Nama Lengkap : Kerajaan Thailand (Kingdom of Thailand) Bentuk Pemerintahan : Monarki Konstitusional Kepala Negara : Raja WACHIRALONGKON Bodinthrathepphayawarangkun (sejak 1 Desember 2016) Kepala Pemerintahan : Perdanan Menteri Interim Jenderal PRAYUT Chan-ocha (sejak 25 Agustus 2014) Ibukota : Bangkok Luas Wilayah : 513.120 km2 Jumlah Penduduk : 68.200.824 jiwa Pertumbuhan Penduduk : 0,32% Angka Kelahiran : 11,1 bayi per 1000 penduduk Suku Bangsa/Etnis : Thai 97.5%, Myanmar 1.3%, lain-lain 1.1% Bahasa Resmi : Bahasa Thai Agama : Buddha 94.6%, Islam 4.3%, Kristen 1%, Lain-lain <0.1%, Mata Uang : Baht Hari Nasional : 5 Desember 1927 (Hari Lahir Raja PHUMIPHON (BHUMIBOL)) Lagu Kebangsaan : Phleng Chat Thai” (National Anthem of Thailand) Kode Domain Internet : .th Kode Telepon : 66 Pendapatan Per Kapita : USD. 16.800,Domestik Bruto Nominal : USD. 1,161 triliun Pendapatan Domestik Lokasi : Asia Tenggara
Letak Astronomis Thailand Letak astronomis Thailand astronomis Thailand yaitu 5˚LU - 21˚LU dan 97˚BT – 106˚BT. – 106˚BT. Hal itu membuat Thailand berada di daerah tropis yang cocok untuk pembudidayaan sawah.
Kondisi Geografis Thailand Medan di Thailand kebanyakan merupakan dataran tinggi. Sebagian besar Thailand utara terdiri dari pegunungan. Dataran rendah terdapat pada daerah di sekitar aliran sungai Chao Phraya yang mengalir ke teluk Thailand. Terdapat teluk Bangkok di sebelah selatannya. Gunung tertinggi di Thailand adalah gunung Doi Inthanon dengan ketinggian 2.565 meter diatas permukaan laut. Pemerintah membagi Thailand menjadi enam wilayah geografis. Keenam wilayah geografis berbeda dalam hal populasi, sumber daya alam, kontur alam, dan tingkat pembangunan sosial dan ekonomi. dan ekonomi. Secara Secara politis, politis, Thailand Thailand terdiri dari 77 provinsi termasuk Bangkok. Penamaan provinsi disesuaikan dengan nama ibukota ibukota provinsi masing-masing. Sumber Daya Alam
Tanah yang subur adalah sumber daya alam utama Thailand. Wilayah daratan tengah adalah salah satu daerah yang paling produktif di dunia untuk menanam padi. Perairan pesisir Thailand kaya akan kehidupan laut, meskipun telah habis dalam beberapa tahun terakhir.
Timah adalah mineral yang paling penting dan ekspor utama di negeri ini. Thailand merupakan produsen tungsten terbesar kedua dan produsen timah terbesar ketiga di dunia. Deposit mineral lainnya meliputi gas alam, batu bara muda ( brown coal), dan gipsum. Hutan pernah menjadi sumber jati dan kayu berharga lainnya. Tapi penebangan dan pertanian telah secara drastis mengurangi wilayah hutan negara. Pembalakan dilarang pada tahun 1989, dan hutan hujan Thailand yang tersisa menjadi sumber obat-obatan yang semakin penting. perekonomian Thailand daerah pedalaman Thailand - Wilayah yang paling maju dalam hal ekonomi. Hal ini di ibukota dan sekitarnya banyak kantor yang berbeda penjualan, perusahaan industri arah, lembaga keuangan, sarana transportasi, dan banyak lainnya. Selain itu, di daerah ini berfokus tanah yang subur di mana tumbuh berbagai tanaman untuk ekspor dan untuk kebutuhan penduduk: tebu, singkong, padi, jagung, dan lainnya. mengenai North-East DistrictBerikut adalah buruk. Tidak sangat subur tanah, iklim yang tidak menguntungkan untuk budidaya berbagai tanaman dan kurangnya investasi menghambat pembangunan ekonomi daerah ini. Meskipun program di sini dilaksanakan untuk memperbaiki kondisi sistem pasokan air publik, pembangunan jalan, sangat mendukung pengembangan sektor pelayanan sosial, timur laut Thailand Ini adalah wilayah termiskin Kerajaan.
