ELEMEN-ELEMEN PEMBENTUK KOTA
IDENTIFIKASI ELEMEN-ELEMEN PEMBENTUK KOTA YANG TERDAPAT PADA PASAR OEBA
STUDI KASUS : PASAR TRADISIONAL OEBA
OLEH:
MARIA K. ANOK, MARLEYLA T. T. DENDO, MERCYA V. JACOB, ZANNURAIN
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2012
ABSTRAK
Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya kegiatan ekonomi yang
melibatkan pelaku kegiatan ekonomi yang cukup banyak dan beragam. Pasar
Oeba merupakan salah satu pasar tradisional terbesar nomor dua di kota
kupang setelah pasar INPRES. Untuk menciptakan pasar yang tertata rapi
diperlukan elemen-elemen pembentuk kota. Elemen pembentuk kota antara lain
tata guna lahan, bentuk dan massa bangunan, sirkulasi dan perparkiran,
ruang terbuka, pedestrian, perpapanan, pendukung kegiatan, dan preservasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari 8 fungsi
elemen tersebut yang tidak difungsinya secara baik dalam aktifitas di pasar
Oeba sehingga perlu adanya identifikasi masalah. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif dengan menggunakan metode observasi non partisipan.
Penelitian dilakukan di lokasi pasar Tradisional Oeba dan sekitarnya,
Kelurahan Oeba Kecamatan Kota Lama Kota Kupang. Hasil observasi menunjukkan
bahwa keadaan fisik pasar Oeba masih jauh dari kebersihan, penataan
sirkulasi dan massa bangunan yang tidak teratur dan sebagainya. Oleh karena
itu disarankan untuk lebih meningkatkan vitalitas pasar Oeba perlu
dilakukan rehabilitasi dan adanya perda yang dapat melindungi sarana dan
prasarana yang ada dalam pasar Oeba.
Kata Kunci : Pasar, Elemen-elemen Pembentuk Kota, Pasar Oeba
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya kegiatan ekonomi yang
melibatkan pelaku kegiatan ekonomi yang cukup banyak dan beragam. Selain
itu, keberadaan pasar juga merupakan salah satu bagian pembentuk kota yang
sangat penting keberadaanya.
Sama halnya seperti sebuah kota yang tidak terlepas dari elemen-elemen
pembentuknya, adanya sebuah pasar pun juga erat kaitannya elemen-elemen
pembentuk pasar itu sendiri. Misalnya land use, sirkulasi, perparkiran,
massa bangunan, aktifitas pendukung, dll.
Pasar Oeba merupakan salah satu pasar tradisional terbesar nomor dua di
kota kupang setelah pasar INPRES. Hingga kini pasar ini tidak hanya
menjadi tempat transaksi jual beli barang ataupun jasa melainkan terus
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman dimana pasar oeba sudah menjadi
tempat permukiman masyarakat, dan sebagainya.
Keberadaan pemukiman pada pasar Oeba merupakan efek dari semakin
tingginya tingkat pertumbuhan di dalam pasar itu sendiri. Tingginya
tingkat pertumbuhan masyarakat menjadikan kebutuhan pun semakin meningkat
dimana fasilitas – fasilitas yang sudah ada tidak lagi cukup bagi
masyarakat sekitar pasar Oeba. Beberapa upaya pemerintah untuk menertibkan
keadaan didalam pasar telah dilakukan baik secara kekeluargaan maupun
secara administratif seperti pendataan jumlah pedagang dan jenis dagangan,
penertiban pedagang-pedagang diluar area pasar, selain itu dilakukan
perbaikan sarana dan prasarana fisik serta penyediaan fasilitas penunjang
lain.
