10
10
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dengan Pemanfaatan Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di Sd Inpres 24 Ambon / Jurnal Kesehatan Ukim 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SD INPRES 24 AMBON
STANLEY HANNY SAIYA S.Kep
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Kristen Indonesia Maluku
Jln. Ot. Pattimaipauw, Ambon-Maluku
ABSTRAK
UKS merupakan usaha kesehatan masyarakat yang ditujukkan kepada masyarakat sekolah, yaitu anak didik, guru, dan karyawan sekolah lainnya, dimana proritas pelaksanaanya di Sekolah Dasar mengingat sekolah dasar merupakan dasar dari sekolah-sekolah selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah SurveyAnalitik dengan jenis penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, yaitu rancangan penelitian dengan cara mengukur variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan (menggunakan kuesioner). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 86 responden yang diambil secara Acidental Sampling. Hasil penelitian diuji dengan menggunakan uji statistik Fisher's Exact Test dengan pemanfaatan pelayanan UKS tingkat kesalahan α = 0.05 dan didapatkan hubungan bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan UKS p = 0,004 dan hubungan bermakna antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan UKS p = 0,002. disimpulkan bahwa ada Hubungan pengetahuan dan sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon. Saran penelitian ini adalah Agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan penelitian ilmiah mengenai keterkaitan antara Pengetahuan dan sikap siswa dengan pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik.
Kata Kunci :Pengetahuan, Sikap, UKS
PENDAHULUAN
Hidup sehat merupakan proses perubahan perilaku secara positif dan terus-menerus untuk aspek-aspek yang bermanfaat bagi manusia sepanjang hidupnya. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang sehat dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang dapat membentuk sumber daya manusia (SDM) yang sehat, cerdas, dan produktif (Kemendiknas, 2011).
Di Indonesia, kebijakan yang telah dilakukan pemerintah untuk anak usia sekolah melalui kerja sama Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pendidikan dengan memadukan konsep hidup sehat ke dalam program pendidikan dikenal dengan istilah usaha kesehatan sekolah (UKS). Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang ditandai dengan tersedianya peserta didik yang berkualitas sesuai dengan jenjang kualifikasi, mereka dituntut untuk hidup sehat, baik kesehatan jasmani maupun rohani.Oleh karena itu pelayanan kesehatan harus dilaksanakan di sekolah.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dirintis sejak tahun 1956 melalui project pilot di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Dalam Negeri. Selanjutnya pada tahun 1980 ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama antara Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang kelompok kerja UKS. Dan untuk mencapai kemantapan dan pembinaan secara terpadu tentang UKS, diterapkan surat keputusan bersama (SKB) 4 menteri, yakni; antara Menteri Dalam negeri, Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Kesehatan pada Tanggal 3 September 1980 tentang kebijaksanaan dan Pengembangan UKS No. 408a/U/1984, Nomor 1391/Menkes/SKBVI/1984, Nomor 74/th/1984, Nomor 61/1984. Sedangkan tentang Tim Pembina UKS Nomor 408b/1984, Nomor 319a/Menkes/SKB/VI/1984, Nomor 61/1984 yang disempurnakan dengan Nomor 0372/P/1989, Nomor 390a/Menkes/SKB/VI/1989, Nomor 140a/1989, Nomor 30a tahun 1989 Tanggal 12 Juni 1989.
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Sikap merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup (Notoatmodjo, 2010).
Tujuan UKS secara umum adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya (Kemendikans, 2011).
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain jumlahnya yang besar (25%) di antara jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Jika melihat data angka Partisipasi Murni tahun 2012 maka diperkirakan jumlah anak sekolah dasar dan lanjutan mencapai 43 juta jiwa (Kemenkes RI, 2015)
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, tercatat jumlah SD/MI di Maluku sebanyak 1622 sekolah dan hanya 979 sekolah yang memiliki ruang/pojok UKS, jumlah SLTP di Maluku sebanyak 567 sekolah dan hanya 206 sekolah yang memiliki ruang/pojok UKS, dan jumlah SMA di Maluku sebanyak 316 sekolah dan hanya 119 sekolah yang memiliki ruang/pojok UKS (Dikes Prov Maluku, 2013).
