Sapardi Djoko Damono PENGANTAR
Sajak-sajak dalam buku ini saya pilih dari sekian ratus sajak yang saya hasilkan selama 30 tahun, antara 1964 sampai dengan 1994. Sajak saya pertama kali dimuat diruangan kebudayaan sebuah tabloid di Semarang pada tahun 195, se!aktu saya masih menjadi murid S"#$ namun, ini tidak berarti bah!a ratusan sajak yang ditulis selama 195-1964 tidak saya pertimbangkan untuk buku ini. Sajak-sajak itu untuk dikumpulkan di buku lain, yang suasananya % atau entah apanya % agak berbeda dari buku ini. &ni berarti bah!a ada juga sesuatu juga sesuatu yang yang mengikat sajak-sajak ini menjadi satu buku. Saya sendiri tidak tahu apakah selama 30 tahun itu ada perubahan stilistik atau tematik dalam puisi saya. Seorang penyair belajar dari banyak pihak' keluarga, penyair lain, kritikus, teman, pemba(a, tetangga, masyarakat luas , koran, tele)isi, dan sebagainya. *ada dasarnya, penyair memang tidak suka diganggu, namun sebenarnya ia suka juga, mungkin se(ara sembunyi-sembunyi, nguping pendapat pendapat pemba(a. &tulah merupakan tanda bah!a puisi yang ditulis benar-benar ada. ada. Sebagian besar sajak dalam buku ini pernah terbit dalam beberapa kumpulan sajak pernah dimuat di koran dan majalah, satu-dua sajak belum pernah dipublikasikan. +ampir dua tahun lamanya saya mempertimbangkan penerbitan buku ini, bukan karena sajak-sajak saya ber(e(eran dan sulit dila(ak, tetapi karena saya suka meragukan keuntungan yang mungkin bisa didapat oleh pemba(a maupun penerbit buku ini. #lam hal ini yang terakhir itu sudah selayaknya saya mengu(apkan terima kasih kepada Sdr. *amusuk neste dari *enerbit * rasindo yang tidak jemu-jemunya meyakinkan saya akan perlunya menerbitkan sepilihan sajak ini. erima kasih tentu saja saya sampaikan juga kepada siapa pun yang telah memberi dan merupakan ilham bagi sajaksajak ini$ tentang apa lagi puisi kalau tidak tentang mereka, manusia.
/akarta, /uni 1994 Sapardi joko amono
PADA SUATU MALAM +al.12
ia pun berjalan ke barat. selamat malam, solo, katanya sambil menunduk. seperti didengarnya sendiri suara sepatunya satu persatu. barangkali lampu-lampu masih menyala buatku, pikirnya. kemudian sambil menarik naas panjang. ia sendiri saja, sahut-menyahut dengan malam, sedang dibayangkannya sebuah kapal di tengah lautan yang memberontak terhadap kesunyian. sunyi adalah minuman keras. beberapa orang memba!a perempuan, beberapa orang bergerombol, dan satu-dua orang menyindir diri sendiri$ kadang memang tak ada lelu(on lain. barangkali sejuta mata itu memandang ke arahku, pikirnya$ ia pun berjalan ke barat, merapat ke masa lampau. selamat malam, gereja. hei, kaukah anak ke(il yang dahulu menangis di depan pintuku itu ia ingat ka!an-ka!annya pada suatu hari natal dalam gereja itu, dengan pakaian serba baru, bernyanyi$ dan ia di luar pintu. ia pernah ingin sekali bertemu esus, tapi ayahnya bilang esus itu anak jadah. ia tak pernah tahu apakah ia pernah sungguh-sungguh men(intai ayahnya. +al.2 barangkali malam ini esus men(ariku, pikirnya. tapi ia belum pernah berjanji kepada siapa pun untuk menemui atau ditemui$ ia ben(i kepada setiap keper(ayaan yang dipermainkan. ia berjalan sendiri di antara orang ramai. seperti didengarnya seorang anak berdoa$ ia tak pernah diajar doa ia pun suatu saat ingin meloloskan dirinya ke dalam doa, tetapi tak pernah mengetahui a!al dan akhir sebuah doa$ ia tak pernah tahu kenapa, barangkali seluruh hidupku adalah sebuah dosa yang panjang, katanya sendiri$ ia merasa seperti tentram dengan ja!abannya sendiri' hidup adalah doa yang panjang.
pagi tadi ia bertemu seseorang, ia sudah lupa namanya, lupa !ajahnya' berdoa sambil berjalan... ia ingin berdoa malam ini, tapi tak bisa mengakhiri, tak bisa menemukan kata penghabisan. ia selalu merasa sakit dan malu setiap kali berpikir tentang dosa$ ia selalu akan pingsan kalau berpikir tentang mati dan hidup abadi. barangkali tuhan seperti kepala sekolah, pikirnya ketika dulu dia masih di sekolah rendah. 7arangkali tuhan akan mengeluarkan dan menghukum murid yang nakal, membiarkannya bergelandangan dimakan iblis. barangkali tuhan sedang menga!asi aku dengan (uriga pikirnya malam ini, menga!asi seorang yang selalu gagal berdoa. apakah ia juga pernah berdoa, tanyanya ketika berpapasan dengan seorang perempuan. perempuan itu setangkai bunga$ apakah ia juga pernah bertemu esus, atau barangkali pernah juga dikeluarkan dari sekolahnya dulu.
+al.32 selamat malam, langit, apa kabar selama ini barangkali bintang-bintang masih berkedip buatku, pikirnya ia pernah memben(i langit dahulu, ketika musim kapal terbang seperti burung menukik' dan kemudian ledakan-ledakan saat itu pulalah terdengar olehnya ibunya berdoa dan terba!a pula namanya sendiri 2 kadang ia ingin ke langit, kadang ia ingin mengembara saja ke tanah-tanah yang jauh$ pada suatu saat yang dingin ia ingin lekas ka!in, membangun tempat tinggal. ia pernah merasa seperti si pandir menghadapi angka-angka ... ia pun tak berani memandang dirinya sendiri ketika pada akhirnya tak ditemukannya kun(inya pada suatu saat seorang gadis adalah bunga, tetapi di lain saat menjelma sejumlah angka yang sulit. ah, ia tak berani berkhayal tentang biara. ia takut membayangkan dirinya sendiri. ia pun ingin lolos dari lampu-lampu dan suara-suara malam hari, dan melepaskan genggamannya dari kenyataan$ tetapi disaksikannya' berjuta orang sedang berdoa, para pengungsi yang bergerak ke kerajaan tuhan,
orang-orang sakit, orang-orang penjara, dan barisan panjang orang gila. ia terkejut dan berhenti, lon(eng kota bergun(ang seperti sedia kala rekaman senandung duka nestapa. seorang perempuan tua terta!a ngeri di depannya, mena!arkan sesuatu. ia menolaknya. ia tak tahu kenapa mesti menolaknya. barangkali karena !ajah perempuan itu mengingatkannya kepada sebuah selokan, penuh dengan (a(ing$ barangkali karena mulut perempuan itu menyerupai penyakit lepra$ barangkali karena matanya seperti gula-gula yang dikerumuni beratus semut. dan ia telah menolaknya, ia bersyukur untuk itu. kepada siapa gerangan tuhan berpihak, gerutunya.