Namun hal ini dianggap kurang berjalan dengan baik sehingga pada
kenyataannya para pedagang maupun konsumen tetap melakukan kebiasaan –
kebiasaan " baik " mereka sehingga fasilitas yang telah disediakan oleh
pemerintah tidak digunakan secara maksimal. Hal - hal inilah yang
menimbulkan masalah-masalah baru seperti , timbulnya bau-bau busuk yang
menyengat, kurangnya vegetasi alami pada area pasar dan buruknya sistem
drainase serta sirkulasi yang kurang memadai di dalam pasar tersebut yang
menyebabkan pasar dianggap sebagai kawasan yang kurang sehat dan kurang
bersih sehinggamasyarakat menjadi enggan untuk berbelanja ataupun melakukan
kegiatan lain di tempat tersebut.
Terkait dengan penjelasan diatas maka penulis melakukan penelitian
mengenai masalah –masalah yang ada didalam pasar Oeba untuk dikaji serta
melakukan konsep pengembangan pada pasar Oeba.
2. MASALAH
Apa saja elemen-elemen pembentuk kota yang ada di pasar Oeba?
3. TUJUAN
Mengidentifikasi elemen-elemen penbentuk kota yang ada di pasar Oeba
4. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian Deskriptif dengan metodologi Observasi non partisipan
dan Studi pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONDISI EXISTING PADA PASAR OEBA KELURAHAN FATUBESI
Pasar Oeba merupakan salah satu pasar tradisional terbesar nomor dua di
kota Kupang setelah pasar INPRES. Dengan batas-batas wilayahnya sebagai
berikut:
1. Batas wilayah
Sebelah utara berbatasan dengan laut kupang
Sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Jendral A. Yani / kel oeba
Sebelah timur berbatasan dengan kali mati kel. Pasir panjang
Sebelah barat berbatasan dengan kali mati kel. Tode kisar
2. Luas wilayah kelurahan fatubesi secara keseluruhan adalah 23,3 ha
(hektar)
3. Jumlah RT dan RW dalam kelurahan fatubesi
Jumlah RT sebanyak : 18 RT
Jumlah RW sebanyak : 4 RW
2. UNSUR – UNSUR PEMBENTUK KOTA
Menurut Hamid Shirvani (1985: 7-8) terdapat delapan elemen fisik
perancangan kota, yaitu: (1) Tata guna lahan (land use), (2) Bentuk dan
massa bangunan ( building form and massing ), (3) Sirkulasi dan perparkiran
(circulation and parking ), (4) Ruang terbuka (open space ), (5)
Pedestrian, (6) Perpapanan (signages ), (7) Pendukung kegiatan (activity
support), dan (8)Preservasi.
1. TATA GUNA LAHAN (LAND USE)
Tata Guna lahan merupakan kebijakan Pemerintah kota yang bersifat dua
dimensional (dalam bentuk peta) tapi berpengaruh pada rancangan tiga
dimensi (bangunan) di atas lahan tersebut.
Menurut Rencana Detail Tata Ruang BWK Kota Kupang tahun 2011 – 2031
letak pasar Oeba berada di kelurahan Fatubesi, kecamatan kota lama yang
termasuk dalam SPBWK I (Sub Pusat Bagian wilayah Kota).
Menurut Rencana Detail Tata Ruang BWK I, kelurahan Fatubesi merupakan
kawasan perdagangan, pelabuhan, dan permukiman penduduk padat.
Gambar. Peta BWK I kota Kupang
Tata guna lahan merupakan rancangan dua dimensi berupa denah peruntukan
lahan sebuah kota. Ruang – ruang tiga dimensi (bangunan) akan dibangun di
tempat – tempat sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Sebagai contoh, di dalam sebuah kawasan industri akan terdapat berbagai
macam bangunan industri atau di dalam kawasan perekonomian akan terdapat
berbagai macam pertokoan atau pula di dalam kawasan pemerintahan akan
memiliki bangunan perkantoran pemerintah.
Kebijaksaan tata guna lahan juga membentuk hubungan antara sirkulasi /
parkir dan kepadatan aktivitas / penggunaan individual.
