IV. NUTRISI HIDROPONIK A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil dari tanaman budidaya pada sistem hidroponik. Larutan nutrisi pada sistem hidroponik mampu menyediakan unsur hara mikro dan makro yang tersedia bagi tanaman. Jenis tanaman yang berbeda akan membutuhkan nutrisi yang berbeda tergantung kebutuhan dari masing-masing tanaman. Larutan nutrisi hidroponik sangatlah diperlukan untuk menunjang pertumbuhan dari tanaman itu sendiri. Nutrisi tanaman adalah suatu zat yang sangat penting bagi produksi tanaman pertanian yang menghasilkan makanan yang sehat untuk manusia. Nutrisi yang diserap oleh tanaman digunakan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan proses reproduksi tanaman tersebut. Tanaman mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Beberapa nutrient yang telah tersedia di alam, biasanya berupa unsur-unsur alami yang terkandung di dalam tanah tetapi kandungan nutrisi dari tanah terkadang tidak mencukupi kebutuhan tanaman terutama tanaman pada lahan pertanian. Hal ini dikarenakan pada lahan pertanian, jumlah tanamannya banyak dan masing-masing tanaman tersebut menyerapnutrii sesuai dengan kebutuhannya sehingga bisa menyebabkan terjadinya kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi bisa mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat atau bahkan tanaman tersebut mati. Khususnya untuk tanaman pertanian, kekurangan nutrisi mengakibatkan hasil pertanian menurun. Larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman harus diperhatikan karena jika tidak sesuai maka tanaman akan tumbuh tidak normal. Nilai EC merupakan parameter yang menunjukan konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam air nutrisi, semakin banyak ion yang terlarut maka semakin tinggi nilai EC air nutrisi tersebut. Pemahaman mengenai larutan nutrisi hidroponik diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta mampu
menentukan sistem yang sesuai untuk budidaya tanaman sehingga mampu meningkatkan produksi tanaman budidaya. 2. Tujuan Praktikum Tujuan Praktikum Hidroponik acara Larutan nutrisi dilakukan agar mahaiswa mampu: a.
Mengenal jenis garam teknis yang biasa digunakan dalam pembuatan larutan nutrisi untuk hidroponik
b.
Membuat komposisi larutan nutrisi mix AB untuk budidaya tanaman sayuran
c.
Mengukur tingkat kepekatan larutan nutisi berdasarkan indikator nilai konduktivitas listrik (EC)
d.
Menganalisis hubungan antara kepekatan larutan nutrisi dengan nilai EC
B. Tinjaun Pustaka Nutrisi yang diperlukan tanaman meliputi unsur hara mikro dan unsur hara makro. Jenis tanaman menggunakan sistem hidroponik akan berbeda-beda kebutuhan nutrisinya. Nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
dan
hasil
dari
tanaman
budidaya
Nutrisi
hidroponik
menggunakan nutrisi A dan nutrisi B ataupun campuran nutrisi A dan B. Nutrisi dapat di dapatkan dalam keadaan siap pakai di toko khusus hidroponik. Kandungan yang terdapat dalam nutrisi A yaitu kalsium amonium nitrat, kalium nitrat dan Fe-EDTA serta Fe sedangkan nutrisi B berisi kalium dihidro sulfat, amonium sulfat, magnesium sulfat, mangan sulfat, tembaga sulfat, seng sulfat, asam borat, dan amonium molibdat. Nutrisi pertumbuhan tanaman tidak harus mahal, melainkan dapat menggunakan limbah rumah tangga dan untuk menghemat biaya dapat menggunakan air cucian beras (leri) sebagai nutrisi hidroponik. Air cucian beras (leri) merupakan sisa air pencucian beras yang umumnya langsung dibuang dan tidak dimanfaatkan. Air cucian beras mengandung vitamin B1 0,043%, fosfor 16,306%, nitrogen 0,015%, kalium 0,02%, kalsium 2,944%, magnesium 14,252%, sulfur 0,027%, dan besi
