Home Care
BENTUK-BENTUK PERAWATAN LANSIA DI RUMAH
"PELAYANAN HOME CARE PADA LANSIA"
Perawatan kesehatan di rumah bukanlah suatu konsep baru dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu William Rathbone of Liverpool, England, dan juga Florence Nightingale melakukan perawatana kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan bagi klien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama mereka dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan lingkungan, dan gizi buruk sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai jenis penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat (Smith & Maurer, 2000).
Kunjungan rumah juga dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat serta meminimalkan resiko penyakit infeksi masyarakat, serta mencegah dari kekambuhan penyakit (Stanhope & Lancaster, 1996).
Seiring dengan perkembangan IPTEK dan teknologi medis di era globalisasi ini, berdampak pada sistem pelayanan kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin meningkat dan berubah dari konsep perawatan dan pengobatan di rumah sakit/klinik menjadi kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien/keluarga dengan penyakit terminal. Disamping itu, penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pembangunan, seperti perbaikan gizi, perilaku sehat, tersedianya bermacam jenis obat, peningkatan kualitas pengobatan dan perawatan berbagai penyakit akibat proses penuaan memungkinkan seseorang dapat menikmati usia lanjut sehingga usia harapan hidup manusia juga meningkat. Terjadinya booming pada populasi lansia di abad ke-21 ini merupakan salah satu issue penting bagi dunia, baik di negara maju dan negara yang sedang berkembang (Ebersole & Hess, 1998; Reimer, 1998). Di Indonesia terjadi peningkatan umur harapan hidup lansia dari usia 58 tahun pada tahun 1986 menjadi usia 65 tahun pada tahun 1995 (Depkes, 2003) dan terjadi peningkatan populasi lanjut usia secara signifikan, yaitu 3,96 % setiap tahunnya dan diperkirakan dapat mencapai angka 22.277.700 jiwa pada tahun 2000 (Boedhi-Darmojo & Martono, 1999).
Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan penurunan angka kelahiran dan kematian mengakibatkan komposisi penduduk Indonesia mengarah ke penduduk berstruktur tua artinya jumlah lanjut usia semakin meningkat. Meningkatnya jumlah lanjut usia, di satu sisi dapat dipandang sebagai asset nasional, namun di sisi lain dapat dipandang sebagai problematika sosial yang memerlukan perhatian khusus. Hal ini disebabkan oleh adanya siklus kehidupan manusia yang terus menerus mengalami proses penuaan secara biologis dalam kehidupannya. Kondisi tersebut menimbulkan berbagai masalah, yaitu menurunnya kemampuan fisik dan mental, keterbatasan berinteraksi social dan menurunnya produktifitas kerja. Permasalahan lainnya adalah rasio ketergantungan antara penduduk tua dengan penduduk usia produktif semakin meningkat, lanjut usia mengalami masalah kesehatan yang signifikan, meningkatnya jumlah lanjut usia terlantar bahkan yang lebih memprihatinkan adanya kasus lanjut usia menjadi korban tindak kekerasan (Ebersole & Hess, 1998; Reimer, 1998).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia. Salah satu diantaranya adalah Program Home Care (Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di Rumah/ Lingkungan Keluarga).
A. DEFINISI
Bentuk pelayanan Pendampingan dan Perawatan Lanjut Usia di rumah (Home Care) sangat tepat untuk diterapkan dalam masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada nilai-nilai budaya timur, sebagai wujud perhatian terhadap lanjut usia dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Pelayanan lanjut usia di rumah (home care) sangat membantu lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental dan sosial, termasuk memberikan dukungan dan pelayanan untuk hidup mandiri, sehingga mengurangi beban baik dari anggota keluarga, teman, kerabat maupun tetangga yang membantu memenuhi kebutuhan lanjut usia.
