BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Geologi Dasar adalah Ilmu yg mempelajari tentang bumi secara menyeluruh. Dari proses pembentukan, komposisi, sejarah, dan proses-proses alam yg telah berlangsung dan yang terjadi saat ini. 1.1.1. Cabang Ilmu Geologi 1.
Mineralogi yang
mempelajari
mineral,
berupa
pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya. 2.
petrologi Ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk deskripsi, klasifikasi
3.
dan genesanya.
Stratigrafi Ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan dan proses pembentukannya.
4.
Geomorfologi Ilmu yg mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi & permukaan di
5.
alam.
Geologi Struktur Ilmu yg mempelajari bentuk arsitektur kulit bumi & gejala-gejala yg menimbulkan perubahan tsb.
6.
Geofisika Ilmu yg mempelajari aspek fisika bumi
Laporan Praktikum Geologi Dasar
1
7.
Geokimia Ilmu yg mempelajari aspek kimia terhadap penyusun batuan kerak bumi.
8.
Vulkanologi Ilmu yg mempelajari tentang gunung api.
I.2. Maksud Dan Tujuan Maksud dari pelaksanaan kegiatan pratikum Geologi Dasar adalah agar peserta pratikum bisa lebih mengenal dan memahami tentang materi Geologi Dasar. Secara garis besarnya,
didalam
dituntut
untuk
pembelajaran
dapat
materi
mengerti
mahasiswa
tentang
proses
pembentukan, komposisi, sejarah, dan proses-proses alam yg telah berlangsung dan yg terjadi saat ini, dan bisa menggunakan peralatan yang biasa digunakan dalam ruang lingkup ilmu Geologi Dasar. Sedangkan tujuan dari kegiatan pratikum ini, dituntut agar setiap mahasiswa dapat mengetahui unsur – unsur peta Geologi, macam – macam mineral, jenis batuan beku, jenis batuan sedimen, jenis batuan metamorf, struktur Geologi,
menetukan
Strike
dan
Dip,
Stratigrafi,
dan
Geomorfologi atau Roman muka bumi. I.3. Waktu Dan Tempat Waktu dan Tempat pelaksanaan Pratikum Geologi Dasar untuk pembahasan tentang materi dilaksanakan setiap hari rabu pukul 15.00 – selesai dan 16.00 - selesai, bertempat di Laboratorium Geologi Dasar, Fakultas Teknik Unikarta. Sedangkan
untuk
Pratikum
Lapangan
Geologi
Dasar
dilaksanakan pada hari sabtu pukul 09.00 – selesai, bertempat
Laporan Praktikum Geologi Dasar
2
di
Perumahan
penerangan
Blok
A,
Gunung
Menyapa,
Kecamatan Tenggarong, kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
BAB II
Laporan Praktikum Geologi Dasar
3
DASAR TEORI II.1. Unsur-Unsur Peta Geologi II.1.1 Landasan Umum Peta geologi adalah merupakan salah satu peta yang penting di dalam dunia pertambangan, sipil, minyak dan gas. Dalam peta ini dicakup berbagai aspek yang mampu dipakai sebagai aplikasi untuk kepentingan keilmuan dan dalam kegiatan eksplorasi pertambangan. Secara umum peta geologi didefinisikan sebagai peta yang menggambarkan penyebaran dan batas satuan batuan atau litologi serta menggambarkan struktur geologi suatu daerah. Peta ini dibuat dari hasil survey atau pemetaan geologi baik geologi permukaan ataupun geologi bawah permukaan. Dasar dari peta geologi adalah peta topografi dalam skala kecil. Data dari hasil survey geologi dilapangan di plot diatas peta topografi disesuaikan dengan posisi, lokasi, titik – titik pengamatan. Untuk selanjutnya setelah dilakukan pengolahan data dan interpretasi, rekontruksi lebih lanjut, maka akan diperoleh informasi geologi dari suatu daerah yang dipetakan, informasi tersebut berupa peta geologi. Selain unsur – unsur utama dalam peta geologi yang berupa jenis dan batas litologi, stratigrafi serta struktur yang ada pada peta geologi dicantumkan unsur – unsur penyerta yang selalu ada dalam peta geologi. Unsur – unsur penyerta peta tersebut : 1.
Judul dan nama daerah
2.
Orientasi peta
3.
Arah utara
4.
Skala a. Numerik ( 1 : 1000)
Laporan Praktikum Geologi Dasar
4
b. Grafis
10.
5.
Legenda
6.
Keterangan
7.
Nama pemeta dan tahun pembuatan
8.
Nama instansi dan logo
9.
Indeks peta
Koordinat Penampang geologi
11.
II.1.2. Simbol litologi Simbol litologi ada dua macam, yaitu warna dan tanda gambar.
Simbol
–
simbol
yang
terdapat
pada
peta
dan
penampang geologi harus dibuat harus sama. Simbol – simbol yang berupa warna pada peta geologi adalah sebagai berikut : 1. Aluvial
: abu – abu
2. Batugamping
: biru
3. Batupasir
: kuning
4. Batubara
: hitam
5. Tuffa
: coklat muda
6. Batu beku basa
: merah tua
Laporan Praktikum Geologi Dasar
5
7. Konglomerat
: jingga
8. Batulempung
: hijau
9. Breksi
: coklat tua
10. Napal / serpih
: hijau tua
11. Batuan metamorf
: ungu
12. Batuan beku asam : merah muda Simbol – simbol yang berupa gambar pada peta geologi adalah sebagai berikut : 1. Aluvial
: abu – abu
2. Batugamping
: biru
3. Batupasir
4. Batubara
: kuning
: hitam
Laporan Praktikum Geologi Dasar
6
5. Konglomerat
: Jingga
6. Breksi
: coklat tua
7. Lanau
: hijau muda
8. Shalecoal
: abu -abu
9. Coalyshale
: abu - abu
10. Tuf
: cokalt muda
11. Batulempung
: hujau
II.1.3. Simbol Struktur Geologi
Laporan Praktikum Geologi Dasar
7
Struktur geologi dapat diamati dilapangan, dan haruslah digambarkan selengkapnya pada peta geologi. II.1.4. Simbol Geografi Yang dimasud dengan simbol - simbol geografi adalah kota, desa, jalan raya jalan setapak, atau jalan kereta api, sedangkan
simbol
–
simbol
geodesi
adalah
tanda
titik
ketinggian / Trianggulasi, KM pada jalan raya dan kontur. II.1.5. .Simbol Struktur Sedimen Simbol struktur sedimen biasanya digambarkan didalam penampang stratigrafi. II.1.6 Simbol – Simbol Lain Simbol – simbol geologi ini digambarkan sesuai dengan kepentingan dari geologi tersebut. Misalnya untuk kepentingan teknik sipil, geologi perminyakan, geohidrologi, dan lain – lain.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
8
Gambar 2.1. Contoh Peta Geologi
Laporan Praktikum Geologi Dasar
9
Gambar 2.2. Contoh Peta Stratigrafi
Laporan Praktikum Geologi Dasar
10
II.2. Mineral II.2.1. Mineral Kulit bumi bagian luar atau kerak bumi disusun oleh zat padat yang sehari – hari yang kita sebut batuan. Sedangkan batuan meliputi segala macam materi yang menyusun kerak bumi, baik padat maupun lepas seperti pasir dan debu. Umumnya batuan merupakan ramuan beberapa jenis mineral. Mineral adalah suatu zat padat yang homogen yang terjadi di alam secara alamiah dengan komposisi kimia tertentu dan memiliki susunan atom yang teratur. Atau, Mineral adalah suatu zat (fasa) padat dari unsur (kimia) atau persenyawaan
(kimia)
yang
dibentuk
oleh
proses
–
proses
anorganik, dan mempunyai susunan kimiawi tertentu dan suatu penempatan atom – atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal, dan ilmu yang mempelajari tentang mineral disebut Mineralogi. II.2.2 Sifat – Sifat Fisik Mineral Ciri sifat fisik mineral seperti sistem kristal, warna, sistem perawakan kristal, kilap, gores, kekerasan, belahan, pecahan, tenacity, berat jenis, kemagnetan, nama mineral, kegunaan, genesa. Dan untuk lebih jelas diperlukan pengamatan secara optik, untuk hal ini memerlukan waktu yang lebih lama. 1.
Warna Warna adalah warna mineral yang dapat di tangkap dan dilihat oleh mata tanpa menggunakan alat bantu. Atau, Warna mineral adalah warna bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan dipantulkan (refleksi).
Laporan Praktikum Geologi Dasar
11
Warna penting untuk membedakan mineral akibat pengotor atau warna asli (tetap) yang berasal dari elemen utama pada mineral tersebut. Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen – elemen utama mineral disebut” Idiochromatic”. Contoh : sulfur warnanya kuning. Warna mineral akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain. Sehingga memberikan warna yang berubah – ubah tergantung dari pengotornya disebut “Allochromatic” Contoh: -
Halite : warnany dapat berubah – ubah.
-
Abu – abu.
-
Kuning.
-
Merah muda.
-
Biru bervariasi.
kehadiran kelompok asing yang dapat memberikan warna tertentu pada
mineral disebut “Chormophores”. Misalnya ion, Cu
yang terkena proses hidrasi merupakan Chromophores dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru. Factor yang mempengaruhi warna mineral adalah : -
Komposisi mineral.
-
Struktur kristal.
-
Pengotor dari mineral.
2. Bentuk kristal / sistem perawakan mineral a. sistem sumbu kubik b. sistem sumbu tetragonal c. sistem sumbu ortorombik
Laporan Praktikum Geologi Dasar
12
d. sistem sumbu monoklin e. sistem sumbu triklin f. sistem sumbu heksagonal g. sistem sumbu rombohedral 3.
