BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan bagian tugas yang mempunyai arti cukup penting. Disebutkan bahwa yang dimaksud identifikasi adalah salah satu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehing sehingga ga dapat dapat ditent ditentuka ukan n bahwa bahwa orang orang itu apakah apakah sama sama dengan dengan orang orang yang yang hilang yang diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Identifikasi mempun mempunya yaii arti arti pentin penting g baik baik ditinja ditinjau u dari dari segi segi untuk untuk kepent kepenting ingan an forens forensik ik maupun non-forensik. 1 Peni Pening ngka katan tan kual kualita itass kejah kejahat atan an dima dimana na pela pelaku kuny nyaa serin sering g beru berusah sahaa menyembuny menyembunyikan ikan korbannya korbannya yang bertujuan bertujuan untuk menghilangkan menghilangkan jejak serta barang bukti agar pelaku dan korbannya tidak dikenal lagi, dengan demikian korb korban an ditem ditemuk ukan an suda sudah h tingg tinggal al tulan tulang g belu belula lang ng.. Terjadi rjadiny nyaa peni pening ngka kata tan n kriminalitas dan kasus-kasus korban mutilasi pada akhir-akhir ini membuat proses identifikasi sangat dibutuhkan oleh penyelidik untuk mengungkapkan identitas korban, salah satu identifikasi yang diperlukan adalah memperkirakan panjang badan, jenis kelamin dan umur korban melalui melalui tulang belulang korban. 1 alah alah satu cara mengun mengungka gkapka pkan n identi identitas tas seseora seseorang ng yaitu yaitu dengan dengan cara identi identifik fikasi asi melalu melaluii kerang kerangka ka atau tulang tulang belula belulang. ng. !paya !paya identi identifik fikasi asi pada pada kerang kerangka ka bertuj bertujuan uan membuk membuktik tikan an bahwa bahwa kerang kerangka ka tersebu tersebutt adalah adalah kerang kerangka ka manusia manusia,, ras, jenis jenis kelami kelamin, n, perkira perkiraan an umur, umur, tinggi tinggi badan, badan, ciri-ci ciri-ciri ri khusus khusus,, deform deformitas itas dan bila bila memung memungkin kinkan kan dapat dapat dilaku dilakukan kan rekont rekontruk ruksi si wajah wajah orang orang tersebu tersebut. t. Dicari Dicari pula pula tanda tanda kekeras kekerasan an pada pada tulang tulang.. Perkir Perkiraan aan saat kematia kematian n dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. " Dalam proses penyidikan suatu tindak pidana mengetahui identitas korban merupakan merupakan suatu hal yang mempunyai arti sangat penting, penting, yaitu sebagai langkah awal awal peny penyid idik ikan an yang yang haru haruss dibu dibuat at lebi lebih h dahu dahulu lu sebelu sebelum m dapa dapatt dila dilaku kuka kan n langkah-langkah selanjutnya dalam proses penyidikan tersebut. #pabila identitas
1
korban tidak dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. elanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal. #ntropologi adalah studi tentang umat manusia, budaya dan fisik, disemua waktu dan tempat. #ntropologi forensik adalah aplikasi pengetahuan antropologis dan teknik dalam konteks hukum. $al ini melibatkan pengetahuan rinci osteologi %anato %anatomi mi budaya budaya tulang tulang dan biolog biologi& i& untuk untuk memban membantu tu dalam dalam identi identifik fikasi asi dan penyebab kematian sisa-sisa kerangka, serta pemulihan tetap menggunakan teknik arkeologi. #ntropologi fisik forensik mengkhususkan diri dalam penelitian dan penerapan teknik yang digunakan unutk menentukan usia saat kematian, seks, afinitas populasi, perawakannya, kelainan dan atau patologi, dan keistimewaan untuk bahan tulang modern. 'steologi forensik adalah subdisiplin dari antropologi forensik dan secara garis garis besa besarr memf memfok okus uska kan n pada pada anali analisa sa dari dari rang rangka ka manu manusia sia untu untuk k tuju tujuan an medikologal. 'steologi forensik paling sering dibutuhkan saat in(estigasi s isa-sisa dari dari tubuh tubuh manusi manusiaa akibat akibat dari dari kematia kematian n wajar wajar yang yang tidak tidak dapat dapat dijelask dijelaskan, an, pembunuhan, bunuh diri, atau bencana alam. )eskipun begitu, seiring meningkatny meningkatnyaa frekuensi frekuensi tersebut, tersebut, osteologi osteologi forensik forensik seringkali seringkali diminta diminta untuk untuk mendampingi dokter spesialis forensik dalam mengkonfirmasi usia dari makhluk hidup maupun jena*ah untuk keperluan peradilan. Pada makalah ini, kami akan membahas tentang identifikasi tulang belulang
2
korban tidak dapat diketahui, maka sebenarnya penyidikan menjadi tidak mungkin dilakukan. elanjutnya apabila penyidikan tidak sampai menemukan identitasnya identitas korban, maka dapat dihindari adanya kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal. #ntropologi adalah studi tentang umat manusia, budaya dan fisik, disemua waktu dan tempat. #ntropologi forensik adalah aplikasi pengetahuan antropologis dan teknik dalam konteks hukum. $al ini melibatkan pengetahuan rinci osteologi %anato %anatomi mi budaya budaya tulang tulang dan biolog biologi& i& untuk untuk memban membantu tu dalam dalam identi identifik fikasi asi dan penyebab kematian sisa-sisa kerangka, serta pemulihan tetap menggunakan teknik arkeologi. #ntropologi fisik forensik mengkhususkan diri dalam penelitian dan penerapan teknik yang digunakan unutk menentukan usia saat kematian, seks, afinitas populasi, perawakannya, kelainan dan atau patologi, dan keistimewaan untuk bahan tulang modern. 'steologi forensik adalah subdisiplin dari antropologi forensik dan secara garis garis besa besarr memf memfok okus uska kan n pada pada anali analisa sa dari dari rang rangka ka manu manusia sia untu untuk k tuju tujuan an medikologal. 'steologi forensik paling sering dibutuhkan saat in(estigasi s isa-sisa dari dari tubuh tubuh manusi manusiaa akibat akibat dari dari kematia kematian n wajar wajar yang yang tidak tidak dapat dapat dijelask dijelaskan, an, pembunuhan, bunuh diri, atau bencana alam. )eskipun begitu, seiring meningkatny meningkatnyaa frekuensi frekuensi tersebut, tersebut, osteologi osteologi forensik forensik seringkali seringkali diminta diminta untuk untuk mendampingi dokter spesialis forensik dalam mengkonfirmasi usia dari makhluk hidup maupun jena*ah untuk keperluan peradilan. Pada makalah ini, kami akan membahas tentang identifikasi tulang belulang
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ILMU KEDOKTERAN FORENSIK
ecara definisi disebutkan bahwa ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik spesialistik dari ilmu kedokteran kedokteran yang mempelajari mempelajari pemanfaatan pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam istilah lain, ilmu kedokteraan forensik juga dikenal dengan nama legal medicine.1 eiring dengan perkembangan *aman dan perjalanan waktu, ilmu kedokteran forensik terus berkembang menjadi suatu ilmu yang uni(ersal karena meliputi berbagai aspek aspek ilmu ilmu penget pengetahu ahuan. an. alah alah satu bidang bidang pentin penting g dalam dalam ilmu ilmu kedokt kedokteran eran forensik adalah identifikasi." !ntuk !ntuk kepentingan kepentingan (isum et repertum repertum %+e %+et&, ketika dokter dokter memeriksa memeriksa jena*ah maka identifikasi pada jena*ah tetap dilakukan sekalipun jena*ah tersebut ters ebut dikenal. Dokter haruslah mencatat jenis kelamin, umur, suku bangsa, panjang dan berat badan, kebangsaan, warna kulit, perawakkan, keadaan otot, keadaan gi*i, rambut, rambut, mata, gigi, bekas-bekas bekas-bekas luka, tahi lalat, tato %rajah&, %rajah&, pakaian, pakaian, perhiasaan, barang-barang yang ada jena*ah, ada tidaknya kumisjenggot %pada laki-laki&, cacat tubuh %bawaan atau didapat& dan sebagianya. ",,/ Dalam Dalam bida bidang ng kedo kedokt kter eran an fore forens nsik ik peran peranan an peme pemeri riks ksaan aan iden identi tifik fikasi asi sangatlah penting pada korban yang telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilak dilakuk ukan an iden identi tifik fikasi asi terha terhada dap p jena* jena*ah ah untu untuk k kepa kepasti stian an ident identit itas, as, baru barulah lah kemudian pemeriksaan dapat dilakukan ketahap berikutnya. Pada jena*ah yang tak dikenal atau biasa di sebut dengan dengan istilah )r.0, )r.0, tentunya identifikasi menjadi menjadi sulit sulit dan pemerik pemeriksaan saan jena*ah jena*ah untuk untuk identi identifik fikasi asi menjadi menjadi lebih lebih sulit sulit lagi lagi bila bila mayat dikirim ke rumah sakit atau puskesmas telah mengalami pembusukan pembusukan atau kerusakan berat baik akibat kebakaraan, ledakan, kecelakaan pesawat ataupun tingga tinggall bebera beberapa pa jaringa jaringan n tubuh tubuh misalny misalnyaa kasus kasus mutilas mutilasii %tubuh %tubuh terpot terpotong ong- potong&. Pada kondisi ini juga tidak jarang pihak kepolisian hanya menyerahkan kepala saja, sebagian lengan atau kaki yang terpotong-potong atau kadang kala tinggal tulang belulang saja.1,