Menurut Warhola (1980, dalam Smith & Maurer, 2000) perawatan kesehatan trumah adalah suatu pelayanan kesehatan secara komprehensif yang diberikan kepada klien/individu atau keluarga di temapat tinggal mereka (di rumah), bertujuan untuk memandirikan klien dalam pemeliharaan kesehatan, peningkatan derajat kesehatan, upaya pencegahan penyakit, dan risiko kekambuhan serta rehabilitasi kesehatan.
Perawatan kesehatan rumah (home care) juga dapat diartikan sebagai kesatuan yang memungkinkan pelayanan kesehatan dilakukan secara bersamaan ataupun kombinasi dari berbagai profesi kesehatan sebagai satu kesatuan tim untuk mencapai dan mempertahankan status kesehatan klien secara optimal (Smith & Maurer, 2000).
Home care bagi lansia merupakan salah satu unsur pelayanan kesehatan secara luas yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tinggal mereka untuk tujuan promotif, rehabilitatif, kuratif, asesmen dan mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Sedikitnya terdapat empat kelompok penderita yang dapat secara efektif dan efisien dilakukannya home care yaitu penyakit kronik multisistem, kondisi terminal pada keganasan, kondisi kronik pada lansia dan demensia. Tentunya potensi-potensi setempat perlu dilibatkan seperti pihak keluarga, masyarakat, dokter keluarga, perawat keluarga, asuransi kesehatan, dan yayasan atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan untuk diajak menjalin kerjasama dalam berbagai beban seefektif mungkin (Walsh & Wieck, 1987).
Pendirian home care secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang rehabilitatif yaitu pencegahan sekunder dan tertier yaitu pengobatan kronik penderita keganasan/penyakit lainnya serta menghambat laju penyakit dan menghambat timbulnya keterbatasan-keterbatasan (disability) sehingga penderita dapat mempertahankan otonominya selama mungkin. Secara khusus, tujuan yang diharapkan dari Pendampingan dan Perawatan lanjut usia di rumah (Stanhope & Lancaster, 1996) adalah:
1. Meningkatnya kemampuan lanjut usia untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan dirinya secara fisik, mental dan sosial.
2. Terpenuhinya kebutuhan dan hak lanjut usia agar mampu berperan dan berfungsi di masyarakat secara wajar.
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah.
4. Terciptanya rasa aman, nyaman dan tentram bagi lanjut usia baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan dirumah (home care) diberikan kepada individu dan keluarga baik keluarga dengan lansia di rumah tinggal mereka yang melibatkan berbagai disiplin ilmu atau profesi dalam suatu tim kesehatan untuk melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan tujuan untuk memberikan kondisi yang sehat secara optimal dan terbebasnya klien dari penyakit yang diderita.
B. SASARAN
Adapun sasaran dari home care bagi lansia ini (Nugroho, 2008), antara lain
1. Lanjut usia 60 tahun ke atas
2. Lanjut usia yang tinggal sendiri dan lanjut usia yang tinggal bersama keluarga baik keluarganya sendiri maupun keluarga pengganti.
3. Lanjut usia yang mengalami hambatan, seperti lanjut usia yang sakit, lanjut usia penyandang cacat, lanjut usia uzur dan lain-lain.
4. Lanjut usia yang terlantar atau miskin.
C. KOMPONEN PERAWATAN KESEHATAN LANSIA DI RUMAH
Adapun komponen perawatan kesehatan lansia di rumah (Zang & Bailey, 2004) antara lain :
1. Komponen pokok
a. Klien
Klien adalah usila yang akan menerima perawatan di rumah dan salah satu anggota keluarga bertindak sebagai penanggung jawab yang mewakili klien. Apabila diperlukan dapat menunjuk seorang sebagai pengasuh (caregiver) yang akan melayani kebutuhan sehari-hari klien.
b. Pengasuh
Pengasuh adalah sanak famili, relawan, tetangga atau kerabat anggota keluarga yang bertugas menjaga dan merawat klien sehari-hari di rumah. Umunya mereka adalah yang dapat mendukung dan membantu klien, sehingga mereka dapat diberdayakan sesuai kemampuan dan kondisinya.