Terdapat perbedaan kapasitas (beseran) dan pengaturan dalam penataan
ruang kota, termasuk di dalamnya adalah aspek pencapaian, parkir, system
transportasi yang ada, dan kebutuhan untuk penggunaan lahan secara
individual.
Pada prinsipnya, pengertian land use (tata guna lahan) adalah
pengaturan penggunaan lahan untuk menetukan pilihan yang terbaik, dalam
mengalokasikan fungsi tertentu, sehinnga dapat memberikan gambaran
keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatau kawasan tersebut seharusnya
berfungsi.
Kawasan pasar Oeba dan sekitarnya sesuai dengan perencanaan tata guna
lahan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Kota Kupang untuk kawasan
perdagangan, pelabuhan, dan permukiman penduduk padat. Hal ini dapat
dilihat dari ruang – ruang tiga dimensi yang dibangun pada lokasi, seperti
adanya:
1. Pasar
Terbagi atas 3 bagian, yaitu:
- Pasar Ikan dan daging
- Pasar sayuran Basah
- Pasar sayuran kering
2. Pertokoan dan Pertokoan Eceran (Grosir)
3. Pelabuhan
4. Permukiman Warga
Gambar. Peta pasar Oeba
5. Rumah Ibadah
Sarana ibadah didalam pasar oeba merupakan hasil dari perkembangan
fungsi pasar dimana pasar kini juga menjadi tempat permukiman masyarakat
setempat.Sarana ibadah merupakan fasilitas pelengkap pemuas kebutuhan
rohani dari masyarakat setempat yang menjadi faktor penting didalam suatu
permukiman/kota.Masjid dan Pura adalah salah satu contoh perencanaan sosial
( social planning ) yang mendukung pengembangan kegiatan keagamaan
masyarakat setempat.
Gambar. Masjid dan Pura didalam pasar Oeba
Dikarenakan posisi dari rumah ibadah yang terletak didalam pasar maka
banyak sekali faktor – faktor yang menganggu kenyamanan masyarakat dalam
menjalankan ibadah yaitu seperti kebisingan ,sirkulasi ( jalan ) yang
sempit menyebabkan kemacetan disekitar rumah ibadah dan lain –lain.Hal itu
perlu sangat diperhatikan oleh pemerintah serta masyarakat setempat demi
kenyamanan dan kekhusukan dalam beribadah.
Gambar. Letak rumah ibadah didalam kawasan pasar Oeba
6. Sekolah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh setiap
orang demi kelangsungan hidupnya. Maka dari pada itu di dalam kawasan pasar
Oeba ini di bangun sebuah Sekolah Dasar Negeri 3 Oeba, agar anak – anak yg
berada dalam linkungan kawasan ini bias melangsungkan pendidikanya dengan
baik. Namun di sekitar lingkungan ini terdapat tempat pemotongan hewan dan
juga sampah – sampah yang berserakan sehingga menciptakan bau yang kurang
enak yang dapat mengganggu aktifitas di sekolah tersebut.
Gambar. SDN 3 Oeba
7. Puskesmas ( Pusat Kesehatan Masyarakat )
Keberadaan Puskesmas ini didalam pasar Oeba sangat berperan penting
dalam membantu memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat sekitar
kawasan pasar Oeba.
Namun keberadaan Puskesmas sedikit kurang strategis karena letak
puskesmas ini yang terlalu dekat dengan pasar ikan yang dapat memberikan
aroma yang tidak enak. Hal ini sangat berpengaruh akan kenyamanan pasien
maupun petugas medis.
Gambar. Letak puskesmas dalam pasar
8. Bank
Bank menjadi salah satu elemen penting yang ada didalam kawasan pasar
Oeba yang sangat berperan dalam hal keuangan sehingga dapat membantu
perekonomian masyarakat sekitar kawasan pasar tersebut.
