BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi selengkap mungkintentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat.Kegiatan eksplorasi
sangat
penting
dilakukan
sebelum
pengusahaan
bahan
tambang
dilaksanakanmengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yangsuatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadanganserta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal,disamping untuk mengurangi
resiko
kegagalan,
kerugian
materi,
kecelakaan
kerja
dan
kerusakanlingkungan. Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukanpenjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal, termasuk antariksa(penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air,ataupun informasi.Suatu kegiatan eksplorasi harus direncanakan sebaik - baiknya dengan memperhitungkan untung -ruginya, efisiensi, ekonomis serta kelestarian lingkungan daerah eksplorasi tersebut.Perencanaan eksplorasi meliputi beberapa hal sebagai berikut :
Pemilihan daerah eksplorasi. Studi pendahuluan. Perencanaan eksplorasi dan pembiayaannya. Hasil serta tujuan yang didapatkan dari seluruh operasi.
Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat.Eksplorasi merupakan kegiatan yg dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan bahan galian tsb
ditemukan dan bertujuan utk mengetahui ukuran, bentuk kedudukan, sifat dan nilai dari endapan bahan galian tersebut. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan. Kegiatan eksplorasi akan dilaksanakan di daerah desa Jatiklabang dan sekitarnya, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur daerah Lebengjumuk dan sekitarnya,
Kabupaten
Pati,
Provinsi
Jawa
Ttengah.
Pada
dusun
desa
LebengjumuTirogok, khususnya pada daerah sekitar Gunung Sentul bagian baratgunung Beji. Pada daerah ini terdapat gunung yang tersusun atas batuan sedimen yaitu batugamping. Batugamping adalah salah satu jenis batuan sedimen, berwarna putih, porositas baik, kekerasan baik, kekompakan baik, terdapat mineral kalsit sebagai pengisi lubang yang terdapat pada batuan. Batugamping dapat digunakan sebagai bahan kaptan, bahan mentah semen, karbit, bahan pemutih dalam pembuatan soda abu, penetral keasaman tanah, bahan pupuk, industri keramik, industri karet dan ban, kertas, penstabil jalan raya, bahan tambahan dalam proses peleburan dan pemurnian baja, bahan penggosok, pembuatan alumina, floatasi, pembuatan senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air. 1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu geologi yang didapat untuk membuat suatu perencanaan eksplorasi, eksploitasi, pengembangan suatu sumberdaya alam, hingga ke tahap produksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui jumlah cadangan sumber daya alam yang ada di lokasi pemetaan, menghitung perkiraan keuntungan dan memperkirakan segala aspek yang berperan dalam suatu kegiatan eksplorasi sehingga dapat menentukan layak atau tidaknya suatu daerah untuk di eksploitasi. 1.3
Letak Wilayah Kerja
Wilayah kerja terletak secara administratif daerah jatiklabang dan sekitarnya, Kecamatan Bangilan, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur. Secara geografis daerah ini terletak pada koordinat 6.920446° - 6.92973°LS dan 111.697012°- 111.705872°BT.
Gambar 1.1 Peta Letak Wilayah Kerja
Potensi batu gamping (layak tambang) di Kabupaten Tuban seluas 6.409,71 Ha yang tersebar di Kecamatan : Tambakboyo, Bangilan, Merakurak, Palang dan Kenduruan. Sedimen karbonat bila diberi asam klorida (HCl) keluar gas CO2. Keguanaan batu gamping sebagai bahan semen portland, pemurnian baja, industri kertas, bahan bangunan, cat dan lain-lain. Kadarnya : 51 – 98%.
Batugamping adalah salah satu jenis batuan sedimen, berwarna putih, porositas baik, kekerasan baik, kekompakan baik, terdapat mineral kalsit sebagai pengisi lubang yang terdapat pada batuan. Batugamping dapat digunakan sebagai bahan mentah semen, bahan pemutih dalam pembuatan soda abu, penetral keasaman tanah, bahan pupuk, industri keramik, industri karet dan ban, kertas, penstabil jalan raya, bahan tambahan dalam proses peleburan dan pemurnian baja, bahan penggosok,
pembuatan alumina, floatasi, pembuatan senyawa alkali, pembasmi hama, industri kaca, bata silica, bahan tahan api dan penjernihan air.
1.2
Teori dan Definisi Batugamping/limestone/batukapur merupakan salah satu golongan batuan sedimen
yang paling banyak jumlahnya. Batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping nonklastik dan batu gamping klastik. Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain Coelenterata, Moluska, Protozoa, dan Foraminifera atau batu gamping ini sering juga disebut sebagai batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral. Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batu gamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam. Secara kimia batu gamping terdiri atas Kalsium Karbonat (CaCO3). Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3.