c. Pengelola di rumah
Pengelola perawatan di rumah adalah institusi/yayasan yang bertanggung jawab terhadap seluruh pengelolaan perawatan kesehatan di rumah, baik penyediaan tenaga kesehatan, fasilitas yang dibutuhkan, sarana dan prasarana, mekanisme pelaksanaan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pengelola dapat sebagai bagian dari rumah sakit, puskesmas, klinik, ataupun secara mandiri.
d. Koordinator kasus
Koordinator kasus adalah tenaga kesehatan profesional yang di bantu oleh tenaga kesehatan lain terkait dengan fungsinya sebagai pengelola pelayanan kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan.
e. Pramusila
Pramusila merupakan tenaga sukarela ataupun yang diberi imbalan untuk melaksanakan kegiatan dan tugas-tugas perawatan kesehatan di rumah. Pramusila adalah salah satu komponen penting bagi pencapaian keberhasilan perawatan kesehatan di rumah. Ada tiga jenis pramusila yaitu
2. Komponen penunjang
Komponen penunjang terdiri dari tim perawatan kesehatan masyarakat yang berada di puskesmas, dokter keluarga yang berada di masyarakat, dan tim kesehatan dari rawat rumah yang berada di rumah sakit, terutama yang memiliki klinik geriatrik.
a. Tim perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas)
Tim perawatan kesehatan masyarkat adalah tim dari unit pelayanan keperawatan kesehatan rumah yang berada di puskesmas yang terdiri dari berbagai tim/tenaga kesehatan yang berada di puskesmas.
b. Dokter keluarga
Dokter keluarga merupakan dokter yang melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara mandiri ataupun berkelompok.
c. Tim rawat rumah (RR)
Tim ini adalah tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli gizi, therapis, dll yang bertugas untuk melaksanakan tindak lanjut pelayanan kepada klien di rumah setelah dinyatakan dapat menjalani proses rawat jalan oleh dokter yang merawat. Pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat holistic dengan memperhatikan aspek psikososial, ekonomi dan budaya yang penyelenggaraannya bekerja sama dengan puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar yang dekat dengan masyarakat.
D. KEBIJAKAN/PERATURAN PEMERINTAH YANG TERKAIT
Untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan prasarana lansia dan mutu pelayanan yang diberikan, maka berbagai pendekatan perlu dilaksanakan, salah satunya adanya hukum dan perundang-undangan, antara lain :
1. UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo
2. UU No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai tenaga kerja
3. UU No. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok kesejahteraan sosial
4. UU No. 3 tahun 1982 tentang jaminan sosial tenaga kerja
5. Permenkes No. 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
6. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor 05 Tahun 1990 tentang pembentukan kelompok kerja tetap kesejahteraan usia lanjut
7. Surat keputusan menteri kesehatan Nomor 134 Tahun 1990 tentang pembentukan tim kerja geriatri
8. UU Kes.No. 23 tahun1992 tentang kesehatan
9. UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
10. UU No. 4 tahun1992 tentang perumahan dan pemukiman
11. UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
12. PP No. 21 tahun 1994 tentang penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera
13. PP No. 27 tahun 1994 tentang pengelolaan perkembangan kependudukan
14. PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
15. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (tambahan lembaran negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No. 4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan bagi orang jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
a. Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan kelembagaan
b. Upaya pemberdayaan
c. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak potensial
d. Pelayanan terhadap lansia
e. Perlindungan sosial
f. Bantuan sosial
g. Koordinasi
h. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi
i. Ketentuan peralihan
16. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
17. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang registrasi dan praktik perawat
18. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional perawat
19. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
20. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
21. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
22. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas
E. KONTRAK DALAM PERAWATAN KESEHATAN RUMAH
Kontrak atau perjanjian antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien dan keluarga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan perawatan kesehatan di rumah. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan kontak (Zang & Bailey, 2004) yaitu :
1. Persetujuan atau kesepakatan antara yayasan/agency dengan klien dan keluarga tentang pelaksanaan dan perencanaan perawatan di rumah dan catatan medis. Kontrak tersebut memperbolehkan klien dan keluarga untuk menyusun tujuan sendiri ataupun membantu memecahkan masalah perawatan klien sesuai rencana perawatan /pengobatan dokter dalam kesepakatan yang tercantum (yang dibuat).
