HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT ILMU DENGAN KEPERAWATAN, ILMU DAN TEKNOLOGI
Disusun Oleh : Kelompok 1-2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
1. FILSAFAT ILMU 1.1 Pengertian Pengertian Filsafat Ilmu dalam Ismaun (2001) : a. Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual. b. Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan) c.
A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metodemetodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
d.
Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
e. May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu. f. Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action,
including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teoriteorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan g. Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedurprosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika). Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu,seperti: a.
Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
b.
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
c.
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun, 1982).
1.2 Fungsi Filsafa Ilmu Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana. 1.3 Substansi Filsafat Ilmu Substansi filsafat ilmu, ada empat bagian yaitu substansi yang berkenaan dengan: a. fakta atau kenyataan b. kebenaran (truth) c. konfirmasi d. logika inferensi. (Ismaun,2001)
2.
Keperawatan
2.1 Pengertian a. Pada Lokakarya Nasional Tahun 1983
Telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
b. Florence Nightingale (1895) Mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. c. UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan. d. ICN (international council of nursing) tahun 1965. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit. Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidahkaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap. Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan
komunitas
dan
ilmu
keperawatan
klinik,
yang
apluikasinya
menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia”. Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosiospiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa hakikat dari ilmu keperawatan adalah mempelajari tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang difokuskan pada kepedulian perawat terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pasien atau disebut dengan care. Hal ini berbeda dengan hakikat kedokteran adalah pengobatan atau disebut cure. 2.2 Manfaat ilmu Keperawatan (aksiologi ilmu keperawatan) Jean Watson memandang ilmu keperawatan dapat memberikan faedah dalam kehidupan, yaitu : a. Membentukan sistem humanistic dan altruistic. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri seseorang dapat dinilai pada usia dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua. Sistem nilai humanistic altruiistic ditingkatkan melalui pengalaman hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Ilmu keperawatan dimulai membentuk sistem nilai humanistic dan altruistik dengan promosi kesehatan b.
Menanaman (melalui pendidikan) faith-Hope Merupakan hal yang sangat penting dalam pelayanan keperawatan. Perawat perlu selalu memiliki positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c.
Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain, Pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa. Ilmu keperawatan mengembangkan kepekaan diri kepada orang lain dalam pelayanan keperawatan hingga tumbuh rasa empathi
d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya (a helping trust relationship) Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran,
empati, kehangatan dan komunikasi efektif. Pelayanan keperawatan yang komprehansif membutuhkan “helping trust relationship”. e.
Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan, baik Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan
f.
Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat interpersonal
g.
Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan atau memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual.
h.
Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhankebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)
i.
Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic
j.
praktek keperawatan “caring” ditujukan untuk perawatan kesehatan yang ekpresi perasaan positif maupun negatif.
k. holistik dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan Bila dilihat dari penjabaran diatas, filsafat Keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien(individu, keluarga,kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut: a. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan. b. Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan mengatasi umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupan untuk mencapai kesejahteraan. c. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien. d. Sebagai Kolaborator dengan tim kesehatan lainnya. Denagn memiliki program pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan kecacatan. Sedangkan jika dipandang secara esensinya ilmu keperawatan yang meliputi:
a. Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprensif dan tidak bisa dilakuakn secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya. b. Bentuk
pelayanan
keperawatan
harus
diberikan
secara
langsung
dengan
memperhatikan aspek kemanusiaan. c. Setiap orang berhak mendapatkan keperawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi d. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendirisendiri e. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
3. Ilmu 3.1 Pengertian Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai sesuatu yang telah disistematisasi dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal itu. Jadi berarti ada metode, ada sistem, amda satu pandangan yang dipersatukan (memberi sintesis), dan yang dicari ialah sebab-sebabnya. Menurut Cambridge-Dictionary 1995, Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan
tertentu dengan sistem, metode untuk