Gambar. Bank NTT cabang Oeba
9. Tempat Pemandian Umum
Tempat ini selain sebagai tempat pemandian masyarakat biasanya juga
digunkan sebagai tempat mencuci dan sebagai sumber air bersih untuk minum,
irigasi dan lain-lain.
Gambar. Sumber Air bersih di Oeba
10. Koperasi
Salah satu koperasi yang ada pada pasar ini adalah "koperasi Mina Raja
ikan" yang membantu para nelayan dalam hal penyediaan bahan bakar solar.
Gambar. Koperasi di Oeba
2. BENTUK DAN MASSA BANGUNAN ( BUILDING FORM AND MASSING )
Bentuk dan massa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh
ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan bentuk maupun konfigurasi
dari massa bangunannya, akan tetapi ditentukan juga oleh besaran selubung
bangunan (building envelope), BCR (KDB) dan FAR (KLB), ketinggian bangunan,
sempadan bangunan, ragam arsitektur, skala, material, warna dan sebagainya.
Spreiregen (1965, dalam Shirvani, 1985: 23) menyebutkan tiga isu utama
yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan perkotaan, yaitu:
(1) "skala" yang berkaitan dengan ketinggian pandang manusia, sirkulasi,
bangunan -bangunan berdekatan, dan ukuran lingkungan;
(2) "ruang kota" berkaitan dengan bentuk-bentuk bangunan, skala dan
suasana
Penutupan ruang antar bangunan, dan macam ruang kota;
(3) "massa perkotaan" meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah, obyek-
Obyek dalam ruang yang dapat membentuk ruang kota dan membentuk pola
Kegiatan, dalam skala besar atau kecil.
Pada kawasan pasar Oeba bentuk dan massa bangunannya terbentuk melalui:
3. SIRKULASI DAN PERPARKIRAN (CIRCULATION AND PARKING )
Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran
mendasar, antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota,
fasilitas pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor yang semakin
meningkat. Diperlukan suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait
dengan aspek-aspek tersebut.
Di sebagian besar negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan
penggunaan moda transportasi umum (mass transport) dan mengurangi
penggunaan kendaraan pribadi. Selain penghematan BBM, langkah ini akan
membantu pengurangan pencemaran udara kota berupa partikel beracun (CO2
misalnya) maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas lainnya. Kebijakan ini
mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju kondisi minimalisir
transportasi (zero transportation).
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan
tempat untuk berhenti (parkir). Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama
di pusat-pusat kegiatan kota atau Central Bussiness District (CBD).
Orientasi merupakan pengatur atau pengarah sesuatu agar menjadi lebih
tertib ataupun terkendali .Dalam hal perancangan kota yang dimaksud dengan
orientasi dapat berupa orientasi jalan maupun orientasi bangunan.Didalam
pasar oeba tidak terdapat orientasi jalan yang dapat mengatur alur
sirkulasi kendaraan agar lebih tertib dan terkendali.selain itu juga tidak
terdapat orientasi arah keluar masuk kendaraan
Semua jalan tidak memiliki batasan dan aturan yang jelas sehingga
sering terjadi crossing sirkulasi didalam pasar yang sangat menganggu
kenyamanan beraktifitas.
Pintu masuk-keluar
Sirkulasi kendaraan yang tidak jelas di dalam area pasar
Mengenai lahan parkir yang tersedia tidak dimaksimalkan melainkan
pinggiran dan sudut – sudut jalan yang menjadi alternative parkiran.hal
tersebut menyebabkan sering terjadinya kemacetan pada jalan – jalan yang
ada didalam pasar.
Parkiran di pinggiran jalan
4. RUANG TERBUKA (OPEN SPACE )
a. Pengertian
Ruang terbuka selalu berhubungan dengan lansekap. Lansekap terdiri dari
elemen keras dan elemen lunak. Ruang terbuka biasanya berupa lapangan,
jalan, sempadan, sungai, taman, makam, dan sebagainya.