Usaha kesehatan sekolah ialah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dan lingkungannya menurut.Usaha ini dijalankan mulai dari sekolah dasar sampai lanjutan.Sekarang pelaksanaannya diutamakan di sekolah dasar.Hal ini disebabkan karena sekolah dasar merupakan komunitas (kelompok) yang sangat besar, rentan terhadap penyakit, tingkat cedera yang tinggi dan merupakan dasar bagi kehidupan selanjutnya.Adapun sasarannya adalah seluruh masyarakat sekolah yang meliputi anak didik, guru, dan petugas sekolah lainnya (Soenarjo R.J, 2002).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Ambon, sekolah dasar (SD) di kota ambon sebanyak 205 sekolah dengan total murid sebanyak 36.911 siswa den sekolah yang berstatus negeri sebanyak 148 sekolah dan berstatus swasta sebanyak 47 sekolah dan semuanya memiliki ruang/pojok UKS. Dikecamatan Sirimau, tepatnya di wilayah kerja Puskesmas Belakang Soya terdapat 12 dengan 5 sekolah berstatus negeri dan 7 juga berstatus swasta. Sekolah yang berstatus negeri, yakni SD Neg 1 Ambon, SD Neg 2 Ambon, SD Neg 61 Ambon, SD Neg 39 Ambon, dan SD Inpres 24 Ambon, selanjutnya sekolah yang berstatus swasta, yakni SD Kristen A1 Ambon, SD Kristen A2 Ambon, SD Kristen B1 Ambon, SD Kristen B2 Ambon, SD Pertiwi Ambon, dan SLB Kota Ambon (Dikes Kota Ambon, 2013).
Pada saat pengambilan data awal di SD Inpres 24 Ambon, siswa yang terdaftaran pada tahunajaran 2015/2016 berjumlah 227 siswa. Dalam seminggu 3-4 siswa saja yang memanfaatkan pelayanan UKS dan kebanyakan siswa yang masuk UKS dikarenakan pusing, sakit perut, flu dan batuk. Catatan siswa yang memanfaatkan pelayanan UKS pada tahun ajaran 2010/2011 sebanyak 73 siswa dari total 285 siswa, pada tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 64 siswa dari total 273 siswa, sebanyak 70 siswa dari total 257 siswa pada tahun ajaran 2012/2013, dan 59 siswa dari total 231 siswa pada tahun ajaran 2013/2014, serta sebanyak 46 siswa dari total 232 siswa pada tahun ajaran 2014/2015. Dan berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa di SD Inpres 24 Ambon didapatkan sebanyak 6 dari 10 siswa tidak mengetahui kepanjangan UKS dan siswa juga tidak mengetahui fungsi UKS di sekolah. Dan juga adik bungsu penulis juga bersekolah di SD Inpres 24 Ambon, hampir setiap hari senin dia selalu pulang lebih awal dikarenakan sakit.Dia menjelaskan bila dia sakit selalu meminta izin ke guru, dan selanjutnya meminta uang kas kelas di bendahara kelasnya untuk harga transport dari sekolah ke rumah.Dia tidak pernah tahu jika di sekolahnya terdapat ruang/pojok UKS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan usaha kesehatan sekolah (uks) di sd inpres 24 Ambon
TINJAUAN PUSTAKA
UKS
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan bagian dari program kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak berusia 6 – 21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi 2 sub kelompok yakni pra remaja (6 – 9 tahun) dan remaja (10 – 19 tahun). Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku hidup bersih dan sehat peserta didik yang berada di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (Kemenkes RI, 2011).
Menurut Kemendiknas (2011), usaha kesehatan sekolah adalah segala usaha yang dilakukuan untuk meningkatan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMK/MA.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Menurut Kemenkes RI (2013), Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS mencakup beratus-ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mana dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
Sikap
Sikap menurut Notoatmodjo (2010), adalah merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah surveyanalitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen.Pendekatan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Sujarweni, 2014).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2015 di SD Inpres 24 Ambon.
Populasi pada penelitian ini adalah siswa SD kelas 4, 5 dan 6 yang bersekolah di SD Inpres 24 Ambon pada saat penelitian ini dilakukan berjumlah 118 siswa.