+al. 42 ia menyaksikan orang-orang berjalan, seperti dirinya, sendiri$ atau memba!a perempuan, atau bergerombol, !ajah-!ajah yang belum ia kenal dan sudah ia kenal, !ajah-!ajah yang ia lupakan dan ia ingat sepanjang 8aman, !ajah-!ajah yang ia (inta dan ia kutuk, semua sama saja. barangkali mereka mengangguk padaku, pikirnya$ barangkali mereka melambaikan tangan padaku setelah lama berpisah atau setelah terlampau sering bertemu. ia berjalan ke barat. selamat malam. ia mengangguk, entah kepada siapa$ barangkali kepada dirinya sendiri. barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. ia merasa tuhan sedang memandangnya dengan (uriga$ ia pun bergegas. barangkali hidup adalah doa yang... barangkali sunyi adalah... barangkali tuhan sedang menyaksikannya berjalan ke arah barat. 1964
TENTANG SEORANG PENJAGA KUBUR YANG MATI +al.52
bumi tak pernah membeda-bedakan. seperti ibu yang baik, diterimanya kembali anak-anaknya yang terku(il dan membusuk, seperti halnya bangkai binatang$ pada suatu hari seorang raja, atau jenderal, atau pedagang, atau klerek - sama saja$
dan kalau hari ini si penjaga kubur, tak ada bedanya. ia seorang tua yang rajin membersihkan rumputan, menyapu nisan, mengumpulkan bangkai bunga dan daunan$ dan bumi pun akan menerimanya seperti ia telah menerima seorang laknat, atau pendeta, atau seorang yang a(uh tak a(uh kepada bumi, dirinya.
toh akhirnya semua membusuk dan lenyap. yang mati tanpa genderang, si penjaga kubur ini, pernah berpikir' apakah balasan bagi jasaku kepada bumi yang telah kupelihara dengan baik$ barangkali sebuah sorga atau ampunan bagi dusta-dusta masa mudanya. tapi sorga belum pernah terkubur dalam tanah.
dan bumi tak pernah menbeda-bedakan, tak pernah men(inta atau memben(i$ bumi adalah pelukan yang dingin, tak pernah menolak atau menanti, tak akan pernah membuat janji dengan langit.
lelaki tua yang rajin itu mati hari ini$ sayang bah!a ia tak bisa menjaga kuburnya sendiri.
1964
SAAT SEBELUM BERANGKAT +al.62
mengapa kita masih juga ber(akap hari hampir gelap menyekap beribu kata di antara karangan bunga di ruang semakin maya, dunia purnama
sampai tak ada yang sempat bertanya mengapa musim tiba-tiba reda kita di mana. aktu seorang bertahan di sini di luar para pengiring jena8ah menanti. 196 BERJALAN DI BELAKANG JENAZAH +al.2
berjalan di belakang jena8ah angin pun reda jam mengerdip tak terduga betapa lekas siang menepi, melapangkan jalan dunia di samping' pohon demi pohon menundukkan kepala di atas' matahari kita, matahari itu juga jam mengambang diantaranya tak terduga begitu kosong !aktu menghirupnya 1962 SEHABIS MENGANTAR JENAZAH +al. :2
masih adakah bayang akan kautanyakan tentang hal itu +ujan pun sudah selesai se!aktu tertimbun sebuah dunia yang tak habisnya ber(akap di ba!ah bunga-bunga menua, matahari yang senja pulanglah dengan payung di tangan, tertutup anak-anak kembali bermain di jalanan basah seperti dalam mimpi kuda-kuda meringkik di bukit-bukit jauh barangkali kita tak perlu tua dalam tanda tanya masih adakah #langkah angkuhnya langit alangkah angkuhnya pintu yang akan menerima kita seluruhnya, seluruhnya ke(uali kenangan pada sebuah gua yang akan menjadi sepi tiba-tiba 196 LANSKAP +al.92
sepasang burung, jalur-jalur ka!at, langit semakin tua !aktu hari hampir lengkap, menunggu senja putih, kita putih memandangnya setia sampai habis semua senja
196 HUJAN TURUN SEPANJANG JALAN +al. 102
hujan turun sepanjang jalan hujan rinai !aktu musim berdesik-desik pelan kembali bernama sunyi kita pandang' pohon-pohon di luar basah kembali tak ada yang menolaknya. kita pun mengerti, tiba-tiba atas pesan yang rahasia tatkala angin basah tak ada bermuat debu tatkala tak ada yang merasa diburu-buru 196
KITA SAKSIKAN +al.112
kita saksikan burung-burung lintas di udara kita saksikan a!an-a!an ke(il di langit utara !aktu (ua(a pun senyap seketika sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya di antara hari buruk dan dunia maya kita pun kembali mengenalnya kumandang kekal, per(akapan tanpa kata-kata saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia.
196
DALAM SAKIT +al.12
!aktu lon(eng berbunyi per(akapan merendah, kita kembali menanti-nanti kau berbisik' siapa lagi akan tiba siapa lagi menjemputmu berangkat berduka di ruangan ini kita gaib dalam gema. i luar malam hari mengendap, kekal dalam rahasia kita pun setia memulai per(akapan kembali seakan abadi, menanti-nanti lon(eng berbunyi
196 SONET HEI! JANGAN KAUPATAHKAN +al.132
+ei; /angan kaupatahkan kuntum bunga itu ia sedang mengembang$ bergoyang-goyang dahan-dahannya yang tua yang telah mengenal baik, kau tahu, segala perubahan (ua(a. 7ayangkan' akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar hujan pun turun setiap bumi hampir hangus terbakar dan mekarlah bunga itu perlahan-lahan dengan gaib, dari rahim #lam. /angan$ saksikan saja dengan teliti bagaimana "atahari memulasnya !arna-!arni, sambil diam-diam membunuhnya dengan hati-hati sekali dalam
ibu-bapa kita yang mendongeng tentang tokoh-tokoh itu, nenek-moyang kita itu tanpa menyebut-nyebut nama. "ereka hanyalah mimpi-mimpi kita, kenangan yang membuat kita merasa pernah ada.
