HADITS TENTANG KEJUJURAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Al Hadits
Disusun Oleh : 1. Siwi Hanjanattri
(09630014)
2. Andika Munandar
(09630025)
3.
Fauzin
PROGRAM FAKULTAS
(096300 )
STUDI KIMIA
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2012
PENDAHULUAN
Kejujuran merupakan modal utama untuk menjadi manusia baik. Kejujuran adalah contoh akhlak yang mulia yang harus dimiliki oleh orang yang mau menjadi muslim yang mukmin. Sebaliknya, ketidakjujuran merupakan akhlak tercela yang menjadi ciri muslim yang munafiq. Dalam alam global seperti sekarang ini, di mana persaingan dalam segala bidang menjadi pola hidup yang tidak dapat dihindarkan, kejujuran kemudian menjadi seperti barang antik yang sulit didapatkan. Banyak orang begitu mudahnya berbohong tanpa merasa bahwa akan ada konsekuensi tidak baik dari kebohongan yang dilakukannya. Jika membaca berita, tidak sedikit kita temukan hal-hal yang bisa membuat bingung. Kedua belah pihak yang sedang berselisih misalnya dengan mudahnya bersumpah bahwa ia jujur, padahal pasti salah satu pihak berbohong. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai kejujuran semakin menipis di tengah masyarakat. Tidak adanya kejujuran akan menimbulkan krisis kepercayaan yang dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan baik pada tingkat kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun sampai pada tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara, apabila manusia sudah meninggalkan apa yang disebut ³kejujuran´. Berdarasakan uraian di atas, maka dalam makalah ini kami ingin sedikit membahas bagaimana pentingnya kejujuran dalam hidup ini.
PEMBAHASAN
A. Matan Hadits
B. Terjemahan
Dari Abu Bakar R.A. berkata : Rasulullah SAW hendaklah kamu berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu bersama dengan kebaikan, dan keduanya ada di surga, dan hendaklah kamu menjauhi kedustaan, karena sesungguhnya itu bersama kejahatan, dan keduanya ada di dalam neraka, dan bertanyalah kamu kepada Allah tentang keyakinan dan pemberian maaf, karena sesungguhnya tidak ada kebaikan yang dapat ditunjukkan seseorang setelah keyakinan, kecuali pemberian maaf. Karenanya janganlah engkau saling dengki, jangan saling membenci, jangan saling memutus tali persaudaraan, dan jangan saling membelakangi, serta jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, sebagaimana Allah perintahkan kepadamu. (Hadits Riwayat Ahmad, Bukhari, dan Ibnu 1
Majah).
C.
Isi Kandungan Hadits
Kata jujur sendiri memiliki pengertian terjadinya keselarasan dan kesesuaian antara apa yang ada di dalam hati dan yang terungkap melalui lisan maupun perbuatan, atau dengan kata lain satunya hati, kata lisan, dan perbuatan. 2
1 2
Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta : Teras, 2010), Cet.1, hlm.68. Ibid., hlm.65.