berkembang serta berlaku universal yang dapat diuji kebenarannya. Tentang pengertian ilmu ditinjau dari segi bahasa, dalam bahasa Arab ilmu berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan dalam bahasa Indonesia biasanya ilmu itu terjemahan dari science. Ilmu dalam arti science hanya sebagian dari al-ilm dalam bahasa arab. Karena itu kata science seharusnya diterjemahkan sains (Tafsir, 2006). , The Liang Gie menjelaskan bahwa ilmu adalah serangkaian aktivitas manusia yang manusiawi (human), yang rasional dan kognitif dengan berbagai methode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan. Aktivitas yang dimaksud adalah segala kegiatan atau rangkaian kegiatan atau proses yang dijalani oleh para ahli (misalnya fisikawan, sosiolog) untuk membangun pengetahuan ilmiah sesuai
dengan pemahaman masing-masing tentang dunia, yang akhirnya melahirkan pluralitas tujuan ilmu. 3.2 Klasifikasi Adapun nama-nama ilmu dibagi menjadi: a. Kealaman, seperti Astronomi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumu, Ilmu Hayat b. Sosial, seperti Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi dan Politik c. Humaniora, seperti seni, Hukum, Filsafat, Bahasa, Agama dan Sejarah (Tafsir,2006) 3.3 Objek Ilmu Objek ilmu yang dikemukakan oleh Purwadarminta, yaitu a. Objek Material, yakni seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu b. Objek Formal, yakni objek material yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan antara satu ilmu dengan yang lainnya, jika berobjek material yang sama 4. Teknologi 4.1 Pengertian Secara etimologis, menurut Runes, akar kata teknologi adalah techne yang berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek atau kecakapan tertentu, pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode, seni. Adapun logos menurut The Liang Gie, sebagai akar kata logi, tidak mengacu pada status ilmiah dari teknologi, sebagaimana ditemukan dalam istilah antropologi, biologi, sosiologi, namun lebih mengacu pada makna tata pikir atau pun keteraturan, sebagaimana ditemukan dalam istilah kronologi dan ideologi. 4.2 Perkembangan filsafat ilmu dan imlu pengetahuan teknologi a. Filsafat Ilmu Dan IPTEK Pada Periode Klasik Pada periode ini, baik filsafat ilmu dan IPTEK bisa dianggap sebagai sesuatu yang identik atau suatu kesatuan. Belum ada ilmu pengetahuan spesifik yang lahir pada periode ini. Tema yang menjadi perhatian utama filsuf pada periode ini adalah segala kejadian atau perubahan yang ada di alam. Mereka tertarik pada perubahan yang terjadi di alam dan berusaha mencari prinsip atau hakikat dibalik fenomena tersebut. Filsuf yang terkenal pada periode ini misalnya Thales, dia berpendapat bahwa hakikat dari segala sesuatu di dunia ini adalah air. Filsuf lainnya adalah Pythagoras yang terkenal dengan teorema Pythagoras. Ia berpendapat bahwa suatu gejala fisis dikuasai oleh hukum matematis yang dia ambil dari penemuannya terhadap interval-interval
utama tangga nada yang dinotasikan dengan perbandingan bilangan. Pythagoras juga menyatakan bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api). b. Filsafat Ilmu dan IPTEK Pada Periode Abad Pertengahan Pada abad pertengahan, perkembangan Filsafat ilmu dan IPTEK sangat dipengaruhi oleh doktrin agama karena pada masa itu terdapat dua agama besar, Islam dan Nasrani yang memiliki peranan besar terhadap kehidupan pada masa itu. Pada periode ini terdapat masa skolastik, yaitu masa dimana filsafat dan IPTEK berhenti berkembang karena kebebasan berpikir para filsuf atau pemikir dibatasi oleh pihak gereja. Semua hal diatur berdasarkan doktrin agama yang lebih menitik beratkan pada keyakinan. Apabila para filsuf memiliki pemikiran yang berbeda dengan ketentuan gereja, maka filsuf tersebut akan dianggap sebagai pembangkang dan dijatuhi hukuman berat. Sebagai contoh, pada akhir masa pertengahan Galileo Galilei dijatuhi hukuman mati oleh gereja karena teorinya yang mendukung Copernicus bahwa pusat tata surya adalah matahari. Teori tersebut dianggap tidak sesuai dengan keyakinan gereja yang pada saat itu menganut paham geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Contoh filsuf yang terkenal pada periode ini adalah Agustinus, yang pemikirannya banyak dilatar belakangi ajaran agama Kristen. c. Filsafat Ilmu dan IPTEK Pada Periode Abad Modern Tidak terdapat penunjuk waktu yang jelas sebagai pembatas antara abad pertengahan dengan abad modern, tetapi mayoritas menganggap bahwa awal mula perkembangan filsafat dan IPTEK masa modern diawali dengan gerakan Renaissance pada abad XIV. Perkembangan tersebut dimatangkan dengan gerakan Aufklaerung pada abad XVIII ditandai dengan menonjolnya liberasi, emansipasi dan otonomi diri, perkembangan IPTEK, serta munculnya unsur-unsur kebebasan, individualisme, rasionalisme, optimisme, kreatif dan inovatif. Pada masa ini IPTEK mulai memisahkan diri dari filsafat. Ilmu pengetahuan mulai lahir dan berkembang pesat. Para filsuf meletakkan dasar filsosofisnya untuk perkembangan dalam bidang IPTEK, seperti Machiavelli, Giordano Bruno, Francis Bacon,Rene Descartes, Baruch de Spinoza, Blaise Pascal dan Leibniz. d. Filsafat Ilmu dan IPTEK Periode Kontemporer Pada periode kontemporer, IPTEK berkembang dengan pesat sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia dan realitas sosial. Perkembangan sains dan teknologi pada abad ke-20 memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan manusia. Pemahaman manusia mengenai alam dan kejadian didalamnya menuju pada level yang lebih tinggi dimana banyak penemuan baru yang berhasil meruntuhkan hukum-hukum sains yang berlaku sebelumnya. Seperti teori fisika klasik Newton
yang dimentahkan oleh teori fisika kuantum dan mungkin penemuan akan dimentahkan lagi oleh teori berikutnya mengingat pola pikir manusia yang terus berkembang disertai usahanya yang terus menerus untuk menyingkap hakikat alam semesta ini. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan IPTEK dapat berjalan dengan tiga cara yaitu: a. Kontinu-linear menuju suatu kemajuan b. Sirkular-siklis dimana ada usaha untuk mengulang kebenaran atau prinsip terdahulu dalam kondisi dan zaman yang berbeda. c. Diskontinu-dialektis dimana kenyataan yang berlaku saat itu akan mendapat tentangan, lalu terjadi sintesis sebagai jalan keluar untuk meneruskan perkembangan tersebut.