DALAM DOA II +al. 162
kupandang ke sana' &syarat-isyarat dalam (ahaya kupandang semesta ketika ngkau seketika memijar dalam
DALAM DOA II +al.12
saat tiada pun tiada aku berjalan tiadagerakan, serasa
isyarat2
DALAM DOA III +al. 1:2
jejak-jejak 7unga selalu' betapa tergoda kita untuk berburu, terjun di antara raung !arna sebelum musim meninggalkan daun-daun akan tersesat di mana kita terbujuk jejak-jejak 7unga2 nantinya$ atau terjebak juga bayang-bayang =ahaya dalam nasu yang kita risau 196: KETIKA JARI"JARI BUNGA TERBUKA +al. 192
ketika jari-jari bunga terbuka mendadak terasa' betapa sengit (inta
SAJAK PERKA#INAN +al.02
(ahaya yang ini, Siapakah kelopak-kelopak malam berguguran2 kaki langit yang kabur dalam kamar, dalam *ersetubuhan butir demi butir
seperti engkau berbi(ara di ujung jalan !aktu dingin, sepi grimis tiba-tiba seperti engkau memanggil-manggil di kelokan itu untuk kembali berduka2 untuk kembali kepada rindu panjang dan (emas seperti engkau yang memberi tanda tanpa lampu-lampu supaya menyahut, "u 196: KUPANDANG KELAM YANG MERAPAT KE SISI KITA +al. 2
kupandang kelam yang merapat ke sisi kita$ siapa itu disebelah sana, tanyamu tiba-tiba malam berkabut seketika2$ barangkali menjemputku barangkali berkabar penghujan itu kita terdiam saja di pintu$ menunggu atau ditunggu, tanpa janji terlebih dahulu$ kenalkah ia padamu, desakmu kemudian sepi terbata-bata menghardik berulang kali2 bayang-bayangnya pun hadir sampai di sini$ jangan u(apkan selamat malam$ undurlah perlahan pastilah sudah gugur hujan
di hulu sungai itu2$ itulah Saat itu, bisikku kuke(up ujung jarimu$ kaupun menatapku' bunuhlah ia, suamiku kutatap kelam itu bayang-bayang yang hampir lengkap men(apaiku lalu kukatakan' mengapa
BUNGA"BUNGA DI HALAMAN +al. 32
ma!ar dan bunga rumput di halaman' gadis yang ke(il dunia ke(il, jari begitu ke(il2 menudingnya mengapakah perempuan suka menangis bagai kelopak ma!ar$ sedang rumput liar semakin hijau s!aranya di ba!ah sepatu-sepatu mengapakah pelupuk ma!ar selalu berka(a-ka((a$ sementara tangan-tangan lembut hampir men(apainya !ahai, meriap rumput di tubuh kita2 196:
PERTEMUAN +al.42
perempuan mengirim air matanya ke tanah-tanah (ahaya, ke kutub-kutub bulan ke landasan (akra!ala$ kepalanya di atas bantal lembut bagai bianglala lelaki tak pernah menoleh dan di setiap jejaknya$ melebat hutan-hutan, hibuk pelabuhan-pelabuhan$ di pelupuknya sepasang matahari keras dan ana dan serbuk-serbuk hujan tiba dari arah mana saja (adar bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh0 ketika mereka berjumpa. i ranjang ini
196:
SONET& +al.52
siapa menggores di langit biru siapa meretas di a!an lalu siapa mengkristal di kabut itu siapa mengertap di bunga layu siapa (erna di !arna ungu siapa bernaas di detak !aktu siapa berkelebat setiap kubuka pintu siapa men(air di ba!ah pandangku siapa teru(ap di (elah kata-kataku siapa mengaduh di bayang-bayang sepiku siapa tiba menjemputku berburu siapa tiba-tiba menyibak (adarku siapa meledak dalamku ' siapa #ku 196: SONET Y +al.62
!alau kita sering bertemu di antara orang-orang mele!at ke kubur itu di sela-sela suara biru ben(ah-ben(ah kelabu dan ungu !alau kau sering kukenang di antara kata-kata yang lama tlah hilang terkun(i dalam bayang-bayang dendam remang !alau kau sering kusapa di setiap simpang (ua(a hijau menjelma merah menyala di pusing jantra 'ku tak tahu kenapa merindu tergagap gugup di ruang tunggu 196:
JARAK +al. 2
dan #dam turun di hutan-hutan
mengabur dalam dongengan dan kita tiba-tiba di sini tengadah ke langit' kosong-sepi... 196: HUJAN DALAM KOMPOSISI ' +al. :2
>#pakah yang kautangkap dari s!ara hujan, dari daun-daun bugen)il basah yang teratur mengetuk jendela #pakah yang kautangkap dari bau tanah, dari ri(ik air yang turun di selokan> &a membayangkan hubungan gaib antara tanah dan hujan, membanyangkan rahasia daun basah serta ketukan yang berulang. >ak ada. barangkali sudah terlalu sering dia mendegarnya dan tak lagi mengenalnya. 1969
HUJAN DALAM KOMPOSISI ( +al. 92
#pakah yang kita harapkan dari hujan "ula-mula ia di udara tinggi, ringan dan bebas$ lalu mengkristal dalam dingin$ kemudian melayang jatuh ketika ter(ium bau bumi$ dan menimpa pohon jambu itu$ tergelin(ir dari daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di pekarangan rumah dan jatuh ke bumi. #pakah yang kita harapkan +ujan juga jatuh di jalan yang panjang, menyusurnya, dan tergelin(ir masuk selokan ke(il, meri(ik s!aranya, menyusur selokan, terus meri(ik sejak sore, meri(ik juga di malam gelap ini, ber(akap tentang lautan. #pakah "ungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan. Selamat tidur, 1969
HUJAN DALAM KOMPOSISI ) +al. 302
dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya terpisah dari hujan 1969 *ARIASI PADA SUATU PAGI +al.312
i2 sebermula adalah kabut$ dan dalam kabut senandung lon(eng, ketika selembar daun luruh, setengah bermimpi, menepi ke bumi, luput kaudengarkah juga seperti Suara mengaduh2 ii2 dan (ahaya yang membasuhmu pertama-tama2 bernyanyi bagi (apung, kupu-kupu, dan bun ga$ =ahaya yang mena!arkan ki(au burung2 susut tiba-tiba pada selembar daun tua, pelan terbakar, tanpa sisa iii2 menjelma bayang. 7ayang-bayang yang tiba-tiba tersentak ketika seekor burung, menyambar (apung selamat pagi pertama bagi matahari2, risau bergerak-gerak ketika sepasang kupu-kupu merendah ke bumi basah, bertarung 190 MALAM ITU KAMI DI SANA +al.32
>$ sebuah stasiun di dasar malam. 7ayang-bayang putih di sudut peron menyusur bangku-bangku panjang$ jarum-jarum jam tak letihnya melon(at, merapat ke Sepi. 7arangkali saja kami sedang menanti kereta yang biasa tiba setiap kali tiada seorang pun siap memberi tanda-tanda$ barangkali saja kami sekedar ingin berada disini ketika tak ada yang bergegas, yang (emas, yang menanti-nanti$ hanya naas kami, menyusur batang-batang rel, mengeras tiba-tiba$ sinyal-sinyal kejang, lampu-lampu kuning yang menyusut di udara sementara bayang-bayang putih di seluruh ruangan, >etapi katakan dahulu, Saudara, kenapa kauba!a aku kemari> 190
DI BERANDA #AKTU HUJAN +al.332
sendiri, > an bukan kemarau yang membersihkan langit, yang pelahan mengendap di udara2 kausebut (intamu penghujan panjang, yang tak habis-habisnya membersihkan debu, yang bernyanyi di halaman. i beranda kau duduk, sendiri, >i mana pula seka!anan kupu-kupu itu, menghindar dari pandangku$ di mana pula ah, tidak;2 rinduku yang dahulu> i manakah sorgaku itu' nyanyian yang pernah mereka ajarkan padaku dahulu, kata demi kata yang pernah kuhaal bahkan dalam igauanku> an kausebut hidupmu sore hari dan bukan siang yang bernaas dengan sengit yang tiba-tiba mengeras di ba!ah matahari2 yang basah, yang meleleh dalam senandung hujan, yang larut. #min. 190
KARTU POS BERGAMBAR TAMAN UMUM% NE# YORK +al.342
i sebuah taman kausapa ?e! ork yang memutih rambutnya duduk di bangku panjang, berkisah dengan beberapa ekor merpati. api tak disahutnya anggukmu$ tak dikenalnya sopan santun itu. ?e! ork yang senjakala, yang +itam panggilannya, membayangkan dirinya turun dari kereta dari Selatan nun jauh. 7eberapa bunga (eri jatuh di atas koran hari ini. @on(eng menggoreskan akhir musim semi.