Awal Mula Pembentukan Batu Gamping Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu secara organik secara mekanik atau secara kimia sebagian batu kapur di alam terjadi secara organik. Jenis ini berasal dari pengembangan cangkang atau rumah kerang dan siput. Untuk batu kapur yang terjadi secara mekanik sebetulnya bahannya tidak jauh beda dengan batu kapur secara organik yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat
semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia jenis batu kapur yang terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar. Manfaat Batugamping Adapun pemanfaatan dari gamping di antaranya adalah : Bahan bangunan Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester,adukan, adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah. Bahan penstabilan jalan raya Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan pemuaian fondasi jalan raya. Sebagai pembasmi hama Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai serbuk belerang untuk disemprotkan. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya Penjernihan air Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda. Batu Gamping (CaCO3) Sebagai Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang pada dasarnya menambahkan Ca dan menurunkan Al.
Batu gamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batu gamping keprus sebagai bahan campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas B. Batu gamping sebagai bahan baku semen Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen.
Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]: CaO
: 40 - 55 %;
SiO
: 0,23 - 18,12 %;
Al2O3 : 0,20 - 4,33 %; Fe2O3 : 0,10 - 1,36 %; MgO : 0,05 - 4.26 %; CO2
: 35,74-42.78 %;
H20
: 0,10 - 0,85 %;
P2O5 : 0,072 -0.109 %; K2
: 0,18 %;
L.O.I : 40,06 %.
1.3
Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan ini adalah pengaplikasian dari ilmu-ilmu geologi yang
didapat untuk membuat suatu perencanaan eksplorasi, eksploitasi, pengembangan suatu sumberdaya alam, hingga ke tahap produksi.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui jumlah cadangan sumber daya alam yang ada di lokasi pemetaan, menghitung perkiraan keuntungan dan memperkirakan segala aspek yang berperan dalam suatu kegiatan eksplorasi sehingga dapat menentukan layak atau tidaknya suatu daerah untuk di eksploitasi.
BAB II RUANG LINGKUPPEMBAHASAN
2.1
Letak Wilayah Kerja
Wilayah kerja terletak secara administratif pada desa Lebengjumuk, kecamatan Kayen, kabupaten Pati, provinsi Jawa Tengah. Secara geografis wilayah kerja, terletak pada koordinat 6°58'10"S - 6°58'50"S dan 111°0'20"E - 111°1'0"E.
Gambar 1.1 Peta Letak Wilayah Kerja
Teori dan Definisi
Batugamping/limestone/batukapur merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak jumlahnya. Dimana bahan penyusun utamanya tersusun oleh kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di alam tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3. Di Indonesia, batu gamping sering disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batu gamping paling sering terbentuk di perairan laut dangkal. Batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klastik dan batu gamping klastik. Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain Coelenterata, Moluska, Protozoa, dan Foraminifera atau batu gamping ini sering juga disebut sebagai batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral. Batu gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut. Pada prinsipnya, definisi batu gamping mengacu pada batuan yang mengandung setidaknya 50% berat kalsium karbonat dalam bentuk mineral kalsit. Sisanya, batu gamping dapat mengandung beberapa mineral seperti kuarsa, feldspar, mineral lempung, pirit, siderit dan mineral-mineral lainnya. Bahkan batu gamping juga dapat mengandung nodul besar rijang, nodul pirit ataupun nodul siderit. Kandungan kalsium karbonat dari batugamping memberikan sifat fisik yang sering digunakan untuk mengidentifikasi batuan ini. Biasanya identifikasi batugamping dilakukan dengan meneteskan 5% asam klorida (HCl), jika bereaksi maka dapat dipastikan batuan tersebut adalah batugamping. Batu gamping klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batu gamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam.
2.2
Genesa Batugamping
Batugamping dapat terbentuk melalui beberapa cara, yaitu secara organik, secara klastis (mekanik) dan secara kimia : 1. Batugamping organik; jenis ini paling banyak di jumpai di alam, berasal dari pengendapan cangkang kerang dan moluska lainnya, foraminifera, ganggang, atau dari kerangka binatang dan oral/terumbu karang. Ciri khas batugamping jenis ini umumnya kristalin dan sering muncul pola-pola terumbu dan sisa-sisa cangkang binatang lunak. 2. Batugamping klastik atau mekanik; jenis ini materi asalnya sama dengan pembentukan batugamping organic, hanya saja telah mengalami perombakan, kemudian di endapkan lagi ditempat lain. Ciri khas dari batugamping jenis ini adalah adanya fragmen-fragmen butiran. 3. Batugamping kimiawi ; jenis ini terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu, dalam air laut maupun air tawar. Ciri khas batugamping jenis ini adalah kristalin, bahkan sering besar-besar seperti pada kalsit. Batugamping di daerah bedoyo termasuk dalam jenis batugamping klastis.