Kilap Gejala ini terjadi apabila pada mineral dijatuhkan cahaya refleksi dan kilap suatu mineral sangat penting untuk diketahui. Beberapa kilap yang biasa dipergunakan adalah sebagai berikut : a. kilap logam (metallic), kilap yang dihasilkan dari
mineral –
mineral logam, seperti kalkopirit. b. Kilap sub logam (sub metallic), kilap yang dihasilkan dari mineral hasil altersi sebelumnya, seperti ilmenit. c. Kilap intan (adamantine), kilap sangat cemerlang seperti pada intan pertama. (Mineral Intan) d. Kilap kaca (vitreous), kilap seperti damar, misalnya monasit. (Mineral kwarsa, kalsit) e. Kilap lemak (greasy), kilap seperti lemak, seakan – akan terlapis oleh lemak, misalnya nefelin. (Mineral opal) f. Kilap
mutiara
(pearly),
kilap
seperti
mutiara,
biasanya
terlihata pada bidang – bidang belah dasar mineral, misalnya brukit. (Mineral talk, serpentin) g. Kilap sutra (sikly), kilap seperti sutra, biasanya terlihat pada mineral – mineral yang menyerat, misalnya gipsum. (Mineral asbes) h. Kilap tanah (earthy) atau kilap garam (dull), biasanya terlihat pada mineral – mineral yang kempal, misalnya bauksit. (Mineral bauksit) 4.
Gores
Laporan Praktikum Geologi Dasar
13
Gores
adalah
warna
yang didapat
apabila
suatu
mineral
digoreskan pada permukaan porselen yang permukaannya kasar. 5.
Kekerasan Pada umumnya kekerasan mineral diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan. Kekerasan adalah suatu sifat yang ditentukan oleh susunan dalam dari atom – atom. Kekerasan adalah ukuran daya tahan suatu permukaan rata terhadap goresan. Jika mineral dapat digores oleh mineral lain, maka yang belakangan ini dikatakan lebih keras dari mineral yang dapat digores tadi. Kekerasan relatif telah dipergunakan dalam penentuan mineral sejak masa permulaan adanya mineralogi sistematik. Mohs (1822), telah mengadakan suatu penentuan mineral secara kualitatif berdasarkan kekerasan mineral. Ia menentukan suatu skala relatif sebagai berikut : Tabel 2.1 Skala Kekerasan MOHS Derajat
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Paling lunak
Paling keras
Kekerasan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Mineral Talk Gipsum Kalsit Flourit Apatit Ortoklas Kuarsa Topas Korondum intan
Setiap skala mohs yang lebih tinggi dapat menggores mineral – mineral dengan skala mohs yang lebih rendah. Berdasarkan penentuan kualitatif dari dari kekerasan ternyata interval – interval pada skala mohs hampir bersamaan, kecuali interval antara 9 dan 10. Laporan Praktikum Geologi Dasar
14
Untuk pengukuran kekerasan ini dapat kita pergunakan alat – alat yang sederhana, seperti kuku tangan, pisau, baja dan lain – lain. Untuk memperlihatkan hubungan antara alat pengukuran kekerasan dengan derajat kekerasan dari mohs. Tabel 2.2 Alat – Alat Penguji Kekerasan
6.
No
Alat penguji
1
Kuku
2 3 4 5
manusia Kawat tembaga Pecahan kaca Pisau baja Kikir baja
Derajat Kekerasan mohs 2,5
tangan
3 5,5 – 6 5,5 – 6 6,5 - 7
Belahan Dan Pecahan Apabila
sebuah
mineral
mendapat
suatu
tekanan
yang
melampaui batas – batas elastis dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Cara pecahnya ini ada yang beraturan dan ada pula yamg tidak beraturan. Jika pecahnya secara beraturan, maka akan memperlihatkan suatu pecahan, dan jika pecahannya ,mengikuti permukaan yang sesuai dengan stuktur kristalnya akan memperlihatkan suatu belahan. Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahnya, maka dapat dibagi manjadi: a. Sempurna (perpect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui bidang belahan agak sukar. b. Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik belahan yang sempurna, masih dapat pecah dari arah lain.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
15
c. Jelas (distinct), dimana bidang belahan jelas, tapi tidak begitu rata, dapat pecah dari arah lain dengan mudah. d. Tidak
jelas,
(indistinct),
dimana
kemungkinan
untuk
membentuk belahan dan pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar. e. Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil dari pada untuk membentuk belahan 7. Pecahan Dibagi Menjadi : a. Pecahan concoidal, dimana pacahan menyerupai seperti kulit bawang minsalnya mineral kuarsa. b. Pecahan hackly, dimana pecahannya menyerupai besi dan tajam – tajam c. Unevon, dimana permukaan pecahannya kasar dan tidak beraturan seperti kebanyakan mineral d. Even, dimana bidang pecah agak kasar, tetapi kecil – kecil, masih mendekati bidang datar
8.
Tenacity / Ketahanan Mineral Terhadap Pukulan Tenacity adalah ketahanan suatu mineral terhadap pukulan,
pematahan, pembengkokkan, penggerusan, atau pengirisan. Istilah – istilah yang digunakan dalam menyatakan ketahanan a. Britel
: Apabila mineral mudah pacah menjadi bubuk
b. Maleabel
: Apabila suatu mineral dapat di iris tipis
c. Sektil
: Apabila suatu mineral dapat dibentuk seperti
kawat
Laporan Praktikum Geologi Dasar
16
d. Fleksibel
: Apabila suatu mineral dapat dibengkokkan
e. Elastis
: Apabila suatu mineral dibengkokkan dan dapat kembali kebentuk semula
9.
Berat Jenis Mineral Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral dibandingkan dengan berat air pada volume sama, atau berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air. Berat mineral Rumus berat jenis =
-------------------Volume mineral
10.
Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet
11.
a.
Fera magnetik adalah gaya tarik magnet terhadap benda
b.
Dia magnetik adalah gaya tidak menarik benda
Nama Mineral Untuk penamaan mineral bisa ditentukan dari hasil penelitina atau pendiskripsian mineral itu sendiri dengan adanya literatur yang sesuai.
12.
Kegunaan Mineral Kegunaan
mineral bisa diketahui dari beberapa literatur dan
informasi lainnya.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
17
13.
Genesa
Genesa adalah peristiwa yang menyebabkan terbentuknya mineral tersebut
Perak
Laporan Praktikum Geologi Dasar
18
Tembaga
Korundum
Laporan Praktikum Geologi Dasar
19
Emas
Kalsit
Laporan Praktikum Geologi Dasar
20
Pasir Kwarsa
Belerang
Timah
Laporan Praktikum Geologi Dasar
21
Galena
II.3. Batuan Beku II.3.1. Batuan Beku Batuan beku adalah batuan yang terbentuk secara langsung dari proses pembekuan magma, baik didalam bumi maupun diatas permukaan bumi. Ciri khas batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu kenampakan suatu massa dari unit – unit kristal yang saling mengunci kecuali yang non kristalin. Proses pembekuan magma akan menghasilkan kristal – kristal primer ataupun gelasan, yang mana apabila saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal – kristal mineral ukuran besar. Sedangkan bila energi pembentukannya
Laporan Praktikum Geologi Dasar
22
rendah akan terbentuk kristal yang ukurannya sangat halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak akan terbentuk dan cairan magma yang membeku akan menjadi gelas. Setiap
mineral
memiliki
kondisi
tertentu
pada
saat
mengkeristal. Mineral – mineral mafic pada umumnya mengkeristal pada suhu yang relative tinggi, sebaliknya mineral – mineral felsic pada umumnya mengkeristal pada suhu yang relative rendah. Batuan beku merupakan kumpulan mineral – mineral silika yang mengkeristal. Selama kristalisasi berlangsung selalu ada kecendrungan untuk mempertahankan keseimbangan antara fase padat dan fase cair. Dalam hal ini kristal yang mula – mula terbentuk
akan
bereaksi
dengan
cairan,
sehingga
berubah
komposisinya. Reaksi ini terjadi secara terus – menerus pada kristalisasi mineral – mineral plagioklas (mulai mineral basa sampai mineral asam). Reaksi ini disebut “continuous reation series” dipihak lain terjadi secara tiba – tiba pada temperature tertentu, dalam kristalisasi mineral – mineral ferromagnesium (mafic mineral) disebut “discontinuous reaction series”.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
23
Gambar 2.3 Diagram Bown Reaction Series II.3. 2.
Sifat – Sifat Mineral Penyusun Batuan Beku
Berdasarkan sifat – sifat mineral penyusun batuan dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu : 1. Mineral Utama Mineral utama adalah mineral – mineral primer yang selalu terdapat dalam satu batuan tertentu dan merupakan yang dominan untuk batuan tersebut. 2. Mineral Sekuder Mineral sekunder adalah mineral yang terdapat cukup banyak dalam satu batuan beku tetapi tidak selalu seperti halnya mineral primer (utama). Mineral sekunder ini sering juga disebut mineral pelengkap (accessory mineral). 3. Mineral Tambahan (Minor Accesory Mineral) mineral tambahan adalah merupakan mineral yang terdapat dalam suatu batuan beku yang jumlahnya tidak begitu banyak, kira – kira lebih kecil dari 5 % dari volume batuan. Contoh : apatitie, magnetite, zircon dan lain – lain. II.3. 3. Deskripsi Batuan Beku 1. Warna Warna adalah warna mineral yang dapat di tangkap dan dilihat oleh mata tanpa menggunakan alat bantu. Atau, 2.
Jenis Batuan
Laporan Praktikum Geologi Dasar
24
a.
Klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya, meliputi : 1. Batuan Beku Asam Batuan beku yang mengandung unsur silika lebih dari 66 %, umunya berwarna terang. Contoh : granite, apatite, dan lain – lain. 2. Batuan Beku Intermediet. Batuan ini mengandung mineral silika antara 52 % - 66 % batuan biasanya berwarna terang hingga agak gelap. Contoh : diorite, andesit dan lain – lain. 3. Batuan Beku Basa. Adalah batuan beku yang komposisi silikanya anatar 45 % 52 % kaya akan mineral kalsit plagioklas dan mafik mineral. Warnanya gelap / buram sampai kehitaman. Contoh : gabro, basalt dan lain – lain. 4. Batuan beku ultra basa Jenis batuan beku ini mengandung unsur silika kurang dari 45 %, biasanya berwarna hitam sampai hijau. 3. Struktur Batuan Beku Struktur batuan beku adalah merupakan kenampakkan atau bentuk dan Susunan dari batuan beku. Struktur batuan beku meliputi : a.
Struktur masif / kompak Struktur masif adalah susunan mineral yang kompak, tidak menunjukkan adanya pori – pori, penjajarn mineral / bentuk aliran dan bersifat pejal.
b.
Struktur jointing yaitu struktur batuan yang memperlihatkan retakan – retakan. c. Vesikuler
Laporan Praktikum Geologi Dasar
25
Yaitu struktur yang memperlihatkan adanya lubang – lubang akibat pelepasan gelembung – gelembung gas dari magma. Vesikuler ini terbagi dalam beberapa bagian yaitu : •
Vesicle yaitu struktur yang memperlihatkan lubang –
lubang yang menyudut. •
Scorian yaitu struktur yang sangat berpori dan tidak
teratur dalam masa dasar gelas. •
Pumis yaitu struktur buih dengan lubang – lubang
memanjang yang menunjukkan arah aliran buih. d. Flow yaitu struktur yang orientasinya sejajar dengan baik oleh kristal maupun oleh lubang – lubang gas. e. Amigdaloidal yaitu struktur yang menampakan adanya lubang – lubang gas pada batuan yang terisi oleh mineral - mineral sekunder yang terbentuk setelah pembentukkan magma. 4. Tekstur Batuan Beku Tekstur batuan beku adalah hubungan antara mineral – mineral yang satu dengan yang lainnya dalam suatu batuan yang meliputi hubungan antara kristalisasi, granulitas dan fabric (kemas). a.
Derajat Kristalitas Derajat kristalitas atau derajat kristalisasi adalah tingkat kristalisasi mineral dalam suatu batuan. Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung pada proses pembekuan magma itu sendiri. Tingkat – tingkat kristalisasi antara lain : 1. Holokristalin
Laporan Praktikum Geologi Dasar
26
Holokristalin adalah bila seluruh batuan tersusun oleh kristal – kristal mineral. 2. Hipokristalin Hipokristalin adalah bila batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian yang lain adalah gelas. 3. Holohialin Holohialin adalah bila seluruh batuan beku tersusun oleh mineral gelas. b. Granulitas (Ukuran Butir Mineral) Granulitas adalah derajat besar butir mineral penyusun batuan. Granulitas meliputi : 1.
Fanerik Fanerik adalah kristal dari mineral penysunya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata dapat juga dengan bantuan luve. Fanerik dibedakan menjadi : Butiran kasar (> 5 mm). Butiran sedang (1 – 5 mm). Butiran halus (< 5 mm).
2.
Afanitik Afanitik adalah kristal – kristal dari mineral penyusunnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata secara langsung jadi harus menggunakan alat bantu luve atau mikroskop. •
Mikrokristalin yaitu bila butiran sangat kecil
(analisa menggunakan mikroskop).
Laporan Praktikum Geologi Dasar
27
•
Kriptokristalin yaitu bila ukuran butirnya
labih halus dari mikrokristalin (analisa menggunakan scanning , sinar x). •
Amorfus / nonkristalin yaitu bila mineral
disusun oleh gelas secara keseluruhan. c. Kemas (Fabrik) Kemas adalah hubungan antar kristal – kristal atau susunan antar kristal – kristal yang satu dengan lainnya. Fabric meliputi : 1.
Bentuk kristal •
Euhedral yaitu bentuk kristal sempurna dan
dibatasi oleh bidang – bidang kristal yang jelas. •
Subhedral yaitu apabila bentuk tidak sempurna
dan hanya sebagian saja yang dibatasi oleh bidang- bidang kristal yang jelas atau kombinasi dari bentuk baik dengan bentuk tidak teratur. •
Anhedral yaitu apabila bentuk bidang batas
dari kristal tidak teratur atau tidak jelas.
Gambar 2.4. Euhedral
Laporan Praktikum Geologi Dasar
28
Gambar 2.5. Subhedral
Gambar 2. 6. Anhedral
d. Relasi Relasi yaitu hubungan antar butir kristal – kristal yang satu dengan yang lainya, relasi meliputi : •
Equigranular yaitu ukuran butir kristal yang
menyusun batuan hampir sama besar atau relatif seragam. •
Inequigranular
adalah
ukuran
butir
kristal
penyusun batuan tidak sama besar. 5. Komposisi Mineral Mineral – Mineral Pembentuk / Penyusun Batuan
Laporan Praktikum Geologi Dasar
29
Pada batuan beku ada delapan mineral yang umum dijumpai sebagai penyusun batuan beku, biasanya disebut sebagai mineral batuan beku (igneous mineral) dan dapat dibedakan menjadi kelompok, yaitu : a)
Mineral yang tersusun dari unsur silika dan
alumina, umunya berwarna cerah (felsik). contoh mineral : •
Kwarsa mineral kwarsa mempunyai rumus kimia sio2, berwarna jernih, putih buram dan lain – lainnya. Mengkristal pada system hexagonal, kekerasan 7, umumnya bentuk kristal tidak baik (anhedral), dan mempunyai kilap seperti kaca.
•
Feldspar dibagi dua bagian, yaitu : 1. Potash feldspar Terdiri dari mineral orthoklas, mikrolin, sanidin, adularia, dan anorthoklas, berwarna merah pucat, putih merah daging, dan abu – abu. Belahannya baik 2 arah kekerasan 6. 2. Plagioklas Berwarna putih, abu – abu dan lain – lain. Belahan baik 2 arah, kekerasan 6. Mineral ini terdiri dari kalsit plagioklas (anorit,
bitownite,
labradorit,
andesine)
dan
sedikit
plagioklas (albite, oligoklas dan andesine). Feldspartoid (foida) pengganti mineral feldspar, karena terbentuk pada kondisi dimana si o2 kurang. Mineral ini terdiri dari leukosit, nefelin, sodolite dan nosolite serta hauynite. Berwarna putih atau abu – abu kebiruan, kekerasan 6.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
30
Mika (glimmer) terdiri
dari
muscovite
(putih
jernih),
plagotit,
(coklat),
kekerasan 1 – 2, belahan 1 arah. Mineral
b.
yang
tersusun
dari
unsur
besi,
magnesium, dan kalsium, berwarna gelap (mafic). •
Olivin
Berwarna hijau, kuning kecoklatan, kristal berbutir seperti gula pasir, kekerasan 6 – 7. •
Amphibole Merupakan mineral terbentuk prismatik panjang bersisi enam, warna hijau kehitaman, belahan 2 arah, kekerasan 5 – 6 dan yang terpenting dari golongan ini adal;ah hornblende.
•
Pyroxene Warna coklat hingga hitam, kekerasan 5 - 6 terdiri dari mineral enstatite, hypersten, diopsite dan augit, belahan 2 arah.
•
Biotite berwarna hitam, dan tampak seperti lembaran. Untuk mengetahui kekerasan suatu mineral maka dipakai mineral mineral standart pada skala mohs sebagai berikut :
Talk Gypsum Kalsit Fluorite Apatite Orthoklas
Laporan Praktikum Geologi Dasar
31
Kwarsa Topas Korundum Diamond atau intan. 7.
Genesa Genesa adalah peristiwa
yang menyebabkan terbentuknya
batuan beku tersebut
II.4. Batuan Sedimen II.4.1. Pengertian Batuan Sedimen Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material maupun biologi yang kemudian diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Proses-proses terbentuknya batuan sedimen antara lain : a. Proses Pelapukan Batuan beku, batuan metamorf maupun batuan beku yang dipengaruhi oleh suhu dan tekanan terus menerus, maka tidak luput dari yang namanya
pelapukan. Dalam
pelapukan, diantaranya
yaitu
prosesnya
terdapat
bermacam-macam
pelapukan
mekanis
atau
fisik
dan
pelapikan kimia. b. Proses Pengangkutan Laporan Praktikum Geologi Dasar
32
Setelah batuan tidak mengalami pelapikan yang oleh adanya garfiatasi maka akan terlepas atau terkikis dari batuan asalnya yang kemudian diangkut oleh media pengangkut yaitu air, angin, es dan lain –lain. b. Proses Pengendapan Material-material yang diangkut oleh air, angin atau es tadi akan diendapkan di cekungan, daerah cekungan dapat berupa danau, rawarawa, laut dan sbg. II.4.2. Struktur Batuan Sedimen Struktur batuan sedimen dibedakan menjadi 3 macam, yitu : a. Struktur Mekanis (Fisika) Terbentuknya karena proses fisika diantaranya : (1). Berlapis Terlihat sebagai susunan berlapis-lapis. Contoh; Batu pasir berlapis. Bila ketebalan ≥1 cm disebut lapisan. Bila ketebalan ≤ 1 cm disebut Laminasi.
.