Sampel adalah seleksi dari keseluruhan subjek yang diteliti dan diangap mewakili populasi. Menentukan besar sampel di gunakan rumus Slovin :
N = n1+n d²
Keterangan:
n = Jumlah populasi
N = Jumlah sampel
d = presisi yang diharapkan
Hasil perhitungan sampel diketahui sebagai berikut :
n=1181+114 0 ,05²
=1181+1140,0025
=1181+0.36
=1181.36
=86.7
= 86
Jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan dibulatkan menjadi menjadi 86.Kemudian sampel diambil dengan teknik Aciedental Sampling. Teknik Aciedental Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan siswa yang ada pada kelas 4, 5 dan 6 dengan cara acak tanpa memeperhatikan strata yang ada dalam populasi. (Sastroasmoro, 2011).
Pada penelitian ini sebelum melakukan pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti menentukan kriteria Inklusi dan eklusi yang akan dipakai dalam penetapan sampel.
Kriteria Inklusi:
Siswa yang bersekolah di SD Inpres 24 Ambon selama waktu penelitian ini dilakukan.
Siswa kelas 4, 5 dan 6 SD
Bisa membaca dan menulis dengan benar
Bersedia untuk menjadi responden
Kriteria Eklusi meliputi:
Siswa kelas 1- 3 SD
Tidak bersekolah di SD Inpres 24 Ambon.
Dengan demikian jumlah sampel yang didapat pada penelitian ini berjumlah 86 siswa SD.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan jenis kuesioner tertutup, yaitu kuesioner yang jawaban atau isinya sudah ditentukan, sehingga subjek tidak memberikan respon-respon atau jawaban yang lain. Alat Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:
Berisi data demografi responden yang meliputi nama, umur, jenis kelamin dan kelas.
Kuesioner pengetahuan yang terdiri 10 item pertanyaan dengan alternatif jawaban ya skornya 1 dan jawaban tidak skornya 0. Pengetahuan siswa baik apabila lebih dari nilai mean dan kurang baik apabila kurang dari nilai mean.
Kuesioner sikap terdiri dari 10 item pernyataan dengan alternatif jawaban sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1. Sikap siswa dikategorikan menjadi baik apabila lebih dari nilai mean dan kurang baik apabila kurang dari nilai mean.
Kuesioner pemanfaatan UKS yang terdiri 8 item pertanyaan dengan alternative jawaban ya skornya 1 dan jawaban tidak skornya 0. Pemanfaatan pelayanan UKS oleh siswa dikategorikan menjadi menggunakan UKS apabila lebih dari nilai mean dan tidak menggunakan UKS apabila kurang dari nilai mean.
Analisa univariat adalah menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian.Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisis menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk frekuensi, Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi data demografi siswa, pengetahuan, sikap siswa dan pemanfaatan pelayanan UKS.
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS.Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Uji Fisher's Exact Testpada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Analisis Univariat
Karakteristik responden
Data demografi responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan kelas. Responden dalam penelitian ini berjumlah 86 siswa, data demografi responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Ditribusi responden berdasrkan umur
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut ::
Tabel 4.1 DistribusiResponden Berdasarkan Umur siswa pada SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Umur
Jumlah (n)
Presentase (%)
6 - 9 Tahun
39
45,3%
> 9 Tahun
47
54,7%
Total
86
100%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.1 menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini sebagian besar berusia> 9 tahun yaitu sebanyak 47 orang (54,7%), sedangkan 6 - 9 tahun yaitu sebanyak 39 orang (45,3,%)
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 DistribusiResponden Berdasarkan Jenis Kelamin siswa pada SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Presentase (%)
Laki-laki
40
53,5%
Perempuan
46
46,5%
Total
86
100%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.2 menggambarkan bahwa responden pada penelitian ini yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 46 orang (53,5%) dan juga responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40orang (46.5%).
Distribusi responden berdasarkan kelas
Distribusi responden berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 DistribusiResponden Berdasarkan kelas siswa pada SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Kelas
Jumlah (n)
Presentase (%)
Kelas IV
24
27,9%
Kelas V
25
29,1%
Kelas VI
37
43,0%
Total
86
100%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.3 menggambarkan bahwa sebagian responden yang berada di kelas VI sebanyak 37 orang (43,0%), diikuti dengan responden yang berada di kelas V sebanyak 25 orang (29,1%), dan responden yang berada di kelas IV sebanyak 24 orang (27,9%).