Gambar 2.2 Bahan galian batugamping Batugamping terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Batugamping non-klastik yaitu merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batugamping ini sering juga disebut batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral. b. Batugamping Klastik yaitu merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi. Selama proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah bahkan hitam. Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO 3). Dialam tidak jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang tinggi mengubah batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3 . Adapun sifat dari batugamping adalah sebagai berikut : a. Warna
: Putih, putih kecoklatan, dan putih keabuan
b. Kilap
: Kaca dan tanah
c. Goresan
: Putih sampai putih keabuan
d. Bidang belahan
: Tidak teratur
e. Pecahan
: Uneven
f. Kekerasan
: 2,7 – 3,4 skala mohs
g. Berat Jenis
: 2,387 Ton/m3
h. Tenacity
: Keras, Kompak, sebagian berongga.
2.3
Manfaat Batugamping
Batugamping merupakan batuan dengan keragaman penggunaan yang sangat besar. Batuan ini menjadi salah satu batuan yang banyak digunakan dibandingkan jenis batuanbatuan lainnya. Sebagian besar batugamping dibuat menjadi batu pecah yang dapat digunakan sebagai material konstruksi seperti: landasan jalan dan kereta api serta agregat dalam beton. Nilai paling ekonomis dari sebuah deposit batugamping yaitu sebagai bahan utama pembuatan semen portland. Beberapa jenis batugamping banyak digunakan karena sifat mereka yang kuat dan padat dengan sejumlah ruang/pori. Sifat fisik ini memungkinkan batugamping dapat berdiri kokoh walaupun mengalami proses abrasi. Meskipun batugamping tidak sekeras batuan berkomposisi silikat, namun batugamping lebih mudah untuk ditambang dan tidak cepat mengakibatkan ke-ausan pada peralatan tambang maupun crusher (alat pemecah batu) Adapun pemanfaatan dari gamping di antaranya adalah :
Bahan bangunan Bahan bangunan yang dimaksud adalah kapur yang dipergunakan untuk plester, adukan pasangan bata, pembuatan semen tras ataupun semen merah. Bahan penstabilan jalan raya Pemaklaian kapur dalam bidang pemantapan fondasi jalan raya termasuk rawa yang dilaluinya. Kapur ini berfungsi untuk mengurangi plastisitas, mengurangi penyusutan dan
pemuaian fondasi jalan raya. Sebagai pembasmi hama Sebagai warangan timbal (PbAsO3) dan warangan kalsium (CaAsO3) atau sebagai
serbuk belerang untuk disemprotkan. Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian Apabila ditaburkan untuk menetralkan tanah asam yang relatife tidak banyak air, sebagai pupuk untuk menambah unsur kalsium yang berkurang akibat panen, erosi serta untuk menggemburkan tanah. Kapur ini juga dipergunakan sebagai disinfektan pada
kandang unggas, dalam pembuatan kompos dan sebagainya Penjernihan air Dalam penjernihan pelunakan air untuk industri , kapur dipergunakan bersama-
sama dengan soda abu dalam proses yang dinamakan dengan proses kapur soda. Batu Gamping (CaCO3) Sebagai Pupuk Alternatif Penetralisir Keasaman Tanah Semua material yang mengandung senyawa Ca dapat digunakan sebagai bahan pengkapuran untuk menetralisir keasaman tanah, yaitu meningkatkan pH tanah yang pada dasarnya menambahkan Ca dan menurunkan Al.
Batu gamping keprus sebagai campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas b Bertujuan untuk mengkaji kemungkinan pemakaian batu gamping keprus sebagai bahan campuran agregat pada lapis pondasi agregat kelas B. Batu gamping sebagai bahan baku semen Batu gamping sebagai salah satu bahan baku pembuatan semen. 2.4
Jenis-jenis Batu Gamping (Batu Kapur)
Ada banyak nama berbeda digunakan untuk batugamping. Nama-nama ini didasarkan pada bagaimana batugamping terbentuk, penampilannya (tekstur), komposisi mineral penyusunnya, dan beberapa faktor lainnya. Berikut ini adalah beberapa jenis batugamping yang namanya lebih umum digunakan : 1.
Chalk: merupakan sebuah batugamping lembut dengan tekstur yang sangat halus, biasanya berwarna putih atau abu-abu. Batuan ini terbentuk terutama dari cangkang berkapur organisme laut mikroskopis seperti foraminifera atau dari berbagai jenis ganggang laut.
2.
Coquina: merupakan sebuah batugamping kasar yang tersemenkan, yang tersusun oleh sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada daerah pantai dimana terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran yang sama oleh gelombang laut.
3.
Fossiliferous Limestone: merupakan sebuah batugamping yang mengandung banyak fosil. Batuan ini dominan tersusun atas cangkang dan skeleton fosil suatu organisme.
4.
Lithographic Limestone: merupakan sebuah batugamping padat dengan ukuran butir sangat halus dan sangat seragam, yang terjadi di dalam sebuah lapisan tipis membentuk permukaan sangat halus.
5.
Oolitic Limestone: merupakan sebuah batugamping yang terutama tersusun oleh kalsium karbonat "oolites", berbentuk bulatan kecil yang terbentuk oleh hasil presipitasi konsentris kalsium karbonat pada butir pasir atau cangkang fragmen.