2. Kontrak berhubungan langsung dengan proses keperawatan dan dapat diselesaikan sesuai dengan tahapan proses keperawatan, yaitu, pengkajian, perumusan masalah/diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Dimana dalam setiap tindakan berkaitan dengan asuhan keperawatan tersebut akan dilakukan atas persetujuan klien/keluarga.
3. Jika selama kunjungan atau perawatan di rumah ada kesesuaian kesepakatan antara yayasan/pemberi layanan/agency dan klien/keluarga, maka kontrak tersebut dapat dilanjutkan pada kunjungan berikutnya, akan tetapi bila tidak memungkinkan/tidak ada kesesuaian maka kontrak dapat ditinjau kembali.
4. Pembuatan kontrak dapat dilakukan secara nonformal (lisan) ataupun tulisan (formal), tergantung dari persetujuan dan kesepakatan bersama kedua belah pihak antara yayasan/pemberi jasa layanan/agency dengan klien/keluarga.
Kolaborasi interdisiplin ilmu atau profesi yang efektif dalam perawatan kesehatan rumah akan memberikan kesinambungan pelayanan kesehatan yang dapat memberikan kesadaran/kemandirian klien dan keluarga, sehingga program perawatan kesehatan dapat dilaksanakan secara komprehensif. Secara umum proses kolaborasi untuk perawatan kesehatan rumah diawali dengan adanya rencana pulang discharge plan dengan dokter untuk diminta persetujuannya. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi kepada yayasan/agency terkait yang akan melakukan perawatan di rumah, khususnya pelayanan perawatan yang diminta dokter. Dalam hal ini dapat berasal dari berbagai disiplin ilmu (profesi kesehatan lain seperti dokter, terapi fisik, perawat, bidan, ahli gizi, dll). Dokter akan menjelaskan rencana program pengobatan, perawatan, prognosis terapi, dan biaya yang dibutuhkan klien dan keluarganya (Zang & Bailey, 2004).
Mekanisme dan legislasi tanggung gugat dan pelaksanaan pemenuhan kebutuhan klien/keluarga disesuaikan dengan kewenangan profesi masing-masing dan ketentuan pemerintah yang berlaku. Untuk legalitas pelaksanaan perawatan kesehatan rumah, maka persyaratan medicare harus dipenuhi antara lain adanya kontrak/perjanjian bersama, pendokumentasian pelayanan dan kolaborasi interdisiplin tim, catatan perkembangan kesehatan klien, dan catatan koordinasi dan kolaborasi dalam penyelenggaraan perawatan. Dalam hal ini, keberhasilan tim kesehatan yang interdisiplin sangat tergantung dari banyak faktor diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta kemampuan seorang praktisi yang benar-benar berkompeten dan ahli bidangnya (Zang & Bailey, 2004).
F. STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN KESEHATAN RUMAH
Adapun standar dari praktek keperawatan kesehatan rumah, antara lain :
1. Standar I (Organisasi Pelayanan Kesehatan Rumah)
Semua pelayanan kesehatan di rumah direncanakan, disusun, dan dipimpin oleh seorang kepala/manajer perawat profesional yang telah dipersiapkan dengan kompetensi dalam pemberian pelayanan/asuhan keperawatan dalam kesehatan masyarakat dan termasuk proses administrasi dan pendokumentasian.
2. Standar II (Teori)
Perawat menetapkan konsep teoritis sebagai dasar keputusan dalam melaksanakan praktek/asuhan keperawatan.