Dalam perencanaan ruang terbuka akan senantiasa terkait dengan perabot
taman/ jalan (street funiture). Perabot jalan ini berupa lampu, tempat
sampah, papan nama, bangku taman dan sebagainya.
Menurut Kant, "ruang bukanlah sesuatu yang objektif sebagai hasil
pemikiran dan perasaan manusia". Sedangkan menurut Plato, " ruang adalah
suatu kerangka atau wadah diman objek dan kejadian tertentu berada".
Sedangkan kata terbuka sendiri bararti tidak mempunayi penutup, sehingga
bisa terjadi intervensi sesuatu dari luar terhadapnya, seperti air hujan
dan terik matahari.dengan demikian ruang terbuka merupakan suatu wadah yang
menampung aktivitas manusia dalam suatu lingkungan yang tidak mempunyai
penutup dalam bentuk fisik.
b. Fungsi dan peranan ruang terbuka
Fungsi Umum
- tempat bermain dan berolah raga
- tempat bersantai
- tempat komunikasi sosial
- tempat peralihan, tempat menunggu
- sebagai ruang terbuka untuk mendapatkan udara segar dengan lingkungan
- sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat yang lain
- sebagai pembatas atau jarak antara massa bangunan.
Fungsi ekologis
- penyagar udara
- penyerap air hujan
- pengendalian banjir
- memelihara ekosistem tertentu
- membuat arsitektur bangunan.
Ruang terbuka yang ada pada kawasan pasar Oeba hampir seluruhnya berada di
kawasan dermaga dan sekitarnya.
5. PEDESTRIAN
Pedestrian berasal dari bahasa yunani pedos yang berarti kaki (Oxford
Advance Learner's Dictionary Of Current English, A.S Hornby (1998)). Dalam
bahasa inggris, sebagai kata benda, pedestrian berarti "orang yang berjalan
kaki" (Kamus Inggris-Indonesia John dan Hasan, 1982). Fungsi dari jalur
pedestrian ini sangat pentingbagi pejalan kaki serta jalur pedestrian ini
merupakan salah satu elemen yang berpengaruh di dalam perencanaan tata
ruang kota.
Carr (1992; 20), menyebutkan bahwa jalur pedestrian (pedestrian
sidewalks) adalah bagian dari kota orang bergerak dengan kaki, biasanya
sepanjang sisi jalan baik yang direncanakan ataupun terbentuk dengan
sendirinya, yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya.
Menurt Rubenstein (dalam Yuliza, 2002), tujuan adanya jalur pedestrian
adalah kesejahteraan, keamanan, kemudahan, kanyamanan dan keindahan.
Prinsip struktur jalur pedestrian adalah dapat memberikan prioritas utama
pengembangan area pejalan kaki dalam melakukan aktivitas dan melindungi
dari gangguan kendaraan. Rubenstein lebih lanjut mengatakan bahwa hal utama
yang diperhatikan dalam pengembangan sirkulasi pejalan kaki adalah rasa
aman, kenyamanan dan estetika.
Menurut untermann (dalam Maudon, 1987; 123) merinci tipe jalur pedestrian
sebagai berikut:
1. Jalur pedestrian dalam bangunan.
2. Jalur pedestrian di luar bangunan.
a. Menurut fungsinya: trotoar (sidewalks), jalan setapak (footpath),
penyeberangan, mall dan plaza, gang (alleyways, pathways).
b. Menurut bentuknya: salasar (arcade), gallery, jalur pedestrian terbuka.
Menurut Shirvani (1985; 32), perancangan dan pemrograman jalur pedestrian
meliputi:
1. Aktivitas pendukung, seperti hiburan, penjualan makanan, ruang-ruang
pertemuan, yang kesemuanya akan menghidupkannya;
2. Kenyamanan berjalan sepanjang jalur pedestrian yang menari orang untuk
mau melaluinya.
3. Elemen jalur pedestrian, seperti pagar, tanaman, penerangan dan
sebagainya.