0,0427% yang dapat digunakan sebagai nutrisi pertumbuhan tanaman (Wulandari 2012). Nutrisi merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap kegiatan budidaya hidroponik. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman akan selalu memerlukan unsur hara, yang hanya disediakan melalui larutan nutrisi pada kegiatan hidroponik. Larutan nutrisi berperan sebagai pupuk, dan setiap jenis pupuk berbeda dalam hal jenis dan banyaknya unsur hara yang dikandungnya. Jumlah konduktivitas listrik atau daya hantar listrik juga berbeda, tergantung pada jenis dan umur tanaman. Oleh sebab itu saat memberikan larutan nutrisi ke tanaman budidaya perlu diketahui nilai konduktivitas listriknya (EC) agar sesuai dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan (Subandi 2015). Pemberian nutrisi dengan sistem FHS atau rakit apung menyebabkan nutrisi tidak mengalir atau stagnan, sehingga dapat menyebabkan kurangnya ketersediaan oksigen di daerah perakaran dan akhirnya menyebabkan penyerapan unsur hara berjalan kurang baik. Peningkatan konsentrasi oksigen terlarut akan menyebabkan peningkatan EC dan pH, serta akan menurunkan suhu dari nutrisi tersebut (Fauzi 2013). Nutrisi yang dibuat dalam praktikum hidroponik kali ini adalah larutan mix AB. Larutan ini merupakan larutan hidroponik standar yang umum dipakai dalam kegiatan budidaya hidroponik. Larutan mix AB menggunakan bahanbahan kimia antara lain kalsium nitrat, kalium nitrat, Fe-EDTA, kalium dihidro fosfat, amonium sulfat, magnesium sulfat, cupri sulfat, zinc sulfat, asam borat, mangan sulfat serta amonium molibdat. kalium nitrat, kalsium nitrat, dan FeEDTA merupakan campuran untuk pekatan A sedangkan kalium dihidro fosfat, amonium sulfat, magnesium sulfat, cupri sulfat, zinc sulfat, asam borat, mangan sulfat serta amonium molibdat merupakan campuran untuk pekatan B. Kalium nitrat mengandung K 39% dan N-NO 3 14%. Sementara itu Fe-EDTA merupakan
Fe
kelat
yang
mengandung
hara
Fe
sebanyak
13,2%.
(Nurwahyuni 2012) Kualitas larutan unsur hara ini diketahui dengan mengukur electrical
conductivity (EC). Konsentrasi larutan semakin tinggi arus listrik yang
dihantarkan semakin tinggi (karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut). tanaman akan tumbuh baik pada kisaran EC 0,50 – 1,55 mS/cm.Selain EC, suhu dan pH merupakan komponen yang sering dikontrol dan dipertahankan pada tingkat tertentu untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman ( Djamhari 2013) Sebuah solusi nutrisi untuk sistem hidroponik adalah larutan air yang mengandung terutama ion norganics dari garam larut dari unsur-unsur penting bagi tanaman yang lebih tinggi. Akhirnya, beberapa senyawa organik seperti kelat besi dapat hadir. (Sebuah elemen penting memiliki peran fisiologis yang jelas dan ketiadaan mencegah siklus hidup tanaman lengkap (Saat ini 17 elemen yang dianggap penting bagi sebagian besar tanaman, ini adalah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, belerang, besi , tembaga, seng, mangan, molibdenum, boron, klorin dan nikel. unsurunsur lain seperti natrium, silikon, vanadium, selenium, kobalt, aluminium dan yodium antara lain, dianggap menguntungkan karena beberapa dari mereka dapat merangsang pertumbuhan, atau dapat mengkompensasi efek racun dari unsur-unsur lain, atau mungkin mengganti nutrisi penting dalam peran kurang spesifik. Solusi nutrisi yang paling dasar dipertimbangkan dalam komposisi hanya nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan sulfur; dan mereka dilengkapi dengan mikronutrien. Komposisi gizi menentukan konduktivitas listrik dan potensi osmotik dari solusi (Tallez dan Merino 2012) Nustisi hidroponik memiliki komposisi ynag mangandung 16 Unsur nustris Yang Dibuat Dari garam Teknis Dimana EC dari larutan nutrisi biasanya digunakan (7,0 mM K +, 4.0 mM Ca2 +, 2,5 mM Mg2 +, 1,5 mM NH4 +, 12.0mm NO3 -, 1,5 mM PO4 3-, 4.0 mM SO4 2- ditambah mikro elemen) berkisar antara 2,0 dan 2,5 DSM-1 paket gizi dari Joro A & B Mix. Joro Sebuah paket berisi 12 kg KNO3, 16 kg Ca (NO3) 2, 350 g Fe (EDTA), dan Joro B paket yang terkandung 15 kg KH2PO4, 7,5 kg MgSO4, 5 kg K2SO4, 60 g MnSO4, 50 g ZnSO4, 50 g Borat asam, 50 g CuSO4, 1 g Namo. Setiap paket diencerkan dalam 100 liter air, dan campuran. Misalnya, untuk