Kebenaran dan kejujuran menjadi salah satu syarat di antara sepuluh syarat untuk mendapatkan ampunan dari Allah dan ganjaran yang besar. Dalam Al-Qur¶an dan Hadits ada empat kata yang menunjukkan pengertian kebenaran dan kejujuran, yaitu:3 1. Sabda-yasiddu sadadan, yang berarti benar dan jujur. Orang yang benar dan jujur itu disebut sadid. (Al-Ahzab, ayat: 70). 2. Watsiqa-yatsiqu-wutsuqan, waatsiqatan yang berarti percaya, orang yang terpercaya itu adalah orang yang benar dan jujur. 3. Amanu-ya¶munu-amanah, yang berarti percaya, lurus, jujur dan setia. 4. Shadaqa-yashduqu wa shidqan, yang berarti benar lawan dusta. Orang yang benar itu pasti jujur. Dari sabda Nabi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada kebaikan yang dapat diukir dan diciptakan melalui kedustaan, karena dari satu kata ³dusta´ akan dapat terlahir berbagai macam tindak kejahatan sehingga dalam suatu riwayat dikatakan, bahwa ketika Nabi kedatangan seorang kafir Quraisy yang dalam pengakuannya telah melakukan semua larangan Allah, tetapi dia tidak tahu bagaimana cara bertaubat, sedangkan ia ingin bertaubat. Maka ketika itu Nabi hanya mengajukan satu syarat untuk dipenuhinya jika dia benar-benar mau bertaubat, syarat itu adalah ³jujur´. Dari sini dapat dipahami bahwa kejujuran merupakan pangkal segala kebaikan.4 Islam yang dibawa Muhammad SAW memiliki konsep akhlak yang sangat indah untuk diaplikasikan dalam kehidupan yang semuanya merupakan pancaran cahaya hidayah Al-Qur¶an. Hal itu sebagaimana dikatakan Aisyah istri Nabi ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, maka dia menjawab: Akhlaknya adalah Al-Qur¶an. Itu artinya bahwa apa yang dikerjakan dan ditinggalkan Nabi dalam perjalanan hidupnya senantiasa dilandasi dan berpijak kepada petunjuk Al-Qur¶an, maka tidaklah mengherankan jika Allah telah memuji keagungan akhlak Nabi dengan firman-Nya: Dan Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Sebagai umat Muhammad yang baik pasti kita akan berusaha untuk meneladani sifatsifatnya terlebih kejujurannya, karena itu Allah perintahkan kepada orang beriman untuk 3 4
Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1995), hlm.85. Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta : Teras, 2010), Cet.1, hlm.68.
berada bersama orang-orang yang benar ( jujur), dan menjauhi orang-orang kafir yang mendustakan kebenaran karena mereka itu adalah orang yang paling aniaya. Kejujuran harus ditegakkan dan dilaksanakan oleh setiap orang jika mereka menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Kejujuran akan mendatangkan kebajikan dan sebaliknya kebohongan akan mendatangkan bencana. D. Nilai-nilai
Pendidikan
Orang yang jujur itu akan merasakan keuntungan dari kejujurannya. Keuntungan bagi orang yang jujur yaitu :5 1. Orang yang jujur itu memiliki salah satu sifat para Nabi dan Rasul. Oleh karena itu, orang semacam itu pasti terpuji di kalangan sesama manusia dan di sisi Allah, sebagaimana terpujinya sifat jujur atau benar itu. 2. Jujur dan menepati janji itu tanda patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah SAW menyuruh kita untuk berakhlak dengan semua akhlak yang terpuji. 3. Kejujuran dan kesetiaan pada janji itu termasuk syarat untuk menikmati kebahagiaan hakiki dalam surga kelak. Sikap jujur pada diri setiap manusia merupakan hal yang harus dikedepankan, agar tidak menimbulkan masalah-masalah di dalam kehidupan ini. Bahkan sikap ini merupakan garis pemisah, apakah seseorang bisa disebut muslim yang sesungguhnya atau tidak. Rasulullah SAW bersabda yang artinya; ³Shafwan Bin Salim meriwayatkan, dia berkata, pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW,¶Adakah seorang mukmin yang penakut¶,jawab beliau,¶Ada¶. Lalu ditanyakan, ¶Adakah seorang mukmin yang bakhil¶? jawab beliau,¶Ada¶. Lalu ditanyakan,¶Adakah seorang mukmin yang pembohong¶? jawab beliau,¶Tidak¶.´ Hadits