6.
Travertine: merupakan sebuah batugamping yang terbentuk oleh presipitasi evaporasi, sering terbentuk di dalam gua, yang menghasilkan deposit seperti stalaktit, stalakmit dan flowstone. Secara umum cadangan batu gamping Indonesia mempunyai kadar sbb [8]: CaO
: 40 - 55 %;
SiO
: 0,23 - 18,12 %;
Al2O3
: 0,20 - 4,33 %;
Fe2O3
: 0,10 - 1,36 %;
MgO
: 0,05 - 4.26 %;
CO2
: 35,74-42.78 %;
H20
: 0,10 - 0,85 %;
P2O5
: 0,072 -0.109 %;
K2 : 0,18 %; L.O.I
: 40,06 %.
BAB III ACUAN
3.1
Acuan dan Referensi
Penggolongan bahan galian mengacu pada: 1.
1. UU no. 11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan Undang-Undang No 11 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Dalam UU ini, bahan galian dibagi atas tiga golongan .
Penggolongan bahan-bahan galian didasari pada :
Nilai strategis/ekonomis bahan galian terhadap Negara; Terdapatnya sesuatu bahan galian dalam alam (genese); Penggunaan bahan galian bagi industri; Pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat banyak; Pemberian kesempatan pengembangan pengusaha; Penyebaran pembangunan di Daerah Selanjutnya UU 11/1967 ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Tentang Penggolongan Bahan Galian (PP No 27/1980), yang menyatakan sebagai berikut:
A. Golongan bahan galian yang strategis adalah: minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; bitumen padat, aspal; antrasit, batubara, batubara muda; uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktip lainnya; nikel, kobalt; timah B. Golongan bahan galian yang vital adalah: besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; bauksit, tembaga, timbal, seng; emas, platina, perak, air raksa, intan; arsin, antimon, bismut; yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; berillium, korundum, zirkon, kristal kwarsa; kriolit, fluorpar, barit; yodium, brom, khlor, belerang; C. Golongan bahan galian yang tidak termasuk golongan A atau B adalah: nitrat-nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite); asbes, talk, mika, grafit, magnesit; yarosit, leusit, tawas (alum), oker; batu permata, batu setengah permata; pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit; batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth); marmer, batu tulis; batu kapur, dolomit, kalsit; granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan a amupun
golongan b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. (pada bab mengenai Penggolongan dan Pelaksanaan penguasaan Bahan galian 2.. Peraturan Pemerintah No. 27 th 1980, penggolongan ini didasarkan pada : Nilai strategis / ekonomis bahan galian terhadap negara, terdapatnya bahan galian dalam alam (genesa), penggunaan bahan galian terhadap industri, pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak,
pemberian
kesempatan
pengembangan
pengusahaan,dan
penyebaran
pembangunan di daerah. Pembayaran pajak penggalian mengacu pada PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH, BAB II Bagian Ketujuh Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pasal 43 s/d 50. Dimana pada pasal 47 menyatakan bahwa : Tarip Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 25 % ( dua puluh lima persen). perda kabupaten lainnya seperti Kabupaten Pati no. 20 tahun 2009 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. pada bab IV, pasal 7, ditetapkan bahwa tarif pajak adalah sebesar 20% (dua puluh persen).
BAB IV ISTILAH DAN DEFINISI
1.4 Tahapan Kegiatan Penambangan 1.4.1 Prospeksi Prospeksi Merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan endapan mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika. Istilah penyelidikan umum dalam UU tahun 1967 sama artinya dengan Prospeksi Mineral. Penyelidikan umum ini disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika di daratan, perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap eksplorasi. 1.4.2 Eksplorasi Eksplorasi Merupakan kegiatan selanjutnya setelah ditemukannya endapan mineral berharga yang antara lain meliputi kegiatan untuk mengetahui dan mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan cadangan dari endapan bahan galian tersebut. 1.4.3 Studi Kelayakan
Studi Kelayakan Merupakan kegiatan untuk menghitung dan mempertimbangkan suatu endapan bahan galian ditambang dan atau diusahakan secara menguntungkan. 1.4.4 Rekacipta Tambang (Mine Design) Mine Design merupakan kegiatan untuk merencanakan dan merancang suatu tambang berdasarkan study kelayakan dan hasil akhir eksplorasi endapan bahan galian. 1.4.5 Persiapan Penambangan (Development) Persiapan Penambangan Merupakan kegiatan persiapan untuk penambangan dan pengangkutan yang antara lain meliputi pembuatan lubang-lubang bukaan kearah dan didalam endapan yang sudah pasti ada, proses yang termasuk disini adalah semua tahapan yang diperlukan suatu tambang menuju ke penjadwalan produksi yang lengkap seperti persiapan peralatan penambangan, pembuatan jalan hauling, infrastruktur, dan konstruksi. 1.4.6 Penambangan (Eksploitasi) Penambangan merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
4.1 Prospeksi Prospeksi Merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian dan atau penemuan endapan mineral berharga yang merupakan tahap awal eksplorasi pada suatu daerah berdasarkan data geologi, geokimia dan geofisika. Istilah penyelidikan umum dalam UU tahun 1967 sama artinya dengan Prospeksi Mineral. Penyelidikan umum ini disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika di daratan, perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap eksplorasi.