membuat larutan nutrisi dari 2 DSM-1 (S2), 3,3 liter Joro A dan 3,3 liter solusi Joro B dicampur dalam 1000 liter air murni (Rosadi et al 2014) Konduktivitas listrik (EC) menunjukkan kekuatan larutan nutrisi, yang diukur dengan meteran Ec. Unit untuk mengukur Ec adalah dS / m. Keterbatasan Ec adalah bahwa hal itu hanya menunjukkan konsentrasi total solusi dan bukan komponen nutrisi individu. Ideal kisaran Ec untuk hidroponik adalah antara 1,5 dan 2,5 dS / m. Lebih tinggi Ec akan mencegah penyerapan nutrisi karena tekanan osmotik dan Ec rendah sangat mempengaruhi kesehatan tanaman dan hasil. Ketika tanaman mengambil nutrisi dan air dari larutan, konsentrasi garam total, yaitu, Ec perubahan solusi. Jika Ec lebih tinggi dari kisaran yang direkomendasikan, air tawar harus ditambahkan untuk mengurangi itu. Jika lebih rendah, menambah nutrisi untuk meningkatkan itu (Hussain et al 2014)
C. Metode Praktikum
1. Alat a.
Timbangan
b.
Ember
c.
Gelas takar
d.
EC-meter
e.
Alat tulis
f.
Penggaris
2. Bahan Bahan yang digunakan: kemikalia (Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-EDTA, Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, Amonium molibdat) 3. Cara Kerja a. Menimbang kemikalia dengan jumlah sesuai komposisi b. Komposisi A: Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe-EDTA c. Komposisi B: Kalium dihidro fosfat, Amonium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan sulfat, Amonium molibdat d. Membuat pekatan A dan B masing-masing sebanyak 30 L diperlukan garam teknis sebagai berikut: e. Mengukur nilai EC dari air yang digunakan sebagai pelarut f. Melarutkan setiap kkomposisi garam A dan B ke dalam 30 L air sehngga tersedia larutan pekatan A dan B g. Membuat simulasi pengukuran nilai EC pada berbagai perimbangan penggunaan larutan pekat A dan B dalam 1 L larutan nutrisi siap pakai h. Membuat grafik hubungan antara volume larutan pekat A dan B yang digunakan tiap 1000 ml larutan nutrisi (X) dengan nilai EC (Y)
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan Tabel 4.1 Komposisi Nutrisi Hidroponik Jenis Garam Pekatan
Teknis
Kebutuhan (g)
Fungsi Unsur 1. Kalium Membantu pembentukan bunga dan buah serta menguatkan tanaman
KNO3
538 2. Nitrogen Memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu pembentukan akar
A
3. Kalsium Membantu pertumbuhan ujung-ujung akar dan pembentukan bulu akar
5Ca (NO3)2
Fe-EDTA
5
50 ml
4. Nitrogen Memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu pembentukan akar 5. Besi Pembentukan zat hijau daun dan menghasilkan klorofil serta membantu pembentukan enzim pernapasan 6. Nitrogen Memacu pertumbuhan daun dan batang serta membantu pembentukan akar
MAP
8
7. Fosfor Membantu pembentukan bunga dan buah serta mendorong pertumbuhan akar muda 8. Kalium Membantu pembentukan bunga dan buah serta menguatkan tanaman
B K2SO4
1 9. Sulfur Mempertinggi kerja unsur lain dan memproduksi energi
MKP
20
10. Kalium Membantu pembentukan bunga dan buah serta menguatkan
11. Fosfor Membantu pembentukan bunga dan buah serta mendorong pertumbuhan akar muda
MgSO4
12. Magnesium Pembentukan zat hijau daun dan menyebarkan unsur fosfor ke seluruh tanaman
5
13. Sulfur Mempertinggi kerja unsur lain dan memproduksi energi Sumber: Logbook
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan EC pada perimbangan penggunaan larutan pekatan A dan B No Vol Larutan Pekat A (ml)
Vol Larutan Pekat B (ml)
Vol Air (ml)
EC larutan nutrisi
1
10
10
980
1,32
2
15
15
970
1,74
3
20
20
960
2,50
4
25
25
950
2,90
5
30
30
940
3,40
6
10
10
980
1,33
7
15
15
970
1,60
8
20
20
960
2,40
9
25
25
950
2,6
10
30
30
940
3,2
11
10
10
980
1,26
12 13
15 20
15 20
970 960
1,64 2,7
14
25
25
950
2,9
15
30
30
940
3,3
Sumber : Data Rekapan Fitted Line Plot EC = - 0.0540 + 0.1 392 Vol Larutan Pekat A (ml) - 0.00091 4 Vol Larutan Pekat A (ml)^2 3.5
S 0 .1 6 5 6 3 4 R- S q 9 6 .0 % R- S q ( a d j ) 9 5 .3 %
3.0
2.5 C E
2.0
1 .5
1 .0 10
15
20
25
30
Vol Larutan Pekat A arau B (ml)
Grafik 4.1 Regresi EC terhadap perimbangan penggunaan larutan pekatan A dan B
2.