Lapisan
Laminasi
Gambar 2.7. Struktur Berlapis (2). Bergradasi Bila butiran-butian batuan dari bawah ke atas semakin halus. Contoh : Konglomerat. Laporan Praktikum Geologi Dasar
33
Gambar 2.8. Struktur Bergradasi
(3)
Silang Siur Satu seri perlapisan yang saling bepotongan dalam tubuh batuan sedimen. Contoh; Batupasir silang siur.
Gambar 2.9. Struktur Silang Siur
Laporan Praktikum Geologi Dasar
34
(4). Masif Bila dalam tubuh batuan sedimen tidak terlihat struktur sedimen Dilihat dari kenampakkan permukaan lapisannya dibedakan atas : 1). Ripple Mark Bentuk permukaan yang bergelombang karena adanya arus. 2). Flute Cast Bentuk gerusan pada permukaan akibat aktivitas arus. 3). Mud Crack Bentuk retakan pada lapisan lumpur, biasanya berbentuk polodial 4). Rain Mark Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan hujan. Struktur
terjadi
karena
deformasi, dapat
diklasifikasikan
menjadi : 1). Load Cast Lekukan pada permukaan lapisan akibat gaya dari beban diatasnya. 2). Convolute Struktur Lekukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi (gerusan). 3). Sandstone Dike and Sill Karena
deformasi
pasir
dapat
terinjeksi
pada
lapisan
sedimen diatasnya. b. Struktur Kimia Struktur yang terbentuk dari aktifitas kimia, dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu : 1). Koneksi
: Bila berbentuk bulat
2). Nodul
: Bila berbentuk tidak teratur
c. Struktur Organik Laporan Praktikum Geologi Dasar
35
Struktur yang
terbentuk dari aktifitas organisme, dibedakan
atas : 1). Jejak - Track
: Jejak berupa tapak organisme
- Trail
: Jejak berupa seretan bagian tubuh organisme.
2). Galian ( Burrow ) Lubang atau galian hasil aktivitas organisme. 3). Cetakan - Mold
: Cetakan bagian tubuh organisme.
- Cast
: Cetakan dari mold.
II.4.3. Tekstur Batuan Sedimen Dalam batuan sedimen dapat dijumpai fragmen batuan maupun mineralmineral yang umumnya banyak dijimpai dalam batuan sedimen yaitu antara lain : -
Kwarsa
-
Mika
-
Dolomit
-
Feldspar
-
Kalsit
-
Mineral lempung, dan lain-lain.
Berdasarkan kejadiannya, batuan sedimen dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
36
⇒
Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari material-material hasil rombakan batuan yang telah ada sebelumnya.
⇒
Sedangkan batuaan sedimen ninklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk
dari
material-material
hasil
aktivitas
kimia ( termasuk
biokimia ). Dari dua macam batuan sedimen tersebut dikenal tekstur batuan sedimen yaitu tekstur Klastik Nonklastik : a). Tekstur Klastik Yang perlu diperhatikan pada batuan sedimen klastik adalah ukuran butir dan bentuk butir. Untuk ukuran butir dipakai klasifikasi dari Wenworth, Yaitu : :
Tabel. 2.3. Klasifikasi Tekstur Klastik Nama
Ukuran Butir (mm)
Boulder ( Bongkah )
≥256
Cabble ( Berangkal )
64 - 256
Pebble ( Kerakal )
4 - 64
Granule ( Kerikil )
2 - 4
Pasir Sangat Kasar
1 - 2
Pasir Kasar
½
- 1
Tabel 2.4. Klasifikasi Ukuran Butir ( Wenworth ) Laporan Praktikum Geologi Dasar
37
Nama
Ukuran Butir (mm)
Pasir Sedang
1
/4 - 1/2
Pasir Halus
1
Pasir Sangat Halus
1
/8 - 1/4
/16 - 1/8
1
/256 - 1/16
Silt ( Lanau)
≤ 1/256
Clay ( Lempung )
b. Tekstur Non Klastik tekstur non klastik mempunyai ciri khas adnya kristal-kristal yang saling menjari dan tidak ada ruang pori-pori antar butir dan umumnya Monomineralik. Kristal-kristal umumnya berbentuk serabut, lembaran atau butiran kristal.
Berikut Klasifikasi Non Klastik : Tabel 2.5. Klasifikasi Ukuran Butir Tekstur Nonklastik Klasifikasi Berbutir Kasar
Ukuran (mm) ≥ 5
Berbutir Sedang Berbutir Halus
1 - 5 ≤ 5
Bebrapa tekstur Nonklastik yang terpenting yaitu : (1). Amorf Yaitu bila partikel-partikel yang berukuran lempung
( koloid ).
Contoh : Rijang Masif. (2) Oolitik
Laporan Praktikum Geologi Dasar
38
Yaitu
tersusun oleh
kristal kecil berbentuk
bulat ( elipsoid
)
terkumpul seperti telur ikan, butiran berukuran 0,25 mm - 2,0 mm. contoh : Batu gamping Ooloitik. (3). Piolistik Seperti Oolitik tetapi butiran berukuran lebuh besar 2mm. contoh : Batu gamping Pisolitik. (4). Sakaroidal Partikel-partikel berbutir hakus, sama besar ( equigranular ). Contoh : Batu gamping Sakaroidal. (5). Kristalin Bila tersusun oleh kristal-kristal besar. Hal-hal ini yang perlu diperhatikan yang menyangkut tekstur batuan sedimen adalah, antara lain : ⇒
Bentuk Butir a. Membundar Sempurna b. Membundar ( Rounded ) c. Mebundar Tnaggung ( Sub Rounded ) d. Menyudut Tanggung ( Sub Angular )] e. Menyudut ( Angular ) f. Menyudut Sempurna ( Well Angular )
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 2.10. Tingkat Ukuran Butir
Laporan Praktikum Geologi Dasar
39
Tabel 2.6. Klasifikasi Rudit Berdasrkan Ukuran Partikel serat Bentuknya. Ukuran Butir Secara
Bentuk Klasifikasi Penyusunannya
Kualitatif Bongkah Tak
Berangkal Kerakal Kerikil ⇒
Membulat Terlitifikasi
Terlitifikasi Gravel
Konglomerat
Menyudut Terlitifikasi
Tak
Terlitifikasi Rabel
Breksi
Pemelihan ( Sortasi ) - Baik ( Weel Sorted )
: Jika tingkat kesergaman bitirannya sama
- Buruk ( Poorly Sorted) : Bila
besar
butir
tidak
merata,
terdapat matrik dan fragmen. ⇒
Kemas ( labric ) - Kemas terbuka
: Bila butiran tidak langsung saling bersentuhan
- Kemas tertutup
: Bila
butiran
saling
besentuhan
atau sama lainnya. ⇒
Fragmen : Butiran yang berukuran lebih besar daripada pasir ⇒
Matrik
: Butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan dan terdapat di sela-sela fragmen.
⇒
Semen
: Material
yang sangat halus (hanya dapat dilihat
dengan mikroskop) yang berfungsi sebagai pengikat. Semen umumnya terdiri dari silika, karbonat dan oksida besi. Semen jarang dijumpai pada batuan sedimen yang Argiloccous (batuan sedimen yang matriknya lempungan) sebab tidak mempunyai rongga.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
40
II.4.4. Komposisi Batuan Sedimen Berdasarkan
komposisinya
batuan
sedimen
dapat
dibedakan
menjadi
bebrapa kelompok, yaitu : 1. Batuan sedimen detritis, dapat dibedakan menjadi : - Detritus halus
: Batu Lempung, Batu Lanau
- Detritus sedang : Batu Pasir - Detritus Kasar
: Breksi dan Konlomerat.