191 NE# YORK% '+,' +al.352
+aalkan namamu baik-baik di sini. Setelah baja dan semen yang mengatur langkah kita, lampu-lampu dan ka(a. @angit hanya dalam batin kita, tersimpan setia dari lembah-lembah di mana kau dan aku lahir, semakin biru dalam dahaga. +aalkan namamu. ikungan demi tikungan, !arna demi !arna tanda-tanda jalanan yang menunjuk ke arah kita, yang kemudian menjanjikan arah yang kabur ke tempat-tempat yang dulu pernah ada dalam mimpi kanak-kanak kita. 7erjalanlah merapat tembok sambil mengulang-ulang menyebut nama tempat dan tanggal lahirmu sendiri, sampai di persimpangan ujung jalan itu, yang menjurus ke segala arah sambil menolak arah, ketika semakin banyak juga orang-orang di sekitar kita, dan terasa bah!a sepenuhnya sendiri.
>Siapakah namamu> 7arangkali aku setengah tertidur !aktu kautanyakan itu lagi. 7angku-bangku yang separo kosong, beberapa !ajah yang seperti mata tombak, dan dari jendela' siluet di atas dasar hitam. #ku pun tak pernah menja!abmu, bahkan ketika kautanyakan jam berapa saat kematianku, sebab kau toh tak pernah ada tatkala aku sepenuhnya terjaga
7aiklah, hari ini kita namakan saja ia ketakutan, atau apa sajalah. i saat lain barangkali ia menjadi milik seorang pahla!an, atau seorang budak, atau *ak uru yang mengajar anak-anak bernyanyi - tetapi manakah yang lebih deras denyutnya, jantung manusia atau arloji yang biasa menghitung naas kita2, ketika seorang membayangkan sepu(uk pestol tera(u ke arahnya #tau tak usah saja kita namakan apa-apa$ kau pun sibuk mengulang-ulang pertanyaan yang itu-itu juga, sementara aku hanya separo terjaga.
Seandainya 191
KARTU POS BERGAMBAR JEMBATAN -GOLDEN GATE- SAN .RAN$IS$O +al.32
kabut yang likat, dan kabut yang pupur lekat dan grimis pada tiang-tiang jembatan matahari menggeliat dan kembali gugur tak lagi di langit; berpusing di pedih lautan. 191
/0am1a2an Hujan bulan juni Datang lagi tanpa permisi menghujam kerontanya bumi membisiki jelaga hati
absurd, katamu sentimentil, paparku kabuti sembabku, malam tadi... JANGAN $ERITAKAN +al.3:2
bibir-bibir bunga yang pe(ah-pe(ah mengunyah matahari, jangan (eritakan padaku tentang dingin yang melengking malam-malam - lalu mengembun 191
TULISAN DI BATU NISAN +al.392
tolong tebarkan atasku bayang-bayang hidup yang lindap kalau kau ber8iarah ke mari tak tahan rasanya terkubur, megap di ba!ah terik si matahari
191
MATA PISAU +al.402
mata pisau itu tak berkerjap menatapmu$ kau yang baru saja mengasahnya berpikir' ia tajam untuk mengiris apel yang tersedia di atas meja sehabis makan malam$ ia berkilat terbayang olehnya urat lehermu. 191
TENTANG MATAHARI +al.412
"atahari yang di atas kepalamu itu adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu !alau kau ke(il, adalah bola lampu yang ada di atas meja ketika kau menja!ab surat-surat yang teratur kauterima dari sebuah #lamat, adalah jam !eker yang berdering saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan yang dituding anak ke(il itu sambil berkata' >&ni matahari; &ni matahari;> "atahari itu &a memang di atas sana supaya selamanya kau menghela bayang-bayangmu itu. 191
BERJALAN KE BARAT #AKTU PAGI HARI +al.42
!aktu aku berjalan ke barat di !aktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah men(iptakan bayang-bayang aku dan bayanng-bayang tidak bertengkar tentang siapa diantara kami yang harus berjalan di depan 191
$AHAYA BULAN TENGAH MALAM +al. 432
aku terjaga di kursi ketika (ahaya bulan jatuh di !ajahku dari genting ka(a adakah hujan sudah reda sejak lama masih terbuka koran yang tadi belum selesai kuba(a terjatuh di lantai$ di tengah malam itu ia nampak begitu dingin dan ana 191
NAR$ISSUS +al. 442
seperti juga aku' namamu siapa, bukan pandangmu bening di permukaan telaga dan rindumu dalam tetapi jangan saja kita ber(inta jangan saja aku men(apaimu dan kau padaku menjelma atau tunggu sampai angin melepaskan selembar daun dan jatuh di telaga' pandangmu berpendar, bukan (emaskah aku kalau nanti air hening kembali (emaskah aku kalau gugur daun demi daun lagi 191
$ATATAN MASA KE$IL% ' +al. 452
&a menjenguk ke dalam sumur mati itu dan nampak garis-garis patah dan berkas-berkas !arna perak dan kristal-kristal hitam yang pernah disaksikannya ketika ia sakit dan mengigau dan memanggil-manggil ibunya. "ereka bilang ada ular menjaga di dasarnya. &a melemparkan batu ke dalam sumur mati itu dan mendengar suara yang pernah dikenalnya lama sebelum ia mendengar tangisnya sendiri yang pertama kali. "ereka bilang sumur mati itu tak pernah keluar airnya. &a men(oba menerka kenapa ibunya tidak pernah memper(ayai mereka. 191
$ATATAN MASA KE$IL% ( +al.462
&a mengambil jalan lintas dan jarum-jarum rumput berguguran oleh langkah-langkahnya. @angit belum berubah