1.4.2 Eksplorasi Eksplorasi Merupakan kegiatan selanjutnya setelah ditemukannya endapan mineral berharga yang antara lain meliputi kegiatan untuk mengetahui dan mendapatkan ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan cadangan dari endapan bahan galian tersebut.
1.4.3 Studi Kelayakan Studi Kelayakan Merupakan kegiatan untuk menghitung dan mempertimbangkan suatu endapan bahan galian ditambang dan atau diusahakan secara menguntungkan.
1.4.4 Rekacipta Tambang (Mine Design) Mine Design merupakan kegiatan untuk merencanakan dan merancang suatu tambang berdasarkan study kelayakan dan hasil akhir eksplorasi endapan bahan galian.
1.4.5 Persiapan Penambangan (Development) Persiapan Penambangan Merupakan kegiatan persiapan untuk penambangan dan pengangkutan yang antara lain meliputi pembuatan lubang-lubang bukaan kearah dan didalam endapan yang sudah pasti ada, proses yang termasuk disini adalah semua tahapan yang diperlukan suatu tambang menuju ke penjadwalan produksi yang lengkap seperti persiapan peralatan penambangan, pembuatan jalan hauling, infrastruktur, dan konstruksi.
1.4.6 Penambangan (Eksploitasi) Penambangan merupakan kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana (manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan pengangkutan bahan galian.
BAB V TATACARA EKSPLORASI
5.1
Tata Cara Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi bahan galian/mineral terdapat beberapa tahapan kegiatan. Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan agar mendapatkan klasifikasi cadangan dari sumber daya alam yang akan dicari. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Survey Tinjau (Reconnaissence)
2.
Prospeksi (Prospecting)
3.
Eksplorasi Umum (General Exploration)
4.
Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)
5.2 Sub Tahapan Ekplorasi Eksplorasi batugamping yang umum dikerjakan adalah untuk menghitung volume cadangan dan mengetahui kualitas cadangan, sedangkan kegiatan awal berupa pencarian endapan (prospakse) umumnya jarang dilakukan, karena endapan batugamping sudah diketahui keberadaannya dan mudah ditemukan. Tahapan kegiatan eksplorasi antara lain dapat dilakukan sebagai berikut : Pemetaan topografi Pengambilan conto bongkahan
Pemboran inti Analisa conto (sifat fisik, mekanik, kimia) Perhitungan cadangan Eksplorasi geofisika kadang-kadang juga dilakukan untuk menentukan geometri endapan batugamping.Sebelum dilakukan pemboran inti. Menurut Peters, 1978 dalam Koesomadinata, 2000 tahapan eksplorasi modern adalah suatu strategi eksplorasi modern meliputi 2 tahapan eksplorasi dengan sub-tahapannya, dimana pada setiap tahapan memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan serta penyempurnaan model eksplorasi serta petunjuk geologi yang lebih relevan. Tahapan ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: 1. Tahapan Rancangan Eksplorasi (Exploration Design Stage) Rancangan eksplorasi ini antara lain menyangkut tentang review literatur , geologi regional, citra landsat, interpretasi foto udara. Selain itu juga mencakup tentang model eksplorasi sebagai hipotesa kerja penentuan strategi dan pemilihan metoda eksplorasi. 2. Tahapan Eksplorasi Tinjau – Tingkat Strategis ( Reconnaissance Exploration Stage – Strategic Phase) Pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahap antara lain : a. Penilaian Regional (Regional Apprasisal) Penilaian regional ini berdasarkan data dan studi pustaka yang ada. b. Peninjauan Daerah (Area Reconnaissance) Peninjauan daerah ini dilakukan dengan melakukan survei daerah. Survei ini dapat menggunakan survei udara seperti survey dan analisa foto udara, survei dan analisa aeromagnetic. Sedangkan survei darat berupa lintasan – lintasan dengan metoda geologi atau non geologi, pengambilan batuan perconto di sungai (stream sampling), dan sebagainya. Tahapan ini menghasilkan daerah - daerah prospek dengan peta skala 1 : 100.000 - 200.000. c. Pemilihan Sasaran (Target Selection) Tahap ini merupakan akhir dari semua tahapan eksplorasi tinjau tingkat strategis. Tahap ini menindaklanjuti tahap peninjauan daerah dengan sitem metoda geologi berupa:
prospeksi batuan di sungai seperti float mapping and sampling, stream sediment sampling, dan rock sampling. Kadang kala bersamaan dengan pembuatan paritan, pemboran dangkal dan metoda geofisika seperti survei magnetic, gravitasi, seismik dan reflaksi seseuai dengan petunjuk geologi. 3. Tahapan Eksplorasi Rinci – Tingkat Taktis (Detail Exploration Stage – Tactical Phase) Tahapan ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu : a. Penyelidikan Permukaan Rinci (Detail Surface Investigation) Tahap ini berupa penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000 – 1:1000. Kegiatan pada tahap ini antara lain berupa pemetaan geologi rinci , surve geokimia rinci, pembuatan paritan dan sumur uji dan survei geofisika rinci dan pengambilan beberapa contoh batuan hasil pemboran. b. Penyelidikan Bawah permukaan Rinci (Detail Subsurface Investigation). Pada tahapan ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi, pengeboran core-logging yang lebih rapat, pengukuran geophysical-logging penentuan cadangan, pendahuluan dan pengambilan cintoh secara sistimatis. c. Penemuan / Bukan Penemuan (Discovery / Nondiscovery) Pada tahap ini faktor - faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi metalurgi, kebutuhan
energi
dalam
penambangan
serta
penilaian
ekonomis
(feasibility
studies) dilakukan agar dapat diketahui suatu prospek dapat ditambang atau tidak. 4. Tahapan Evaluasi dan Pra Produksi ( Evaluation and Preproduction Stage) Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah. Tahap ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga merancang kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jala, pembuatan kantor dan mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.