Pembahasan Nutrisi hidroponik menurut Perwitasari et al. (2012) adalah senyawa kimia baik organik maupun sintetis yang diperlukan tanaman meliputi unsur hara mikro dan unsur hara makro. Jenis tanaman menggunakan sistem hidroponik akan berbeda-beda kebutuhan nutrisinya. Nutrisi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil dari tanaman budidaya nutrisi hidroponik menggunakan nutrisi A dan nutrisi B ataupun campuran nutrisi A dan B. Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik ( Djamhari 2013). Sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P, S, K, Ca, dan Mg) dan mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn) ( Nurwahyuni 2012). Berdasarkan hasil praktikum hidroponik acara IV tentang nurisi hidroponik Larutan pekat A merupakan campuran dari CaNO3, KNO2 dan Fe-EDTA 1200 ppm KNO3, 1600 ppm Ca (NO3) 2,3 ppm g Fe (EDTA) yang dilarutkan pada 30 liter air (Rosadi et al 2014) Sedangkan larutan pekat B terdiri dari MgSO4, KH2PO4, CuSO4, ZnSO4, H3BO3, NaMo, MnSO4 dan dimana kompoisis 1500 ppm KH2PO4, 650 ppm MgSO4, 500 ppm K2SO4, 60 ppm MnSO4, 50 ppm ZnSO4, 50 ppm Borat asam, 50 ppm CuSO4, 1 ppm Namo. Selanjutnya dilarutkan pada 30 liter air yang berbeda. Dari bahan tersebut dapat diketahui larutan pekat A dan B terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro berupa N, P, K, Ca, Mg dan S. Unsur hara mikro terdiri dari Fe, Zn, Mn, Cu, Mo, B dan Na., dan Joro B paket yang terkandung ( Fitriani et al.2017) Formulasi dalam pemberian larutan nutrisi dalam budidaya tanaman secara hidroponik diperlukan karena untuk mempermudahkan dalam menghitung kebutuhan nutrisi yang saat itu diperlukan oleh tanaman dalam menunjang pertumbuhannya. Setiap fase pertumbuhan tanaman mempunyai kebutuhan masing-masing dalam penyerapan hara. Dengan
adanya formulasi kita dapat menentukan unsur-unsur mana yang bermanfaat bagi tanaman dan yang bersifat meracuni yang mana. Konsentrasi penggunaan nutrisi tanaman dapat diukur dengan menggunakan parameter EC ( Electrical Conductivity). EC adalah kemampuan untuk menghantarkan ion-ion listrik yang terkandung di dalam larutan nutrisi ke akar tanaman ( Subandi 2015). EC merupakan parameter yang menunjukkan konsentrasi ion-ion yang terlarut dalam larutan nutrisi. EC ini untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk tanaman, karena kualitas larutan nutrisi sangat menentukan keberhasilan produksi, sedangkan kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada konsentrasinya. Semakin banyak ion yang terlarut, maka semakin tinggi EC larutan nutrisi tersebut ( Wasonowati 2013). Hal ini mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu kecepatan fotosintesis tanaman, aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-ion larutan oleh akar tanaman( Farida et al. 2017). Nutrisi hidroponik mengandung berbagai ion-ion kimia yang mampu diserap oleh tanaman layaknya unsur hara pada tanah. Setiap unsur hara menyumbng atau berfungsi secara sinergis antr senyawa dalam memmabngun pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur Nitrogen merupakan unsur makro esensial primer selain P dan K. Suplai nitrogen akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, penampilan, warna, dan hasil tanaman. Nitrogen membuat bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung klorofil yang berperan dalam fotosintesis. Unsur tersebut juga bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tinggi bagi tanaman, memperbanyak jumlah anakan, mempengaruhi lebar dan panjang daun serta membuat menjadi besar, menambah kadar protein dan lemak bagi tanaman.( Prawitasari et al.2016), Fosfor berfungsi dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman, maka kelebihan fosfor akan mempengaruhi sebagian besar proses metabolisme, seperti pembelahan dan pembentukan sel (Nisa dan Diah 2016) , sedangkan Kalium merupakan aktivator enzim pada reaksi metabolisme tumbuhan, mengatur tekanan osmotik sel,