juga. &a membayangkan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga lalu berpikir apakah burung yang tersentak dari ranting lamtara itu pernah menyaksikan rahang-rahang laut dan rahang-rahang bunga terkam-menerkam. @angit belum berubah juga. #ngin begitu ringan dan bisa melun(ur ke mana pun dan bisa menggoda laut sehabis menggoda bunga tetapi ia bukan angin dan ia kesal lalu menyepak sebutir kerikil. #da yang terpekik di balik semak. &a tak mendengarkannya. #da yang terpekik di balik semak dan gemanya menyentuh sekuntum bunga lalu tersangkut pada angin dan terba!a sampai ke laut tetapi ia tak mendengarkannya dan ia membayangkan rahang-rahang langit kalau hari hampir hujan. &a sampai di tanggul sungai tetapi mereka yang berjanji menemuinya ternyata tak ada. @angit sudah berubah. &a memperhatikan ekor srigunting yang senantiasa bergerak dan mereka yang berjanji mengajaknya ke seberang sungai belum juga tiba lalu menyaksikan butir-butir hujan mulai jatuh ke air dan ia memperhatikan lingkaran-lingkaran itu melebar dan ia membayangkan mereka tiba-tiba mengepungnya dan melemparkannya ke air. #da yang memperhatikannya dari seberang sungai tetapi ia tak melihatnya. #da. 191
$ATATAN MASA KE$IL%) +al.42
&a turun dari ranjang lalu bersujingkat dan membuka jendela lalu menatap bintang-bintang seraya bertanya-tanya apa gerangan yang di luar semesta dan apa gerangan yang di luar luar semesta dan terus saja menunggu sebab serasa ada yang akan le!at memberitahukan hal itu padanya dan ia terus bertanya-tanya sampai akhirnya terdengar ayam jantan berkokok tiga kali dan ketika ia menoleh nampak ibunya sudah berdiri di belakangnya berkata >biar kututup jendela ini kau tidurlah saja setelah semalam suntuk terjaga sedang udara malam jahat sekali perangainya> 191
AKUARIUM +al.4:2
kau yang mengatakan' matanya ikan; kau yang mengatakan' matanya dan rambutnya dan pundaknya ikan; kau yang mengatakan' matanya dan rambutnya dan pundaknya dan lengannya dan dadanya dan pinggulnya dan pahanya ikan; >#ku adalah air,> teriakmu, >adalah ganggang adalah lumut adalah gelembung udara adalah ka(a adalah...> 19 SAJAK% '% +al.492
7egitulah, kami ber(akap sepanjang malam' berdiang pada suku kata yang gosok-menggosok dan membara. >/angan diam, nanti hujan yang mengepung kita akan menidurkan kita dan menyelimuti kita dengan kain putih panjang lalu mengun(i pintu kamar ini;> 7aiklah, kami pun ber(akap sepanjang malam' >etapi begitu (epat kata demi kata menjadi abu dan mulai beterbangan dan menyesakkan udara dan...> 193
SAJAK% ( +al.502
elaga dan sungai itu kulipat dan kusimpan kembali dalam urat nadiku. +utan pun gundul. emikianlah maka ka!anan kijang itu tak mau lagi tinggal dalam sajak-sajakku sebab kata-kata di dalamnya berujud anak panah yang dilepas oleh Aama. emikianlah maka burung-burung tak betah lagi tinggal dalam sarang di sela-sela kalimat-kalimatku sebab sudah begitu rapat sehingga tak ada lagi tersisa ruang. inggal beberapa orang pemburu yang terpisah dari anjing mereka menyusur jejak darah, membalikkan dan menggeser setiap huru kata-kataku, men(ari binatang korban yang terluka pembuluh darahnya itu. 193
DI KEBUN BINATANG +al.512
Seorang !anita muda berdiri terpikat memandang ular yang melilit sebatang pohon sambil menjulur-julurkan lidahnya$ katanya kepada suaminya, >#langkah indahnya kulit ular itu untuk tas dan sepatu;> @elaki muda itu seperti teringat sesuatu, (epat-(epat menarik lengan istrinya meninggalkan tempat terkutuk itu. 193 PER$AKAPAN MALAM HUJAN +al.52
+ujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan payung, berdiri di samping tiang listrik. utup matamu dan tidurlah. 7iar kujaga malam.>
> 193 TELUR% ' +al.532
#da sebutir telur tepat di tengahtempat tidurmu yang putih rapih.
193
TELUR% ( +al.542
dalam setiap telur semoga ada burung dalam setiap burung semoga ada engkau dalam setiap engkau semoga ada yang senantiasa terbang menembus silau matahari meme(ah udara dingin memun(ak ke lengkung langit menukik melintas sungai merindukan telur 193
SEHABIS SUARA GEMURUH +al.552
sehabis suara gemuruh itu yang tampak olehku hanyalah tubuhmu telanjang dengan rambut terurai mengapung di permukaan air bening yang mengalir tenang tak kau sahut panggilanku 193
MUARA +al.562
"uara yang tak pernah pasti siatnya selalu mengajak laut ber(akap. &nilah lambang (inta sejati, sumber denyut kehidupan. >entu saja bukan maksudku mengotori hubungan kita yang su(i, tentu saja aku tak menghendaki sisa-sisa ini untukmu. an ketika pada suatu hari ada bangkai manusia terapung di muara itu, di sana-sini timbul pusaran air, dan tepi-tepi muara itu tiba-tiba bersuara ribut, >idak; 7ukan aku yang memberinya isarat ketika ia tiba-tiba berhenti di jembatan itu dan, tanpa memejamkan mata, membiarkan dirinya terlempar ke ba!ah dan, sungguh, aku tak berhak mengusutnya sebab bahkan lubuk-lubukku, dan juga lubuk-lubukmu, tidaklah sedalam...