BAB VI METODE EKSPLORASI
6.1
Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu : a.
Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1.
Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai
terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai singkapan segar 2.
Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara
alami yang umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi yang disebut gaya endogen misalnya adanya letusan gunung berapi yang memuntahkan material ke permukaan bumi dan dapat juga dilihat dari adanya gempa bumi akibat adanya gesekan antara kerak bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya patahan atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan petunjuk letak tubuh batuan. b. Tracing Float (penjejakan) Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari penghancuran singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian tertransportasi yang biasanya dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing kita harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan arah aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat memberikan data yang diinginkan maka kita dapat membuat sumur uji sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak jauh dibawah over burden. c. Tracing dengan Panning (mendulang) Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran butiran mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak mineral yang ukurannya halus dan memiliki masa jenis yang relatif besar. Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan yaitu trencing atau test pitting. Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting. -
Trenching (pembuatan parit)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 - 2,5 meter, selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis. Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus tegak lurus dengan arah arus sungai. Paritan dibangun dengan tujuan untuk mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah dan lain-lain. -
Test Pitting (pembuatan sumur uji)
Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka sebaiknya dilakukan test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa pada test pitting kita harus memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal ini akan menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan yang terdapat pada sumur uji yang kita buat. Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor keamanan, kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur uji yang kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari penggalian sumur adalah gejala longsoran, keluarnya gas beracun, bahaya akan banjir dan lain-lain.
BAB VII TAHAPAN EKPLORASI
72.14
Tahap Eksplorasi
72.14.1 Survey Tinjau Tahapan ini merupakan tahapan paling awal dalam kegiatan eksplorasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral secara geologi atau daerah anomali yang prospektif untuk penyelidikan lebih lanjut. Dalam tahapan ini, penyelidikan dilakukan pada daerah yang sangat luas dengan pengamatan dilakukan tidak berpola dan pada lokasi-lokasi yang dianggap menarik. Awal dari tahapan ini biasanya berupa pengumpulan data skunder dan primer. Pengumpulan data skunder berupa studi kepustakaan, survey foto udara dan analisa peta geologi regional. Pengumpulan data primer berupa pemetaan geologi regional dengan skala 1 : 250.000 atau 1 : 100.000. Hasil dari tahapan ini adalah diperkirakan adanya batugamping pada tengah daerah pemetaan. Cadangan sumber daya alam pada tahap ini termasuk dalam golongan sumber daya hipotetik.
72.14.2 Prospeksi
Tahapan eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah SDA dengan cara mempersempit daerah yang mengandung sebaran SDA yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, penyelidikan petrologi serta petrografi.
Gambar 72.2 1 Kenampakan Bukit Gamping di daerah LebengjumukJatiklabang
Gambar 72.23 Kenampakan Singkapan Batugamping Pada disekitar Gunung Sentul Beji
Tahapan ini dilakukan dengan cara pemetaan geologi dan pengamatan singkapan secara langsung, ditemukannya bukit yang tersusun atas batugamping sesuai dengan peta regional yang di kaji pada tahap survey tinjau.
Hasil dari tahapan eksplorasi ini adalah penentuan wilayah kerja, dengan memperkirakan persebaran batuannya. Didapatkan wilayah kerja, pada daerah sekitar dusun tirogo, desa lebengjumuk Jatiklabang, kecamatan Bangilan berukuran 1,015,727.96163 1.498.702,5 m2.