3. Standar III (Pengumpulan Data)
Perawat secara terus menerus mengumpulkan, dan mendokumentasikan data yang luas, akurat, dan sistematis.
4. Standar IV (Diagnosa)
Perawat menggunakan data dari hasil observasi dan penilaian kesehatan klien untuk menentukan diagnosa keperawatan.
5. Standar V (Perencanaan)
Perawat mengembangkan rencana-rencana tindakan guna menentukan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Rencana didasarkan pada perumusan diagnosa keperawatan dan menggabungkan nilai-nilai dalam upaya pencegahan penyakit, tindakan pengobatan/kuratif dan tindakan rehabilitatif perawatan.
6. Standar VI (Intervensi)
Perawat dipedomani oleh intervensi keperawatan untuk memberikan rasa kepuasan, memulihkan status kesehatan, memperbaiki dan memajukan kesehatan, serta mencegah komplikasi dan penyakit lanjutan yang memerlukan tindakan rehabilitatif.
7. Standar VII (Evaluasi)
Perawat secara terus menerus mengevaluasi respon klien dan keluarga dalam penanganan guna menetapkan kemajuan terhadap hasil yang telah dicapai dan meninjau kembali data dasar diagnosa perawatan dan perencanaan yang telah disusun.
G. PROGRAM/KEGIATAN
Home care merupakan pelayanan kesehatan di rumah. Pelayanan kesehatan diberikan secara komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan menggunakan teknologi yang sederhana maupun teknologi tinggi tetapi tepat guna. Bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di rumah klien yang merupakan pelayanan professional, menggunakan metode sistematik dalam manajemen kasus. Lingkup pelayanan meliputi :
1. Pelayanan asuhan keperawatan
2. Konsultasi medik
3. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan terapeutik
4. Pelayanan informasi & rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan dalam rangka memandirikan klien dan keluarga
6. Hygiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbantuan untuk kegiatan sosial
Adapun program/kegiatan home care (perawatan kesehatan rumah) pada lansia yang dapat dilaksanakan, antara lain:
1. Manajemen kasus home care
a. Melakukan seleksi kasus
Melakukan spesifikasi pasien lansia dengan perawatan khusus (usia lanjut pasca rawat inap dan risiko tinggi) seperti cidera, diabetes mellitus, gagal jantung, asma berat, stroke, amputasi, luka kronis, nutrisi melalui infus, dll. Disamping itu, pelayanan perawatan rumah dilakukan juga bagi lansia mandiri meliputi upaya promotif dan preventif.
b. Melakukan pengkajian kebutuhan pasien
Perawat melakukan pengkajian pada kebutuhan pasien sepert kondisi fisik, kondisi psikologis, status sosial ekonomi, pola perilaku pasien, sumber-sumber yang tersedia di keluarga pasien.