dimana sel yang terjaga tekanan osmotiknya akan meningkatkan sintesis protein untuk metabolisme sehingga meningkatkan berat tanaman (Irawan et al. 2016). Unsur hara makro sekunder antara lain Kalsium Pengaruh kalsium
tersebut
disebutkan
berasosiasi
dengan
kemampuannya
memelihara integritas dinding sel pada jaringan tanaman (Rai et al 2016), Magnesium di dalam tanaman mempunyai fungsi penyusun
molekul
klorofil, yang erat hubungannya dengan fotosintesis. Sulfur masuk ke dalam tanaman melalui daun dari udara dalam bentuk gas oksidanya (SO2). Sulfur berfungsi membantu pembentukan enzim dan vitamin (Syofia et al 2014) . Nurtisi hidropoik dari unsur mikro terdiri atas ion-ion Fe, Zn, Mn, Cu, Mo, B dan N ( Fitriani et al 2017). Fungsi dari Besi (Fe) ialah berperan dalam pembentukan klorofil.Apabila Fe dalam larutan hara tidak tercukupi maka pembentukan klorofil, respirasi dan pembentukan energi akan terhambat( Adelia et al 2013). Tembaga (Cu) dibutuhkan sebagai penyusun enzim, pembentukan klorofil, serta metabolisme karbohidrat dan protein ( Syahputra et al.2015), Molibdenum (Mo) Bagian enzim nitrogenase dan nitrat reduktase (mengubah nitrat menjadi nitrit) (Hawkins 2011) , Mangan (Mn) Dibutuhkan dalam proses fotosintesis melalui pembentukan klorofil dan komponen beberapa enzim seperti enzim respirasi dan enzim sintesis protein dan Boron (B) Berperan penting dalam diferensiasi dan perkembangan sel (Oku et al. 2012) Berdasarkan hasil regresi anatara perimbagaban EC dengan volume pekatan A atau B atau hasil yang ditunjukan pada grafik 4.1 diperoleh bahwa peubah Y (respon/ EC) dengan peubah X ( perlakuan/ volume pekatan) menunjukkan hubungan yang positif. Hal ini ditunjukan dengan adanya Peningkatan yang terjadi pada peubah respon juga diikuti peningkatan pada peubah X ( perlakuan). Selain itu juga siketahui R-sq pada grafikr tersebut 96 % dengan R-sq (adj) 95,5 % merupakan Koefisien Korelasi nya. Artinya keeratan Korelasi antara EC dengan volume pekatan penyimpanan sebesar 95,5 %. Nilai KF 96 % termauk pada kategori sangat
kuat. Jadi, peningkatan
vlume pekatan berhubungan erat dengan
peningkatan EC yang semaikn tinggi. Garam-garam teknis merupakan padatan yang dapat larut dalam air dimana akan mempengaruhi keadaan ion-ion yang terkandung didaalamnya. Semakin besar jumlah padatan terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion dalam larutan juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga akan semakin besar ( Rosalani dan Sumuarti 2012) dan Konsentrasi oksigen terlarut tinggi dalam media tumbuh hidroponik akan diikuti dengan peningkatan pada kisaran EC 2-2,5 dS/m dan pH pada kisaran 6,0-7,0 serta dikuti dengan penurunan suhu larutan nutrisi hingga mencapai level yang ideal dan stabil bagi kehidupan tanaman ( Fauzi et al 2013). Selain itu juga pH juga merupakan faktor yang penting untuk dikontrol. Formula nutrisi yang berbeda mempunyai pH yang berbeda, karena garam-garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam air. Garam garam seperti monokalium fosfat, tingkat kemasamannya lebih rendah daripada kalsium nitrat (Manaa et al. 2013). Toleransi
beberapa
tanaman
sayuran
terhadap
EC
larutan