3
2.2 IDENTIFI IDENTIFIKASI KASI FORENSIK FORENSIK
Identi Identifik fikasi asi forens forensik ik merupa merupakan kan upaya upaya yang yang dilaku dilakukan kan dengan dengan tujuan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering sering merupa merupakan kan masalah masalah dalam dalam kasus kasus pidana pidana maupun maupun perdat perdata. a. )enent )enentuka ukan n identitas personal dengan tepat amat penting dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses peradilan. Peran ilmu kedokteran forensik dalam identifikasi terutama pada jena*ah tidak dikenal, jena*ah yang telah membusuk, rusak, hangus terbakar dan pada kecelak kecelakaan aan masal, masal, bencan bencanaa alamata alamatau u huru huru hara hara yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n banya banyak k korban korban mati, serat potongan potongan tubuh manusia manusia atau kerangka. elain itu identifikasi identifikasi forensik juga berperan dalam berbagai kasus lain seperti penculikan anak, bayi yang tertukar atau diragukan orang tuanya. Iden Identi tita tass seseo seseoran rang g dipa dipasti stika kan n bila bila palin paling g sedik sedikit it dua dua meto metode de yang yang digunakan memberikan hasil positip %tidak meragukan&. Penentuan Penentuan identitas personal personal dapat menggunakan menggunakan metode metode identifikasi identifikasi sidik jari, (isual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik dan secara eksklusi. #khir-akhir #khir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi D#. a. Peme Pemeri riks ksaa aan n idi idik k 2ari 2ari )etode ini membandingkan gambaran sidik jari jena*ah dengan data sidik jari jena*ah dengan data sidik jari ante mortem. ampai saat ini, pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaiknya terhadap jari tangan jena*ah untuk pemeriksaan jari, misalnya melakukan pembungkusan kedua tangan jena*ah dengan kantung plastik. b. )etode +isual +isual )etode ini dilakukan dengan cara memperhatikan jena*ah pada orang-orang yang merasa merasa kehilangan kehilangan anggota anggota keluarga keluarga atau temannya. temannya. 3ara ini hanya hanya efektif efektif pada pada jena*ah jena*ah yang yang belum belum membus membusuk uk sehing sehingga ga masih masih mungki mungkin n dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang. $al ini perlu diperh diperhatik atikan an mengin mengingat gat adanya adanya kemung kemungkin kinan an faktor faktor emosi emosi yang yang turut turut
4
berperan untuk membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jena*ah tersebut. c. Pemeriksaan Dokumen Dokumen seperti kartu identitas %4TP, I), Paspor dsb.& yang kebetulan dijumpai dalam saku pakaian akan sangat membantu mengenali jena*ah tersebut. Perlu diingat bahwa pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet yang berada dekat jena*ah belum tentu adalah milik jena*ah yang bersangkutan. d. Pemeriksaan Pakaian dan Perhiasan Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jena*ah, mungkin dapat diketahui merek atau nama pembuat,ukuran, inisial nama pemilik, badge, yang semuanya dapat membantu identifikasi walaupun telah terjadi kerusakan pada jena*ah tersebut. 4hususnya anggota #5I, masalah identifikasi dipermudah dengan adanya nama serta P yang tertera pada kalung logam yang dipakainya. e. Idenfikasi )edik )etode ini
menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna
rambut,warna mata, cacatkelainan khusus, tatu %rajah&. )etode ini mempunyai nilai yang tinggi karena selain dilakukan seorang yang ahli dengan
menggunakan
berbagai
caramodifikasi
%termasuk
dengan
pemeriksaan sinar 60&, sehingga ketepatannya cukup tinggi. 5ahkan pada tengkorakkerangkapun masih dapat dilakukan identifiaksi ini. )elalui metode ini, diperoleh data tentang jenis kelamin, ras, perkiraan umur dan tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya. f. Pemeriksaan 7igi Pemeriksaan ini meliputi pecatatan data gigi %ontogram& dan rahang yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan manual,sinar 0 dan pencetakan gigi serta rahang. 'dontogram memuat data tentang jumlah,bentuk, susunan, tambalan,protesa gigi dan sebagainya. eperti halnya dengan sidik jari, maka setiap indi(idu memiliki susunan gigi yang khas, dengan demikian,
5
dapat dilakukan identifikasi dengan cara membandingkan data temuan dengan data banding ante mortem. g. Pemeriksaan erologik Pemeriksaan serologik bertujuan untuk menentukan golongan darah jena*ah. Penentuan golongan darah pada jena*ah yang telah membusuk dapat dilakukan dengan memeriksa rambut, kuku dan tulang. h. )etode 8ksklusi )etode ini digunakan pada kecelakaan masal yang melibatkan sejumlah orang yang dapat diketahui jumlahnya, misalnya penumpang pesawat udara,kapal laut dan sebainya. 5ila sebagian besar korban telah dapat dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode-metode identifikasi lainnya, sedangkan identitas sisa korban tidak dapat ditentukan dengan metode tersebut diatas, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang. i.
Identifikasi Potongan Tubuh )anusia % 4asus )utilasi& Pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang. 5ila nerasal dari manusia, ditentukan apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh. Penentuan juga meliputi jenis kelamin, ras, umur, tinggi badan, dan keterangan lainnya seperti cacat tubuh, penyakit yang pernah diderita,statsu sosial ekonomi, kebiasaankebiasaan tertentu dan sebagainya serta cara pemotongan tubuh yang mengalami mutilasi. !ntuk memastikan bahwa potongan tubuh berasal dari manusia dapat digunakan beberapa pemeriksaan seperti pengamatan jaringan secara makroskopik, mikroskopik dan pemeriksaan serologik berupa rekasi antigen-antibodi %reaksi presiptin&. Penentuan jenis kelamin dilakukan dengan pemeriksaan makroskopik dan diperkuat dengan pemeriksaan mikroskopik yang bertujuan menenmukan kromatin seks wanita seperti drum stick pada leukosit dan barr body pada sel epitel.
6
j.
Identifikasi 4erangka !paya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekontruksi wajah orang tersebut. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. 5ila terdapat dugaan berasal dari seseorang tertentu,maka dilakuakn identifikasi dengan membankannya dengan data ante mortem. 5ila terdapat foto terakhir wajah orang tersebut semasa hidup, dapat dilaksanakan metode superimposisi, yaitu dengan jalan menumpukann foto rontgen tulang tengkorak diatas foto wajah yang dibuat berukuran sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama dan diambil dari sudut pemotretan yang sama. Dengan demikian dapat dicari adanya titik-titik persamaan. Pemeriksaan anatomik dapat memastikan bahwa kerangka adalah kerangka manusia. 4esalahan penafsiran dapat timbul bila hanya terdapat sepotong tulang saja, dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik %reaksi presiptin& dan histologik jumlah dan diameter kanal-kanal ha(ers. "/
2.3 Ruang Lingkup P!"ik#aan F$"n#ik
9aktor utama yang digunakan pada pemeriksaan forensik adalah: 1. 'steologi atu dari teknik yang paling bermakna pada pemeriksaan antropologi
forensik,
karena
antropologi
forensik
berhubungan
dengan pemeriksaan sisa 6 sisa tulang maupun tulang yang utuh. Pemeriksa dapat menentukan perkiraan usia, jenis kelamin, pertalian ras, tampilan fisik saat hidup. Tengkorak merupakan bagian dari rangka manusia yang paling informatif. amun,
jarang
sekali
tengkorak
ditemukan dalam keadaan utuh ataupun baik. 'leh karena itu osteologis harus dapat memanfaatkan apapun tulang yang tersedia.