2. Batuan sedimen evaporit, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari proses evaporasi. 3. Batuan sedimen batubara, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari mineral organik yang berasal dari tumbuhan. 4. Batuan sedimen silika, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari proses organik dan kimia. 5. Batuan sedimen karbonat, yaitu batuan yang terbentuk baik dari proses mekanis, kimia maupun organik. II.5. Batuan Metamorf II.5.1. Pengertian Batuan Metamorf Batuan metamorf merupakan batuan yang terbentuk dari perubahan-perubahan oleh proses metamorfosa dari batuan yang telah ada sebelumnya, yang mengalami perubahan komposisi mineral, struktur, tekstur tanpa mengubah komposisi kimia dan tanpa melalui fase cair atau gas atau tidak mengalami perubahan. II.5.2. Tipe-Tipe Metamorfosa Menurut Sukardi ( 1993 ) tipe-tipe metamorfosa dikelompokkan menjadi : a. Metamoefosa Lokal Terbagi atas : 1). Metamorfosa Kontak/ Termal, terjadi akibat kenaikan temperatur pada zoan-zona intrusi magma atau plutonik dan ekstrusi lava.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
41
2). Metamorfosa Kataklastik atau Dislokal atau Kinematik atau Dinamik, terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi atau deformasi atau pengaruh tekanan . Misalnya akibat sesar (fault). 3.) Metamorfosa Kaustik atau Optalik atau Pirometamorfosa, karena temperatur pada daerah batuan vulkanik khususnya basalt 4). Metamorfosa Hidrotermal atau Metasomatisme, disebabkan oleh adanya fluida dan confining pressure. 5) Metamorfosa Retrograde atau Diaptoresis, akibat penurunan temperatur sehingga kumpulan mineral metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih rendah. b. Metamorfosa Regional Adalah proses metamorfosa yang meliputi daerah yang sangat luas dan disebabkan oleh efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat dalam. Metamorfosa ini terbagi atas : 1) Metamorfosa Dinemotermafosa Disebabkan oleh kenaikan temperatur dan pressure pada daerah yang luas sebagai akibat pembentukan penggunaan atau orogenesa. 2). Metamorfosa regional Burial Disebabkan oleh kenaikan temperatur dan pressure pada daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensuif, kemudian terlipat. II.5.3. Klasifikasi Batuan Metamorf a. Berdasarkan komposisi kimianya, ditinjau dari unsur yang dikandung oleh batuan metamorf, yang dibedakan menjadi : 1). Calcie Metamorf Rock Berasal dari batuan sedimen yang kaya kuarsa dan feldspar, misalnya batu lempung menjadi Phillite, Slate. 2). Quartz Feldspartic Metamorf Rock Berasal dari batuan sedimen yang kaya kuarsa dan feldspar, misalnya Quartizite. Laporan Praktikum Geologi Dasar
42
3) Basic Metamorf Rock Berasal dari batuan beku intermediet menjadi batuan beku basa, misalnya Amphibole. 4). Calcareaus Metamorf Rock Berasal dari batuan yang kaya Mg, misalnya Serpentine, Schist, Clorit. b. Berdasrkan Komposisi Mineralnya Dibedakan atas : 1). Mineral Stress Seperti : Muksovite, Biotit, Horblende 2). Mineral Anti Stress Seperti : Kuarsa, Kalsit, Plagioklas II.5.4. Struktur Batuan Metamorf a. Struktur Foliasi Adalah struktur paralel yang diberikan oleh adanya penjajaran mineralmineral penyusun batuan atau hasil metamorfosa regional. Struktur Foliasi terbagi atas : 1). Slaty Cleavage Suatu
peralihan
sedimen
yang
berubah
ke metamorf,
derajat
metamorfosa rendah dari lempung. Batuan ini berbutir sangat halus dan keras, memperlihatkan belahan-belahan yang rapat dan sejajar dimana mulai terdapat daun-daun mika halus memberi warna/kilap. Seterusnya mineral klorit dan kuuarsa mulai ada. Bataunya disebut Slate (batusabak). 2) Phylitic Hampir sama dengan slaty cleavage, tetapi derajat metamorfosa lebih tinggi daripada sabak, dimana daun-daun mika dan klorit sudah cukup besar dan memberikan belahan phylite yang khas, berkilap sutera pada pecahan-pecahan bias merupakan akibat kandungan mika yang sangat Laporan Praktikum Geologi Dasar
43
halus, mulai terdapat mineral lain seperti turmalin. Sudah mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular tetapi belum sempurna. Batuannya disebuat Phillite. 3). Schistositc Struktur ini akibat penjajaran mineral pipih berseling dengan mineral granular, bidang belahnnya lebih jelas daripada phyllite. Mineral pipih memiliki orientasi menerus dan tidak terputus oleh mineral glanular. Kepingan - kepingannya sangat jelas dari mineralmineral pelat, seperti mika, talk, klorit, hematite dan mineral-mineral yang bersifat serabut.. terkadang mengandung mineral feldspar, hornblende, granet. Tergantung dari batuan asal (lepung, basal, gamping) dan berbagai macam sekis terjadi dan dinamakan tergantung mineral terjadinya. Contoh sekis horblende dari batuan asal basal dan gabro. 4). Gneissic Struktur ini terjadi akibat penjajaran mineral granular berseling dengan
mineral
pipih. Mineral
pipih
memiliki
orientasi
tidak
menerus karena terputus oleh mineral granular. Trdiri dari mineralmineral yang mengigatkan kepada batuan beku seperti feldspar dan mafik, jalur dengan mineral-mineral pelat atau serabut seperti klorit, mika grafit, hornblende. Batuan ini dapat berasal dari batuanbekku seperti granit, gabr, atau diorit, atau batuan sedimen seperti serpih, dan napal. Batuannya disebut Gneis. b. Non Foliasi 1). Hornflsic Batuan ini terbentuk dalam bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan rekristalisasi batuan asalnya, tidak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat. Pada struktur ini butiranbutiran mineral berukuran relatif seragam dan tidak menunjukkan penjajaran mineral. Batuannya disebut Hornfels (batutanduk). Laporan Praktikum Geologi Dasar
44
2). Cataclastic Pada struktur ini terjadi karena proses metamorfosa catallastic, misalnya sesar. Struktur ini tersusun dari pecahan batuan atau mineral berukuran kasar. Batuannya disebut Cataclastic. 3). Mylonitic Hampir sama dengan cataclastic tetapi karena proses sesar yang terjadi sangat kuat maka pecahan batuan mineral berukuran kasar. Batuannya disebut Milonit. 4). Marmer (pualam) Terdiri dari mineral kalsit, terjadi proses metamorfosa regional atau rekristalisasi dari batugamping. Batuan ini padat, kompak tanpa foliasi, terbentuk karena kontak. 5). Kuarsit Batuan ini adalah terdiri dari kuarsa yang terpadatkan atau disementasi oleh silika kristalin, sehinggga merupakn batuan yang kompak, membelah melalui butiran kuarsa tanpa foliasi. Terjadi karena metamorfosa regional dari batupasir kuarsa pada semua derajat metamorfosa.. II.5.5. Tekstur Batuan Metamorf a.
Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa, batuan metamorf dibagi atas : 1). Relict (Palimpset) yaitu tekstur batuan metamorf yang menunjukan tekstur batuan berasal. Relict terbagi atas : Blastoprofiritik
:
Tekstur
porfiritik asal mineralnya masih
terlihat Blastopsipite
: Tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirannya lebih besar dari pasir.
Blastopsemite
: Sama seperti Blastosipite tetapi ukuran butirannya sama dengan pasir.
Laporan Praktikum Geologi Dasar
45
Blastopellite
: Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butiran lempung.
2). Kristoblastik yaitu tekstur khas hasil proses metamorfosa dimana tekstur batuan asal sudah tidak tampak, karena mineral-mineral batuan asal sudah mengalami kristalisasi. 3). Superimposed yaitu tekstur yang terbentuk karena proses alter yang merupakan proses lanjutan dari proses metamorfosa yang biasa terjadi. b. Berdasarkan bentuk mineralnya, tekstur batuan metamorf terbagi atas : 1). Lapidoblastik yang terdiri dari mineral yang berbentuk tabular atau mimbidangnya mineral pipih 2). Nematoblastik
yang
granular, anhedral
terdiri
dari
dengan
mineral
batas-batas
berukuran tidak
seragam,
teratur dan
membidangnya mineral prismatik . 3). Granuloblastik yang terdiri dari mineral berukuran seragam, granular, anhedral dengan batas-batas unsutured. 4). Forpiroblastik yang terdiri dari mineral berukuran tidak seragam, beberapa mineral ditemukan berukuran lebih besar dari yang lain. 5). Idioblastik yang terdiri dari dari mineral berbentuk euhedral. 6). Xenoblatstik yang terdiri dari mineral berbentuk anhedral. Tabel 2.7. Klasifikasi batuan metamorf
Lemah
(fanerik) Kasar
Laporan Praktikum Geologi Dasar
Filit Piroksin
Kasar
(batusabak)
Ampibol
(afanitik)
Slate
Feldspar
(fanerik) Halus
Nama
Kuarsa
Sangat halus
Komposisi Mika
Tekstur Klorit
Kuat (scistosic)
Foliasi
Struktur
Sekis Gneiss
46
Non Foliaso
(fanerik) Kasar (fanerik)
Fragmen seberang batuan yang
Meta
Kasa sedang Halus-sedang Halus (afanitik)
mengalami metamorfisme Kuarts Dolommit atau kalsit Kuarts, mika kadang-kadang
konglomerat Kuarsa Marmer Horblende
feldspar, piroksin
II.6.Struktur Geologi II.6.1. Definisi Struktur Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bangu, bentuk, susunan batuan penyusun kulit bumi yang dihasilkan oleh gerak-gerak tersebut antara lain : struktur kekar (joint), lipatan (flod), patahan/sesar (fault), dan ketidak larasan (unconform). Perlapisan miring (bidang miring) II.6.2. Perlapisan miring (bidang miring) Kedudukan suatu garis dinyatakan dengan bearing dan plung (pununjaman = iklinasi). Bearing adalah sudut horizontal antara suatu garis dengan koordinat tertentu, biasanya utara-selatan. Plung adalah sudut vertical yang diukur ke arah bawah pada bidang vertical antara horizontal dan garis. Kedudukan suatu bidang dinyatakan dengan strike (jurus) dan dip (kemiringan). Juru adalah bearing dari suatu garis horizontal pada bidang miring atau arah garis yang dibentuk oleh perpotongan bidang miring dengan bidang horizontal. Laporan Praktikum Geologi Dasar
47
Kemiringan adalah masimum dari bidang miring atau sudut antara bidag horizontal dan bidang miring yang diukur vertikal pada arah tegak lurus terhadap jurus.P Kemiringan semu adalah kemiringan bidang miring yang diukur tidak tegak lurus terhadap jurus
Strike
Sudut kemiringan (Dip) sebenarnya
Strike
sudut kemiringan (Dip) kemiringan semu
Laporan Praktikum Geologi Dasar
48
Gambar 2.11. Arah strike dan Dip
1.
Kekar (Joint) Kekar adalah suatu retakan pada batuan yang sisi-sisinya tidak mengalami pergerakan. Kekar dapat berbentuk seperti berikut : 1. Kekar pengkerutan (Shrinkage joint) Kekar ini disebabkan oleh gaya pengkerPtan yang timbul karena pendinginan (pada batuan beku : kekar tiang) atau pengeringan (pada batuan sedimen). Biasanya berbentuk poligon yang memanjang. 2. Kekar lembaran (sheet joint) Kekar yang merupakan sekumpulan klekar batuan beku. Terbentuk karena penghilangan beban batuan karena erosi. 3. Kekar tektonik (tectonic joint ) Kekar ini terbentuk karena tektonik, berupa garis yang relatif lurus. Secara geometris kekar in dibedakan menjadi : Dip joint Kekar yang jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan Strike joint Kekar yang jurusnya sejajar dengan arah jurus lapisan batuan Bedding joint Kekar yang bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan Diagonal joint Kekar yanf jurusnya memotong miring terhadap jurus perlapisan ABCD GHI CBFE MNO
Laporan Praktikum Geologi Dasar
49
JKL
Bedding joint
PQR STU Gambar 2.12. Macam-macam kekar 2.
Hukum ”V” Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan batuan topografi daerah. Hubungan antara kemiringan lapisan batuan dan topografi daerah dirumuskan dengan Hukum V. Ada beberapa macam pola penyebaran singkapan :
Bidang horizontal Pola penyebaran singkapan seluruhnya mengikuti pola garis kontur. Pola singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu.
Bidang miring ke arah hulu Pola penyebaran singkapan membentuk V dengan ujung ke arah hulu. Makin besar kemiringan bidang, pola V makin membuka.
Bidang vertikal Pola penyebaran singkapan tidak membentuk V melainkan garis lurus yang sejajar dengan jurus lapisan memotong lembah. Bidang miring ke arah hilir
1.
Kemiringan bidang lebih besar dari pada gradien lembah
Pola penyebnaran singkapan membentuk ”V” dengan ujung ke arah hilir 2.
Kemiringan bidang sama dengan gradien lembah
Pola penyebaran singkpan tidak memotong lembah dan tidak membentuk ”V” 3.
Kemiringan bidang lebih kecil dari pada gradien lembah
Pola penyebaran singkapan membentuk ”V” dengan ujung ke arah hulu
Laporan Praktikum Geologi Dasar
50
Lapisan horizontal
Lapisan miring ke hulu
Lapisan vertikal
Lapisan miring ke hilir
Laporan Praktikum Geologi Dasar
51
Kemiringan lapisan dan dasar lembah sama
Lapisan miring ke hilir dengan sudut lebih kecil dari pada gradien lembah
Gambar 2.13. Pola singkapan dalam hukum ”V”
Laporan Praktikum Geologi Dasar
52
II.6.3. Lipatan (Fold) Liptan adalah penekukan pada batuan baik dalam batuan beku, sedimen, maupun metamorf. Bila penentuan membentuk busur, lipatan disebut antiklin (aniform). Lipatan yang membentuk palung disebut sinklin (synform). Beberapa terminologi pada lipatan
Hinge, yaitu pelengkungan maksimum dari suatu lipatan
Crest, bagian paling tinggi suatu lipatan
Trough, bagian paling rendah dari suatu lipatan
Hinge line, garis yang menghubungkan hinge beberapa lapisan. Axis sinonim dengan hinge jadi axial line sama dengan hinge line
Axial plane, bidang yang menghubungkan semua hinge
Crestal line, garis yang menghubungkan puncak / crest beberapa lapisan.
Crestal plane, bidang yang melalui semua crest
Trough line, garis yang menghubungakan bagian yang paling rendah dari beberapa lapisan
Trough plane, bidang yang melalui semua trough
c dan c’ : crest
ab dan bc : sayap
a dan a’ : hinge
de : axis : hinge line
AP : axial plane (bidang tegak
def : axial plane
lurus gambar) t dan t’ : trough Gambar 2.14. Bagian pada lipatan Macam-macam lipatan yaitu sebagai berikut : Lipatan simetri
Recumbent fold
Lipatan asimetri
Vertical isoclinal fold
Overturned fold
Inclined isoclinal fold
Laporan Praktikum Geologi Dasar
53
Recumbent isoclinal fold Chevron fold
Monocline
Box fold
Terrac
Fan fold Kink banda
Laporan Praktikum Geologi Dasar
54
Lipatan simetri (symmetrical folds)
Lipatan asimetri (Asymetrical folds)
Fan folds
Vertical isoclinal
Overtuned fold
Recumbent fold
Chevron folds Gambar 2.15. Macam-macam lipatan
Sinklin (Synform)
Antiklin (Antiform)
Gambar 2.16. Bentuk lipatan 3.
Sesar/Patahan (Fault) Sesar adalah retakan pada batuan yang melaluinya telah terjadi sejumlah gerakan. Maca-macam sesar : 1. Berdasarkan gerak relatif hanging wall dan foot wall : Sesar turun/ normal, bila hanging wall turun Sesar naik, bila hanging wall naik 2. Berdasarkan ada tidaknya gerakan rotasi: Sesar translasi, bila tidak ada gerak rotasi dari masing-masing blok, garis-garis sejajar dari blok yang berlawanan tetap sejajar Sesar rotasi, bila ada gerak rotasi dari blok yang satu terhadap yang lain, garis-garis dari blok yang berlawanan menjadi tidak sejajar. 3. Berdasarkan arah jarum jam: Sesar kanan (righ lateral), bila bagian pada sebelah kanan pergeserannya searah jarum jam Sesar kiri (left lateral), bila bagian pada sebelah kanan pergeserannya berlawanan arah jarum jam.
Sesar turun
Sesar mendatar
Sesar menurun Gambar 2.17. Macam-macam sesar 4.
Ketidakselarasan (Unconformity) Ketidakselarasan adalah suatu bidang erosi yang memisahkan batuan yang lebih muda dari batuan yang lebih tua. Macam-macam ketidakselarasan : 1. ketidakselarasan bersudut (Anguler unconformaty), kedudukan lapisan batuan yang lebih tua menyudut terhadap yang lebih tua/ batuan bawahnya membentuk sudut dengan batuan yang berada diatasnya.
2. Disconformitv (Paraunconformity), kedudukan lapisan batuan yang lebih tua sejajar dengan yang lebih muda, tetapi jelas nampak suatu bidang erosi. 3. Nonconformity, merupakan bidang pemisah/erosi antara batuan sedimen yang berada diatas dengan batuan kristalin (beku atau metamorf) dibawahnya. Dimana sedimen aslinya mengalami metamorfosa dulu kemudian pengangkatan dan pengerosian yang cukup lama sebelum sedimen diatasnya diendapkan.
Anguler unconformity
Disconformity
Nonconformity Gambar 2.18. Macam-macam ketidakselarasan
Kompas Azimut
Kompas Quadran Gambar 2.19. Besaran sudut kompos Azimut dan Quadran
II.7. Geomorfologi II.7.1. Pengertian Geomorfologi Geomorfologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang bentuk pemukaan bumi yang terbentuk sebagai akibat pengaruh tenaga eksogen dan endogen. Peta topografi adalah gambaaaar dau dimensi bentuk morfologi/permukaan bumi yang digambarkan dengan garis-garis kontur dengan skala tertentu. Relief muka bumi dapat ditunju7kan dengan beberapa cara, misalnya dengan titik-titik ketinggian dan garis bentuk atau garis ketinggian (kontur). Kontur merupakan unsur utama dalam peta topografi, maka kontur adalah garis yang menhubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Pada prinsipnya garis kontur adalah perpotongan bentuk muka bumi dengan bidang horizontal pada ketinggian tertentu. Oleh karena itu, memahami pembuatan peta kontur serta pola penyebaranya menjadi sangat penting. Garis kontur mempunyai sifatsifat sebagai berikut : 1.
Tiap titik pada garis kontur mempunyai ketinggian yang sama
2.
Ketinggian suatu garis kontur merupakan kelipatan sederhana interval kontur
3.
Garis-garis kontur tidak mungkin berpotongan satu dengan yang lain
4.
Suatu kontur menuput pada dirinya sendiri dalam atau di luar peta. Dalam hal yang terakhir kontur akan berhenti di tepi/ batas peta.
5.
Garis kontur tidak mungkin bercabang
6.
Garis kontur yang berspasi seragam, menunjukan suatu lereng yang seragam
7.
Garis kontur yang berdekatan/ rapat menunjukan lereng yang curam, dan garis kontur yang berjauhan/ rengang menujukan lereng yang datar/landai
8.
Suatu tebing yang ertikal diperlihatkan oleh kontur yang berhimpitan
9.
Garis kontur yang bergigi menunjukan suatu depresi (daerah yang lebih rendah). Gerigi yang diperlihatkan engan garis-garis pendek menunjukan arah depresi tersebut
10.
Garis kontur membelok ke arah hulu suatu lembah membentuk V yang tajam pada alur-alur lembah sungai yang sempit dan membulat pada pungung bukit atau gunung.
II.7.2. Pembuatan Peta Topografi Ada dua metode dalam pembutan peta topografi yaitu metode intrapolasi dan metode ekstrapolasi : 1.
Metode Intrapolasi Suatu metode penentuan titik-titik yang mempunyai ketinggain tertantu berdasarkan titik yang telah diketahui dengan menganggap bahwa semua titik tersebut berada pada suatu bidang beraturan. a. Bila titik-titik ketinggian bersesuaian dengan interval kontur yang dikehendaki, ikuti langkah di bawah ini :
X=
a Ik .Y → x = .Y (T1 − Tn ) (T1 − T2 )
Ket :
X
= panjang penggal garis
Y
= panjang garis interpolasi
a / Ik
= interval kontur
T1 dan Tn
= titik-titik ketinggian
b. Bila titik-titik ketinggian tidak bersesuaian dengan interval kontur yang dikehendaki, ikuti langkah di bawah ini : - Tentukan titik ketinggian yang sesuai interval kontur yang paling dekat dengan ketinggian yang diketahui, pergunakan rumus di bawah ini:
X1 =
( I1 ± T1 ) .Y (T2 − T1 )
Ket : I1 = nilai kontur yang sesuai data yang terdekat dengan T1 - Langkah selanjutnya sama dengan A
c. Sebenarnya kedua rumus di atas diturunkan dari rumus trigonometri yang sangat sederhana. Contoh : diketahui 4 buah titik A, B, C dan D dengan ketinggian 25, 35, 37 dan 54. buatlah suatu peta pola kontur dengan interval kontur = 5 m. Perhatikan gambar-gambar berikut ini - Untuk membuat beberapa titik ketinggian antara A dan B cukup langsung dengan membagi dua panjang penggal garis A-B tersebut karena A=25 dan B=35 merupakan kelipatan 5. dan diantara 25 dan 35 terdapat ketinggain 30.
35 30
q p
25 x A
y
tgα = p / x = q / y x = p. y / q → x =
30 − 25 5 y = y = 1/ 2 y 35 − 25 10
Jika kedua garis yang dihubungkan tidak bertepatan dengan kelipatan 5, misalnya titik C = 37 dan D = 54, maka kita tentukan dulu titik terdekat kelipatan 5, yang terdapat diantara penggal garis C dan D, yaitu angka 40 dan 50. Untuk mencari titik 40 pada penggal garis CD :
tgα = p 1 / x1 = q1 / y1 x1 = p1 . y1 / x1 =
40 − 37 . y1 = 3 / 17. y1 54 − 37
Panjang y1 diukur langsung pada peta, misalnya y1 =7 cm maka titik x1 = 40 m, berada pada 3/7 .7cm = 3 cm diukur dari titik C 2.
Metode Ekstrapolasi Suatu metode penentuan titik-titik ketinggian dengan mendasarkan pada pola penyebaran titik-titik ketinggian yang diketahui dan terbentuk dari metode intrapolasi sebelumnya. Metode ini dipergunakan jika data tidak lengkap.
II.7.3. Perngertian Skala Skala adalah perbandingan jarak antara 2 titik di alam/ di atas tanah/ di muka bumi dengan jarak dari 2 titik yang sama di atas peta. Contoh skala 1 : 25.000, berati : 1 mm pada peta = 25.000 mm di atas tanah Skala dapat dinyatakan dengan 1.
Skala fraksi atau skala perbandingan a. skala besar meliputi skala 1 : 1.000, 1 : 2.000 b. skala standar meliputi skala 1 : 25.000, 1 : 50.000 c. skala ikhtisar meliputi skala 1 : 250.000, 1 : 500.000
2.
Skala garis, dinyatakan dengan gambar
II.7.4. Penentuan Interval Kontur Interval kontur dapat ditentukan dengan cara diketahui atau jika tidak diketahui dapat dengan cara membagi skala peta dengan bilangan 2.000. Contoh skala 1 : 10.000
I .K . =
10.000 =5 2.000
Perhitungan persen lereng
N − 1xIK .100 0 0 Jarak.skala Dengan :
N = jumlah kontur yang tersayat / terpotong IK = Interval kontur
Bentuk relief (Van Zuidan, 1983) 1.
2.
Dataran -
Dataran pantai
-
Dataran aluvial
-
Dataran banjir
-
Dataran glasial
-
Dataran danau
Pegunungan -
Bukit
-
Perbukitan : Lipatan (antiklin, sinklin, monoklin, nomoklin)
-
Pegunungan : Bergelombang sedang dan bergelombang tinggi
-
Lembah
-
Gunung ap
Tabel. 2.8. Kelas lereng (disadur dan disederhanakan dari van zuidam, 1983) No
1
2
Kelas Lereng
0° – 2° ( 0-2 %)
2° – 4° ( 2-7 %)
Sifat-sifat proses dan kondisi alamiah Datar hingga hampir datar Tidak ada proses denutasi yang berarti Agak miring Gerakan
Warna
Hijau
tanah
kecepatan rendah, erosi lembar dan erosi alur (shect and rill erocion).
Hijau muda
Rawan erosi Miring Sama dengan di atas, tetapi 3
4° – 8° ( 7-15 %)
dengan besaran yang lebih tinggi
Kuning
sangat rawan erosi tanah Agak curam Banyak terjadi gerakan 4
8° – 16° ( 15-30 %)
tanah, dan erosi, terutama longsoran
Jingga
yang bersifat mendatar Curam Proses denudasinal intensid, 5
16° – 35° ( 30-70 %)
erosi, dan gerakan tanah sering Merah muda terjadi Sangat curam Batuan umumnya mulai
6
35° – 55° ( 70-140 %)
tersingkap,
proses
denudasional sangat intensif, sudah mulai
menghasilkan
Merah
endapan
rombakan (koluvial) Curam ekstrim Batuan tersingkap , 7
>55° (>140 %)
proses denudasional sangat kuat, rawan
jatuhan
batu,
jarangtumbuh (terbatas)
II.8. Stratigrafi II.8.1. Waktu Goelogi dan dasar statigrafi
tanaman
Ungu
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fisik dan sejarah bumi. Kedunya dipelajari dari catatan terjadinya intruksi magma, metamorfosa dan deformasi karena tumbukan benua, erosi dan sedimentasi. Kesemuanya digabungkan untuk menentukan kelender standarlisasi bumi yang disebut dengan skala waktu geologi. II.8.2. Cara menentukan umur geologi Penentuan umur Geologi dikenal dengan skala waktu yang terdiri atas : •
Skala waktu mutlak ( absolut )
•
Skala waktu relatif
Umur absolut dinyatakan dalam tahun atau jutaan tahun. Sedang umur relatif adalah penempatan suatu statigrafi relatif terhadap zaman – zaman geologi yang didasarkan pada fosil – fosil tanpa ditentukan batas–batasnya secara geokromologi yang dinyatakan dalam skala waktu/satuan waktu dalam taun.namun sekarang metode penentuan umur dapat dilakukan berdasarkan radiometrik, dimana batas – batas jaman/ periode geologi sekarang ditentukan secara akurat radoimetrik dan dinyatakan dalam jutaan tahun metode – metode penentuan umur geologi yang sekarang dipakai adalah : a.
Penentuan umur dengan relatif Penentuan umur relatif batuan pada 2 lapisan yang berbeda dalam 1 penampang dapat ditentukan dengan melihat lapisan yang terlebih dahulu diendapkan, penentuan umur geologi dengan relatif : •
Prinsip akumulasi vertikal
•
Prinsip superposisi
•
Intruksi atau penerobosan
b.
Teori atom dan radiometri
Penetuan
umur
dengan
radiometri
memeberikan
keuntungan
dapat
menafsirkan umur suatu contoh batuan radiomteri memberikan keterangan dalam jutaan tuhun. Penentuan umur radiometri adalah mengamati peluruhan atam – ataom yang ada –pada suatu batuan beku. Contoh isotop dengan nomor atom yan lebih besar, seperti mineral – mineral yang ada pada batuan beku.
c. skala waktu geologi pada awal sejarah cara yang dipakai adalah secar langsung dan tudak langsung, skala waktu geologi merupakan ukuran absolut atau mutlak dari sejarah bumikarena itu dapat digunakan untuk membuat kolom geologi yang terbagi dalam satuan imur yang lebid detil Tabel 2.9. Stratigrafi Regional UMUR MASA
ZAMAN
NIEGON
PALEOGON
TERSIER
KWARTER
SKALA
X JUTA
HOLOSEN
TAHUN 0.01
PLEISTOSEN
1.8
PLIESON MIOSEN OLIGOSEN EOSEN
5 22.5 38 55
PALEOSEN
65
KAPUR
141
YURA
195
TRIAS
230
PERM
280 345 395 435 500 570 3500
PALEOZOIKUM
MESOZOIKUM
RENOZOIKUM
FANEROZOIKUM
KURUN
KARBON DEVON SILUR ORDOVISIUM KAMBIRIUM
KRIPTOZOIKUM
ARKEOZEIKUM
PRA-KAMBRIUM
UMUR
FORMASI
Resent
Alluvial
LITOLOGI
Alluvial : Terdiri dari pasir, lanau, lempung lepas
Ketidak selarasan Pleistosen Kampung Baru
Formasi Kampung Baru : Terdiri dari batupasir, lempung, lanau, dengan
Pliosen
Akhir
sisipan lignit, serpih
Balikpapan Formasi Balikpapan : Terdiri dari batupasir, batulempung, batulanau, dengan sisipan batubara, serpih dan batulempung
Miosen
Pulau Balang Tengah
Formasi Pulubalang : Terdiri dari batupasir, serpih, sisipan greywacke, batupasir kwarsa, batugamping, tufa dasitik dan
Bebuluh
batubara Formasi Bebuluh : Terdiri dari batugamping, dengan sisipan batulanau,
Awal
Pamaluan
dan batulempung Formasi Pamaluan : Terdiri dari Serpih, batugamping, batulanau dengan sisipan batupasir dan batubara. Ketidak selarasan
Oligosen
Tuju - Telaki
Formasi Tuju
- Telaki : terdiri dari serpih
gampingan, dan batugamping Eosen
Tanjung Kuaro
Formasi Tanjung Kuaro : Terdiri dari konglomerat polimik, serpih perselingan batulanau dan batupasir Ketidak selarasan
Pra Tersier
Pra Tersier Terdiri dari batu beku( peridotit, gabro, dan basalt) batuan metasedimen
Gambar 2.20. Stratigrafi Regional Daerah Penelitian
( Priyomarsono, dkk, 1994 )
II.8.3. Dasar-Dasar Stratigrafi Stratigrafi berasal dari kata yaitu strata dan grafi. Strata (stratum) yaitu lapisan (tersebar)
yang
berhubungan
dengan
batuan
sedimen.