tersebut menunjukkan jelas sekali bahwa sikap bohong bukan merupakan sikap seorang muslim. 6 Lisan perlu dijaga karena dampak-dampak negatif yang ditimbulkan begitu besar seperti menyakiti orang lain, menyinggung perasaan, pertengkaran, dan bahkan pembunuhan. Karenanya, seseorang harus mampu menjaga dan memelihara lisannya dengan bicara yang baik dan seperlunya saja. Terkait hal ini, Rasulullah SAW mengatakan;7 5
Abubakar Muhammad, Hadits Tarbiyah, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1995), hlm.87. Http://fadil.cahbag.us/2010/05/pentingnya-nilai-kejujuran.html, Diakses pada 28 Oktober 2011. 7 Http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2011/06/pentingnya-kejujuran.html, Diakses pada 28 Oktober 2011. 6
³C ukuplah
seseorang dipandang berdusta bahwa ia membicarakan semua yang
didengarnya.´
Banyak bicara menjadikan seseorang mudah berdusta seperti menceritakan sesuatu yang tidak pernah terjadi. Saat ia tidak mendapati bahan pembicaraan, ia dengan mudah mengutip berita orang yang pendusta dan ia tahu bahwa orang tersebut seorang pendusta. Maka ia juga termasuk kategori pembohong. Adapun macam tindakan-tindakan ketidakjujuran dalam kerangka pendidikan. Perilaku tidak jujur dalam konteks pendidikan antara lain:8 a. Plagiarisme ( plagiarism). Sebuah tindakan mengadopsi atau mereproduksi ide, atau kata-kata, dan pernyataan orang lain tanpa menyebutkan nara sumbernya. b. Plagiarisme karya sendiri ( self plagiarism). Menyerahkan/mengumpulkan tugas yang sama lebih dari satu kali untuk mata pelajaran yang berbeda tanpa ijin atau tanpa memberitahu guru yang bersangkutan. c. Manipulasi ( fabrication). Pemalsuan data, informasi atau kutipan-kutipan dalam tugas-tugas akademis apapun. d. Pengelabuan (deceiving ). Memberikan informasi yang keliru, menipu terhadap guru berkaitan dengan tugas-tugas akademis, misalnya, memberikan alasan palsu tentang mengapa ia tidak menyerahkan tugas tepat pada waktunya, atau mengaku telah menyerahkan tugas padahal sama sekali belum menyerahkannya. e. Menyontek (cheating ). Berbagai macam cara untuk memperoleh atau menerima bantuan dalam latihan akademis tanpa sepengetahuan guru. f. Sabotase ( sabotage). Tindakan untuk mencegah dan menghalang-halangi orang lain sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan tugas akademis yang mesti mereka kerjakan. Tindakan ini termasuk di dalamnya, menyobek/menggunting lembaran halaman dalam buku-buku diperpustakaan, ensiklopedi, dan lain sebagainya atau secara sengaja merusak hasil karya orang lain.
8
2011.
Http://BenSenangGalus.us./2011/06/nilai-kejujuran-dalam-pendidikan.html, Diakses pada 27 Oktober
Adapun faktor pendorong pada seseorang untuk berperilaku atau bersikap jujur sebagaimana dalam hadist di atas yaitu:9 1) Pertama, nurani. Sebab nurani selalu mengajak kepada nilai-niali luhur. Nurani selalu menolak kebohongan, terlebih lagi kebohongan itu membawa dampak buruk bagi diri yang bersangkutan. 2)
K edua
, agama. Ajaran agama merupakan penopang nurani dalam mempertahankan
kejujuran dan menghindari kebohongan. 3)
K etiga
, harga diri. Dengan harga diri seseorang akan berhati-hati dan akan bertindak
jujur. 4)
, keinginan untuk dikenal sebagai orang jujur.
