janin keguguran. Akan tetapi, setelah 20 minggu kehamilan, tidak akan muncul risiko-risiko di atas.
Imunisasi MMR adalah sebuah imunisasi yang bisa mencegah timbulnya penyakitpenyakit yang ditimbulkan oleh ketiga jenis virustadi. Imunisasi MMR ini sudah dilakukan sejak 30 tahun di lebih dari 30 negara. Pada umumnya, imunisasi ini mampu mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh virus-virus terkait. Manfaat Imunisasi MMR - Waktu Pemberian Vaksin MMR Imunisasi MMR pertama biasanya diberikan saat anak berusia 13 bulan. Imunisasi kedua diberikan saat anak menginjak umur 3 hingga 5 tahun, atau sebelum anak masuk sekolah. Bayi yang berusia 6 bulan tetapi sering terpapar dengan anak atau orang dewasa yang mengalami campak bisa mulai mendapatkan imunisasi ini. Tentu saja hal ini dilakukan agar vaksin bisa mencegah terjadinya campak pada tubuh bayi tersebut. Dalam kasus ini, vaksin harus diberikan dalam waktu 3 hari setelah bayi mengalami kontak dengan anak yang sedang menderita campak. Imunisasi MMR kedua dilakukan setelah bayi menginjak usia 18 bulan. Adapun imunisasi ketiga dilakukan normal seperti anak lainnya, yaitu saat berusia 3 hingga 5 tahun.
Manfaat Imunisasi MMR - Efektivitas MMR Sekitar 90% anak yang menerima imunisasi MMR pertama akan mampu terlindung dari campak dan gondok ( measles, mumps) dan 97% mampu terlindung dari Rubella. Ini berarti bahwa pada 100 orang yang diberi imunisasi MMR, sekitar 90 orang imun terhadap measles danmumps dan sekitar 97 orang kebal terhadap Rubella. Berarti 99 orang dari 100 orang akan kebal terhadap ketiga jenis penyakit ini pada imunisasi kedua. Hampir semua anak wajib mendapatkan imunisasi MMR. Akan tetapi, ada beberapa golongan anak tertentu yang justru tidak diperbolehkan. Misalnya, anak yang mempunyai daya tahan tubuh lemah (seperti penderita HIV/AIDS atau penderita kanker); anak yang mempunyai reaksi anaphylactic (hipersensitif) terhadap gelatin atau antibiotik kanamisin dan neomisin; anak yang baru diberi imunisasi yang lain; anak yang sedang demam; dan ibu hamil. Manfaat Imunisasi MMR - Efek Samping dan Keamanan Vaksin MMR Semua vaksin tidak ada yang aman mutlak. Setiap vaksin pasti mempunyai efek samping. Begitu pula dengan vaksin MMR. Pada imunisasi pertama, vaksin MMR akan sedikit memberi efek samping. Adapun imunisasi kedua, efek sampingnya lebih sedikit. Barulah pada imunisasi ketiga, vaksin MMR biasanya menimbulkan efek yang nyata. Efek samping yang ditimbulkan dari vaksin MMR biasanya terlihat setelah 6 sampai 10 hari setelah imunisasi. Pada saat ini, kulit anak-anak biasanya dimunculi oleh bintikbintik merah seperti campak. Mereka juga akan merasakan demam yang disebut sebagai febrile compulsion . Jika mereka demam, dosis parasetamol anak bisa menjadi pilihan sebagai obat pereda. Akan tetapi jika sakit berlanjut harus segera menghubungi dokter. Walaupun tersedia dalam bentuk vaksin 3 in 1, ada juga Negara yang lebih merekomendasikan anak-anak untuk melakukan imunisasi dengan vaksin tunggal. Negara Jepang salah satunya. Sejak tahun 1993, Negara Jepang menghentikan imunisasi MMR karena komponen vaksinmumps ( gondok) dari vaksin MMR ini mempunyai efek samping yang signifikan. Jadi di Jepang sekarang, anak-anak hanya melakukan imunisasi dengan vaksin campak dan rubella saja tanpa vaksin mumps (gondok). Manfaat Imunisasi MMR Apa saja manfaat imunisasi MMR? Berikut sejumlah manfaat imunisasi MMR.
Manfaat imunisasi MMR yang pertama adalah melindungi anak dari campak.