Gambar 72.34 Wilayah Kerja pada Peta Kontur Daerah Pemetaan
72.14.3 Eksplorasi Umum & Eksplorasi Rinci Tahapan eksplorasi ini dimaksud untuk mendeliniasi suatu sumber daya atau untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga dimensi sumber daya tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui gambaran geologi suatu sumber daya berdasarkan sebarannya, perkiraan awal bentuk tiga dimensinya, ukuran, sebarannya, kuantitas dan kualitasnya. Hasil analisis dan evaluasi dari tahapan ini untuk menentukan apakah eksplorasi rinci dan
studi kelayakan tambang diperlukan. Kedua tahap ini dianggap menjadi satu karena keterbatasan data yang didapat oleh penulis pada saat pemetaan geologi, tidak adanya data pemboran, seismic, magnetic, maupun data geofisika lainnya. Pada tahapan ini dilakukan perhitungan volumetric dari keduapada gunungbukit dengan cara menghitung luas persebaran tiap kontur yang ada di gunung beji. Setelah didapatkan luas, volume dari bukit tersebut dapat dihitung dengan rumus volumetrik (Trapezoid atau Pyramidal).
Tabel 7.1 Perhitungan luas dan volumetri
BENTUK
LUAS
TING
SQRT
VOLUME
DENSITA TONNAS
TRAPESIU
1015727.961
GI 12.5
883839.
7914865.8
S 2.6
E 20578651
M TRAPESIU
63 769076.8518
12.5
8 1414.07
41 7442578.6
2.6
19350705
M PYRAMID
81 398649.0220
2 12.5
9 1661037.5
2.6
4318698
KERUCUT
42 1332.555025
12.5
92 5552.3126
2.6
14436.01
PYRAMID
81 158090.4119
12.5
08 658710.04
2.6
1712646
PYRAMID
27 46226.64183
12.5
97 192611.00
2.6
500788.6
KERUCUT
16 2179.488205
12.5
76 9081.2008
2.6
23611.12
54 17884436.
TOTAL
46499535
04 TOTAL
69 Didapatkan volume sebesar 17,884,436.6911.272.945,09 41.892.752 m3 untuk gunungbukit Sentul sebelah baratBejiPatuk. Dengan asumsi bahwa kedua bukitgunung tersusun atas batugamping, didapatkan tonase dengan mengalikan volume total dengan
berat jenis batugamping, Dari hasil perhitungan (dilampirkan) didapatkan tonase sebesar 46,499,535 100.542.604,8757.673.300,7 ton. Hasil perhitungan tonase ini menjadikan potensi batugamping pada daerah bukit gunung Patuk bejSentul sebelah barati sumber daya alam terukur.
BAB VIII KEEKONOMIAN AWAL
82.15
Rencana Tahapan Penambangan dan Produksi
Rencana dari penambangan dari kedua bukitgunung gampingdiorit ini adalah dengan penambangan secara terbuka (quarry) dengan menggunakan alat mekanis maupun alat peledak. Adapun persiapan untuk penambangan sebagai berikut :
Pembersihan lahan Pengupasan tanah penutup Pembuatan jalan tambang Pembangunan infrastruktur pendukung di wilayah kerja
Pengupasan tanah penutupPembersihan Lahan dan pembuatan jalan untuk masuknya alat berat dilakukan dengan beberapa pekerjaan antara lain berupa penebangan kayu, pembabatan semak belukar dan pembukaan lahan untuk jalan yang akan menggunakan 2 laat berat yaitu:
KOMATSU BULLDOZER model D65P-12 LGP, tahun 2009 (untuk pembersihan
lahan) CATERPILLAR EXCAVATOR model 320D tahun 2008 (untuk membuka lahan tanah)
excavator merk CAT dengan tipe 320D. Penambangan dengan alat mekanis akan menggunakan alat Crawler Rock Drill (CRD) Merk Atlas Copco dengan tipe CFA-701 Crawler Rock Drill (CRD) Merk Atlas CopcoFurukawa dengan tipe CFA-701PCR 200 dan untuk peledak digunakan agen peledak tipe ANFO.
8.1.1 KOMATSU BULLDOZER model D65P-12 LGP
Gambar 8.1.21 CATERPILLAR EXCAVATOR model 320D Excavator CAT tye 320D2
Gambar 82.1.325 Atlas Copco dengan tipe CFA-701 CRD Atlas CopcoFurukawa Tipe CFA 701PCR 200
Rencana pengembangan dan produksi dari hasil galian adalah akan diolahnya bongkah diorite gamping menjadi ukuran yang lebih kecil, sehingga lebih mudah dipindahkan dan dapat disalurkan untuk berbagai keperluan. Untuk mengolah batu menjadi ukuran yang lebih kecil diperlukan alat sebagai berikut pada pabrik pengolahan :
1 unit Alat rock crusher (alat penghancur batuan) Unit conveyor belt ( transportasi batuan ke berbagai bagian pabrik) Vibrating Deck (untuk mensortir hasil hancuran batuan) 1750015 unit Fuso Dump Truck (transportasi batuan dari quarry)
Gambar 8.1.4 Gambar 2.6 Ilustrasi cara kerja pengolahan Rock Crusher (Jaw type) (Sumber : http://www.waihigold.co.nz/) Dengan
semua
alat
diatas,
target
dari
produksi
adalah
10.542.75275.000.0004,659,953.5 ton/tahun. Jika menggunakan estimasi ini, umur tambang diperkirakan menjadi 10 tahun dari produksi pertama..