c. Membuat perencanaan pelayanan
1) Membuat rencana kunjungan
2) Membuat rencana tindakan
3) Menyeleksi sumber-sumber yang tersedia di keluarga/masyarakat
d. Melakukan koordinasi pelayanan
1) Memberi informasi berbagai macam pelayanan yang tersedia
2) Membuat perjanjian kepada pasien dan keluarga/pendamping pasien tentang pelayanan
3) Menkoordinasikan kegiatan tim sesuai jadwal
4) Melakukan rujukan pasien
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelayanan
1) Memonitor tindakan yang dilakukan oleh tim
2) Menilai hasil akhir pelayanan (sembuh, rujuk, meninggal, menolak)
3) Mengevaluasi proses manajemen kasus
4) Monitoring dan evaluasi kepuasan pasien secara teratur
Untuk dapat menilai hasil pemantauan dan penilaian tersebut diatas, diperlukan indikator sebagai berikut :
No
Indikator
(dalam kurun waktu 1 tahun)
Target nasional
1
Prosentase pra usia lanjut yang dilayani (proporsi pra usia lanjut yang mendapat pelayanan dari yang membutuhkan pelayanan)
…………………%
2
Prosentase usia lanjut yang dilayani (proporsi usia lanjut yang mendapat pelayanan dari yang membutuhkan pelayanan)
…………………%
3
Prosentase Pramusila yang telah mendapat pelatihan
……………..%
4
Prosentase Pramusila yang aktif melakukan pelayanan
…………….%
5
Prosentase pengasuh yang terlibat dalam perawatan kesehatan di rumah
…………….%
6
Jadwal kegiatan tim
Ada/tidak
7
Notulen rapat tim minimal sekali dalam seminggu
Ada/tidak
8
Prosentase peningkatan kemandirian klien yang dirawat dinilai berdasarkan indeks ADL (Kazt, 1960)
…………..%
9
Frekuensi kunjungan Pramusila sesuai kontrak kerja
Ada/tidak
2. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
2) Lingkungan sosial dan budaya
3) Spiritual
4) Pemeriksaan fisik
5) Kemampuan pasien/lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari- hari
6) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga lansia
b. Diagnosa keperawatan
1) Aktual
2) Resiko
3) Potensial
c. Perencanaan keperawatan
1) Penentuan prioritas masalah
2) Menentukan tujuan
3) Menyusun rencana secara komprehensif
d. Implementasi keperawatan
1) Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil nama klien
2) Menyediakan penerangan cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya silau
3) Meningkatkan rangsangan panca indra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna yang dapat dilihat
4) Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto
5) Memberikan perawatan sirkulasi: hindarkan pakaian yang sempit, mengikat/menekan, mengubah posisi, dukung lansia untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu mandi
6) Memberikan perawatan pernafasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan penglihatan, kejang otot, dan hipotensi
7) Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, beri makanan menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang lansia sukai, makanan yang cukup cairan, banyak makan buah dan sayur, berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu makan
8) Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan menjelaskan dan memotivasi lansia untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk seksualitas, sediakan waktu untuk lansia konsultasi
9) Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras, serta berikan pelembab (lotion) untuk kulit
10) Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan aktif/pasif, senam lanjut usia, serta anjuekan keluarga atau pendamping lansia untuk membuat klien mandiri
11) Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati
12) Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap di pasang, posisi tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila di perlukan.
e. Evaluasi
1) Mengukur efektifitas dan efisiensi pelayanan
2) Dilaksanakan selama proses dan akhir pemberian asuhan keperawatan.
3. Pencatatan dan pelaporan home care
a. Pencatatan manajemen kasus
1) Persetujuan pasien/keluarga/pendamping pasien
2) Jadwal kunjungan
3) Lembar pengobatan
4) Tindakan tim
5) Rujukan kasus
6) Penghentian perawatan
b. Pencatatan pelaksanaan asuhan keperawatan
1) Pengkajian keperawatan
2) Perencanaan asuhan keperawatan
3) Evaluasi asuhan keperawatan
c. Alur pelaporan
1) Home Care
2) Dinas kesehatan kabupaten
3) Dinas kesehatan provinsi
4) Departemen kesehatan
d. Materi pelaporan
1) Jumlah pasien home care
2) Jenis penyakit yang di derita
3) Frekuensi kunjungan rumah tiap kasus
4) Jumlah pasien yang mendapat pengobatan
5) Jumlah pasien yang dirujuk
6) Jumlah pasien yang meninggal
7) Penyebab kematian
8) Tingkat keberhasilan/kemandirian pasien
9) Jenis tenaga yang memberi pelayanan kesehatan rumah
H. PERAN PETUGAS KESEHATAN
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga (Hitchcock & Thomas, 2003), yaitu :
1. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan layanan kepada klien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini.
2. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard yang telah ditetapkan.