Hubungan... a. Kaitan filsafat ilmu dengan keperawatan Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasarirealitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris. Falsafah keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga falsafah keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi. Manfaatnya dari filsafat, dalam keperawatan, yaitu ; a) Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.Dalam hal ini keperawatan merupakan suatu ilmu sehinggga dapat ditelusuri dan dibuktikan kebenarannya b) Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup. Keperawatan merupakan ilmu yang memberikan pelayanan kepada klien dapalm kondisi sehat maupun sakit sehingga filsafat dapat memberikan pandangan tentang cara hidup dan pandangan hidup yang sehat.
c) Panduan tentang ajaran moral dan etika. Dalam memberikan asuhan keperawatan membutuhkan moral dan etika dalam pelaksanaannya. b. Filsafat dengan ilmu Filsafat dan keseluruhan ilmu itu bertemu pada satu titik, titik itu adalah semua yang ada dan yang mungkin ada, yang disebut dengan objek materia, akan tetapi ilmu dan filsafat tetap berbeda, tidak sama, karena berbeda pada objek formanya. Objek forma ilmu itu adalah mencari sebab yang sedalam-dalamnya, sedangkan objek forma filsafat adalah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya. (Arbas,2010) c. Filsafat ilmu dengan teknologi Filsafat dan IPTEK adalah dua hal yang saling berhubungan. Secara historis, kelahiran ilmu pengetahuan berawal dari filsafat, begitu juga sebaliknya filsafat ilmu juga semakin berkembang seiring dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, pemikiran manusia juga mengalami perkembangan linear, dahulu masyarakat Yunani kuno mendasari pemikiran mereka dengan mitos, kemudian berkembang menjadi lebih rasional dengan paham teologi mereka, pemikiran inipun terus berkembang sampai melahirkan science dan teknologi yang dapat dirasakan manfaatnya sampai sekarang. Awalnya ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu dianggap sebagai sesuatu yang identik, dalam artian ilmu pengetahuan merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi mengenai ilmu juga bergantung pada sistem filsafat yang dianut pada saat itu. Setelah abad ke-17, sejalan dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka mulailah terjadi pemisahan antara filsafat ilmu dan IPTEK. Pemisahan ini dapat dianalogikan sebagai sebuah pohon yang terus berkembang, dimana filsafat ilmu berperan sebagai batang induknya dan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai cabangnya. Cabang ini terus berkembang membentuk ilmu-ilmu baru yang juga melahirkan sub-sub ilmu yang sifatnya lebih khusus. Tiap-tiap cabang lalu memisahkan diri dari batang induknya, yaitu filsafat ilmu yang kemudian berkembang sesuai metodologinya masing-masing. Walaupun cabang-cabang ilmu pengetahuan ini berbeda, akan tetapi mereka tetap berhubungan satu sama lain karena berasal dari satu batang induk yang sama.
Ismaun, (2001), filsafat ilmu, (diktat kuliah), bandung : upi bandung.
Jujun s. Suriasumantri, (1982), filsafah ilmu : sebuah pengantar populer, jakarta: sinar harapan. Asmadi, 2008, konsep dasar keperawatan, egc : jakarta Hidayat a aziz alimul,2002, pengantar dokumentasi proses keperawatan,
egc,
salemba
medika: jakarta Arbas, pirhat. Hubungan filsafat, ilmu, dan agama media akademika volume 25, no. 2, april 2010