Deskripsi variabel penelitian
Analisis deskripsi ini merupakan analisis terhadap variabel pengetahuan siswa, sikap siswa, dan pemanfaatan pelayanan UKS. Analisis ini dilakukan pada kuesioner
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan siswa
Distribusi responden menurut pengetahuan siswa pada SD Inpres 24 Ambon dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.4 DistribusiResponden BerdasarkanPengetahuan siswa pada SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Pengetahuan
Jumlah (n)
Presentase (%)
Baik
75
87,2%
Kurang Baik
11
12,8%
Total
86
100%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.4 menggambarkan bahwa dalam penelitian ini sebagian besar siswa memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 75 orang (87,2%), sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 11 orang (12,8%)
Distribusi responden berdasarkan sikap siswa pada SD Inpres 24 Ambon
Distribusi responden menurut sikap siswa pada SD Inpres 24 Ambon dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5 DistribusiResponden Berdasarkan Sikap Siswa Pada SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Sikap
Jumlah (n)
Presentase (%)
Positif
73
84,9%
Negatif
13
15,1%
Total
86
100%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.5 menggambarkan bahwa dalam penelitian ini sebagian besar siswa bersikap postif yaitu sebanyak 73 orang (88,9%), sedangakan siswa yang bersikap negatif sebanyak 13 orang (15,1%).
Distribusi responden berdasarkan pemanfaatan pelayanan UKS pada SD Inpres 24 Ambon.
Distribusi responden menurut pemanfaatan pelayanan UKS pada SD Inpres 24 Ambon dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.6 DistribusiResponden Berdasarkan pemanfaatan pelayanan UKS pada SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Pemanfaatan Pelayanan UKS
Jumlah (n)
Presentase (%)
Baik
70
81,4%
Kurang Baik
16
18,6%
Total
86
100%
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.6 mengambarkan bahwa dalam penelitian ini sebagian besar siswa yang memanfaatkan pelayanan UKS dengan baik yaitu sebanyak 70 orang (81,4%), sedangkan siswa yang memanfaatkan pelayanan UKS dengan kurang baik yaitu sebanyak 16 orang (18,6%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen yaitu pengetahuan siswa, sikap siswa dengan variabel dependen yaitu pemanfaatan pelayanan UKS. Analisis bivariat menggunakan uji Fisher's Exact Test pada tingkat kemaknaan 95% (ρ> 0,05). Hasil penelitian menunjukan:
Hubungan pengetahuan siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan siswa dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS di SD
Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Variabel
Pemanfaatan Pelayanan UKS
Total
ρ value
Pengetahuan
Baik
Kurang Baik
N
%
N
%
N
%
Baik
65
75,6%
10
11,6%
75
87,2%
0,004
Kurang Baik
5
5,8%
6
7,0%
11
12,8%
Total
70
81,4%
16
18,6%
86
100 %
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.7 mengambarkan bahwa dari 86 responden sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu 75 orang (87,2%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik sebanyak 65 orang (75,6%) dan pemanfaatan UKS kurang baik yaitu 10 orang (11,6%).Sedangkan responden yang memiliki Pengetahuan kurang baik sebanyak 11 orang (12,8%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik sebanyak 5 orang (5,8%) dan Pemanfaatan pelayanan UKS Kurang baik sebanyak 6 orang (7,0 %).
Hasil uji hubungan antara pengetahuan siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS, menggunakan Uji Fisher's Exact Test di peroleh ρ value 0,004. ρ value < 0,05 (0,004 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon
Hubungan sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Tabel 4.8 Hubungan sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon Tahun 2015
Variabel
Pemanfaatan Pelayanan UKS
Total
ρ value
Sikap
Baik
Kurang Baik
N
%
N
%
N
%
Positif
64
74,4%
9
10,5%
73
84,9%
0,002
Negatif
6
7,0%
7
8,1%
13
15,1%
Total
70
81,4%
16
18,6%
86
100 %
Sumber: Data Primer 2015
Tabel 4.8 mengambarkan bahwa dari 86 responden sebagian besar memiliki sikap positif yaitu 73 orang (84,9%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS baik sebanyak 64 orang (74,4%) dan pemanfaatan pelayanan UKS kurang baik yaitu 9 orang (10,5%).Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 orang (15,1%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS baik sebanyak 6 orang (7,0%) dan Pemanfaatan pelayanan UKS Kurang baik sebanyak 7 orang (8,1%).
