GEOLOGI DASAR
Disusun Oleh :
Andre Imanuel Patty Andre Yosef Siregar Andre Meyro R Angelia Rizky Annisa Nufus H
( NIM : 073001500012) ( NIM : 073001500013) (NIM : 073001500014) ( NIM : 073001500015) ( NIM : 073001500016)
UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS TEKNIK KEBUMIAN DAN ENERGI TEKNIK PERTAMBANGAN 2015/2016
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Umum Geologi secara umum berasal dari bahasa Yunani yaitu G eo yang artinya Bumi dan Logos yang artinya Ilmu. Jadi geologi adalah ilmu yang mempelajari komponen fisik pembentuk bumi dan sejarah terjadinya, sehingga dengan pengetahuan tersebut manusia dapat lebih efisien dan efektif dalam :
Mencari dan mengelola sumber daya kebumian (Migas, Mineral, Air, Batubara).
Memitigasi bencana geologi (Gempa, Tsunami, Longsor, dll).
Merencanakan tata ruang, serta mengatasi permasalahan lingkungan dengan bijaksana.
Wahana atau Lokatama belajar geologi :
Perpustakaan atau internet.
Laboraturium.
Lapangan.
1.2. Ruang Lingkup Ilmu Geologi Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu : 1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi. 2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi. 3. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup. 4. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi. Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu lithosfer yang merupakan lapisan batuan penyusun bumi bumi dari permukaan sampai inti bumi. Geologi juga mempelajari benda-benda luar angkasa.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Umum Geologi secara umum berasal dari bahasa Yunani yaitu G eo yang artinya Bumi dan Logos yang artinya Ilmu. Jadi geologi adalah ilmu yang mempelajari komponen fisik pembentuk bumi dan sejarah terjadinya, sehingga dengan pengetahuan tersebut manusia dapat lebih efisien dan efektif dalam :
Mencari dan mengelola sumber daya kebumian (Migas, Mineral, Air, Batubara).
Memitigasi bencana geologi (Gempa, Tsunami, Longsor, dll).
Merencanakan tata ruang, serta mengatasi permasalahan lingkungan dengan bijaksana.
Wahana atau Lokatama belajar geologi :
Perpustakaan atau internet.
Laboraturium.
Lapangan.
1.2. Ruang Lingkup Ilmu Geologi Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu : 1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi. 2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi. 3. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup. 4. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi. Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu lithosfer yang merupakan lapisan batuan penyusun bumi bumi dari permukaan sampai inti bumi. Geologi juga mempelajari benda-benda luar angkasa.
1
1.3. Hubungan Geologi dengan Ilmu Lainnya Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri walaupun sebenenarnya ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lain.Ilmu-ilmu yang terkait dengan geologi tersebut :
Teknologi
Ilmu-ilmu Dasar Kebumian
Teknik Pertambangan.
Geologi.
Teknik Perminyakan.
Meteorologi.
Teknik Sipil.
Hidrologi.
Pertanian.
Biologi.
Ilmu-ilmu Terapan
Ilmu-ilmu Dasar
Geologi Minyak Bumi.
Fisika.
Geologi Bahan Galian.
Matematika.
Geologi Teknik.
Kimia.
Geologi Panas Bumi.
Mineralogi, Ilmu yang mempelajari mineral, komposisi, bagaimana cara
terjadinya, struktur Kristal dan sifat-sifat fisiknya. Mineralogi merupakan dasar untuk mempelajari batuan.
Petrologi, Ilmu yang mempelajari batuan, asal mula kejadiannya, struktur
dan tekstur, klasifikasi atau pengelompokan dari berbagai jenis batuan yang terdapat di atas permukaan bumi.
Stratigrafi, Ilmu yang mendeskripsikan dan mempelajari perlapisan
batuan, mengenai penyebaran, komposisi, ketebalan, unsur, keragaman dan korelasi lapisan batuan serta pelamparannya. 2
Paleontologi, Ilmu mengenai fosil-fosil, sisa-sisa dan jejak kehidupan
masa lalu. Himpunan dari fosil-fosil yang dapat dipergunakan untuk membuat korelasi lapisan yang berumur sama di suatu wilayah yang luas.
Geologi Struktur, Ilmu yang mempelajari bentuk arsitektur permukaan
bumi dan konfigurasi batuan di permukaan bumi yang terdeformasi dimana lapisan batuan terpatahkan, tergeser, atau terlipat menjadi pegunungan lipatan. Pengetahuan mengenai struktur dapat membantu dalam pencarian dan penyebaran bahan galian.
Geomorfologi, Ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan
proses alam yang membentuknya. Menganalisa dan menginterprestasikan sejarah terbentuknya bentang alam.