Pemberi perawatan kesehatan rumah dan peran tenaga kesehatan (Depkes, 2003), antara lain :
1. Perawat
Pelayanan kesehatan rumah dilakukan terhadap klien sesuai kebutuhannya oleh perawat profesional yang sudah dan masih terdaftar memiliki izin praktek dengan kemampuan ketrampilan asuhan keperawatan di rumah. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik perawat bahwa praktik keperawatan merupakan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat secara mandiri dan profesional melalui kerjasama bersifat kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan lainnya sesuai ruang lingkup wewenang dan tanggung jawab. Lingkup kewenangan perawat dalam praktik keperawatan profesional terhadap klien individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat dalam rentang sehat-sakit sepanjang daur kehidupan.
Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan yang dapat diterapkan pada asuhan keperawatan gerontik pada klien usia 60 tahun keatas yang mengalami proses penuaan dan masalah baik di tatanan pelayanan kesehatan maupun di wilayah binaan di masyarakat. Dalam perawatan kesehatan di rumah, perawat akan melakukan home care dan melakukan catatan perubahan dan evaluasi terhadap perkembangan kesehatan klien.
Peran perawat dalam perawatan kesehatan rumah berupa koordinasi dan pemberi asuhan keperawatan, antara lain :
a. Koordinator
b. Pemberi pelayanan kesehatan dimana perawat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarganya
c. Pendidik, perawat mengadakan penyuluhan kesehatan dan mengajarkan cara perawatan secara mandiri
d. Pengelola, perawat mengelola pelayanan kesehatan/keperawatan klien
e. Konselor, memberikan konseling/bimbingan kepada klien dan keluarga berkaitan dengan masalah kesehatan klien
f. Advocate (pembela klien), yang melindungi dalam pelayanan keperawatan
g. Sebagai peneliti, untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.
Pada keadaan dan kebutuhan tertentu perawat dapat koordinasi/kolaborasi dengan dokter untuk tindakan diluar kewenangan perawat, berupa pengobatan dan tindak lanjut keperawatan klien ataupun melakukan rujukan kepada profesi lain.
2. Dokter
Program perawatan rumah umumnya berada dibawah pengawasan dokter untuk memastikan masalah kesehatan klien. Dokter berperan dalam memberikan informasi tentang diagnosa medis klien, test diagnostik, rencana pengobatan dan perawatan rumah, penentuan keterbatasan kemampuan, upaya perawatan, pencegahan, lama perawatan, terapi fisik, dll. Bila diperlukan dilakukan kolaborasi dengan perawat, dimana perawat yang melakukan kunjungan rumah harus mendapat izin dan keterangan dari dokter yang bersangkutan sebagai penanggung jawab therapi program. Program perawatan dirumah harus dilakukan follow up oleh dokter tersebut minimal setelah 60 hari kerja, sehingga dapat disepakati apakah program dilanjutkan/tidak.
3. Speech Therapist
Merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan bagi klien dengan gangguan atau kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi, dengan tujuan untuk membantu klien agar dapat mengoptimalkan fungsi-fungsi otot bicara agar memiliki kemampuan dalam berkomunikasi melalui latihan berbicara.
4. Fisioterapist
Program yang dilakukan adalah tindakan berfokus pada pemeliharaan, pencegahan, dan pemulihan kondisi klien di rumah. Aktivitas perawatan kesehatan rumah yang dilakukan adalah melakukan latihan penguatan otot ekstremitas, pemulihan mobilitas fisik, latihan berjalan, aktif-pasif, atau tindakan terapi postural drainage klien COPD. Latihan lain berhubungan dengan penggunaan alat kesehatan tertentu, seperti, pemijatan, stimulasi listrik saraf, terapi panas, air, dan penggunaan sinar ultraviolet. Dalam hal ini fisioterapist juga mempunyai kewajiban untuk mengajarkan klien atau keluarganya tentang langkah-langkah dalam latihan program yang diberikan.