berlainan.Sayuran daun pada umumnya tumbuh dengan optimal pada EC 1,5-2,5 mhos/cm (Fauzi et al 2013) dan pada sayuran buah misalnya Tanaman tomat tahan terhadap garam yang agak tinggi di daerah perakaran, sedangkan mentimun sedikit tahan pada keadaan EC antara 2,0
–3,0 mhos/cm ( Rosliani dan Sumarni 2012). Pada EC yang terlampau tinggi pada dasrnya tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar dan batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2 di atas angka tersebut, pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis (Giannakoula dan Illias 2013). Disisi lain Tanaman yang mengalami cekaman salinitas kadang-kadang tidak menunjukkan respons dalam bentuk
kerusakan
langsung
tetapi
pertumbuhannya
terhambat
( Quinoz et al 2012). Pengaruh salinitas juga dapat memunculkan gejala kekurangan hara mikro karena pH tinggi (Zhu et al. 2014),
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Berdasarkan praktikum acara nutrisi hidroponik dapat disimpulkan yaitu : a. Nutrisi merupakan substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem pertumbuhan b. Peningkatan EC berbanding lurus terhadap penambahan volume pekatan A dan B dalam 1 liter air. c. Nilai EC yang diaplikasikanpada budidaya hidroponik harus benarbenar tepat, kalau tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yang dibudidayakan, jika terlalu tinggi, tanaman akan mati. 2. Saran Saran untuk ppraktikum hidroponik acara IV kedepnnya adalah mohon lebih cermat dan lebih disiplin agar tidak ada praktikan yng terlambat
.DAFTAR PUSTAKA Adelia PF, Koesriharti, Sunaryo.2013. Pengaruh penambahan unsur hara mikro (Fe dan cu) dalam media paitan cair dan kotoran sapi cair terhadap pertumbuhan dan hasil bayam merah ( Amaranthus tricolor l.) dengan sistem hidroponik rakit apung. J Produksi Tanaman 1 (3) : 49-58 ISSN: 2338-3976 Djamhari S.2013.Biokompos cair dan pupuk kimia npk sebagai alternatif nutrisi pada budidaya tanaman caisim teknik hidroponik. J Sains dan Teknologi Indonesia.14(3: 234-238 ISSN : 2549-9742 Farida NF, Abdullah SH, Priyati A. 2017. Analisis kualitas air pada sistem pengairan akuaponik J Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem 5(2):385394 ISSN : 2443-1354 Fauzi Redha , Eka Tarwaca P, Erlina A .2013.Pengayaan oksigen di zona perakaran untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa l.) secara hidroponik. Vegetalika 2(4): 63-74 ISSN: 2302-4054 Fitriani, P Suryatmana, ET Sofyan.2017. Pengaruh dosis konsorsium pupuk hayati dan dosis nutrisi terhadap populasi bakteri pelarut fosfat dan hasil tomat (Solanum lycopersicum L.) pada sistem hidroponik. Soilrens 15 (1):1-6 Giannakoula A, Ilias IF.2013. The effect of water stress and salinity on growth and physiology of tomato (Lycopersicon esculentum Mil.). Archives of Biological Sciences. 65.2: 611-620. DOI:10.2298/ABS1302611G Hawkins, B. J. 2010. Seedling mineral nutrition, the root of the matter. National Proceedings: Forest and Conservation Nursery Associations. P 87-97 Hussain, Kaiser Iqbal, Showket Aziem, Prasanto Mahato, A.K. Negi.2014. A review on the science of growing crops without soil (soilless culture) – a novel alternative for growing crops . Intl J Agri Crop Sci. 7 (11): 833-842 Irawan, Lendri, Silvina, F.2016. Aplikasi limbah cair biogas dan pupuk nitrogen pada tanaman pakchoy (Brassica Chinensis L.). JOM Bidang Pertanian 3(1) 1-11. ISSN : 2355-6838 Irwan F , Afdal A. 2016. Analisis hubungan konduktivitas listrik dengan total dissolved solid (TDS) dan temperatur pada beberapa jenis air. J Fisika Unand 5(1): 85-93. ISSN 2302-8491 K. Nisa R.F, Diah K.B.2016.Pengaruh bioinsektisida ekstrak kulit jeruk nipis terhadap kematian hama ulat grayak dan biomassa tanaman sawi hijau. Stigma J science 9 (2): 21-23 ISSN : 1412-1840 Manaa A, Faurobert M., Valot B, et al. 2013.. Effect of salinity and calcium on tomato fruit proteome. Omics: a journal of integrative biology 17(6), 338352 DOI: 10.1089/omi.2012.0108. Melvix Lenord J.S.M , Sridevi C.2014. Design of efficient hydroponic nutrient solution control system using soft computing based solution grading. 2014