Sistem pedestrian yang baik adalah:
- Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor di dalam areal kota
- Meningkatkan kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang
manusiawi,
- Lebih mengekspresikan aktifitas pkl dan mampu menyajikan kualitas udara
di kawasan tersebut.
Dari hasil survey di lapangan, pasar oeba hampir tidak memiliki
pedestrian yang layak. Pedestrian yang ada sudah menurun kualitasnya. Hal
ini dapat dilihat dari:
1. Semua jalur yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki dilalui
kendaraan bermotor. Hal ini membuat sirkulasi dalam pasar oeba menjadi
tidak lancar, kurang teratur, kurang nyaman, kurang aman dan suasana di
dalam pasar oeba menjadi tidak enak dipandang.
Pedestrian dipakai sebagai jalur kendaraan
Solusinya:
a. Menyediakan area parkir yang dapat menampung semua kendaraan yang
datang, agar tidak terjadi penyalagunaan fasilitas.
b. Membuat perda yang jelas dan tegas tentang penggunaan pedestrian.
2. Kondisi pedestrian yang sudah rusak (belubang selalu digenangi air).
a. B.
C.
a. Pedagang ikan berjualan di tempat pedagang sayur dan rempah, membuat
kondisi pedestrian berbecek.
b. Saluran drainase yang sudah tersumbat karena tidak perna dirawat.
c. Kondisi fisik pedestrian yang sudah rusak.
Solusinya:
a. Merehabilitasi kembali kondisi pedestrian yang sudah rusak.
b. Menertibkan para pedagang ke tempat dimana seharusnya mereka berdagang.
6. PERPAPANAN (SIGNAGES )
Perpapanan digunakan untuk petunjuk jalan, arah ke suatu kawasan
tertentu di jalan kawasan kota.
Menurut Sims (1991; 30),masalh menemukan arah bagi seseorang dapat
dipecahkan dengan menempatkan tanda-tanda/penanda yang bertujuan untuk
menyampaikan informasi kepada orang lewat, pejalan kaki maupun pengendara.
Tujuan adanya tanda-tanda (elemen street furniture) di ruang jalan
menurut Sims (1991;80) dapat dikategorikan menjadi:
1. Orientasional, adalah tanda-tanda yang diletakkan di suatu lingkungan
bisa berupa peta, petunjuk tempat di beberapa lokasi penting;
2. Imformasional, adalah semua informasi dalam bentuk tulisan yang
memberitahukan jam buka-tutup, barang-barang dagangan, kegiatan yang
akan berlangsung;
3. Direksional, adalah tanda-tanda mengarahkan seperti rambu pengarah lalu
lintas;
4. Identifikasional, adalah tanda-tanda yang mengimformasikan sebuah
tempat tertentu;
5. Regulatorial, yang termasuk dalam kategori ini adalah tanda-tanda yang
menyebutkan peraturan, dan menjaga orang-ornag dari bahay seperti tanda
bahaya kimia, peringatan hukum, rambu lalu lintas;
6. Ornamental, adalah tanda-tanda yang menambah keindahan pada lingkngan
tertentu seperti banner, umbul-umbul, dan pagar.
Dari segi perancangan kota, papan/nama/reklame/informasi perlu diatur
agar terjalin kecocokan lingkungan, pengurangan dampak visual negatif,
mengurangi kebingungan dan kompetisi antara papan informasi publik dan
papan reklame. Papan nama/reklame yang dirancang baik akan menambah
kualitas tampilan bangunan dan memberi kejelasan informasi usaha.
Perpapanan yang ditata cukup rapi
Perpapanan yang tidak ditata rapi
7. PENDUKUNG KEGIATAN (ACTIVITY SUPPORT)
Menurut Shirvani (1985) activity support adalah segala aktivitas yang
memperkuat keberadaan suatu kawasan atau area publik. Bentuk, lokasi dan
karakter dari sebuah area akan menarik tumbuhnya aktivitas dan fungsi
tertentu dan aktivitas itu akan tumbuh di tempat – tempat yang cenderung
akan memberikan keuntungan. Kenyataan yang menunjukkan ruang publik banyak
dipadati dan dimanfaatkan oleh masyarakat menunjukkan tanda sebuah kota
atau bagian kota yang sehatdan hidup (Darmawan, 2003).