5. Pekerja Sosial Medis
Pekerja sosial medis yang sudah mendapatkan training/pelatihan dapat diperbantukan dalam perawatan klien dan keluarganya untuk jangkan waktu yang panjang, khususnya pada klien dengan penyakit kronis (long term care). Pekerja sosial sangat berguna pada masa transisi dari peran perawatan medis atau perawat kepada klien/keluarga.
I. ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM
Program pembinaan kesehatan lansia ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai eksistensinya dalam masyarakat (Depkes RI, 2003). Dalam hal ini pemerintah mengupayakan beberapa cara untuk meningkatkan kesejahteraan lansia dimana salah satunya adalah dengan pembentukan home care (perawatan kesehatan rumah).
Program/kegiatan perawatan kesehatan lansia di rumah sudah dilandasi oleh dasar hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Walaupun telah cukup banyak produk hukum yang telah diterbitkan, namun belum ada peraturan pelaksanaannya. Begitu pula belum disusunnya peraturan daerah, petunjuk pelaksanaan, dan petunjuk teknisnya sehingga penerapan di lapangan sering menimbulkan permasalahan. Kelangkaan sumber daya manusia, sarana, prasarana, serta koordinasi dan keterpaduan sering menimbulkan masalah atau hambatan dalam mencapai kegiatan yang optimal. Menurut pendapat Maryam, dkk, 2008, dimana menyatakan ada beberapa undang-undang yang perlu disusun demi mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan bagi lanjut usia, diantaranya adalah UU tentang pelayanan lansia berkelanjutan (Continuum of Care), UU tentang tunjangan perawatan lansia (Medicare), UU tentang penghuni panti (Charter of Resident's Right), UU tentang pelayanan lansia di masyarakat (Community Option Program).
Dilihat dari pelaksanaan program/kegiatan perawatan kesehatan rumah yang telah ada, sudah terancang sistematik dalam suatu manajemen kasus, dimana pada rancangan program pelaksanaan home care dimulai dari perencanaan manajemen kasus home care, rancangan asuhan keperawatan yang akan diberikan, serta pencatatan dan pelaporan home care dalam bentuk tabel indikator penilaian. Hanya saja sekarang untuk pelaksanaan kedepannya diperlukan suatu keterpaduan baik dari aspek petugas, tempat, waktu, biaya, pesan, serta dalam manajemen kegiatan agar kegiatan pelayanan homecare dapat berdaya guna. Selain itu untuk menunjang pelayanan perawatan kesehatan rumah yang optimal perlu diadakan pelatihan dan pendidikan bagi setiap petugas kesehatan, instansi, serta anggota masyarakat yang akan melaksanakan kegiatan pelayanan pada lansia, baik melalui pelatihan dan pendidikan dalam maupun luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi-Darmojo, R & Martono, H. (1999). Text Book of Geriatric: Health Science in Elderly. Jakarta: FK UI.
Departemen Kesehatan dirjen pelayanan medik, Pedoman perawatan kesehatan
di rumah. 2002.
Depkes. (2003). Pedoman Perawatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Depkes RI.
Ebersole, P & Hess, P. (1998). Toward Healthy Aging: Human Needs and Nursing Respons (5th ed). St. Louis: Mosby Year Book.
Hitchcock, J.E & Thomas, S.A. (2003). Community Health Nursing: Caring in Action (2nd Ed). Australia: Delmar Learning.
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho Wahjudi H. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smith, C.M & Maurer, F.A. (2000). Community Health Nursing: Theory and Practice. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Stanhope, M & Lancaster, J. (1996). Community Health Nursing: Promoting Health of Aggregates, Families, and Individuals (4th Ed). St. Louis: Mosby Year Book.
Walsh, J, Persons, C.B & Wieck, L. (1987). Manual of Home Health Care Nursing. Philadelphia: J.B.Lippincott Company.
Zang, S.M & Bailey, N.C. Alih Bahasa Komalasari, R. (2004). Manual Perawatan Dirumah (Home Care Manual). Edisi Terjemahan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC