Hubungan Manusia Dengan Alam: Pandangan Geografi dan Lingkungan Hidup
gjgggiuug
Hubungan Manusia Dengan Alam: Pandangan Geografi dan Lingkungan Hidup
Makalah Hubungan Pertambangan dengan Kehutanan S1 tambang unmul 2015Deskripsi lengkap
”Hubungan Fisika Dengan Farmasi”
makalah etika keperawatan
hubungan etika dengan bisnisFull description
Hubungan Arsitektur Dengan Kebudayaan. 1. Kebutuhan 2. Metoda 3. Asosiasi Dan Pemakaian Yang Tepat 4. Kesezamanan Pengertian ArsitekturFull description
Sosiologi merupakan pendekatan studi tentang pendidikan, menghantar-kan untuk memahami kaitannya sosiologi dengan pendidikan.Full description
use this
Deskripsi lengkap
Full description
PANCASILA DAN PAJAKFull description
Deskripsi lengkap
Hubungan kepolaritasan dengan nilai Rf Ketika memisahkan dua atau lebih senyawa melalui kromatografi, sangat penting untukmemilih pelarut yang benar sebagai fase gerak. Jika terlalu lemah pelarut yang dipilih darieluting, akan memakan waktu yang sangat lama dan volume pelarut yang digunakan sangat besar untuk mengelusi senyawa. Jika terlalu kuat pelarut yang dipilih dari eluting, semua senyawa akan segera dielusi. Senyawa polar dengan mudah larut dalam pelarut polardan memiliki afinitas rendah untuk pelarut nonpolar. nonpolar. Senyawa memiliki afinitas tinggi untuk pelarut dengan polaritas yang mirip dengan diri mereka sendiri (Sermaand Bernard, 200! "ilai #f tergantung pada (Bidlingmayer, $%&'!
) Sifat polar pelarut yang digunakan) Sifat *olar dari fase diam) Sifat *olar sampel) Kondisi per+obaan Suatu senyawa yang mempunyai nilai lipofilitas tinggi berarati mudah larut dalamlipid atau pelarut non polar, maka akan mempunyai harga #f #f yang rendah sedangkansenyawa yang mempunyai nilai lipofilitas rendah berarti senyawa tersebut tidak mudah larutdalam lipid atau pelarut non polar, maka harga #fnya bernilai tinggi. -ase gerak yangdigunakan yangdigunakan dilakukan pemilihan beberapa +ampuran fase gerak atau eluen dengan berbagai perbandingan untuk mendapatkan +ampuran fase gerak yang optimum (unardi, dkk., 200%! /elah /elah disebutkan sebelumnya bahwa polaritas sampel dan lau pergerakan berbandingterbalik. Semakin tinggi polaritas senyawa, fase diam dari senyawa dengan afinitas yanglebih besar akan mempunyai nilai #f yang semakin ke+il. Semakin rendah polaritas senyawa,semakin tinggi afinitas untuk pelarut dan semakin besar nilai #f. Jika pelarut berubah dari pelarut polaritas rendah (seperti he1ane! ke polaritas yang lebih tinggi (seperti etil asetat! kekuatan eluasi akan meningkat dan akan meningkatkan semua nilainilai #f. /empat /empat dengannilai #f tertinggi adalah yang paling polar (bergerak ter+epat!, dan tempat dengan nilai #fterendah adalah yang paling polar (bergerak lambat! (Serma and Bernard, 200!. 6.3 Pembahasan penggunaan kombinasi eluen alam per+obaan ini digunakan beberapa ma+am perbandingan kombinasi eluenantara toluene dan etil asetat. 3al ini dikarenakan berbagai senyawa fitokimia memberikannilai #f yang berbeda pada sistem eluen yang berbeda. 4ariasi 4ariasi nilai #f pada fitokimiamemberikan petunuk penting dalam memahami polaritas senyawa fitokimia serta membantuuntuk memilih sistem pelarut yang sesuai untuk pemisahan senyawa murni denganmenggunakan kromatografi kolom. 5ampuran pelarut dengan polaritas yang bervariasi pada perbandingan yang berbedabeda dapat digunakan digunakan untuk memisahkan senyawa murni tertentudari ekstrak tanaman. *emilihan sistem pelarut yang sesuai untuk ekstrak tanaman tertentuhanya dapat di+apai dengan menganalisa nilai #f senyawa pada sistem pelarut yang berbeda beda. engan demikian informasi ini dapat membantu untuk untuk pemilihan sistem pelar ut yang
lebih besar akan mempunyai nilai Rf yang semakin kecil. Semakin rendah polaritas senyawa,semakin tinggi anitas untuk pelarut dan semakin besar nilai Rf. Jika pelarut berubah dari pelarut polaritas rendah (seperti hexane) ke polaritas yang lebih tingg i (seperti etil asetat)kekuatan asetat)kekuatan eluasi akan meningkat dan akan
meningkatkan semua nilainilai Rf. !empat dengannilai Rf tertinggi adalah yang paling polar (bergerak tercepat), dan tempat dengan nilai Rfterendah adalah yang paling polar (bergerak lambat) (Serma and "ernard, #$$%) Seharusnya, semakin rendah polaritas senyawa, semakin tinggi afinitas untuk pelarutdan semakin besar nilai #f. "amun pada per+obaan ini, piperin yang bersifat non polar lebihtertarik ke fase gerak yang bersifat paling non polar yaitu perbandingan eluen toluenetilasetat 6 '0 tetapi arak pergerakan totolan piperin lebih dekat dan diperoleh nilai #f yang paling rendah. 3al ini karena pada dasarnya piperin yang merupakan senyawa non polar akanlebih tertarik untuk ke fase gerak yang non polar, dibandingkan dengan fase diam yang polar,sesuai dengan prinsip like dissolve like