7
'steologi
harus
mengerti
mengenai
kerangka
manusia.
;angkah pertama pertama dari osteologi menentukan sisa rangka yang ditemukan apakah dari manusia atau bukan.
". Dentisi Dentisi merupakan ilmu yang mempelajari sisa 6 sisa gigi. #nalisa dari sisa-sisa gigi dapat digunakan untuk menentukan beberapa aspek pada antropologi
forensik.
Digunakan
bersama
dengan
osteologi
untuk
menentukan usia, jenis kelamin dan diet. Pada orang dewasa terdapat " gigi yang pada masing 6 masing sisinya, pada rahang atas dan bawah terdapat dua insisi(us, satu kaninus, dan dua atau tiga molar. Pada anak 6 anak terdapat dua puluh gigi dengan dua insisi(us dan satu kaninus serta dua molar pada masing 6 masing kuadran.
. 8tnobotani 8tnobotani merupakan ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari dan tanaman dari masa lalu. Ini berguna untuk menentukan waktu sejak kematian dan menentukan diet dari sisi arkeologi."
8
2.% ANTROPOLOGI
#ntropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan pengembangan
lingkungan manusia. #ntropologi
forensik
merupakan bidang ilmu untuk physical anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya dalam bidang biologi, sains, dan budaya dalam proses hukum. #ntropologi 9orensik adalah pemeriksaan pada sisa-sisa rangka. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkah pertama untuk menentukan apakah sisa-sisa tersebut berasal dari manusia." )enurut
American
Board
of
Forensic
Anthropology,
forensik
antropologi adalah aplikasi ilmu pengetahuan dari antropologi fisik untuk proses hukum Identifikasi dari kerangka, atau sediaan lain dari sisa 6 sisa jasad
%dugaan manusia&
hukum maupun
yang tidak teridentifikasi
penting untuk alasan
alasan kemanusiaan. 9orensik antropologi mengaplikasikan
tehnik sains sederhana yang berdasarkan antropologi fisik untuk mengidentifikasi sisa 6 sisa jasad manusia dan mengungkap tindak kejahatan. #ntropologi
forensik
meliputi
penggalian
arkeologis, pemeriksaan
rambut, serangga, plant materials dan jejak kaki, penentuan waktu kematian= facial reproduction, photographic
superimposition, detection
of
anatomical
(ariants, dan analisa mengenai cedera masa lalu dan penanganan medis. amun, pada pelaksanaannya forensik antropologi terutama untuk menentukan identitas jasad berdasar bukti yang tersedia, yaitu menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian ras.
2.& ANTROPOMETRI
#ntropometri berasal dari kata Anthropos yang berarti man %orang& dan Metron yang berarti ukuran. 2adi, antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia %mengukur manusia&. 2ohan igismund 8lsholt* adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya %tahun 1>?/&. Ia adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan jerman. Pada saat itu ia menciptakan alat ukurnya dan inilah cikal bakal alat ukur yang sekarang kita kenal sebagai antropometer.
9
7ambar ".1 Papan 'steometri
7ambar "." #ntropometer menurut )artin
Pada abad 1@, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk % shape& melalui keterkaitan antara titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya (ariasi cara klasifiksasi. $al ini berdampak pada tidak adanya standarisasi, terutama pada bidang osteometri %pengukuran tulang-tulang&. A,@ Tidak adanya standarisasi ini membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar pengukuran, titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda. !paya standarisasi mulai dilakukan pada pertengahan abad 1@ berdasarkan studi Paul 5roca yang mana upaya tersebut telah dilakukan sejak awal 1ABC-an dan kemudian disempurnakan melalui kongres ahli antropologi 2erman pada 1AA1 di 9rankfurt yang kemudian dikenal sebagai 4esepakatan 9rankfurtE, yaitu
10
menentukan garis dasar posisi kepala atau kranium ditetapkan sebagai garis 9rankfurt $ori*ontal PlaneE atau Dataran 9rankfurtE. >
7ambar ". Dataran 9rankfurt
7aris 3 adalah dataran 9rankfurt yang merupakan bidang hori*ontal sejajar dengan dasarlantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata %umumnya paling kiri& dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar %porion dan tengkorak, tragion pada manusia hidup. Dataran ini merupakan patokan penilaian dan pengukuran
baik pengukuran tinggi badan maupun merupakan
sudut. Perkembangan berikutnya dibuat oleh antropologi 2erman lainnya yaitu udofl )artin pada tahun 1@1/ menerbitkan buku yang berjudul Lehrbuch der AnthropologicE. elanjutnya pada tahun 1@A1 bersama 4nussmann, udolf )artin memperbaharui buku tersebut.>,B )asyarakat lama umumnya telah menggunakan satuan ukuran dengan lebar jari, lebar telapak tangan, jengkalm hasta, depa, langkah kaki dan sebagainya. amun udolf )artin dalam bukunya menjelaskan dengan teliti masing-masing titik anatomis yang dipergunakan. )asing-masing titik diberikan nama serta simbolnya, yang terdiri dari satu sampai tiga huruf. 2aral antara titik-titik antropometris ini menjadi ukuran antropometris, yang dilambangkan dengan simbol kedua titikujung, misalnya simbol ( ialah vertex, sty adalah stylion yang
11
merupakan titik paling distal pada ujung processus. Styloideus. Disamping itu masing-masing ukuran la*imnya disertai nomor sesuai numerus pada buku )artin.
2.' PROSEDUR IDENTIFIKASI ANTROPOMETRI
alah satu dasar dari sebuah pengetahuan identifikasi adalah pengetahuan tentang antropometri. #ntropometri berarti pengukuran pada manusia. D+I atau Disaster Victim dentification menerangkan metode identifikasi yang telah distandarkan secara internasional dan diadopsi di Indonesia. Terdapat " golongan identifikasi, yaitu pertama disebut dengan !rimary dentifiers yang terdiri dari sidik jari %fingerprint& F rekam medik gigi %dental record& dan D# %DeoGyribo ucleic #cid&, serta yang kedua disebut dengan econdary Identifiers yang terdiri dari pemeriksaan medik %medical&= property dan photography.A Pada pemeriksaan medik dilakukan pemeriksaan fisik jena*ah secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi badan, berat badan, warna tirai mata, cacat tubuh serta kelainan bawaan, jaringan parut bekas luka operasi, tato dan sebagainya.@ Dalam pemeriksaan forensik penentuan tinggi badan seseorang indi(idu sangatlah penting, terutama bila hanya sepotong bagian tubuh jena*ah saja yang ditemukan. 'leh sebab itu begitu banyak metode-metode formula pemeriksaan yang dirumuskan untuk mengukur atau memperkirakan tinggi badan se seorang. 1C
2.( IDENTIFIKASI TULANG
Tulang atau kerangka merupakan bagian tubuh manusia yang cukup keras, tidak mudah mengalami pembusukan. 2aringan lunak pembungkus tulang akan mulai mengalami pembusukan dan menghilang pada sekitar / minggu setelah kematian. Pada masa ini tulang masih menunjukkan kesan ligamentum yang masih melekat disertai bau busuk. etelah bulan, tulang belulang kelihatan berwarna kuning. etelah > bulan, tulang tidak lagi mempunyai kesan ligamen dan berwarna kuning keputihan, serta tidak lagi mempunyai bau busuk. 1C Dengan demikian, tulang atau kerangka merupakan salah satu organ tubuh yang cukup
12
baik
untuk identifikasi
manusia
karena
selain
cukup lama
mengalami
pembusukan, tulang juga mempunyai karakteristik yang sangat menonjol untuk identifikasi. 1C,11 !paya identifikasi pada tulang atau kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang tersebut adalah: 1. #pakah tulang manusia atau hewan ". #pakah tulang berasal dari satu indi(idu . 5erapakah usianya /. 5erapakah umur tulang itu sendiri ?. 2enis kelamin >. Tinggi badan B. as
7ambar "./ Tengkorak dari Tiga 4elompok !tama %a& 4ulit Putih= %b& 'rang #sia= %c& 4ulit $itam
A. 5erapa lama kematian @. #dakah ruda paksa atau deformitas tulang 1C. ebab kematian ?, 11
13
7ambar ".? 4ematian karena ;uka Tembak
7ambar ".> 4ematian karena 7igitan 5inatang 5uas
#da begitu banyak hal yang dapat diungkap dari pemeriksaan terhadap tulang atau kerangka, dan kenyataannya bahwa tinggi badan memiliki peranan penting dalam sebuah proses identifikasi. Pengetahuan identifikasi terhadap tulang sangat berperan tidak hanya pada saat organ tubuh hanya tinggal tulang belulang saja, tetapi banyak hal yang dapat diungkap dari tulang atau kerangka tersebut pada saat masih dibaluti oleh jaringan otot, tendon dan kulit. Diantara hal yang dapat diungkapkan pada saat tulang terbalut jaringan lunak adalah pengukuran panjang dari tulang-tulang panjang untuk mengukur tinggi badan, perkiraan usia korban juga dapat dilakukan dengan melihat garis epifise. $al tersebut tentunya dapat dilakukan dengan mengukur tulang secara langsung pada organ tersebut ataupun dengan mengukur panjangnya organ dan melihat garis epifise melalui pemeriksaan radiologis. @,1",1
14
7ambar ".B 7ambaran adiologis Processus 'lecranii !lnae di daerah siku
Identifikasi tulang belulang atau potongan tulang maupun bagian tulang belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang diakibatkan oleh kasus mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya sebaiknya tidak menggunakan satu prosedur pemeriksaan identifikasi, sangat disarankan agar semaksimal mungkin menggunakan berbagai metode identifikasi yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal. Dalam penentuan tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk menggunakan berbagai metode atau formula pengukuran yang ada. 1"
7ambar ".A 7ambaran posisi titik Processus 'lecranii !lna lengan kanan bawah pada saat posisi difleksikan
15
2.) PENENTUAN JENIS KELAMIN
Pada umumnya penentuan jenis kelamin pada orang hidup tidaklah sukar. $anya dari penampilan wajah, potongan tubuh, bentuk rambut, pakaian serta ciriciri seks dan pertumbuhan buah dada, kita sudah dapat mengenali apakah orang tersebut laki-laki atau perempuan. $anya pada kasus-kasus khusus yang jarang terjadi, diperlukan permeriksaan mikroskopik dari o(arium dan testis. Penentuan jenis kelamin dalam kasus kriminal dimana tubuh korban rusak oleh karena proses pembusukan atau kerusakan tersebut memang disengaja oleh pelaku, misalnya mutilasi. Penentuan jenis kelamin pada rangka %tulang&, seperti tulang panggul, tengkorak, tulang-tulang panjang, tulang dada, dimana yang mempunyai nilai tinggi di dalam hal penentuan jenis kelamin adalah tulang panggul dan kemudian tengkorak." 2enis kelamin ditentukan berdasarkan pemeriksaan tulang panggul, tulang tengkorak, sternum, tulang panjang serta skapula dan metakarpal. Pada panggul, indeks isio- pubis %panjang pubis dikali seratus dibagi panjang isium& merupakan ukuran yang paling sering digunakan. ilai laki-laki sekitar A,> dan wanita @@,?.
a. Panggul Pemeriksaan panggul secara tersendiri tanpa pemeriksaan lain, jenis kelamin sudah dapat ditentukan pada sekitar @C persen kasus. Indek Ischium- pubis pada wanita 1? persen lebih besar dari pria, ini terdapat pada lebih dari @C persen wanita. Indeks tersebut diukur dari ischium dan pubis dari titik dimana mereka bertemu pada acetabulum. 5entuk dari 7reater schiatic notchE, mempunyai nilai tinggi dalam penentuan jenis kelamin dari tulang panggul, B? persen kasus dapat ditentukan hanya dari pemeriksaan tersebut. "
16
7ambar ".@ )enentukan 2enis 4elamin )enggunakan Pel(is
b. Tengkorak !ntuk dapat menentukan jenis kelamin dari tengkorak, diperlukan penilaian dari berbagai data ciri-ciri yang terdapat pada tengkorak tersebut. 3iri utama adalah tonjolan diatas orbita %supra orbital ridges&, processus mastoideus, palatum, bentuk rongga mata dan rahang bawah. 3iri-ciri tersebut akan tampak jelas setelah usia 1/-1> tahun. )enurut 4orgman ketetapan penentuan jenis kelamin atas dasar pemeriksaan tengkorak dewasa adalah @C persen. ;uas permukaan processus mastoideus pada pria lebih besar dibanding wanita, hal ini dikaitkan dengan adanya insersi otot leher yang lebih kuat pada pria.
7ambar ".1C Penentuan 2enis 4elamin )enggunakan Tengkorak
17
5erikut adalah tabel perbandingan tengkorak pada perempuan dan laki-laki. Ta*+ 2.1 Ta*+ P"*an,ingan Tngk$"ak Pa,a P"!puan ,an Laki-Laki N$ 1
Tan,a !kuran, +olume
P"ia
ani/a
5esar
4ecil
" / ?
endokranial #rsitektur Tonjolan upraorbital Prosesus )astoideus Daerah oksipital, linea
4asar edang-5esar edang-5esar Tidak 2elas
$alus 4ecil- edang 4ecil- edang 2elas )enonjol
4ecil 4ecil Persegi, rendah
5esar 5esar 5undar,tinggi relatif
relatif kecil tepi
besar tepi tajam
Dahi
tumpul 3uram kurang
)embundar penuh,
Tulang Pipi
membundar 5erat, arkus lebih ke
infantil ingan, lebih
)andibula
lateral 5esar simfisinya
memusat 4ecil, dengan ukuran
tinggi,ramus
korpusnya da ramus
assendingnya lebar 5esar dan lebar
lebih kecil 4ecil, cenderung
cenderung seperti
seperti parabola
4ondilus 'ksipitalis
huruf ! 5esar, )1 bawah
4ecil,molar biasanya
7igi-geligi
sering ? kuspid
/ 4uspid
muskulares dan > B A
@ 1C 11
1"
1
Protuburensia 8minensia frontalis 8minensia Parietalis 'rbita
Palatum
c. Tulang Dada atio panjang dari manubrium sterni dan corpus sterni menetukan jenis kellamin. Pada wanita manubrium sterni melebihi separuh panjang corpus sterni dan ini mempunyai ketepatan sekitar AC persen.
18
d. Tulang Panjang Pria pada umumnya memiliki tulang yang lebih panjang lebih berat dan lebih kasar, serta impresinya lebih banyak. Tulang paha %'s. femur&, merupakan tulang panjang yang dapat diandalkan dalam penentuan jenis kelamin, ketetapannya pada orang dewasa sekitar AC persen. 4onfigurasi, ketebalan, ukuran dan caput femoris, serta bentukan dari otot dan ligamen serta perangai radiologis perlu diperhatikan. Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita dengan perbandingan 1CC:@C. Pada tulang-tulang femur, humerus dan ulna terdapat beberapa ciri khas yang menunjukan jenis kelamin seperti ukuran caput dan kondilus, sudut antara caput femoris terhadap batangnya yang lebih kecil pada laki-laki, perforasi fosa olekranii menunjukan jenis wanita, serta adanya belahan pada sigmoid notch pada laki-laki
%"/&
.
7ambar ".11 Penentuan 2enis 4elamin Dengan )enggunakan 's. 9emur
Penentuan jenis kelamin secara histologik atau mikroskopik ini adalah berdasarkan pada kromosom. 5ahan pemeriksaan dapat diambil dari: kulit, leukosit, sel-sel selaput lendir pipi bagian dalam, sel-sel rawan, korteG kelenjar supra renalis dan cairan amnion.
19
)etoda yang praktis untuk kepentingan 4edokteran 9orensik adalah pemeriksaan kromosom dari biopsi kulit. !ntuk maksud tersebut dipakai fiksasi: merkuri-khlorida setengah jenuh dalam 1? persen formol-saline. 3ara lain yang lebih praktis adalah dengan melakukan pemeriksaan atas sel P) laukosit yaitu melihat adanya bentuk drumstickE. 4emungkinan dijumpainya drumstick pada wanita lebih banyak dibanding pria. Pada pemeriksaan didapatkan adanya bentuk drumstick atau tidak ditemukan adanya bentuk drumstick. Ini disebabkan adanya fakta: enam drumstick adalah normal ditemukan pada CC neutropil wanita, dimana untuk pria drumstick tidak dijumpai pada ?CC atau lebih. Pemeriksaan seks-kromatin dapat dilakukan pada akar rambut, dimana pada wanita didapatkan pada BC persen sedang pada pria hanya B persen. Pemeriksaan penentuan jenis kelamin secara histologik yang paling penting tepat %ketepatan 1CC persen& ialah pemeriksaan atas struktur inti darah putih dan dari kulit, pemeriksaanpun dapat dikerjakan pada bahan post mortal. #dapun ketepatan pemeriksaan pada bahan post mortal adalah A?.A persen.
2.0 PENENTUAN UMUR
aat terjadinya unfikasi dari diaphyses memberi hasil dalam bentuk perkiraan. Persambungan speno occipital terjadi dalam umur 1B-"? tahun. Pada wanita saat persambungan tersebut antara 1B-"C tahun. Tulang selangka merupakan tulang panjang yang terakhir mengalami unfikasi. !nfukasi dimulai pada umur 1A-"? tahun, dan mungkin tidak lengkap sampai "?-C tahun. Dalam usia 1 tahun keatas unfukasi menjadi lengkap. Tulang belakang %ossis (ertebrae&, sebelum C tahun akan menunjukkan alur-alur yang dalam yang berjalan radier pada bagian permukaan atas dan bawah, dalam hal ini corpus (ertebrae-nya. " Pemeriksaan terhadap pusat penulangan %osifikasi& dan penyatuan epifisis tulang sering digunakan untuk perkiraan umur pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan menggunakan foto radiologis atau dengan melakukan pemeriksaan langsung terhadap pusat penulangan pada tulang.
20
Pemeriksaan terhadap penutupan sutura pada tulang-tulang atap tengkorak guna perkiraan umur sudah lama diteliti dan telah berkembang berbagai metode, namun pada akhirnya hampir semua ahli menyatakan bahwa cara ini tidak dapat dipercaya tidak akurat dan hanya dipakai dalam lingkup dekade %umur "C-C-/C tahun& atau mid-dekade umur %"?-?-/? tahun& Pemeriksaan permukaan simfisis pubis dapat memberikan skala umur dari 1A-?C tahun, baik yang dikemukakan oleh Todd maupun oleh mokern dan stewart. )okern dan stewart membagi simfisis pubis menjadi komponen yang masingmasing diberi nilai. 2umlah nialai tersebut menunjukan umur berdasarkan tabel. charan* mengajukan cara pemeriksaan tulang humerus dan femur guna penentuan umur. Demikian pula cla(icula, sternum, tulang iga dan tulang belakang mempunyai ciri yang dapat digunakan untuk memperkirakan umur. emeskeri, $arsanyi dan #scadi menggabungkan pemeriksaan penutupan sutura endokranial, relief permukaan simfisis pubis dan struktur spongiosa humerus proksimalepifise femur, dan mereka dapat menentukan umur dengan kesalahan sekitar ",?? tahun.
7ambar ".1" Penentuan !sia )enggunakan 7igi 7eligi
Perkiraan
umur
dari
gigi
dilakukan
dilakukan
dengan
melihat
pertumbuhan dan perkembangan gigi %intrauterin, gigi susu > bulan- tahun, masa statis gigi susu -> tahun, geligi campuran >-1" tahun&.
21
elain itu juga dapat digunakan metode gustafson yang memperhatikan atrisi %keausan&, penurunan tepi gusi,pembentukan dentin sekunder, semen sekuinder, tranparansi dentin dan penyempitan atau penutupan foramen a pikalis. #da beberapa cara yang dapat digunakan dalam menentukan umur tulang yaitu dengan cara : a. Tes 9isika eperti pemeriksaan gambaran fisik dari tulang, fluoresensi cahaya ultra (iolet dapat menjadi suatu metode pemeriksaan yang berguna. 2ika batang tulang dipotong melintang, kemudian diamati ditempat gelap, dibawah cahaya ultra (iolet, tulang-tulang yang masih baru akan memancarkan warna perak kebiruan pada tempat pemotongan. ementara yang sudah tua, lingkaran bagian luar tidak berfluorosensi sampai ke bagian tengah. Dengan pengamatan yang baik akan terlihat bahwa daerah tersebut akan membentuk jalan keluar dari rongga sumsum tulang. 2alan ini kemudian pecah dan bahkan lenyap, maka semua permukaan pemotongan menjadi tidak berfluoresensi.
akibat pemanasan
pada kondisi tertentu. emua kriteria
yang ini
bergantung pada berkurangnya stroma organik dan pembentukan dari kalsifikasi tulang seperti pengoroposannya.
22
4eterangan gambar ".1: a& Tulang berumur -AC tahun. 4elihatan permukaan pemotongan tulang memancarkan warna perak kebiruan pada seluruh pemotongan. b& etelah satu abad atau lebih sisa fluoresensi mengerut ke pusat sumsum tulang. c& ebelum fluoresensi menghilang dengan sempurna pada abad berikutnya.
b. Tes erologi Tes yang positif pada
pemeriksaan hemoglobin
pemeriksaan permukaan tulang ataupun
yang dijumpai pada
pada serbuk tulang, mungkin
akan memberikan pernyataan yang berbeda tentang lamanya kematian tergantung pada kepekaan dari tehnik yang dilakukan.
penggunaan
metode cairan peroksida yang hasilnya positif, diperkirakan lamanya kematian sekitar 1CC tahun. #ktifitas serologi pada tulang akan berakhir dengan cepat
pada tulang yang terdapat di daerah berhawa panas.
Pemeriksaan dengan memakai reaksi 5en*idin dimana dipakai campuran 5en*idin peroksida. 2ika reaksi negatif penilaian akan lebih berarti. 2ika reaksi positif menyingkirkan bahwa tulang masih baru. eaksi positif, diperkirakan umur tulang saat kematian sampai 1?C tahun. eaksi ini dapat dipakai pada tulang yang masih utuh ataupun pada tulang yang telah menjadi serbuk. #ktifitas Immunologik ditentukan dengan metode gel difusion techniHue dengan anti human serum. erbuk tulang yang diolesi dengan amoniak yang konsentrasinnya rendah, mungkin akan memberi reaksi yang positif dengan serum anti human seperti reagen coombs, lama kematian kira-kira ?61C tahun, dan ini dipengaruhi kondisi lingkungan.
c. Tes 4imia Tes 4imia dilakukan dengan metode mikro-4jeld-hal dengan cara mengukur pengurangan jumlah protein dan itrogen tulang. tulang yang
baru mengandung kira-kira
Tulang-
/,? itrogen, yang akan
berkurang dengan cepat. 2ika pada pemeriksaan tulang mengandung lebih dari / itrogen, diperkirakan bahwa lama kematian tidak lebih dari 1CC tahun, tetapi jika tulang mengandung kurang dari ",/ , diperkirakan tidak lebih dari ?C tahun. Penulis lain menyatakan jika nitrogen lebih
23
besar dari ,? gram percentimeter berarti umur tulang saat kematian kurang dari ?C tahun, jika itrogen lebih besar dari ",? per centimeter berarti umur tulang atau saat kematian kurang dari ?C tahun. Inti protein dapat dianalisa, dengan metode #utoanalisa ataupun dengan 3romatografi dua dimensi. Tulang segar mengandung kira-kira 1? asam amino, terutama jika yang diperiksa dari bagian kolagen tulang. 7lisin dan #lanin adalah yang terutama. Tetapi 9ralin dan $idroksiprolin merupakan tanda yang spesifik jika yang diperiksa kolagen tulang. 2ika pada pemeriksaan 9ralin dan $idroksiprolin tidak dijumpai, diperkirakan lamanya kematian sekitar ?C tahun. 5ila hanya didapatkan 9ralin dan $idroksiprolin maka perkiraan umur saat kematian kurang dari ?CC tahun. #sam amino yang lain akan lenyap setelah beratus tahun, sehingga jika diamati tulang-tulang dari jaman purbakala akan hanya mengandung / atau ? asam amino saja. ementara itu ditemukan bahwa 7lisin akan tetap bertahan sampai masa 1CCC tahun. 5ila umur saat kematian kurang dari BC -1CC tahun, akan didapatkan B jenis asam amino atau lebih.
24
7ambar ".1/ : ingkasan 4riteria Penentuan ;ama 4ematian dari Identifikasi Tulang
2.1 MENGUKUR INTERAL AKTU KEMATIAN
)emperkirakan waktu kematian sangat sulit. 5iasanya diperkirakan berdasarkan jumlah dan kondisi dari jaringan lunak seperti otot, kulit, dan ligamen, keadaan tulang yang masih baik, luas yang berhubungan dengan pertumbuhan akar tanaman, bau busuk, dan akti(itas karni(ora maupun serangga pada jasad. amun banyak (ariabel yang harus dipertimbangkan, seperti suhu saat kematian, luka tusuk, kelembapan, ph tanah, dan kadar air. emakin lama waktu kematian semakin sulit menentukan inter(al waktu kematian.
2.11 TINGGI TUBUH MANUSIA
truktur tubuh manusia disusun atas berbagai macam organ yang tersusun sedemikian rupa satu dengan lainnya, sehingga membentuk tubuh manusia seutuhnya, dan kerangka adalah struktur keras pembentuk tinggi badan. %1/&
25
7ambar ".1? 4erangka Tubuh )anusia Tampak Depan dan 5elakang
Proses pertumbuhan dimulai sejak terjadi konsepsi dan berlangsung terusmenerus sampai umur dewasa , kemudian stabil dan pada usia relatif tua akan kembali berkurang. Pada saat sesudah dilahirkan, umur dapat diperkirakan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan badan, antara lain bayi, balita, anakanak, dewasa muda. Pada janin, bayi baru lahir dan anak-anak sampai masa puber umur dapat ditentukan berdasarkan tinggi %panjang& dan berat badan. 5eberapa faktor harus dipertimbangkan antara lain keturunan, bangsa, gi*i dan lain-lain. amun pada orang dewasa penentuan umur berdasarkan tinggi badan dan berat badan tidak dapat dipergunakan lagi.", 1?
2.12 PERKIRAAN TINGGI BADAN
Disebutkan bahwa tubuh manusia dibangun berdasarkan susunan struktur tulang atau kerangka tubuh manusia. 1>,1B 5erdasarkan hal tersebut, maka diyakini bahwa tinggi badan tubuh manusia diyakini erat hubungannya dengan ukuran dari panjang tulang-tulang tersebut. Disebutkan bahwa ukuran panjang tulang-tulang
26
panjang memiliki hubungan yang signifikan dalam memperkirakan tinggi badan manusia. ering sekali autopsi yang dilakukan oleh ahli forensik tidak dilakukan terhadap tubuh yang masih utuh, tetapi sudah dalam keadaan rusak atau terpotong-potong. Dalam autopsi yang dilakukan terhadap tubuh-tubuh yang tidak lagi sempurna atau utuh, teori ataupun rumus yang menyatakan tentang hubungan panjang tulang-tulang tertentu dengan tinggi badan merupakan acuan yang tidak lagi dapat dipungkiri.1B,1A,1@,"C Tulang-tulang panjang yang terdapat dalam tulang atau kerangka tubuh manusia meliputi humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula 1,"C ruas lengan dibangun atas tulang-tulang panjang seperti humerus pada ruas lengan atas dan radius dan ulna pada ruas lengan bawah. 1@,"C,"1 Dalam memperkirakan tinggi badan seseorang, maka harus diperhatikan bahwa pembentukan tinggi badan seseorang yang memang sudah dimulai sejak masih dalam kandungan %intra uterin&, dan pertumbuhan tinggi badan tersebut akan terus bertambah ukurannya hingga usia sekitar "C-"1 tahun. etelah usia tersebut tidaklah terlalu signifikan pertumbuhan tinggi badan dan akan berkurang seiring dengan pertambahan umur.?,1>,"" elain yang disebutkan diatas, perlu diperhatikan pula tentang tinggi badan yang masih akan mengalami perpanjangan pada beberapa hal, seperti: bahwa pertumbuhan maksimum akan terjasi pada usia "1-"? tahun usia seseorang, dapat terjadi pertambahan tinggi badan 1- cm, dan pada jena*ah akan terjadi pertambahan panjang badan selama fase relaksasi primer %sepanjang 1,? cm pada pria dan " cm pada wanita&.,> Disisi lain pula ternyata tinggi badan dapat mengalami penurunan atau pengurangan dalam hal: pertambahan usia setelah "? tahun akan mengakibatkan terjadinya pengurangan tinggi badan sebanyaj sekitar 1 mm pertahun, pada saat sore dan malam hari terjadi pengurangan tinggi badan sekitar 1,? cm dibandingkan dengan pada saat pagi hari, ini disebabkan terjadinya penurunan elastisitas dan peningkatan kekuatan otot tulang punggung belakang pada waktu sore atau malam hari, pada posisi berdiri badan mengalami pengurangan
27
dibandingkan pada posisi telanjang atau berbaring, pada tubuh mayat, dapat terjasi pengurangan panjang badan selama terjadinya kaku mayat %rigor mortis&. ,1> Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh dapat di perkirakan tinggi badan secara kasar, yaitu dengan: ",? a. )engukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan. b. )engukur panjang dari pucak kepala %+erteG& sampai symphisis pubi kali " ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi pinggang dan kaki direngang serta tumit dijanjikan. c. )engukur panjang salah satu lengan %diukur dari salah satu ujung jari tengah sampai ke acromion di kla(ikula pada sisi yang sama& dikali dua %cm&, lalu ditambah lagi / cm %terdiri dari C cm panjang " buah kla(ikula dan / cm lebar dari manubrium sternisternum&. d. )engukur panjang dari lekuk diatas sternum %sterni notch& sapai symphisis pubis lali dikali ,. e. )engukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali ,B. f.
Panjang femur dikali /.
g. Panjang humerus dikali >. 5ila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan ",? sampai / cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi. 4etika sendi-sendi tidak lagi didapat, maka perhitungan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur tulang-tulang panjang dengan menggunakan beberapa formula yang ada. ",1>,"1 4etebalan bagian tulang rawan yang hilang ratarata adalah
28
Ta*+ 2.2 P"ki"aan "a/a-"a/a ki+angan /u+ang "a4an Tu+ang
U5ung A/a#
U5ung Ba4a
T$/a+
Maka a"u# ,i/a!*a
9emur $umerus Tibia adius
",C mm 1,? mm ,C mm 1,? mm
",? mm 1, mm 1,? mm 1,C mm
/,? mm ",A mm /,? mm ",? mm
B,1 mm /,1 mm >," mm ," mm
7ambar ".1> truktur uas ;engan 4anan
5ila yang diukur adalah tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah terjadi pemendekan sepanjang " millimeter %mm& dibanding dengan tulang yang segar, yang tentunya hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan perhitungan tinggi badan. %1& Dalam mencari tinggi badan sebenarnya, perlu diketahui pula bahwa rata-rata tinggi badan laki-laki lebih besar dari perempuan, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. #pabila tidak dibedakan, maka perhitungan ratio laki-laki:perempuan adalah 1CC:@C. 1," Dibawah ini akan dijabarkan beberapa formula yang ada tentang perhitungan perkiraan tinggi badan oleh beberapa ahli:
29
A. F$"!u+a Ka"+ Pa"#$n
9ormula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak lama. 9ormula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk subjek orang-orang 8ropa dengan melakukan pengukuran pada tulang-tulang panjang yang kering. Laki-+aki
1. Tinggi badan J A1,C> K 1,AA G 91 ". Tinggi badan J BC,>/1 K ",A@/ G $1 . Tinggi badan J BA,>>B/ K ",B> G T1 /. Tinggi badan J A?,@"? K ,"B1 G 1 ?. Tinggi badan J B1,"B" K 1,1?@ G %91 K T1& >. Tinggi badan J B1,// K 1,"" G %91 K 1,CA G T1& B. Tinggi badan J >>,A?? K 1,B G %$1 K 1& A. Tinggi badan J >@,BAA K ",B>@ G %$1 K C,1@? G 1& @. Tinggi badan J >A,@B K 1,C G 91 K 1,??B G $1 1C. Tinggi badan J >B,C/@ K C,@1 G 91 K C,> G T1 K 1,""? G $1 6 C,1AB G 1 P"!puan
1. Tinggi badan J B",A// K 1,@/? G 91 ". Tinggi badan J B1,/B? K ",B?/ G $1 . Tinggi badan J B/,BB/ K ",?" G T1 /. Tinggi badan J A1,""/ K ,/ G 1 ?. Tinggi badan J >@,1?/ K 1,1"> G %91 K T1& >. Tinggi badan J >@, 1?/ K 1,1"> G %91 K 1,1"? G T1& B. Tinggi badan J >@,@11 K 1,>"A G %$1 K 1& A. Tinggi badan J BC,?/" K ",?A" G %$1 K C,"A1 G 1& @. Tinggi badan J >B,/? K 1,@ G 91 K 1,C"B G $1 1C. Tinggi badan J >B,/>@ K C,BA" G 91 K 1,1" G T1 K 1,C?@ G $1 6 C,B11 G 1 ota: 91
Panjang maksimal tulang paha %9emur&
$1
Panjang maksimal tulang lengan atas %$umerus&
1
T1
Panjang maksimal tulang pengumpil %adius& Panjang maksimal tulang kering %Tibia&
30
B. F$"!u+a T"$//"-G+##"
9ormula ini memakai subjek penelitian orang-orang #merika kulit hitam %negro& dan kulit hitam dan kulit putih yang berusia anatara 1A-C tahun baik laki-laki maupun perermpuan. Pertama sekali diteliti pada tahun 1@?" oleh Trotter dan kemudian disempurnakan oleh 4rogman dan Iscan pada tahun 1@BB.
Ta*+ 2.3 F$"!u+a T"$//"-G+##" 610&27 Ma+ i/#
Ma+ Ng"$#
trature J >,C? K 1,1 %9emur K 9ibula& K ,> cm trature J >B,C@ K 1,"> %9emur K Tibia& K ,B/ cm trature J B?,?C K ",>C 9ibula K ,A> cm trature J >?,? K "," 9emur K ,@/ cm trature J A1,@ K ","" Tibia K /,CC cm trature J >B,@B K 1,A" %$umerus K adius& K /,1 cm trature J >>,@A K %$umerus K !lna& K /,B cm trature J BA,1C K $umerus K /,?B cm trature J B@,/" K ,B@ adius K /,>> cm trature J B?,?? K ,B> !lna K /,B" cm
trature J >B,BB K 1,"C %9emur K 9ibula& K ,> cm trature J B1,B? K 1,1? %9emur K Tibia& K ,>A cm trature J B","" K ",1C 9emur K ,@1 cm trature J A?,> K ",1@ Tibia K .@> cm trature J AC,CB K ",/ 9ibula K /,C" cm trature J B,CA K 1,>> %$umerus K adius& K /," cm trature J BC,>B K 1,>? %$umerus K !lna& K /," cm trature J B?,/A K ",AA $umerus K /," cm trature J A?,/ K ," adius K /,?B cm trature J A",BB K ,"C !lna K /,B/ cm
Ta*+ 2.%. K"$g!an ,an I#8an 610((7 Ma+ i/#
Ma+ Ng"$#
trature J ?C,1" K C,>A $umerus K 1,1B trature J ?B, K C,// $umerus 6 C,"C 9emur K 1,1? tibia K ,?1 cm adius K 1,/> 9emur K C,A> Tibia K ,"" cm trature J ?,"C K 1,@ %9emur K Tibia& K trature J ?A,?/ K 1,? 9emur K C,@> Tibia K ,?? cm ,"A cm trature J ?.CB K 1,/A 9emur K 1,"A Tibia K trature J ?@,B" K 1,"> %9emur K Tibia& K ,?? cm ,"A cm trature J ?@,>1 K ",@ 9ibula K ,?B cm trature J ?@,B> K ","A 9emur K ./1 cm trature J >1,? K ",@C Tibia K ,>> cm trature J >",AC K 1,CA $umerus K 1,B@ Tibia K ,?A cm trature J ?",BB K 1,? $umerus K 1,@? trature J B",>? K ",/? Tibia K ,BC cm Tubia K ,>B cm trature J ?/,1C K ",/B 9emur K ,B" cm trature J BC,@C K ",/@ 9ibula K ,AC cm trature J ?/,@ K /,B/ adius K /,"/ cm trature J >/,>B K ,CA $umerus K /,"? cm trature J ?B,B> K /,"B !lna K /,"C cm trature J B?,A K ,1 !lna K /,A cm
31
trature J ?B,@B K ,> $umerus K /,/? cm
trature J @/,?1 K ",B? adius K ?,C? cm
9. F$"!u+a T"$//"-G+#" 610')7
9ormula yang dipopolerkan dalam buku )artin-4nussmann %1@AA& ini memakai subjek penelitian kelompok laki-laki ras mongoloid. T5 J ",>A G %$1& K A," K /, T5 J ,?/ G %1& K A",C K /,> T5 J ,/A G %!1& K BB,? K /,A T5 J ",1? G %91& K B",> K ,@ T5 J ",@ G %T1& K A1,? K , T5 J 1,>B G %$1 K 1& K B/,A K /," T5 J 1,>A G %$1 K !1& K B1," K /,1 T5 J 1,"" G %91 K T1& K BC,/ K ," T5 J 1,"" G %91 K 9i1& K BC," K ," ota: #ngka dengan tanda K adalah nilai tandard 8rror, yang dapat dikurangi atau ditambah pada nilai yang diterima dari kalkulasi. )akin kecil 8, makin tepat taksiran menurut rumus regresi.
D. F$"!u+a Dup"/ui# ,an Ha,,n
)erupakan formula yang didasarkan atas penelitian terhadap tulangtulang panjang orang #merika. Ta*+ 2.& F$"!u+a Dup"/ui# ,an Ha,,n Mn 9! $!n ","A %9emur& K >@,CA@ ",1B %9emur& ",@" %Tibia& K A1,>AA ",? %Tibia& ",@BC %$umerus& K B,?BC ,1// %$umerus& ,>?C %adius& K AC,/C? ,AB> %adius& 1,""? %9emur K Tibia& K >@,"@/ 1," %9emur K Tibia& 1,B"A %$umerus K K B1,/"@ 1,@A/ %$umerus K adius& adius& 1,/"" %9emur& K 1,C>" K >>,?// 1,>?B %9emur& K C,AB@ %Tibia& %Tibia& 1,BA@ %$umerus& K 1,A/1 K >>,/CC ",1>/ %$umerus& K 1,?"?
9! K >1,/1" K B",?B" K >/,@BB K B,?C" K >?,"1 K??,B"@
K ?@,"?@ K >C,//
32
%adius& 1,@"A %9emur& K C,?>A %$umerus& C,CA %$umerus& K C,/AC %adius&
K >/,?C? K ?>,CC>
%adius& ",CC@ %9emur& K C,?>> %$umerus& 1,?// %9emur& K C,B>/ %Tibia& K C,1"> %$umerus& K C,"@? %adius&
K ?B,>CC K ?B,/@?
E. F$"!u+a T+kka
)erupakan formula yang orang 9inisia. Ta*+ 2.' F$"!u+a T+kka Mn 1>@,/ K ",A %$umerus 6 ",@& 1>@,/ K ,/ %adius 6 "",B& 1>@,/ K ," %!lna 6 ",1& 1>@,/ K ",1 %9emur 6 /?,?& 1>@,/ K ",1 %Tibia 6 >,>& 1>@,/ K ",? %9ibula 6 >,1&
didasarkan dari pemeriksaan terhadap orang-
SE ?,C ?,C ?," /,@ /,> /,/
$!n 1?>,A K ",B%$umerus 6 C,B& 1?>,A K ,1 %adius 6 "C,A& 1?>,A K , %!lna 6 "1,& 1?>,A K 1,A %9emur 6 /1,A& 1?>,A K 1,@ %Tibia 6 ,1& 1?>,A K ", %9ibula 6 ",B&
SE ,@ /,? /,/ /,C /,> /,?
F. F$"!u+a Pa"ik
9ormula ini didasarkan atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering. Ta*+ 2.( F$"!u+a Pa"ik Laki-Laki T5%cm& J humerus G ?.1
P"!puan T5 %cm& J humerus G ?.1
T5%cm& J radius G >.BA
T5 %cm& J adius G >.BC
T5%cm& J !lna G >.CC
T5 %cm& J !lna G >.CC
T5 %cm& J 9emur G .A"
T5 %cm& J 9emur G .AC
T5 %cm& J Tibia G /./@
T5 %cm& J Tibia G/./>
T5 %cm& J 9ibula G /./>
T5 %cm& J 9ibula G /./
G. F$"!u+a M$,. S$! ,an S:; A*,u+ Ra!an
33
9ormula hasil kajian )ohd.Dom%tahun 1@@C& dan yeh #bdul ahman %tahun 1@@1& di malaysia ini didasarkan ataspenelitian terhadap jenis kelamin laki-laki dari suku bangsa terbesar di )alaysia. Ta*+ 2.) F$"!u+a M$,.S$! ,an S:, A*,u+ Ra!an L+aki M+a:u L+aki 9ina L J ".// $ K1C1.> L J "./A $ K1C1.@ L J 1.@> K 11B.@ L J .C? K @1.A LJ1.A> ! K [email protected] L J 1./@ ! K 1C.C L J 1.C T K1"".? L J 1.@? T K @B.B LJC.@ 9 K 1.C L J 1.? 9 K 11B.? LJ 1.1> 9i K 1"B.1 L J 1.>A 9i K1CA.? L+aki In,ia L J .B1 $ K >@. L J ?." K ?.? L J >.A> ! K %-B./& L J ".B" T K BC." L J ".?@ 9 K B1. L J ".1? 9i K @"./
Png"/ian L J #nggaran 4etinggian %cm& $ J Panjang humerus %cm& J Panjang radius %cm& ! J Panjang ulna %cm& T J Panjang tibia %cm& 9 J Panjang femur %cm&
H. F$"!u+a An/"$p$+$gi Raga4i UGM
)erupakan formula perkiraan tinggi badan untuk jenis kelamin pria orang dewasa suku 2awa Tinggi badan Tinggi badan Tinggi badan Tinggi badan Tinggi badan Tinggi badan Tinggi badan Tinggi badan
A@B K 1.B/ y %femur kanan& A"" K 1.@C y %femur kiri& AB@ K ".1" y %tibiakanan& A/B K"."" y %tibia kiri& A>B K ".1@y %fibula kanan& AA K ".1/ %fibula kiri& A/B K ".>C %humerus kanan& AC? K".B/ % humerus kiri&
I. F$"!u+a D5a5a Su":a A/!a,5a
)erupakan formula yang dilakukan oleh 2aya terhadap orang dewasa yang hidup, panjang tulang-tulang panjang diukurdari luar tubuh, berikut kulit di luarnya. P"ia
: T5 J B",@@1" K 1,B""B %tib& K C,B?/? %fib& %
±
/,"@>1 cm&
34
T5 J B?,@ACC K ".@"" %tib& % T5 J AC,ACBA K ","BAA %fib& %
±
±
/,?B" cm& /,>1A>&
ani/a : T5 J B1,"A1B K 1,/> %tib& K 1,C/?@ %fib&%
T5 J BB,/B1B K ",1AA@ %tib& % T5 J B>,"BB" K ","?"" %fib& %
±
±
±
/,A>A/&
/,@?">& ?,C"">&
J. F$"!u+a A!"i A!i"
9ormula yang dibuat oleh Prof.dr.#mri pada tahun 1@A@ ini dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap orang hidup pada laki-laki dan perempuan dewasa muda. Tabel ".1C 9ormula #mri #mir umus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada laki-laki dengan nilai r " untuk masing-masing tulang N Tu+ang Ru!u# Rg"#i "2 $ 1 $umerus 1./ G $ K 1"./ C."" " adius .1 G a K AB.@1 C./? !lna ".AA G ! K @1."B C./ / 9emur 1./" G 9e K 1C@."A C.C ? Tibia 1.1" G T K 1"/.AA C." > 9ibula 1.? G 9i K 11B."C @."@
Tabel ".11 9ormula #mri #mir umus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada laki-laki dengan nilai r " untuk masng-masing tulang : N$ Bagian Tu*u Ru!u# Rg"#i "2 1 entang tangan C.>/ G T K ?>.@A C.>" " ;engan C.@@ G ; [email protected] C./> ;engan bawah 1.A1 G ;5 K A.>? C.?" / ymphisis kaki 1.C@ G 4 K B1.?@ C.>" ? Dagu (erteG "./B G D+ K 1C/.? C.1/ > 3la(icula "."B G 3 K 1C.C C.1/
"eterangan # Panjang lengan bawah diukur jarak antara olecranon sampai ke ujung jari tangan tengah
Tabel ".1" 9ormula #mri #mir umus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada wanita dengan nilai " untuk masing-masing tulang : N$ Tu+ang Ru!u# Rg"#i "2
35
1 " / ? >
$umerus adius !lna 9emur Tibia 9ibula
1./> G $ K 111. 1.?C G a K 11@.?A ".A? G ! K A>.B? C.B@ G 9e K 1"/.>B 1. G T K11C.BC 1.B1 G 9i K @@."C
C." C.C C./> C.1B C."> C.>
Tabel ".1 9ormula #mri #mir umus regresi hubungan tinggi badan dengan ukuran beberapa bagian tubuh pada wanita dengan nilai " untuk masing-masing tulang N$ Bagian Tu*u Ru!u# Rg"#i "2 1 entang tangan C.>/ G T K ?.>/ C.>@ " ;engan C.AB G ; K @".>? C.@ ;engan bawah 1.A G ;5 K BA.> C.// / ymphisis kaki C.@A G 4 K B>.@" C.?> ? Dagu (erteG C./@G D+ K 1/.C C..C" > 3la(icula ".1? G 3 K 1"/.?A C."B
K. F$"!u+a In,ia
9aktor perkalian untuk menentukan tinggi badan pada orang dibeberapa negara bagian India oleh beberapa peneliti India Ta*+ 2.1% F$"!u+a P"ka+ian Pnn/uan Tinggi Ba,an ,i In,ia Mu+/ip+i8a/i$n ;a8/$" /$ g/ / #/a/u" F$" Bnga+<*ina" an, F$" U.P Na/ F$" Pun5a*i O"i##a< Pan 6102%7 610317 Si,,i=ui> B$n# Sa 610%%7 Ma+ F!a+ Ma+ F!a+ F!u" .A" .A .B .> /./@ /./> /./A /." Ti*ia Fi*u+a /./> /./ /./A /./ ?.1 ?.1 ?. ?.C Hu!"u# >.BA >.B >.@ >. Ra,iu# U+na >.C >.C >. >.C
36
BAB III KESIMPULAN
1. Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu
kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam istilah lain, ilmu kedokteraan forensik juga dikenal dengan nama legal medicine 2. Identifikasi adalah salah satu usaha untuk mengetahui identitas seseorang
melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal. Identifikasi mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan forensik maupun nonforensik. 3. !paya identifikasi pada tulang belulang bertujuan membuktikan bahwa
kerangka tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan rekontruksi wajah orang tersebut. Dicari pula tanda kekerasan pada
37
tulang. Perkiraan saat kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang. %. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan
membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, (isual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik,gigi, serologik dan secara eksklusi, identifikasi kerangka dan potongan tubuh manusia. #khir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi D#. ?. Penentuan jenis kelamin dapat dilihat berdasarkan tulang panggul, tengkorak, tulang dada serta tulang panjang, sedangkan untuk penentuan umur dapat dilakukan dengan metode fisika, serologi dan kimia.
DAFTAR PUSTAKA
1. 5udiyanto #., : /B-1C@. >. 7linka 2., #rtaria ).D., 4oesbardiati T. )etode Pengukuran )anusia. #irlangga !ni(ersity Press. urabaya. "CCA: 1->>.
38
B. 4rogman <.)., Iscan ).L. 'steometry. In: The $uman keleton In 9orensic )edicine. 3harkes 3. Thomas Publisher. Illionis. 1@A>: ?1A-?". A. IshaH ). D+I '(er(iew: ecent De(elopment in Indonesia. Dalam Disaster +ictim Identification BA. 11. 3urran <.2., )c7arry #.;. Petty 3. Identification Procedures in Death I(estigation. In: )odern ;egal )edicine, Psychiatry, and 9orensic cience. 9.#. Da(is 3ompany. Philadelphia. 1@AC: 1"C>-1""C. 1". Parikh 3.4. )edicolegal #utopsy. In: )ediculegal Postmortem In India. )edical Publications. 5ombay. 1@A?: 1-1B. 1. nell .. #natomi 4linik !ntuk )ahasiswa 4edokteran. 5agian ". 8disi #lih 5ahasa #dji Dharma, )ulyani. 873. 2akarta. 1@@A: 11-"BC. 1/. )cminn .).$., $utchings .T., Pegington 2., et all. # 3olour #tlas of $uman #natomy. Third 8dition. . 5yers .. 5asics of $uman 'steology and 'dontology. In: Introduction to 9orensic #nthropology. Third 8distion. 5oston. "CCA: "A-?@. 1B. Iscan. ).L., 4ennedy 4.#.. keletal )arkers of 'ccupational tress. In: econtruction of ;ife from The keleton. #lan . ;iss, Inc. ew Lork. 1@A@: 1"@-1>C. 1A. 8l ajjar ).L., )c
39