Grafi
yaitu
pemerian/gabaran/urut-urutan lapisan. Maka stratigrafi adalah ilmu yangmempelajari pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi secara luas berarti salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan. Hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi. Dalam hubungan ini stratigrafi mempunyai beberapa aspek tujuan yaitu : 1. Stratigrafi fisik Yaitu dalam arti sifat-sifat fisiknya, jadi bagaimana besar-besarnya dari satuan stratigrafi. Bagaimana proses terjadinya satuan kemudian analisa serta interprestasinya. 2. Stratigrafi biologis Membahas aspek biologis dalam aspek kulit bumi dalam arti bagaimana kandungan fosil, perkembangan nya, pengelompokkannyadalam suatu stattogrfi. Didalam membahas sratigrafi mempunyai titik tolak yang berhubungan dengan konsep konsep dasar statigrafi yaitu : •
Prinsip kesinambungan lateral, lapisan yang diendapkan oleh air terus menerus secara lateral hanya memebagi pada tepian cekungan pengendapan .
•
Prinsip akumulasi vertiakl, lapisan sediment pada mulanya diendapkan dalam
keadaan
mendatar
/horisontal
sedangkan
akumulasi
pengendapannya terjadi secara vertikal 3. hukum yang dikemukan oleh JAMES HUTTN ( 1785 ) Lebih dikenal dengan azasnya yaitu uiformitarisme yaitu proses yang terjadi pada masa lampau akan mengikuti hukum yang berlaku pada proses – proses
yang terjadi sekarang atau dengan kata lain masa ini merupakan kunci masa lampau maksudnya proses geologi alam yang nampak sekarang ini pergunakan sebagai dasar pembahasan prosegeologi masa lampau. 4. hukum intruksi /penerbosan hukum imtruksi/ penerobosan ( batuan yang menerobos ) adalah lebih muda umurnya jika dibandingkan dengan batuan yang diterobos II.8.4. Stratigrafi regional Menurut supriatna dkk (1978), secara regional stratigrafi daeraah telitian adalah merupakan bagian dari cekungan kutai. Cekungan kutai terbentuk sejak kamasa Eosen dalam fase pengendapan lingkkungan paralis (samuel dkk, 1975), (Rose dkk, 1978), sedimen –sedimen tersier yang diendapkan di ckungan kutai bagian timur tebal sekali dengan fasies pengendapan yang berbeda-beda dehingga banyak ditenukan nama-nama formasi dengan ciri litologi yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Keseluruhan lapisan sedimen memperlihatkan siklus genang laut dan siklus susut laut (trangresi-redresi), seperti halnya cekungancekungan lain di indonesia bagian barat. Urutan regresi di cekungan kutai mengandung lapisan –lapisan klastik deltaik hingga paralik yang banyak mengandung lapisan batubara, merupakan kompleks delta yang terdiri dari siklus endapan delta ini terlihat jelas di cekungan kutai dari umur Eosen-Tersier muda tersebar dari barat ke timur. Ditandai oleh pengendapan formasi pamaluan, formasi babulu (Miosen bawah-miosen tenggah) formasi pulubalang, formasi balikpapan (Miosen tengah), formasi kampung kuarter. Berdasarkan supriatna dkk(1978), susunan formasi penysun stratigrafi cekungan kutai dari yang berumur tua ke umur muda adalah sebagai berikut : 1. Formasi Kampung Baru Batupasir kuarsa dengan sisipan lempung,serpih, lanau, dan lingnit pada umumnya lunak mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih, serempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung lapisan
tipis oksida besi atau konkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomeratan dengan kkmponen kuarsa kalsedon,serpih merah dan lempung mengandung sisa tumbuhan, kepingan batubara, koral, lanau kelabu tua, menyerpih laminasi. Lignit tebal 1-2 m diduga berumur Miosen akhir-Plio Plestosen, lingkungan pengendapan Delta-laut dangakal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras terhadap formasi balikpapan. 2. Formasi Balikpapan Perselingan antara batupasir dan lempung dengan sisipan lanau, serpih batuplempung dan batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1-3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5-10 cm. Batupasir gampingan, coklat, berstruktur, sedimen lapisan bersusun dan silang siur, tebal lapisan 20-40 cm, mengandung faraminifera kecil, dilapisi lapisan tiipis karbon. Lepung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa batupasir gampingan. Lanau gamingan, berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis. Batupasir pasiran, mengandung foraminifera besar, mollusca menunjukan umur miosen akhir bagian bawah-miosen tengah bagian atas. Lingkungan pengendapan perengan ”paras delta-dartan delta”, tebal 1000-1500 m.
3. Formasi Pulubalang Peselingan greywack dan batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batulempung, batubara dan tuf dasit. Batupasir grywack, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50-100 m. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan setempat tufan dan gamping, tebal lapisan antara 15-60 m. Batugamping, coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat sebagai sisiapn atau lensa dalam batupasir kuarsa, tebal laposan
antara10-40 cm. Di sungai loa haur mengandung foraminifera besar antara lain austroilina howchini, borelis Sp, lepidocylina Sp, Myogipsina Sp, menunjukan umur Miosen tengah daengan lungkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung kelabu kehitaman, tebal lapisan 1-2 cm. Setempat berselingan denga batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tuf dasit, putih, merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa. 4. Formaasi Babuluh Batupasir turumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan serpih. Warna kelabu,
padat,
mengandung
foraminifera
berbutir
batugamping menghablur, tetkan tidak beraturan.
sedang.
Setempat
Serpih kelabu kecoklatan
berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman. Foraminifera yang dijumpai antara lain : lepidocylina sumatroensis BRADI, myogipsina Sp, menunjukan umur miosen awal-miosen tengah. Lingkungan pengendapan laut dangakal denagnan ketebalan sekitar 300 m. Formasi babuluh tertindih selaras dengan formasi pulubbalang. 5. Formasi Pamaluan Batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung,serpih, batulempung dan batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu hitam kecoklatan, batupaasir halus-sedang, terpilah baik, butiran membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan. Setempat dijumpai struktur sedimen silang-siur dan perlapisan sejajar. Tebal lapiasan antara 1-2 m. Batulempung tebal rata-rata 45 cm. Serpih kelabu kecoklatan-kelbu tua, padat, tebal sisipan antara 10-20 cm. Batugamping kelabu, pejal, berbutir sedang-kasar, setempat berlapis dan mengandung foraminifera besar. Batulanau kelabu tua-kehitaman. Formasi pamaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap dilembar ini dan bagian atas formasi ini berhubungan menjemari dengan formasi babuluh. Tebal formasi ini lebih kurang 2000 m. No 1
Bujur 117° 0' 48"
Lintang 00° 26' 42"
Kedudukan N 10° E/ 23°
2 3 4 5
117° 03' 20" 117° 03' 17" 117° 03' 31" 117° 03' 50"
00° 26' 45" 00° 27' 28" 00° 27' 20" 00° 26' 45"
N 12° E/ 22° N 8° E/ 21° N 9° E/ 22° N 11° E/ 24°
BAB III PENUTUP III.1. Kesimpulan Dari pelaksanaan praktikum Geologi Dasar ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Peta Geologi merupakan Peta yang sangat penting di dunia Pertambangan. Peta Geologi sendiri bertujuan untuk memaparkan penyebaran dan batas satuan batuanatau litologi , serta struktur Geologi suatu daerah.
2. Mineral adalah suatu padat yang homogen yang terjadi di alam alamiah secara komposisi kima tertentu , dan susunan atom yang teratur. Dalam pendeskripsiannya meliputi warna , system perawakan Kristal , kilap, gores , kekerasan , belahan , pecahan , tenacity , berat jenis , kemagnetan , nama , kegunaan , dan genesa mineral. 3. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi atau pembekuan magma. Pembekuan ini dapat berlangsung di permukaan bumi atau jauh dibawah permukaan bumi. Batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi disebut batuan vulkanik
( ekstrusif ) dan yang terbentuk jauh di
permukaan bumi disebut batuan plutonik
( intrusife ).
4. Batuan sedimen terjadi karena proses sedimentasi batuan , yang meliputi pelapukan , penghancuran , pelarutan , kemudian terakumulasi pada suatu tempat yang lebih rendah , sehingga mengalami kompaksi dan lithifikasi atau pembatuan. 5. Baik batuan beku maupun batuan sedimen dapat mengalami karena adanya pengaruh tekanan dan temperatur , yang kemudian menjadi batuan yang disebut batuan Metamorf. 6. Struktu geologi adalh cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang bangun , bentuk , susunan , batun penyusun kulit bumiyang dihasilkan oleh gerak seperti , struktu kekar
( joint ) , lipatan ( flod ) , patahan atau sesar ( fault ) ,
ketidakselarasan ( uniconform ). 7. Geomorfologi adalahilmu yang mempelajari tentang bentuk / roman muka bumi , yang diakibatkanoleh pengaruh eksogen dan endogen. 8. Untuk menentukan umur Geologi dikenal dengan skala waktu , dimana terbagi menjadi dua yaitu skala waktu mutlak dan skala waktu relatife. 9. Lapisan – lapisan pada kulit bumi memiliki urutan – urutan yang berbeda.
Termasuk didalamnya pemberian perlapisan batuan , hubungan dan kejadian batuan dalam konteks ruang dan waktu. Keseluruhan ini merupakan obyek
pembelajan dalam Stratigrafi , yang merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi yang sangat penting untuk dipelajari.
III.2. Saran Dalam pelaksanaan praktikum ini secara keseluruhan sudah cukup baik , keseluruhan jadwal acara dapat dilaksanakan tepat pada waktunya. Tapi saya mengharapkan pada praktikum geologi dasar yang akan datang tahun depan agar lebih diperhatikan sarana dan prasarananya , contohnya seperti alat – alat dan bahan untuk kegiatan praktikum bisa memahami materi yang diberikan oleh assisten dosen pembimbing.