193 SEPASANG SEPATU TUA +al.52
sepasang sepatu tua tergeletak di sudut sebuah gudang, berdebu yang kiri terkenang akan aspal meleleh, yang kanan teringat jalan berlumpur sehabis hujan - keduanya telah jatuh (inta kepada sepasang telapak kaki itu. yang kini menerka mungkin besok mereka diba!a ke tempat sampah dibakar bersama seberkas surat (inta, yang kanan mengira mungkin besok mereka diangkut truk sampah itu dibuang dan dibiarkan membusuk bersama makanan sisa sepasang sepatu tua saling membisikkan sesuatu yang hanya bisa mereka pahami berdua. 193
DI BANJAR TUNJUK% TABANAN +al.5:2
pemukul gendang itu membayangkan dirinya Aama yang mengiring Sita memasuki hutan pemukul gendang itu membayangkan dirinya aruda yang men(engkeram Sita di antara kuku-kukunya pemukul gendang itu membayangkan dirinya Aa!ana yang memperkosa Sita di aman Aaja ketika gong dipukul keras di tengah (erita ia tiba-tiba merasa beratus-ratus kera berlon(atan mengepungnya dan merobek-robek tubuhnya dan menguburkannya di ba!ah tumpukan batu di dasar laut 193
SUNGAI% TABANAN +al.592
kami berhenti dan memandang ke arah sungai para perempuan sedang menebarkan bibit-bibit kabut di arus yang ri(iknya terdengar dari kejauhan kami berteriak, >apa nama sungai itu>$ tetapi hanya ta!a mereka menyahut, berderai
dan ketika kami men(apai tepi sungai, para perempuan itu ternyata tak ada - dan kabut menutupi arus sungai sehingga kami tak tahu ia mengalir ke selatan atau utara
KEPADA I GUSTI NGURAH BAGUS +al.602
de!a telah men(iptakan butir-butir padi de!a telah men(iptakan bunga de!a telah men(iptakan gadis yang menjunjung untaian padi di kepala dan menyematkan bunga di telinga de!a akan berdiri di gerbang pura pada suatu hari nanti dan menegur perempuan yang berjalan le!at itu katanya'>perempuan tua, tumpuklah padimu di lumbung dan hanyutkan bunga itu di sungai$ biar kuperintahkan orang-orang itu membuat api di tanah lapang agar terbakar sempurna jasadmu mengabu> 193
BOLA LAMPU +al.612
Sebuah bola lampu menyala tergantung dalam kamar. @elaki itu menyusun jari-jarinya dan bayang-bayangnya tampak bergerak didinding$ >&tu kijang,> katanya. >+ore;> teriak anak-anaknya, >sekarang harimau;> >&tu harimau.> +ore; &tu gajah, itu babi hutan, itu kera...> Sebuah bola lampu ingin memejamkan dirinya. &a merasa berada di tengah hutan. &a bising mendengar hingar-bingar ka!anan binatang buas itu. &a tiba-tiba merasa asing dan tak diperhatikan. 193
PADA SUATU PAGI HARI +al.62
"aka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. &a ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa
berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang yang bertanya kenapa.
&a tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk meme(ahkan (ermin membakar tempat tidur. &a hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.
193 BUNGA% ' +al.632
i2 7ahkan bunga rumput itu pun berdusta. &a rekah di tepi padang !aktu hening pagi terbit$ siangnya (ua(a berdenyut ketika nampak seka!anan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu$ malam harinya ia mendengar seru serigala. api katanya, >akut ii2 7ahkan bunga rumput itu pun berdusta. &a kembang di sela-sela geraham batu-batu gua pada suatu pagi, dan malamnya menyadari bah!a tak nampak apa pun dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan ter(ium bau sisa bangkai dan terdengar seperti ada embik terpatah dan ia membayangkan hutan terbakar dan setelah api ... eriaknya, >&tu semua pemandangan bagi kalian saja, para manusia. #ku ini si bunga rumput' pilihan de!ata;> 195 BUNGA% ( +al.642
ma!ar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika
pemiliknya memetiknya hari ini$ tak ada alasan kenapa ia ingin berkata jangan sebab toh !anita-!anita itu tak mengenal isaratnya - tak ada alasan untuk memahami kenapa !anita yang selama ini rajin menyiramnya dan selalu menatapnya dengan pandangan (inta itu kini !ajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan menjelma pendar-pendar di permukaan kolam 195
BUNGA% ) hal.652
seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah ber!arna (oklat ketika ter(ium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu tak ada sahutan seuntai kuntum melati itu sudah kering$ !anginya mengeras di empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara ketika terdengar ada yang memaksa membuka pintu lalu terdengar seperti gema >hai siapa gerangan yang memba!a pergi jasadku>
195
PUISI $AT AIR UNTUK RIZKI +al.662
angin berbisik kepada daun jatuh yang tersangkut kabel telpon itu, >aku rindu, aku ingin mempermainkanmu.;> kabel telpon memperingatkan angin yang sedang memungut daun itu dengan jari-jarinya gemas, >jangan brisik, mengganggu hujan;> hujan meludah di ujung gang lalu menatap angin dengan tajam, hardiknya, >lepaskan daun itu;> 195
LIRIK UNTUK LAGU POP +al.62
jangan pejamkan matamu' aku ingin tinggal di hutan yang gerimis - pandangmu adalah seru butir air tergelin(ir
dari duri ma!ar begitu nyaring;2$ s!aramu adalah kertap bulu burung yang gugur begitu hening;2 aku pun akan meme(ahkan pelahan dan bertebaran dalam hutan$ berkilauan serbuk dalam kabut - naasmu adalah goyang anggrek hutan yang mengelopak begitu tajam;2 aku akan berhamburan dalam gerimis dalam seru butir air dalam kertap bulu burung dalam goyang anggrek ketika hutan mendadak gaib jangan pejamkan matamu' 195
TIGA LEMBAR KARTU POS +al.6:2
B1B soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu, tak pernah tegas mengakui bah!a harus menyelesaikan perkaramu dengan-...alamat-"u kudapati di tong sampah, di antara surat-surat yang dibuang #yah$ hanya sekali ia pernah menyebut-nyebut nama-"u, yakni ketika aku meraung
karena dihalanginya mengenakan topeng yang...> rupanya ia ingin mengajak-
195 SANDI#ARA% ' +al.692
untuk Yudhis masih ada sebuah lampu panggung menyala$ jaga malam itu tertidur, lupa mematikannya enam ratus kursi kosong menonton sepi yang lebih perkasa dari (i(it kelela!ar beberapa mikroon yang tergantung di panggung seperti mendengar kalimat yang tak boleh diu(apkan di tengah-tengah para tahanan yang berteriak-teriak itu, >#pakah sudah meyakinkan permainanku sebagai sipir bisu ini, *aduka> seperti semakin lantang s!aranya 196
SANDI#ARA% ( +al.02
untuk Putu Wijaya "ula-mula adalah seorang lelaki tua di panggung, di atas kursi goyang. "eja, kursi, kopi yang sudah dingin, lampu gantung, dan surat-surat bertebaran di lantai. 7ergoyang-goyang. &a bergoyang sambil mengutuk beberapa nama yang tak kita kenal, mengejek kursi dan surat-surat itu - dan kita keta!a "endadak ia berdiri dan masuk - dari dalam ia memanggil-manggil nama, tanpa sahutan.
7ahkan ketika suaranya terdengar semakin serak dan lampu semakin redup - kursi itu tetap bergoyang.
