BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks1,2. Piopneumotoraks diakibatkan oleh infeksi, yang mana infeksinya ini berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau dari robekan septik jaringan paru atau esofagus ke arah rongga pleura. Kebanyakan adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula bronkopleura. Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stafilokokus aureus, Klebsiela, mikobakterium tuberkulosis dan lain-lain.
Etiologi piopneumotoraks biasanya berasal dari paru seperti pneumonia, abses paru, adanya fistula bronkopleura, bronkiektasis, tuberkulosis paru, aktinomikosis paru, dan dari luar paru seperti trauma toraks, pembedahan toraks, torakosentesis pada efusi pleura, abses sub phrenik dan abses hati amuba3. Patofisologi dari empiema itu sendiri yaitu akibat invasi kuman piogenik ke pleura. Hal ini menyebabkan timbuk keradangan akut yang diikuti dengan pembentukan eksudat seros. Dengan bertambahnya sel-sel PMN, baik yang hidup ataupun yang mati dan peningkatan kadar protein didalam cairan pleura, maka cairan pleura menjadi keruh dan kental. Endapan fibrin akan membentuk kantungkantung yang akhirnya akan melokalisasi nanah tersebut.
Pencatatan tentang insiden dan prevalensi hidropneumothorak belum ada dilkakukan, namun insiden dan prevalensi pneumotoraks berkisar antara 2,4 - 17,8 per 100.000 penduduk per tahun. Menurut Barrie dkk, seks ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan 5:1. Ada pula peneliti yang mendapatkan 8:1
HIDROPNEUMOTORAKS
DEFINISI
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan di dalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru. Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di namakan dengan piopneumotoraks1,2 Sedangkan pneumotoraks itu sendiri ialah suatu keadaan, di mana hanya terdapat udara di dalam rongga pleura yang juga mengakibatkan kolaps jaringan paru. 4,5,6
KLASIFIKASI
Pneumotoraks dapat dibagi berdasarkan atas beberapa hal, yaitu :
1. Berdasarkan kejadian.
2. Berdasarkan lokalisasi.
3. Berdasarkan tingkat kolaps jaringan paru.
4. Berdasarkan jenis fistel. 4,5,6
Berdasarkan kejadian
(a) Pneumotoraks spontan primer
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda sakit.
(b) Pneumotoraks spontan sekunder
Pneumotoraks yang ditemukan pada penderita yang sebelumnya telah menderita penyakit, mungkin merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru, tuberkulosis paru, asma kistafibrosis dan karsinoma bronkus.
(c) Pneumotoraks traumatika
Pneumotoraks yang timbul disebabkan robeknya pleura viseralis maupun pleura parietalis sebagai akibat dari trauma.
(d) Pneumotoraks artifisialis
Pneumotoraks yang sengaja dibuat dengan memasukkan udara ke dalam rongga pleura, dengan demikian jaringan paru menjadi kolaps sehingga
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hidropneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan didalam rongga pleura yang mengakibatkan kolapsnya jaringan paru.1
2.1.2 etiologi dan patogenesis
Keadaan fisiologi dalam rongga dada pada waktru inspirasi tekanan intra [pleura lebih negatif dari tekanan intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding dada sehingga udara dari luar akan terhisap masuk melalui bronklus hingga mencapai alveoli. Pada saat ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan lebih tinggi dari pada tekanan udara alveoli atau di bronkus akibatnya udara akan ditekan keluar melalui bronkus.1,2
Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada saluran pernafasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan batuk, bersin atau mengejan. Peningkatan tekanan intrabronkial akan mencapai puncak sesaat sebelumnya batuk, bersin dan mengejan. Apabila dibagian perifer bronki atau alveoli ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadinya robekan ronki atau alveoli akan sangat mudah.1,2
Dengan cara demikian dengan terjadinya pneumotoraks dapat dijelaskan yaitu, jika ada kebocoran didaerah paru yang berisi udara melalui robekan atau pleura yang pecah. Bagian yang robek tersebut berhubungan dengan bronkus. Pelebaran alveolus dan septa-septa alveolus yang pecah kemudian membentuk suatu bula yang berdinding tipis didekat daerah yang ada proses non spesifik atau fibrosis granulomatosa. Keadaan ini merupakan penyebab yang paling sering dari pneumotoraks.1,2
Ada beberapa kemungkinan komplikasi pneumotoraks, suatu katup bola yang bocor yang menyebabkan tekanan pneumotoraks bergeser kemediastinum. Apabila kebocoran tertutup dan paru tidak mengadakan ekspansi kembali dalam beberapa minggu, jaringan paru dapat terjadi sehingga tidak pernah ekspansi kembali secara keseluruhan. Pada keadaan ini cairan serosa berkumpul didalam ronggs pleura yang menimbulkan suatu hidropneumotoraks.1,2
Hidropneumotoraks spontan skunder bisa merupakan komplikasi dari TB paru dan pneumotoraks yaitu dengan rupturnya fokus subpleura dari jaringan nefrotik perkijuan sehingga tuberkuloprotein yang ada didalam masuk keromgga pleura dan udara dapat masuk dalam paru pada proses inspirasi tetapi tidak dapat keluar paru ketika proses ekspirasi, semakin lama udara dalam rongga pleura akan meningkat dan udara yang terkumpul akan menekan paru sehingga akan timbul gagal nafas.1,2
2.1.3 Patofisiologi
Hidropneomotoraks dapat disebabkan oleh adanya trauma, peradangan, udara, cairan. Dari penyebab tersebut dapat menyebabkan akumulasi cairan dan udara dalam rongga pleura yang menyebabkan tekanan dalam rongga dada menjadi positif. Akumulasi cairan dan udara menyebabkan paru-paru kolaps, sehingga terjadi perlengketan antara pleura parietalis dan pleura visceralis karena pergesekan yang terus menerus yang menyebabkan robekan pada pleura, jadi cairan pleura bisa merembes masuk kedalam pleura parietalis. Tindakan untuk mengatasi hidropneumothoraks adalah dengan WSD, yang bertujuan unruk mengalirkan udara dan cairan dalam upaya mengembangkan kembali paru-paru dan membuat tekanan udara negatif pada rongga pleura.
DAFTAR PUSTAKA
Asril Bahar, 2008, penyakit-penyakit pleura, buku ajar penyakit dalam, jilid balai penerbit fk ui, jakarta
Darmanto Djojodibroto, 2009 respirologi, EGC