Hasil uji hubungan antara sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS, menggunakan Uji Fisher's Exact Test di peroleh ρ value 0,002. ρ value < 0,05 (0,002 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon
PEMBAHASAN
Hubungan Pengetahuan siswa dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon.
Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu 75 orang (87,2%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik sebanyak 65 orang (75,6%) dan responden yang melakukan pemanfaatan UKS kurang baik yaitu 10 orang (11,6%).Sedangkan responden yang memiliki Pengetahuan kurang baik sebanyak 11 orang (12,8%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik sebanyak 5 orang (5,8%) dan yang tidak melakukan Pemanfaatan pelayanan UKS Kurang baik sebanyak 6 orang (7,0%). Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji Fisher's Exact Test di peroleh ρ value 0,004. Karena ρ value < 0,05 (0,004 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon.
Hasil penelitian ini di dukung oleh Arum Fitriani (2013), mengenai Pengetahuan tentang UKS dan pola hidup sehat siswa kelas IV, V, dan VI SD Negeri 2 Tejasari, menunjukan bahwa pengetahuan UKS siswa kelas IV, V, dan VI sebagian besar memiliki pengetahuan berkategori baik dengan presentase sebesar 73,97% dan untuk pola hidup sehat siwa sebagian besar berkategori baik dengan presentase sebesar 76,71%.
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan merupakan hasil tau dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan, media massa, lingkungan sosial budaya, dan pengalaman.
Masih menurut Notoatmodjo (2010), salah satu faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah usia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan usia > 9 tahun sebanyak 47 orang (54,7 %). Usia sangat mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Maka, Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir logis.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Erlisa candrawati (2015), mengenai Pelaksanaan program UKS dengan Perilaku hidup bersih dan sehat siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang, mengatakan dalam kenyataannya menunjukkan lebih banyak guru yang mengaku bahwa anak didik yang diberi pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup sehat, memberitahukan keadaan kesehatan murid kepada orang tua yang bersangkutan, di sekolah mempunyai ruangan UKS, guru UKS melaksanakan pertemuan UKS koordinator dengan Puskesmas setiap 2 bulan 1 kali, di sekolah dilaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui vaksinasi dan sebagainya oleh Petugas Puskesmas, dilaksanakan pelatihan dokter kecil yang dibimbing oleh petugas Puskesmas, dilakukan pemeriksaan penjaringan kesehatan peserta didik, anak yang sakit di rawat di sekolah, anak yang sakit di rujuk ke Puskesmas bila tidak dapat diatasi, di sekolah sering dilaksanakan penyuluhan kesehatan, dilakukan pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi, ada pencacatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dilakukan pembinaan kerjasama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai), pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut asumsi peneliti bahwa, hal ini dengan adanya penerapan atau pelaksanaan UKS di sekolah yang baik, yang didukung oleh pemberian pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan pelayanan UKS kepada para siswa, baik tentang pengetahuan sakit dan penyakit, pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, termasuk tentang kesehatan lingkungan. Sebab, tanpa adanya pemberian informasi yang tepat dan akurat dari sumber yang benar, maka hal itu dapat menyebabkan timbulnya kesimpang siuran informasi yang tidak jelas bagi para siswa tersebut, yang bahkan dapat berdampak negatif terhadap perilaku dan sikap mereka dalam memandang kesehatan pribadinya dan kesehatan lingkungannya.
Hubungan Sikap siswa dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon.
Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar memiliki sikap positif yaitu 73 orang (84,9%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik sebanyak 64 orang (74,4%). Dan responden yang melakukan pemanfaatan UKS kurang baik yaitu 9 orang (10,5%).Sedangkan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 13 orang (15,1%) dengan Pemanfaatan Pelayanan UKS dengan baik sebanyak 6 orang (7,0%) dan yang tidak melakukan Pemanfaatan pelayanan UKS Kurang baik sebanyak 7 orang (8,1%). Setelah dilakukan uji statistic dengan menggunakan Uji Fisher's Exact Test di peroleh ρ value 0,002. Karena ρ value < 0,05 (0,002 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan UKS di SD Inpres 24 Ambon.