>Sayangku yang jauh, entah berapa kali telah kukelilingi taman kota ini$ telah tergolek di atas rumput, sobekansobekan kertas, embun, pe(ahan botol$ telah bermantel sinar bintang-bintang dan angin yang panjang naasnya$ aku tak pernah tidur, menunggumu. Si ua, yang suka le!at sambil meludah dan menanyakan !aktu itu, selalu mengatakan kau tak pernah mengingkari janjimu$ tapi anjing kampung yang matanya selalu mengantuk itu tak pernah menyahut siulanku;> &a merasa seperti menyusuri lingkaran tak menemukan bangku panjang. 19:
YANG .ANA ADALAH #AKTU +al.2
ang ana adalah !aktu. api, yang ana adalah !aktu, bukan> tanyamu.
TUAN +al.32
uan uhan, bukan unggu sebentar, saya sedang keluar. 19:0
$ERMIN% ' +al.42
(ermin tak pernah berteriak$ ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terisak, meski apa pun jadi terbalik di dalamnya$ barangkali ia hanya bisa bertanya' mengapa kau seperti kehabisan suara 19:0
$ERMIN% ( +al.52
mendadak kau mengabut dalam kamar, men(ari-(ari dalam (ermin$ tapi (ermin buram kalau kau entah di mana, kalau kau mengembun dan menempel di ka(a, kalau kau mendadak menetes dan teper(ik ke mana-mana$ dan (ermin menangkapmu sia-sia 19:0 DALAM DIRIKU +al.62
Because the sky is blue It makes me cry (he Beatles! dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya$ dalam diriku menggenang telaga penuh darah, sukma namanya$ dalam diriku meriak gelombang sukma, hidup namanya; dan karena hidup itu indah, aku menangis sepuas-puasnya. 19:0
KUHENTIKAN HUJAN +al.2
BENIH +al.:2
>=intaku padamu, #dinda,> kata Aama, >adalah laut yang pernah bertahun memisahkan kita, adalah langit yang senantisa memayungi kita, adalah ka!anan kera yang di gua Sita yang hamil itu tetap diam sejak semula, >kau telah tinggal dalam sangkar raja angkara itu bertahun lamanya, kau telah tidur di ranjangnya, kau bukan lagi rahasia baginya.>
Sita yang hamil iru tetap diam' pesona. >etapi Aaksasa itu ayahandamu sendiri, benih yang menjadikanmu, apakah ia juga yang membenihimu, apakah...> Sita yang hamil itu tetap diam, mn(oba menasirkan kehendak para de!a.
19:1
DI TANGAN ANAK"ANAK +al.92
i tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk kepada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan$ di mulut anak-anak, kata menjelma
>uan, jangan kauganggu permainanku ini.> 19:1
DI ATAS BATU +al.:02
ia duduk di atas batu dan melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali ia gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memer(ik ke sana ke mari ia pandang sekeliling' matahari yang hilang timbul di sela goyang daun-daunan, jalan setapak yang mendaki tebing kali, beberapa ekor (apung ia ingin yakin ia benar-benar berada di sini
19:1
ANGIN% ) +al.:12
>Seandainya aku bukan ...> api kau angin; api kau harus tak letih-letihnya beringsut dari sudut ke sudut kamar, menyusup di (elah-(elah jendela, bekelebat di pundak bukit itu
>Seandainya aku ...> api kau angin; ?aasmu tersengal setelah sia-sia menyampaikan padaku tentang perselisihan antara (ahaya matahari dan !arna-!arna bunga
>Seandainya ...> api kau angin; /angan menjerit' semerbakmu memekakkanku.
19:1
$ARA MEMBUNUH BURUNG +al.:2
bagaimanakah (ara membunuh burung yang suka be rkukuk bersama teng-teng jam dinding yang tergantung sejak
kita belum dilahirkan itu soalnya ia bukan seperti burung-burung yang suka berki(au setiap pagi melon(at dari (ahaya ke (ahaya di sela-sela ranting pohon jambu ah dunia diantara bingkai jendela;2 soalnya ia suka mengusikku tengah malam, padahal aku sering ingin sendirian soalnya ia baka 19:1
SIHIR HUJAN +al.:32
+ujan mengenal baik pohon, jalan dan selokan - s!aranya bisa di beda-bedakan$ kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela. "eskipun sudah kaumatikan lampu. +ujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan, dan selokan menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh !aktu menangkap !ahyu yang harus kaurahasiakan. 19:1
METAMOR.OSIS +al.:42
ada yang sedang menanggalkan pakaianmu satu demi satu mendudukkanmu di depan (ermin, dan membuatmu bertanya, >tubuh siapakah gerangan yang kukenakan ini> ada yang sedang diam-diam menulis ri!ayat hidupmu, menimbang-nimbang hari lahirmu, mereka-reka sebab-sebab kematianmu ada yang sedang diam-diam berubah menjadi dirimu 19:1
PERAHU KERTAS +al.:52
aktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kaulayarkan di tepi kali$ alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. >&a akan singgah di bandar-bandar besar,> kata seorang lelaki tua. elah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit.> 19:1 KAMI BERTIGA +al.:62
dalam kamar ini kami bertiga' aku, pisau, dan kata kalian tahu, pisau barulah pisau kalu ada darah di matanya tak peduli darahku atau darah kata 19:
TELINGA +al.:2
>"asuklah ke telingaku,> bujuknya. ila' ia digoda masuk ke telinganya sendiri agar bisa mendengar apapun se(ara terperin(i - setiap kata, setiap huru, bahkan letupan dan desis yang men(iptakan suara. >"asuklah,> bujuknya. ila; +anya agar bisa menasir sebaik baiknya apa pun yang dibisikkannya kepada dirinya sendiri. 19:
TOPENG +al.::-:92
untuk Danarto B1B &a gemar membuat topeng. ikupasnya !ajahnya sendiri satu demi satu dan digantungkannya di dinding. >#ku ingin memainkannya,> kata seorang sutradara. "alam hari, ketika lakon dimainkan, ia men(ari !ajahnya sendiri di antara topengtopeng yang mendesah, yang berteriak, yang mengaduh' tapi tak ada. ernyata ia masih harus mengupas !ajahnya sendiri satu demi satu.
BB >i mana topengku> tanyanya, entah kepada siapa. alam kamar rias' (ermin retak, pemerah pipi, dan bedak ber(e(eran di mana-mana$ dan tak ada topeng. >imana topengku> tanyanya. egangan listrik yang rendah, sarang laba-laba di langit-langit, dan obat penenang di telapak tangan. ak ada topeng itu. "ungkin maksud sutradara' Sang iran harus men(iptakan topeng dari !ajahnya sendiri
B3B api topeng tak boleh menjelma manusia$ ia, tentu saja, haal sabda raja dan sekarat hulubalang. &a kenal benar sorot mata dan debar jantung penonton. &a, ya #llah, tak pernah ter(antum dalam buku a(ara, tak menerima upah, dan digantung saja di dinding jika lakon usai. inggal berdua di belakang panggung yang ditinggalkan, sutradara tak juga menegurnya.