Pada pasar oeba terdapat beberapa activity support seperti kios,
warung, ruko, gedung pasar, tempat ibadah, dan lain-lain.kualitas visual
pada pasar sangat dipengaruhi oleh dominasi, kemajemukan, kontinuitas,
kepaduan, unity, sequens, keunikan dan keindahan yang ada didalam pasar itu
sendiri. Oleh karena itu sangat penting bagi perancang untuk betul – betul
memperhatikan aspek ini didalam suatu perancangan mikro maupun makro pada
suatu kawasan.
Menurut Krier (2001) aktivitas pada sebuah kota akan muncul pada area –
area public dan jalan. Jalan merupakan penghubung antar bagian dalam
sebuah kota memiliki potensi untuk memunculkan fungsi dan aktivitas lain.
Aktivitas komersil tersebut menjadi generator yang dapat menghidupkan ruang
publik. Adapun fungsi utama activity support adalah menghubungkan dua atau
lebih pusat – pusat kegiatan umum dan menggerakkan fungsi kegiatan utama
kota menjadi lebih hidup, menerus dan ramai. Tujuannya adalah untuk
menciptakan kehidupan kota yang sempurna/ lebih baik yang dengan mudah
mengakomodasikan kebutuhan atau barang keperluan sehari – hari kepada
masyarakat kota, disamping memberikan pengalaman – pengalaman yang
memperkaya pemakai (urban experience) dan memberikan peluang bagi tumbuh
berkembangnya budaya urban melalui lingkungan binaan yang baik dan bersifat
mendidik (Anastasia Carolina, 2007).
Bentuk activity support menurut Anastasia Carolina (2007) yaitu:
Ruang terbuka, bentuk fisiknya dapat berupa taman rekreasi, taman kota,
plaza , taman budaya, kawasan pedagang kaki lima, jalur pedestrian,
kumpulan pedagang makanan kecil, penjual barang – barang seni/ antik
atau merupakan kelompok hiburan tradisional / lokal.
Bangunan diperuntukkan bagi kepentingan umum. Ruang tertutup adalah
kelompok pertokoan eceran (grosir), pusat pemerintahan,pusat jasa dan
kantor, department store, perpustakaan umum, dan sebagainya.
Pendukung kegiatan dalam kawasan pasar oeba meliputi:
Bangunan diperuntukkan bagi kepentingan umum. Ruang tertutup adalah
kelompok pertokoan eceran (grosir), pusat pemerintahan,pusat jasa dan
kantor, department store, perpustakaan umum, dsb.
Gambar.activity support pasar oeba
Berdasarkan survey dilapangan, pasar oeba setidaknya sudah memiliki
elemen – elemen activity support baik berupa bangunan – bangunan komersial
maupun bangunan – bangunan public lainnya. Namun hanya saja bangunan –
bangunan tersebut kurang tertata dengan rapi dan juga kurang dimaksimalkan
oleh masyarakat setempat.
Contohnya gedung utama pasar yang seharusnya menjadi tempat menjual
malahan menjadi tempat beristirahat dll. Hal itu dikarenakan seluruh
penjual lebih memilih berjualan di pinggir jalan dari pada di dalam gedung
itu sendiri.
8. PRESERVASI
Preservasi atau yang biasa disebut perubahan kecil merupakan upaya
memelihara dan melestarikan monumen, bangunan atau lingkungan pada
kondisinya yang ada dan mencagah terjadinya proses kerusakan.