Geofisika, Ilmu mengenai sifat fisik bumi secara keseluruhan, termasuk
kegempaan, gaya berat, kemagnitan, gradient suhu dan sifat fisik lain.
Geokimia, Studi
mengenai
komposisi
(kimia)
bumi.
Mempelajari
keberadaan unsur-unsur yang bernilai ekonomis, isotop yang terdapat di bumi dan penyebaran unsur tertentu di berbagai t empat. Metoda eksplorasi geokimia sangat membantu dalam pencarian mineral dan hidrokarbon.
Geologi Ekonomi, Ilmu yang mempelajari adanya, bagaimana penyebaran
dan terjadinya mineral yang memiliki nilai ekonomis. menghitung besarnya cadangan serta nilai ekonomis dari suatu cebakan mineral
3
BAB II TERJADINYA BUMI
2.1. Macam-macam Teori Terjadinya Bumi 1. Teori Kabut (Nebula) Dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796). Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya. 2. Teori Bintang Kembar Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet planet yang mengelilinginya. 3. Teori Big Bang Proses terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut raksasa itu meledak dengan
4
dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk galaksi dan nebulanebula. 4. Teori Weizsaecker Pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya, sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. ini akan menarik unsur - unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya berevolusi membentuk planet - planet, termasuk Bumi. 5. Teori Kuiper Gerald P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet. Dalam teorinya, beliau juga memasukkan unsur - unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Pusat piringan yang merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan mulai menggumpal menjadi planet – planet. 2.2. Teori Tektonik Lempeng Tektonik lempeng adalah pergerakan lempeng-lempeng bumi yang menimbulkan lekukan, lipatan rekahan, dan patahan yang biasanya di iringi dengan goncangan yang disebut dengan gempa bumi. Lempeng tektonik adalah penyebab terbentuknya permukaan bumi saat ini. Lempeng tektonik merupakan gabungan dari dua kata yaitu Lempeng dan Tektonik. Lempeng adalah lembaran-lembaran raksasa berwujud kerak benua dan kerak samudera yang bergerak dan mengapung di permukaan bumi. Sedangkan Tektonik adalah proses pergerakan pada kerak bumi yang menimbulkan lipatan, lekukan, rekahan atau patahan. Lempeng
5
Tektonik merupakan seuatu teori yang meninjau bagaimana kerak benua dan kerak samudera yang disebut lempeng tersebut bergerak terpisah dan bertubrukan. Pergerakan lempeng tektonik dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pergerakan lempeng yang saling mendekat, saling menjauh, dan saling melewati.
Pergerakan lempeng saling mendekat Pergerakan lempeng yang saling mendekat dapat menyebabkan terjadinya
tumbukan yang salah satu lempengnya akan menunjam ke bawah tepi lempeng yang lain. Daerah penunjaman tersebut membentuk palung yang dalam dan merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Sementara itu di belakang jalur penunjaman akan terjadi aktivitas vulkanisme dan terbentuknya cekungan pengendapan. Contoh pergerakan lempeng ini di Indonesia adalah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pertemuan kedua lempeng tersebut menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa, jalur gunung api di Sumatra, Jawa, dan Nusa Tenggara, serta berbagai cekungan di Sumatra dan Jawa. Batas antar lempeng yang saling mendekat hingga mengakibatkan tumbukan dan salah satu lempengnya menunjam ke bawah lempeng yang lain (subduct) disebut batas konvergen atau batas lempeng destruktif.
Pergerakan lempeng saling menjauh Pergerakan lempeng yang saling menjauh akan menyebabkan penipisan
dan peregangan kerak bumi hingga terjadi aktivitas keluarnya material baru yang membentuk jalur vulkanisme. Meskipun saling menjauh, kedua lempeng ini tidak terpisah karena di belakang masing-masing lempeng terbentuk kerak lempeng yang baru. Proses ini berlangsung secara kontinu. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah terbentuknya gunung api di punggung tengah samudra di Samudra Pasifik dan Benua Afrika. Batas antar lempeng yang saling menjauh hingga mengakibatkan terjadinya perluasan punggung samudra disebut batas divergen atau batas lempeng konstruktif.
Pergerakan lempeng saling melewati Pergerakan lempeng yang saling melewati terjadi karena gerak lempeng
sejajar dengan arah yang berlawanan sepanjang perbatasan antarlempeng. Pada
6
pergerakan ini kedua perbatasan lempeng hanya bergesekan. Oleh karena itu, tidak terjadi penambahan atau pengurangan luas permukaan. Namun, gesekan antarlempeng ini kadang-kadang dengan kekuatan dan tegangan yang besar sehingga dapat menimbulkan gempa yang besar. Contoh hasil dari pergerakan lempeng ini adalah patahan San Andreas di Kalifornia. Patahan tersebut terbentuk karena Lempeng Amerika utara bergerak ke arah selatan, sedangkan Lempeng Pasifik bergerak ke arah utara. Batas antar lempeng yang saling melewati dengan gerakan yang sejajar disebut batas menggunting (shear boundaries) atau Transform.
Gambar 2.1 Batasan-batasan yang Terjadi pada Lempeng Lempeng kerak bumi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu lempeng utama dan lempeng kecil. Lempeng Utama yaitu: 1. Lempeng Pasific (Pasific Plate), Ini merupakan Lempeng Samudera yang meliputi Seluruh Samudera Pasifik. 2. Lempeng Eurasia (Eurasian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua, meliputi Asia dan Eropa. 3. Lempeng India-Australia (Indian-Australian Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu). 4. Lempeng Afrika (African Plate),Ini merupakan lempeng benua, meliputi seluruh Afrika.
7
5. Lempeng Amerika Utara (North American Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut. 6. Lempeng Amerika Selatan (South American Plate), Ini merupakan lempeng benua yang meliputi Amerika Utara. 7. Antartika (Antartic Plate), Lempeng ini merupakan lempeng benua yang meliputi seluruh Antartika. Beberapa Lempeng kecil yaitu: 1. Lempeng Nasca (Nasca plate), diapit oleh Pacific Plate, Cocos Plate, South American Plate, Antartic Plate. 2. Lempeng Arab (Arabian Plate), diapit oleh oleh African Plate, Iranian Plate dan Turkish Plate 3. Lempeng Karibia (Caribian Plate), diapit oleh South American Plate, North American Plate dan Cocos Plate 4. Lempeng Philippines (Phillippines Plate), diapit oleh Pacific Plate, Indian – Australian Plate dan Eurasian Plate . 5. Lempeng Scotia (Scotia Plate), Lempeng ini terletak di antara Antartica plate dan South American Plate . 6. Lempeng Cocos (Cocosa Plate), diapit oleh Nazca Plate, Rivera Plat, Caribbean Plate dan North American Plate.
Gambar2.2 Lempeng yang ada di Bum
8
Zona subduksi lempeng tektonik yang terkenal berada di Sirkum Pasifik. Kawasan ini dikenal dengan sebutan lingkaaran api Pacific (Ring of Fire) karena di sepanjang kawasan ini muncul serangkaian gunung api. Lingkaran api Pasifik membentang di antara subduksi dan pemisahan lempeng Pasifik dengan lempenglempeng India-Australia, Eurasia, dan Amerika Utara, serta tumbukan lempeng Nazca dengan lempeng Amerika Selatan.
Gambar 2.2 Kawasan Lingkaran Api (Ring Of Fire) Zona lingkaran api Pasifik ini sangat luas, yaitu membentang mulai dari pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamchatka, Kepulauan Jepang, Indonesia, Selandia Baru, dan Kepulauan Pasifik Selatan. Selain menjadi tempat munculnya gunung api, zona subduksi di lingkaran api Pasifik juga merupakan tempat terjadinya gempa bumi.
Pada awalnya hanya terbentuk satu benua besar yang disebut Pangaea dan dikelilingi satu samudera Panthalassa. Sekitar 200 juta tahun yang lalu benua ini terbelah menjadi dua yakni Gondwanaland dan Laurasia. Gondwanaland kemudian terbelah membentuk benua afrika, antartika, australia, Amerika Selatan, dan sub benua India. Sedangkan Laurasia terbelah menjadi Eurasia dan Amerika Utara. Pada saat benua ini terbelah-belah beberapa samudera baru muncul di selaselanya. Diperlukan waktu berjuta-juta tahun untuk membentuk posisi daratan yang seperti sekarang ini.
9
Gambar 2.3 Proses Terbentuknya
10
BAB III MINERAL DAN BATUAN
3.1. Pengertian Umum Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi. Gabungan dari satu atau lebih mineral disebut batuan. Mineral merupakan bahan anorganik yang terdapat secara alamiah dan homogeny serta padat. Mineral juga merupakan bahan pembentuk suatu Kristal dan tersusun atas komposisi kimia tertentu. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai.