Penduduk Sebagian besar orang Thailand adalah anggota kelompok etnis Thai/Lao. Mereka diyakini merupakan keturunan dari orang-orang yang bermigrasi dari China selatan dan tenggara pada tahun 500-an Masehi. Ada juga orang-orang keturunan China, Melayu, Khmer (Kamboja), dan Vietnam. Sejumlah kecil kelompok etnis lain juga ada di Thailand. Sekitar setengah dari penduduk Thailand tinggal di atau dekat daerah perkotaan di gedunggedung modern. Lainnya tinggal di desa-desa. Rumah desa tradisional dibangun dari kayu atau bambu. Atapnya terbuat dari rumbia atau seng. Pakaian gaya Barat sekarang umum di Thailand. Tetapi beberapa orang Thai di daerah pedesaan mengenakan pakaian tradisional. Baik pria maupun wanita memakai pakaian panjang dan longgar yang disebut sarung, dan laki-laki kadang-kadang memakai cawat. Dalam rumah-rumah pribadi, anggota keluarga dan tamu tidak memakai alas kaki. KERJASAMA INDONESIA DAN THAILAND
Pemerintah Indonesia dan Thailand sepakat meningkatkan kerja sama di bidang pertanian, terutama alih teknologi informasi dan teknologi, perdagangan, pelatihan, teknik dan penelitian dalam bidang pertanian. Kesepakatan itu dituangkan dalam MoU yang ditandatangi oleh Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand, Khunying Sudarat Keyuprahan, Jumat siang. Penandatangan yang dilakukan di Ruang Purple di Thai Koo Fah Building (gedung pemerintahan Thailand) di Bangkok, disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Thailand Thaksin Shinawatra. Menurut informasi Departemen Pertanian, bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan
menurut isi nota kesepahaman itu antara lain menyangkut promosi perdagangan komoditi pertanian; pengelolaan dan perlindungan keragaman hayati pertanian; pengembangan dan penyuluhan pertanian; kerja sama teknik dan peningkatan SDM; serta pengelolaan dan perlindungan lahan-lahan pertanian dan air. Untuk mendukung pencapaian kerja sama, kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Pertanian Bersama (JAWG), yang diketuai oleh seorang pejabat tinggi dari masing-masing negara. Tugas utama JAWG itu adalah menyampaikan masukan mengenai pengembangan dan perbaikan kerjasama, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatan, serta membuat rekomendasi penanganan permasalahan yang timbul dari pelaksanaan MoU tersebut. MoU yang ditandantangani menteri pertanian Indonesia dan Thailand itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dibuat oleh kedua negara dalam bidang kerjasama ekonomi dan teknik (Agreement on Economic and Technical Cooperation) yang ditandatangani pada 18 Januari 1992 di Bangkok. MoU juga merupakan tindak lanjut dari kesepakatan bidang pertanian (Agreement on Agricultural Cooperation) yang ditandatangani dan diamandemen di Jakarta pada 22 Februari 1984 dan 23 April 1996. Sebelumnya pada Jumat pagi Presiden Yudhoyono dan PM Thaksin melakukan pertemuan empat mata, yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral. Delegasi yang dipimpin Presiden dalam pertemuan bilateral itu antara lain terdiri dari Menko Perekonomian Boediono, Menlu Hassan Wirajuda, Menteri Pertanian Anton Apriyantono, Menneg BUMN Soegiharto, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, Ketua Umum Kadin M.S. Hidayat, anggota DPR Ade Nasution dan Tristanti Mitayani, anggota DPD Edwin Kawilarang, serta Dirjen Asia Pasifik dan Afrik-Deplu, Herijanto Soeprapto. Khusus untuk kerjasama di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, Presiden mengatakan Indonesia bisa mendapatkan nilai tambah dari keberadaan kawasan khusus tersebut karena luas wilayah Singapura tak akan bertambah dengan industrinya semakin maju. Karena itu, kawasan sekitar Singapura seperti Batam, Bintan, dan Karimun, dapat meraih keuntungan dari kondisi tersebut. Presiden mengatakan kerjasama erat dengan Singapura juga diharapkan meningkat dalam bidang pariwisata dan transportasi udara, khususnya menjelang kebijakan ASEAN Open Sky pada 2015. Sementara dalam bidang tenaga kerja, Indonesia berharap agar tenaga kerja terampil atau kaum profesional semakin mendapatkan tempat dalam pasar tenaga kerja Singapura. Untuk bidang agribisnis, Presiden menjelaskan, Indonesia sampai saat ini masih sedikit berkontribusi dalam konsumsi sayur mayur dan buah-buahan Singapura. Sebelum 2014, Kepala Negara mengatakan, Indonesia menargetkan menguasai hingga 30 persen pasar sayur mayur dan buah-buahan Singapura. Di luar kelompok kerja bidang ekonomi, Indonesia dan Singapura membentuk satu kelompok kerja lagi untuk koordinasi kerjasama ancaman terorisme di kawasan. “Working Group masalah `combating terorism` ini sudah berjalan dan kita ingin lebih efektif lagi dilakukan,” ujar Presiden. Pertemuan antara Presiden Yudhoyono dan PM Lee Hsien Loong dilakukan dalam suasana santai yang lepas dari suasana kaku keprotokoleran. Sebelum melakukan pembicaraan bilateral, kedua pemimpin makan siang bersama di sebuah restoran di tengah Botanic Garden yang rimbun. Presiden menegaskan posisi penting Singapura sebagai mitra ekonomi yang kuat dalam bidang investasi dan perdagangan. Namun selain membahas masalah kerjasama ekonomi dan terorisme, kedua pemimpin tidak membicarakan masalah lain seperti perjanjian ekstradisi dalam pertemuan tersebut. Volume perdagangan Indonesia-Singapura pada 2009 mencapai 25 miliar dolar AS, tertinggi keempat setelah Amerika Serikat, Jepang, dan China. Sedangkan investasi Singapura di Indonesia pada 2009 mencapai 4,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp4,3 triliun.