Manfaat imunisasi MMR yang kedua adalah mencegah gondongan.
Manfaat imunisasi MMR yang ketiga adalah mencegah campak Jerman. Manfaat imunisasi MMR yang keempat adalah mencegah demam yang disebabkan oleh campak. Manfaat imunisasi MMR yang kelima adalah mencegah ruam kulit yang disebabkan oleh campak.
Manfaat imunisasi MMR yang keenam adalah mrencegah batukyang diebabkan oleh campak. Manfaat imunisasi MMR yang ketujuh adalah mencegah hidung meler yang disebabkan oleh campak. Manfaat imunisasi MMR yang kedelapan adalah mencegah mata berair yang disebabkan oleh campak. Manfaat imunisasi MMR yang kesembilan adalah mencegah infeksi telinga yang disebabkan oleh campak. Manfaat imunisasi MMR yang kesepuluh adalah mencegah pneumonia yang disebabkan oleh campak. Manfaat imunisasi MMR yang kesebelas adalah mencegah pembengkakan otak dan kematian yang juga disebabkan oleh campak. Manfaat imuniasasi MMR yang kedua belas adalah mencegah demam yang disebabkan oleh gondongan. Manfaat imunisasi MMR yang ketiga belas adalah mencegah sakit kepala yang disebabkan oleh gondongan. Manfaat imunisasi MMR yang keempat belas adalah mencegah pembengkakan di salah satu atau kedua kelenjar liur utama akibat gondongan. Manfaat imunisasi MMR yang kelima belas adalah mencegah meningitis (infeksi di selaput otak dan korda spinalis) yang disebabkan oleh gondongan. Manfaat imunisasi MMR yang keenam belas adalah mencegah pembengkakan otak yang disebabkan oleh gondongan. Manfaat imunisasi MMR yang ketujuh belas adalah mencegah pembengkakan pada buah zakar (terjadi kemandulan) yang disebabkan oleh gondongan. Manfaat imunisasi MMR yang kedelapan belas adalah mencegah demam ringan yang disebabkan oleh campak Jerman ( rubella ). Manfaat imuniasasi MMR yang kesembilan belas adalah mencegah ruam kulit yang disebabkan oleh campak Jerman ( rubella )
Manfaat imunisasi MMR yang kedua puluh adalah mencegah pembengkakan kelenjar getah bening leher yang disebabkan oleh campak Jerman (rubella). Manfaat imuniasasi MMR yang berikutnya adalah mencegah pembengkakan otak atau gangguan perdarahan yang disebabkan oleh campak Jerman (rubella).
Itulah beberapa manfaat imunisasi MMR. Semoga bermanfaat!
IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus pneumoniae). Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak (meningitis) yang biasa disebut radang otak. Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah menjadi pembawa ( carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka. Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi terkena IPD. Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada kasus-kasus meningitis seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan kecacatan permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang selanjutnya memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam, keterbelakangan mental dan kelumpuhan. Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis), Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2 tahun. Meningitis karena bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila sembuh pun sering kali meninggalkan kecacatan permanen. Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin m eningkat. Karena anak-anak di bawah usia 1 tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar pemberian imunisasi dilakukan sedini mungkin. Untungnya, saat ini sudah ditemukan vaksin pneumokokus bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun.
Imunisasi HiB atau imunisai radang otak adalah imunisasi pelengkap yang diberikan kepada selain lima imunisasi wajib yang terdiri dari imunisasi campak, polio, hepatitis b, BCG dan DPT. Imunisai HiB mengandunng vaksin untuk menangkal bakteri Haemophilus Influenzae type B yang merupakan salah satu bakteri penyebab meningitis atau radang otak yang sering menyerang anak – anak balita. Walaupun bukan termasuk dalam lima dasar imunisasi wajib untuk anak, namun pemberian imunisasi HiB termasuk sangat penting dan tidak bisa disepelekan.