K eempat
E. Analisis
Jujur dalam arti sempit adalah sesuainya ucapan lisan dengan kenyataan, dan dalam pengertian yang lebih umum adalah sesuainya lahir dan batin. Maka orang yang jujur bersama Allah SWT dan bersama manusia adalah yang sesuai lahir dan batinnya. Kejujuran itu sendiri dengan berbagai pengertiannya membutuhkan keikhlasan kepada Allah dan mengamalkan perjanjian yang diletakkan oleh Allah di pundak setiap muslim. Jujur termasuk akhlak utama yang harus dimiliki setiap mukmin. Imam al-Ghazali membagi sikap jujur ke dalam enam jenis:10 1. Kejujuran lisan, yakni jujur dalam bertutur kata. 2. Kejujuran niat, yakni ikhlas dalam berbuat. 3. Kejujuran dalam bertekad, yakni apapun yang dapat menguatkan tekadnya. 4. Kejujuran dalam merealisasikan tekad yang bulat. 5. Kejujuran dalam berbuat, yakni ada kesamaan antara apa yang diucapkan dengan yang diperbuat. 6. Kejujuran spiritual, seperti jujur dalam mengaplikasikan konsep khauf (rasa takut akan siksa Allah) dan raja¶ (mengharap rahmat Allah). 9
Http://fadil.cahbag.us/2010/05/pentingnya-nilai-kejujuran.html, Diakses pada 28 Oktober 2011. Shafwat Abdul Fattah, Mungkinkah Kita Jujur? , (Jakarta: Gema Insani, 2004), Cet.1, hlm.19.
10
Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 119 ;
³ Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama-sama orang yang benar.´
Firman Allah diatas, secara khusus memerintahkan umat manusia yang mukmin untuk bersama orang-orang yang benar, orang-orang yang jujur, walau sikap kejujuran itu sudah termasuk dalam pengertian taqwa. Untuk itu, marilah kita pertahankan sikap jujur ini dalam setiap langkah laku kita. Rasulullah bersabda yang artinya; ³P ertahankanlah
kejujuranmu, meskipun engkau menghadapi celaka. Karena pada
kejujuran itu hakekat keselamatan. Dan jauhilah perbuatan dusta, meski engkau melihat sebagai keselamatan, karena pada ketidakjujuran itu adanya celaka.´11
11
Http://fadil.cahbag.us/2010/05/pentingnya-nilai-kejujuran.html, Diakses pada 28 Oktober 2011.
KESIM PULAN
Kejujuran adalah contoh akhlak yang mulia yang harus dimiliki oleh orang yang mau menjadi muslim yang mukmin. Kata jujur sendiri memiliki pengertian terjadinya keselarasan dan kesesuaian antara apa yang ada di dalam hati dan yang terungkap melalui lisan maupun perbuatan, atau dengan kata lain satunya hati, kata lisan, dan perbuatan. Sikap jujur pada diri setiap manusia merupakan hal yang harus dikedepankan, agar tidak menimbulkan masalahmasalah di dalam kehidupan ini. Orang yang jujur itu akan merasakan keuntungan dari kejujurannya. Imam al-Ghazali membagi sikap jujur ke dalam enam jenis yaitu; kejujuran lisan yakni jujur dalam bertutur kata, kejujuran niat yakni ikhlas dalam berbuat, kejujuran dalam bertekad yakni apapun yang dapat menguatkan tekadnya, kejujuran dalam merealisasikan tekad yang bulat, kejujuran dalam berbuat yakni ada kesamaan antara apa yang diucapkan dengan yang diperbuat, dan kejujuran spiritual seperti jujur dalam mengaplikasikan konsep khauf (rasa takut akan siksa Allah) dan raja¶ (mengharap rahmat Allah). Kejujuran harus ditegakkan dan dilaksanakan oleh setiap orang jika mereka menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Kejujuran akan mendatangkan kebajikan dan sebaliknya kebohongan akan mendatangkan bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Fattah, Shafwat. 2004. Mungkinkah Kita Jujur?. Jakarta: Gema Insani. Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta : Teras. Muhammad, Abubakar. 1995. Hadits Tarbiyah. Surabaya : Al-Ikhlas. Http://BenSenangGalus.us./2011/06/ nilai-kejujuran-dalam-pendidikan.html. Diakses pada 27 Oktober 2011. Http://fadil.cahbag.us/2010/05/pentingnya-nilai-kejujuran.html. Diakses pada 28 Oktober 2011. Http://gondayumitro.staff.umm.ac.id/2011/06/pentingnya-kejujuran.html. Diakses pada 28 Oktober 2011.