1.1.1 Hubungan Al Qur’an dan Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara1, pendidikan diartikan sebagai segala daya upaya yang dilakukan untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak yang diselaraskan dengan kehidupan masyarakat dan lingkugan sekitarnya untuk mencapai kesempurnaan hidup. Pendidikan juga memiliki pengertian upaya memelihara dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran yang akan mengarahkan 2
manusia menuju pencerahan pengetahuan. Pendidikan memiliki tujuan mewujudkan perubahan pada peserta didik yang telah menjalani proses pendidikan menjadi lebih 3
baik dalam berperilaku baik secara individu maupun dalam kehidupan sosialnya.
Dengan kata lain, pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran, penanaman akhlak dan budi pekerti, serta perubahan menuju lebih baik. Berdasarkan definisi pendidikan yang seperti ini, maka sebenarnya kandungan yang terdapat pada Al-Qur’an merupakan bagian dari pendidikan itu sendiri. Al
Qur’an diturunkan ke bumi melalui nabi Muhammad SAW untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Allah juga menurunkan Al Qur’an untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam. AlQuran mengajarkan banyak hal kepada manusia dari persolan keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan muamalah sampai kepada asas-asas ilmu pengetahuan. Di antara fungsi Al-Quran antara lain sebagai petunjuk (Al Huda) bagi manusia, pemisah (Al Furqon) antara yang hak dan yang batil, yang benar dan yang salah, obat (As
Syifa’) bagi penyakit hati manusia, dan nasehat dan petuah (Al Mau’idzoh) bagi manusia. Namun, kandungan dalam Al Qur’an ini tidak akan memberikan pengaruh bagi manusia jika tidak dipelajari dan dipahami.
Al Qur’an tidak mengalami perubahan sedikitpun sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad sampai saat ini, bahkan sampai akhir zaman sekalipun. Allah telah
menjamin penjagaan keaslian, kemurnian, dan keakuratan Al Qur’an hingga hari akhir nanti, sesuai dengan firmanNya:
1
http://www.diwarta.com/pengertian-pendidikan-menurut-ki-hajar-dewantara/773/ Tim Pengembang Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (PT IMTIMA) 3 Dr. Moh., Roqib, M.Ag, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat (PT LKiS Printing Cemerlang,2009) 2
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
Trusted by over 1 million members
Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an dan sesungguhnya Kami benar- benar benar memeliharanya.” (Q.S. Al Hijr :19)
Keistimewaan lain dari Al Qur’an adalah bisa memberikan syafa’at bagi orang yang membaca, mengkaji, dan menghafalkannya pada hari kiamat kelak, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah yang artinya:
“Bacalah Al Qur’an karena ia adalah pemberi syafa’at bagi para pembacanya di hari kiamat! Bacalah a z-Zahrawin , (yaitu) surat Al Baqarah dan Ali Imran karena keduanya akan datang pada hari Kiamat seperti awan atau seperti sekelompok burung yang berbondong-bondong melindungi para pembacanya” 4
Menurut Ablah Jawwad , anak-anak usia lima tahun sudah waktunya diberi pengajaran tentang Al-Qur’an dan fiqh secara lebih intensif. Anak -anak -anak di usia ini lebih mudah mendapatkan hafalan (al-Qur’an dan hadits) dengan cara mendengarnya. Materi yang dihafalkan anak sejak usianya masih dini akan menetap dalam ingatannya dengan baik. Masa efektif untuk menghafal berlangsung sampai usia lima belas tahun. Hal ini dimungkinkan karena semakin bertambah usia, anak akan memiliki kepentingan yang semakin kompleks yang akan berpengaruh pada konsentrasi dan keinginannya dalam menghafal. Maka dari itu, usia anak setingkat TK-SMP merupakan masa-masa yang tepat untuk mulai mengajarkan anak menghafal Al
Qur’an.