Hal ini dikarenakan penyakit radang otak termasuk dalam penyakit yang berbahaya yang bisa berakibat fata; seperti cacat otak permanen atau bahkan kematian pada anak. Pada umumnya anak – anak yang rawan terserang penyakit ini adalah anak di bawah usia 5 tahun khususnya yang berumur di bawah satu tahun. Resiko itu bisa semakin meningkat jika anak bergaul akrab dengan penderita penyakit radang otak, dan semakin beresiko jika anak tersebut tidak mendapatkan ASI dan juga imnunisasi HiB. Bakteri penyebab penyakit ini bianya menyebar melalui ludah penderita yang keluar saat penderita batuk atau bersin. Bisa juga menyebar akibat penggunaan barang – barang pribadi secara bersama – sama. Terutama mainan yang sering dimasukan ke dalam mulut oleh bayi. Cara pencegahan terbaik dari penyakit ini adalah dengan memberikan imunisasi pada anak ketika anak berumur 2, 3 dan 5 bulan. Imunisasi HiB diberikan dengan jalan menyuntikan vaksin di da erah otot paha si bayi. Seperti imunisasi kebanyakan, imunisasi HiB juga bisa diberikan bersamaan dengan imunisasi DPT atau Hepatitis B. Namun pada kenyataannya walaupun telah diberikan imunisasi HiB bayi tidak lantas secara serta merta terbebas dri penyakit radang otak atau meningitis. Karena penyakit meningitis bisa disebabkan oleh bakteri atau virus lainnya. Bakteri Haemophilus Influenzae type B adlah salah satu dari banyaknya bakteri yang bisa menyebabkan penyakit ini.
Namun setidaknya kita telah melakukan usaha s emaksimal mungkin untuk melindungi anak dari penyakit yang berbahaya ini. Alasan bahwa di negara Indonesia penyebaran penyakit meningitis masih s angat sedikit ataupun karena mahalnya biaya imunisasi HiB, sebaiknya tidak menjadi penghalang untuk k ita memberikan imunisasi HiB. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati. Apalagi jika pilihan yang dimiliki oleh anak yang telah terserang penyakit radang otak hanya dua yaitu cacat s eumur hidup atau meninggal. (nn)
Imunisasi tifoid adalah imunisasi bayi untuk memberi kekebalan pada bayi dari penyakit demam tifoid atau yang disebut juga dengan typhus.
Caranya adalah memasukkan kuman tifoid yang telah dilemahkan ke dalam tubuh bayi dengan tujuan supaya tubuh bayi membentuk antibodi yang dapat melawan kuman tifoid jika suatu saat menyerang. Imunisasi bayi ini bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan injeksi dan oral. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi tifoid secara injeksi diberikan setelah bayi berusia lebih dari 2 tahun. Kemudian diulang lagi setiap 3 tahun supaya daya tahan bayi semakin baik. Sedangkan imunisasi tifoid secara oral diberikan setelah anak berusia lebih dari 6 tahun.
Imunisasi bayi ini berguna untuk memberi daya tahan bayi d ari penyakit typhus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa. Bakteri ini menyebar melalui makanan, minuman, serta lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Anak kecil tentu saja belum tahu tentang menjaga kebersihan sehingga mudah terserang penyakit, apalagi jika daya tahan bayi lemah. Bakteri ini masuk ke tubuh bayi melalui makanan bayi atau minuman yang tercemar bakteri Salmonella typhosa. Di dalam tubuh bakteri ini menyerang saluran pencernaan terutama usus. Gejala dari penyakit typhus antara lain demam tinggi hingga 40 derajat Celcius (panas naik turun), perut terasa mual, muntah, mencret, lemah, pusing, dan lidah tampak kotor. Bagi bayi, penyakit demam tifoid ini cuku p berbahaya jika tidak segera ditangani bahkan bisa berakibat fatal. Hal ini disebabkan karena bayi mengalami dehidrasi akibat muntah dan mencret. Dalam kondisi seperti itu, bayi harus segera dibawa ke d okter untuk mendapatkan perawatan. Oleh karena itu, pe merintah melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia menjadwalkan imunisasi tifoid mulai diberikan saat anak berusia 2 tahun dan terus diulang setiap 3 tahun sekali untuk menguatkan daya tahan bayi terhadap penyakit ini.
Imunisasi bayi ini selain bertujuan untuk memberi kekebalan kepada bayi terhadap penyakit tifoid, juga untuk mengurangi menyebarnya kuman tifoid kepada bayi-bayi lainnya. Sehingga diharapkan penyakit tifoid dapat ditekan penyebarannya sekecil mungkin.