Hasil penelitian ini didukung oleh Suryadi (2012), mengenai Faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS pada murid SD Negeri 1 Subulussalam pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan PHBS dengan nilai p = 0,009, ada hubungan antara sikap dengan PHBS dengan nilai p = 0,002, ada hubungan antara fasilitas dan sarana dengan PHBS dengan nilai p = 0,03, dan juga ada hubungan antara peran guru dengan PHBS dengan nilai p = 0,007.
Sikap menurut Notoatmodjo (2010), adalah merupakan produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis sikap sering kali dihadapkan dengan rangsangan sosial dan reaksi yang bersifat emosional.
Responden yang memiliki sikap negatif yang memanfaatkan pelayanan UKS dengan kurang baik sebanyak 7 orang (8,1 %). Penelitian ini sesuai dengan teori Bloom dalam Notoatmodjo (2010) tentang domain perilaku yang menjelaskan, bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor predisposisi, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang didalamnya terdapat sikap dari individu. Menurut Notoatmodjo (2010), sikap yang buruk atau sikap yang negatif menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma – norma yang berlaku dimana individu berada. Menurut penulis, Sikap buruk atau sikap negatif yang dimiliki sebagian responden menunjukkan tidak berprilaku hidup bersih den sehat, dengan kata lain sikap tentang cara pemeliharaan dan cara hidup sehat serta terhadap kesehatan lingkungan masih kurang.
Responden dengan sikap negatif yang memanfaatkan pelayanan UKS dengan baik sebanyak 6 orang (7,0 %). Menurut penulis, responden yang memanfaatkan pelayanan UKS dengan baik yang bersikap negatif dapat disebabkan oleh faktor kebiasaan.Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.Kebiasaan merupakan pelaziman yang berlangsung dalam kurun waktu lama diulang beberapa kali (Notoatmodjo, 2010).
Selain itu, faktor lingkungan juga bisa berpengaruh terhadap prilaku hidup sehat siswa, dimana seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka sikapnya akan lebih baik daripada yang tinggal di lingkungan yang berpikiran sempit termasuk dalam memandang kesehatan yang harus senantiasa dijaga. Hal ini yang dapat mempengaruhi tanggapan para siswa SD Inpres 24 Ambon dalam menyikapi pemanfaatan pelayanan UKS dan sehat secara positif, dan hal ini tentunya akan diterapkan oleh para siswa (praktek) sebagai bentuk tindakan hidup bersih dan sehat dalam kehidupannya sehari-hari dimanapun berada. Hal ini sejalan dengan Notoatmodjo (2010), sikap juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Dimana lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis maupun sosial.
Responden dengan sikap positif yang memanfaatkan pelayanan UKS dengan baik sebanyak 64 orang (74,4%). Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa kelas SD Inpres 24 Ambon tersebut telah dapat memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit (health maintanace) dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit dengan cara berperilaku hidup sehat yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataannya menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang selalu mencuci tangan memakai sabun setelah buang air besar / atau air kecil, menggunting kuku bila panjang, mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan, mandi bila pergi ke sekolah dan setiap sore hari, menggosok gigi setelah makan dan akan tidur, mengganti pakaian sekolah yang kotor dengan yang bersih setiap hari, memakai alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain, hal ini akan menciptakan sikap siswa untuk senantiasa hidup bersih dan sehat, antara lain sikap terhadap sakit dan penyakit, cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, dan terhadap kesehatan lingkungan.