International Conference on Computation of Power, Energy, Information And Communication (ICCPEIC) Nurwahyuni E 2012. Optimalisasi pekarangan melalui budidaya tanaman secara hidroponik. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Pekarangan, Semarang 6 Desember 2012. Oku E, A. Iwara, E. Ekukinam. 2012. Effects of age of rubber (Hevea brasililiensis Muel Arg.) plantation on pH, organic carbon, organic matter, nitrogen and micronutrient status of ultisols in the humid forest zone of Nigeria. Kasetsart J. Nat. Sci 46 : 684-693 Perwitasari B, Tripatmasari M, WasonowatI C.2012 Pengaruh media tanam dan nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoi (Brassica juncea L.) dengan sistem hidroponik. Agrovigor 5(1): 14-25. ISSN 1412-2286 Pramitasari HEi, Tatik W , Nawawi M. 2016.Pengaruh dosis pupuk nitrogen dan tingkat kepadatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan (Brassica oleraceae L). J produksi tanaman, 4(1): 49 – 56 Queiroz, H.M.,S. Ladaslavand R.B.H Claudia. 2012. Effect of Salt on the Growth and Metabolism of Glycine max. Braz. Arch. Biol. Technol. 55(6):809 –817. DOI : 10.1016/j.jssas.2010.06.002 Rai
IN, Wiraatmaja IW, Semarajaya CGA, Dana Arsana IGK et al.2014.Pengendalian getah kuning pada buah manggis dengan irigasi tetes dan antitranspiran chitosan. J. Hort. 24 (4):207-315 ISSN : 2502-5120
Rosadi R. A. Bustomi, Masateru Senge, Diding Suhandy, Ahmad Tusi.2014. The effect of EC levels of nutrient solution on the growth, yield, and quality of tomatoes (Solanum Lycopersicum) under the Hydroponic System. J Agri Eng Biotech 2 (1):7-12 Rosliani dan Sumarni.2012.Budidaya tanaman sayuran dengan sistem hidroponik.Jakarta (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran ISBN 9798403-36-2 Subandi M, Salam N P, Frasetya B 2015. Pengaruh berbagai nilai EC ( Electrical Conductivity) terhadap pertumbuhan dan hasil bayam ( Amaranthus sp) pada hidroponik sistem rakit apung (Floating Hydroponic Systems). J Online Agroteknologi 9(2): 137-152. Syahputra, M. Ade, et al. 2015.Pemberian pupuk majemuk npk dan cu untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (Elaeis Guineensis Jacq.) di lahan gambut. J Online Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian 2(1): 1-11. ISSN : 2355-6838 Syofia, Munar A, Mhd. Sofyan.2014. Pengaruh pupuk organik cair terhadap pertumbuhan dan hasil dua varietas tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Agrium 18(3 ):208-218 ISSN : 2442-7306
Téllez Libia I. Trejo- ,Fernando C. Gómez-Merino.2012. Nutrient solutions for hydroponic systems. Hydroponic- a standard methodology for plant biological researches. Mexico (US) : Intech pub Wasonowati C, Suryawati S, Rahmawati A.2013. Respon dua varietas tanaman selada (Lactuca sativa l.) terhadap macam nutrisi pada sistem hidroponik. Agrovigor. 6(1):50-56. ISSN 1979 5777 Wulandari R A. 2012. Peningkatan produktivitas dan effisiensi konsumsi nutrisi tanaman bayam ( Amaranthus tricolor L). J Bul Agrohorti 1(1) : 127134. Zhu ZJ, Wei GQ, Li J.et al 2014. Silicon alleviates salt stress and increases antioxidant enzymes activity in leaves of salt-stressed cucumber (Cucumis sativus L.). Plant Sci. 167:527– 533. DOI : 10.1016/j.plantsci.2004.04.020