Preservasi atau perlindungan tidak hanya diberlakukan untuk bangunan
bersejarah, tapi juga untuk bangunan dan tempat yang dianggap perlu
dilestarikan. Preservasi biasanya juga mempertimbangkan faktor ekonomis dan
kultural.
Manfaat dari adanya preservasi antara lain:
1. Peningkatan nilai lahan.
2. Peningkatan nilai lingkungan.
3. Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial.
4. Menjaga identitas kawasan perkotaan.
5. Peningkatan pendapat dari pajak dan retribusi.
Preservasi yang perlu dilakukan pada pasar oeba meliputi:
1. Bangunan utama
Bangunan-bangunan utama pasar merupakan bangunan yang sudah disediakan
oleh pemerintah bagi pedagang-pedagang sebagai tempat untuk menjual barang
dagangannya.bangunan tersebut masih terlihat kokoh dan kuat namun kurangnya
perawatan yang membuat unsur estetikanya sudah mulai hilang.hal itu dilihat
dari dinding yang mulai berjamur, pengelupasan cat-cat dan kotoran-kotoran
yang ada didinding maupun dilantai.
Gambar. Gedung utama pasar oeba
2. Bangunan komersial pendukung
Bangunan komersial pendukung dapat berupa ruko, kios, toko, pedagang
kaki lima dan lain-lain. Bangunan – bangunan ini tidak memiliki suatu
keseragaman dan keseimbangan bentuk sehingga bisa dikatakan tidak memiliki
keindahan visualnya., masih banyak kios yang tidak mementingkan bentuk dan
tampilan dari bangunannya itu tapi hanya menuntut kebutuhan fungsionalnya
saja.
Gambar. Kios
3. Rumah masyarakat/pedagang
Rumah dari masyarakat atau pedagang yang berada di dalam pasar oeba
hampir semuanya tergolong ke dalam klasifikasi rumah yang kumuh dan tidak
sehat. Hal itu dilihat dari struktur bangunan yang tidak mendukung, serta
kebersihan yang sangat kurang.
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Elemen-elemen pembentuk kota yang ada di pasar Oeba sudah tidak
berfungsi sebagai mana mestinya.
3.2 SARAN
1. Perlu adanya rehabilitasi terhadap elemen-elemen pembentuk kota yang ada
di pasar Oeba.
2. Perlu adanya PERDA yang dapat melindungi elemen-elemen pembentuk kota
yang ada di pasar Oeba.
3. Perlu adanya kesadaran dari masyarakat yang menggunakan sarana dan
prasarana yang ada di pasar Oeba.
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo,Eko, dkk. 1999. Kota Berkelanjutan. Bandung: Alumni.
Carolina, Anastasia. 2007. Pengaruh Keberagaman Activity Support Terhadap
Terbentuknya Image Koridor (Pratesis). Semarang: UNDIP.
Catanese, J Anthony, Snyder, C James. 1988. Perencanaan Kota. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Darmawan, Edy. 2003. Teori dan Implementasi Perancangan Kota. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Krier, Rob. 2001. Komposisi Arsitektur. Jakarta: Erlangga.
Mirsa, Rinaldi. 2012.Elemen Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mulyandari, Hestin. 2011.Pengantar Arsitektur Kota. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Salim, Emil. 1999.Kota Berkelanjutan. Bandung: Alumni.
Shirvani, Hamid. 1985.The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold,
New York: hal. 5-48 (Chapter 2 "Elements of Urban Physical Form").
-----------------------
kaw. perdagangan dan jasa
per. kepadatan tinggi
sempadan pantai
PASAR IKAN
PASAR SAYURAN BASAH
PASAR SAYURAN KERING
PERTOKOAN ECERAN (GROSIR)
SEBAGIAN PERMUKIMAN WARGA
Permukiman masyarakat
Permukiman masyarakat
Permukiman mmmasyarakat
Pura
Masjid
BENTUK DAN MASSA BANGUNAN
PAPAN NAMA BANK NTT
PAPAN REKLAME