Menurut Asumsi peneliti bahwa, disamping itu juga memiliki sikap yang baik terhadap siswa dibutuhkan adanya kerjasama yang baik dan penuh pengertian dengan berbagai tenaga kesehatan, seperti dokter, ahli gizi dan paramedis.Orang tua murid yang memiliki keahlian di bidang tersebut dapat diminta bantuannya. Guru olahraga atau pendidikan jasmani juga dapat diikutsertakan dalam pembinaan UKS di sekolah untuk proses pemanfaatan UKS di SD Inpres 24 Ambon. Oleh karena itu, dengan mempunyai pengetahuan yang baik tentang pemanfaatan pelayanan UKS tersebut, akan terlahir sikap kesehatan yang baik pula, dan hal ini tentunya akan diterapkan oleh para siswa untuk melakukan sebagai bentuk tindakan hidup bersih dan sehat dalam kehidupannya sehari-hari dimanapun berada.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian sekaligus pembuktian hipotesis yaitu :
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa dengan pemanfaatan pelayanan usaha kesehatan sekolah (UKS) di SD Inpres 24 Ambon, dibuktikan dengan hasil Fisher's Exact Test (p = 0,004).
Ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan pemanfaatan pelayanan usaha kesehatan sekolah (UKS) di SD Inpres 24 Ambon, dibuktikan dengan hasil Fisher's Exact Test (p = 0,002).
SARAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 86 responden hanya 16 reponden yang kurang baik memanfaatkan pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di SD Inpres 24 Ambon, oleh karena itu peneliti memberikan saran kepada beberapa pihak antara lain :
Bagi Kepala Sekolah SD Inpres 24 Ambon
Hendaknya senantiasa lebih berusaha meningkatkan pelaksanaan UKS, baik melalui dana berbagai sumber atau melalui terobosan-terobosan yang dapat dilakukan, misalnya memberikan porsi anggaran yang cukup untuk pelaksanaan UKS agar para siswa lebih memahami tentang bagaimana memanfaatkan pelayanan UKS dengan baik.
Bagi Guru Pendidikan Jasmani SD Inpres 24 Ambon
Hendaknya untuk berusaha membangun kerjasama dan kemitraan dengan instasi lain seperti kepolisian, dinas pertanian, atau PMI untuk mengadakan penyuluhan kesehatan
Bagi Puskesmas Belakang Soya
Hendaknya untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi siswa baik yang bersifat terprogram ataupun incidental
Bagi Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Ambon
Diharapkan agar lebih sering mengadakan perlombaan UKS baik di tingkat Kecamatan ataupun Kota.Hal ini dimaksud agar sekolah termotivasi meningkatkan pelaksanaan UKS.
Bagi Siswa atau Responden
Diharapkan untuk selalu terlebih dahulu memanfaatkan pelayanan usaha kesehatan sekolah (UKS) di sekolah bila sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Arum Fitriani, 2013.Pengetahuan tentang Usaha Kesehatan Sekolah dan pola hidup sehat kelas IV, IV dan VI SD Negeri 2 Tejasari, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. (diakses 16 september 2015).
Dikes Kota Ambon, 2014. Bidang Promosi Kesehtan : Data Dasar Usaha Kesehatan Institusi (UKI) Tahun 2014. Ambon
Dikes Provinsi Maluku, 2013.Bidang Promosi Kesehtan : Data UKS Tahun 2013. Ambon
Erlisa Candrawati, 2015. Pelaksanaan program UKS dengan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang.(diakses 5 september 2015).
Hidayat, A,A,A, 2009. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta.
Kemendiknas, 2011.Pedoman pelaksanaan UKS di sekolah. Jakarta
Kemenkes RI, 2013. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta
Kemenkes RI, 2015. Petunjuk Tekinis, Penjaringan Kesehatan & Pemeriksaan Berkala Di Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta
Nadia, 2012.Hubungan Pelaksanaan Program usaha Kesehatan Sekolah terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Siswa SDN 13 Seberang Padang Utara Tahun 2012. (diakses pada tanggal 11 september 2015)
Notoatmodjo, 2010.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Soenarjo R.J, 2002. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sudigdo Sastroasmoro & Sofyan Ismael, 2011.Dasar dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi 4.Sagung Seto.
Sujarweni W. V. 2014 Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media
Suryadi, 2012.Faktor-faktor yang berhubungan dengan PHBS pada murid SD Negeri 1 Subulussalam pada tahun 2011.(diakses 13 september 2015).
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Siswa Dengan Pemanfaatan Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di Sd Inpres 24 Ambon / Jurnal Kesehatan Ukim 2015
6
6