Gambar 8.1.4 Gambar 2.7 Alat Rock Crusher tipe Jaw, kapasitas 850 ton/jam Sumber : (aliexpress.com) Setelah diolah, batugamping akan dijual pasarkan di Jakarta melalui transportasi darat (truk) dengan harga Rp 1.100.000/ton. Dengan harga ini, didapatkan prospek keuntungan kotor (gross) sebesar Rp 83311.059.686.528.000.440.630.770.000Rp 51,149,488,943,240.20
Estimasi biaya pengeluaran dibagi menjadi dua, yaitu modal tetap dan biaya operasi. Modal tetap meliputi : HARGA
N O
KEBUTUHAN SATUAN BIAYA PEMBELIAN PERALATAN
1
OPERASI KOMATSU
BULLDOZER
/
HARGA KESELURUHAN
model
Rp
D65P-12 LGP, tahun 2009 CATERPILLAR EXCAVATOR model
950,000,000.00 Rp
320D tahun 2008
470,000,000.00 Rp
CRD Atlas Copco CFA-701 (5 unit)
1,016,000,000.0 0
Jaw Rock Crusher Unit Conveyor Belt dan Vibrating
Rp 5,080,000,000.00 Rp 281,200,000,000.00 Rp
Deck
3,200,000,000.00 Rp
Fuso Dump Truck (50 unit)
2
410,000,000.00
Rp 20,500,000,000.00 Rp
Biaya Infrastruktur dan Pembangunan
8,000,000,000.00
Biaya pembebasan lahan dan persiapan 3
Rp
penambangan
20,000,000,000.00 Rp
TOTAL MODAL
339,400,000,000.00
Biaya Operasi meliputi: HARGA/ NO 1
KEBUTUHAN SATUAN Biaya upah pegawai (90 orangX10 TAHUN) 5,000,000.00 Pajak Galian Bahan C,
IDR
HARGA KESELURUHAN Rp 455,360,000,000.00
Perda Kabupaten Tuban 2
(25%)
Rp 12,787,372,235,810.00 Rp
3
Biaya Operasi TOTAL BIAYA OPERASIONAL
22,500,000,000.00 Rp 13,265,232,235,810.00
Keuntungan bersih (nett) Penghasilan Kotor-(Modal+Biaya Operasional)
=IDR 51,149,488,943,240.20 – (Rp 339,400,000,000.00 + Rp 13,265,232,235,810.00) = Rp 37,544,856,707,430.20 Biaya pembelian peralatan operasi Excavator CAT 320D
= Rp 987.000.000
CRD Atlas Copco CFA-701 (4 unit)
= Rp 1.016.000.000
Jaw Rock Crusher
= Rp 1.200.000.000
Unit Conveyor Belt dan Vibrating Deck
= Rp 3.200.000.000
Fuso Dump Truck (50015 unit) Total
= Rp 2286.840000.000.000 = Rp 13.243.000.000
Biaya Infrastruktur dan Pembangunan
= Rp 8.000.000.0000
Biaya pembebasan lahan dan persiapan penambangan = Rp 18.000.000.000
Total modal tetap : Rp 32.840.000.000254.000.000.000
Biaya Operasi meliputi: Biaya upah pegawai (90 orang) = Rp 45.536.000.000225.000.000.000 Pajak Galian Bahan C, Perda Kabupaten Trenngalek Pati no. 20 Tahun 2009 (20%) = Rp 2.221.937.305.60016.668.812.615.400 Biaya Operasi = Rp. 3022.500.000.000
Total biaya operasi = Rp 2.279.973.305.60016.924.312.615.400
Keutungan bersih (nett) = Rp. 833.440.630.770.000 – (Rp 254.000.000.000 + Rp 16.924.312.615.400)
= Rp. 816.516.318.154.600
BAB IX KESIMPULAN
Jumlah sumberdaya batugamping di Desa DongkoLebengjumukJatiklabang, tepatnya bukit Patukgunung Sentul bagian baratBeji adalah 46,499,535 ton 757.673.300,7100.542.604,8 ton, penambangan dapat dilakukan secara tambang terbuka (quarry) dengan alat mekanis dan diolah dengan cara menghaluskan bongkah batu memakai rock crusher. Dengan produksi 4,659,953.5 ton/tahun 75.767.33010.542.752 ton per tahun diperoleh umur tambang 10 tahun.
Walaupun pajak bahan galian C termasuk tinggi, hasil perkiraan hitungan ekonomik menunjukkan bahwa proyek ini masih layak dilakukan, dengan keuntungan bersih sebesar = Rp 37,544,856,707,430.20 Rp. 816.516.318.154.6008.746.873.222.400 selama jangka waktu 10 tahun.