&a tak berhak menjelma manusia. 19:5 TOPENG +al.::-:92
untuk Danarto B1B &a gemar membuat topeng. ikupasnya !ajahnya sendiri satu demi satu dan digantungkannya di dinding. >#ku ingin memainkannya,> kata seorang sutradara. "alam hari, ketika lakon dimainkan, ia men(ari !ajahnya sendiri di antara topengtopeng yang mendesah, yang berteriak, yang mengaduh' tapi tak ada. ernyata ia masih harus mengupas !ajahnya sendiri satu demi satu.
BB >i mana topengku> tanyanya, entah kepada siapa. alam kamar rias' (ermin retak, pemerah pipi, dan bedak ber(e(eran di mana-mana$ dan tak ada topeng. >imana topengku> tanyanya. egangan listrik yang rendah, sarang laba-laba di langit-langit, dan obat penenang di telapak tangan. ak ada topeng itu. "ungkin maksud sutradara' Sang iran harus men(iptakan topeng dari !ajahnya sendiri
B3B api topeng tak boleh menjelma manusia$ ia, tentu saja, haal sabda raja dan sekarat hulubalang. &a kenal benar sorot mata dan debar jantung penonton. &a, ya #llah, tak pernah ter(antum dalam buku a(ara,
tak menerima upah, dan digantung saja di dinding jika lakon usai. inggal berdua di belakang panggung yang ditinggalkan, sutradara tak juga menegurnya. &a tak berhak menjelma manusia. 19:5
HUJAN BULAN JUNI +al.902
tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih ari dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak teru(apkan diserap akar pohon bunga itu 19:9
AKU INGIN +al.912
aku ingin men(intaimu dengan sederhana' dengan kata yang tak sempat diu(apkan kayu kepada api yang menjadikannya abu aku ingin men(intaimu dengan sederhana' dengan isyarat yang tak sempat disampaikan a!an kepada hujan yang menjadikannya tiada. 19:9
SAJAK"SAJAK EMPAT SEUNTAI +al.92
B1B kukirim padamu beberapa patah kata
yang sudah langka jika suatu hari nanti mereka men(apaimu, rahasiakan, sia-sia saja memahamiku BB ruangan yang ada dalam sepatah kata ternyata mirip rumah kita' ada gambar, bunyi, dan gerak-gerik di sana hanya saja kita diharamkan menasirkannya B3B bagi yang masih per(aya pada kata' diam pusat gejolaknya, padam inti kobarnya tapi kapan kita pernah memahami laut memahami api yang tak hendak surut B4B apakah yang kita dapatkan di luar kata' taman bunga ruang angkasa di taman, begitu banyak yang tak tersampaikan di angkasa, begitu hakiki makna kehampaan B5B apa lagi yang bisa ditahan beberapa kata bersikeras menerobos batas kenyataan setelah men(apai seberang, masihkah bermakna, bagimu, segala yang ingin kusampaikan B6B dalam setiap kata yang kauba(a selalu ada huru yang hilang kelak kau pasti akan kembali menemukannya di sela-sela kenangan penuh ilalang 19:9
DI RESTORAN hal.932
memesan rasa lapar yang asing itu. 19:9
DALAM DOAKU +al.942
dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening siap menerima (ahaya pertama, yang melengkung hening karena akan menerima suara-suara
ketika matahari mengambang tenang di atas kepala, dalam doaku kau menjelma pu(uk-pu(uk (emara yang hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana
dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung gereja yang mengibas-ngibaskan bulunya dalam gerimis, yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan terbang lalu hinggap di dahan mangga itu
maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang turun sangat pelahan dari nun di sana, bersinjingkat di jalan ke(il itu, menyusup di (elah-(elah jendela dan pintu, dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku
dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku, yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi bagi kehidupanku
aku men(intaimu, itu sebabnya aku takkan pernah selesai keselamatanmu
19:9
PADA SUATU HARI NANTI +al.952
pada suatu hari nanti jasadku tak akan ada lagi tapi dalam bait-bait sajak ini kau takkan kurelakan sendiri pada suatu hari nanti suaraku tak terdengar lagi tapi di antara larik-larik sajak ini kau akan tetap kusiasati pada suatu hari nanti impianku pun tak dikenal lagi namun di sela-sela huru sajak ini kau takkan letih-letihnya ku(ari 1991
SITA SIHIR +al.962
erbebas juga akhirnya aku entah dari (akar aruda atau lengan asamuka Sendiri di menara tinggi, kusaksikan di atas' langit yang tak luntur dingin birunya$ dan di ba!ah' api yang disulut Aama berkobar bagai rindu abadi >erjunlah, Sita,> bentak-"u, >agar udara,air, api, dan tanah, kembali murni.> api aku ingin juga terbebas dari sihir Aama. 1990
BATU +al.9-9:2
B1B #ku pun akhirnya berubah menjadi batu. i sini istirah dengan tenteram sebongkah batu, yang jauh, berlabuh di bandar bandar besar, dan dikenal di delapan penjuru angin$ akhirnya ia pilih kutukan, ia pilih ketenteraman itu. i sini.> etapi kenapa kaupahat juga dan tidak kaubiarkan saja aku sendiri, sepenuhnya BB /angan kaudorong aku ke atas bukit itu kalau hanya untuk berguling kembali ke lembah ini. #ku tak mau terlibat dalam helaan naas, keringat, harapan, dan sia-siamu. /angan kau dorong aku ke bukit itu$ aku tak tahan digerakkan dari diamku ini. #ku batu, dikutuk untuk tenteram. B3B i lembah ini aku tinggal menghadap jurang, men(oba menasirkan rasa haus yang kekal' ketenteraman ini, sekarat ini. 1991
MAUT +al.992
maut dilahirkan !aktu ajar ia hidup dari mata air$ itu sebabnya ia tak pernah mengungkapkan seluk-beluk karat yang telah mengajarinya bertarung mela!an hidup$ ia juga takkan mau menja!ab teka-teki senjakala yang telah mengnahbiskannya menjadi penjaga gerbang itu maut men(intai ajar dan mata angin, dengan tulus 1991
HUJAN% JALAK% DAN DAUN JAMBU +al.1002
+ujan turun semalaman. *aginya jalak berki(au dan daun jambu bersemi$ mereka tidak mengenal gurindam dan peribahasa, tapi menghayati adat kita yang purba tahu kapan harus berbuat sesuatu agar kita, manusia, merasa bahagia. "ereka tidak pernah bisa menguraikan hakikat kata-kata mutiara, tapi tahu kapan harus berbuat sesuatu, agar kita merasa tidak sepenuhnya sia-sia. 199
AJARAN HIDUP +al.1012
hidup telah mendidikmu dengan keras agar bersikap sopan misalnya buru-buru melepaskan topi atau sejenak menundukkan kepala jika ada jena8ah le!at