Gambar 3.1 Bentuk Mineral 3.2. Proses Terjadinya Batuan Siklus batuan atau daur batuan secara sederhana dapat didefenisikan sebagai lingkaran keterjadian suatu batuan, baik itu batuan beku,sedimen,maupun
11
metamorfosis yang berasal dari suatu sumber yaitu magma. langkah langkah keterjadian batuan adalah sebagai berikut : (1) Magma membeku membentuk batuan beku pada kerak bagian dalam. (2) Kerak dalam lalu terangkat di permukaan bumi. (3) Aktivitas atmosfir akan merubah batuan menjadi lapuk, tererosi, tertransportasi dan diendapkan menjadi sedimen. (4) Karena beban dan konsolidasi serta penyemenan, sedimen berubah menjadi batuan sedimen yang kompak dan keras. (5) Batuan sedimen dapat terangkat ke permukaan bumi atau mengalami proses metamorfosa menjadi batuan metamorf, Batuan sedimen juga bisa tenggelam (penunjaman) dan meleleh menjadi magma baru (mantel). (6) Batuan metamorf dapat terangkat ke permukaan bumi. Atau tenggelam menjadi magma baru (mantel). (7) Batuan beku juga dapat mengalami metamorfosa menjadi batuan metamorf. (8) Selanjutnya batuan metamorf mengalami pemanasan suhu, kemudian mencair sehingga menjadi magma kembali.
Gambar 3.2 Siklus Batuan 3.3. Identifikasi Mineral dan Batuan 3.3.1. Identifikasi Mineral
12
Terdapat 2 tipe mineral, yaitu :
Mineral yang tersusun dari satu material (Monomineralic).
Mineral yang tersusun dari banyak material (Polymineralic).
Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan melakukan analisa secara kimiawi, dan yang kedua yang paling umum dilkakukan adalah dengan cara mengenal sifat-sifat fisiknya. Yang dimaksud dengan sifat fisik disini adalah : 1. Warna. 2. Cerat. 3. Kilap. 4. Belahan dan pecahan. 5. Kekerasan. 6. Bentuk Kristal.
1. Warna
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas, seperti: -
Putih : Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O), Gypsum (CaSO4.H2O), Milky Kwartz (Kuarsa Susu) (SiO2)
-
Kuning : Belerang (S)
-
Emas : Pirit (FeS2), Kalkopirit (CuFeS2), Ema (Au)
-
Hijau
:
Klorit
((Mg.Fe)5
Al(AlSiO3O10)
(OH)),
Malasit
(Cu
CO3Cu(OH)2) -
Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2), Beril (Be3Al2 (Si6O18))
-
Merah : Jasper, Hematit (Fe2O3)
13
-
Coklat : Garnet, Limonite (Fe2O3)
-
Abu-abu : Galena (PbS)
-
Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2(AlSi3O10)), Grafit (C), Augit
2. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubahubah. Contohnya : -
Pirit : Berwarna keemasan namun jika digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna hitam.
-
Hematit : Berwarna merah namun bila digoreskan pada plat porselin akan meninggalkan jejak berwarna merah kecoklatan.
-
Augite : Ceratnya abu-abu kehijauan
-
Biotite : Ceratnya tidak berwarna
-
Orthoklase : Ceratnya putih.
3. Kilap
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis: Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam: Gelen,Pirit,Magnetit,Kalkopirit,Grafit,Hematit Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
-
Kilap Intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
-
Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
14
-
Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat, misaln ya pada asbes, alkanolit, dan gips.
-
Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada spharelit.
-
Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada serpentin,opal dan nepelin.
-
Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akandijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu tegas (Danisworo 1994). 4. Belahan dan Pecahan
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994). Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya: a. Belahan satu arah, contoh : muscovite.
15
b. Belahan dua arah, contoh : feldspar. c. Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit. Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pec ahan dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo, 1994). Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misa lnya asbestos, augit, hipersten
Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
5. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras .
16
Skala Kekerasan Mohs 1. Talc
--------> H2Mg3
(SiO3)4
6. Orthoklase --------> K Al Si3 O8
2. Gypsum
--------> CaSO4.
2H2O 3. Calcite
--------> CaCO3
4. Fluorite
--------> CaF2
5. Apatite
--------> CaF2Ca3
7. Quartz
--------> SiO2
8. Topaz
--------> Al2SiO3O8
9. Corundum --------> Al2O3 10. Diamond
--------> C
(PO4)2 Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas maka di bawah ini diberikan kekerasan dari alat penguji standar o
Kuku manusia 2,5
o
Kawat Tembaga 3
o
Paku 5,5
o
Pecahan Kaca 5,5 – 6
o
Pisau Baja 5,5 – 6
o
Kikir Baja 6,5 – 7
o
Kuarsa 7
6. Bentuk Mineral
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas disebut amorf .Mineral kristalin sering mempunyai bangun yang khas, misalnya: a. Bangun kubus : galena, pirit. b. Bangun pimatik : piroksen, ampibole. c. Bangun doecahedon : garnet Mineral amorf misalnya : chert, flint.
17
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut: - Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran -butiran
mineral yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula pasir, disebut mempunyai sakaroidal. - Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila
prisma tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi: struktur jarring-jaring (retikuler), s truktur bintang (stelated) dan radier. - Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila
individu-individu mineral pipih disebut struktur ta buler,contoh mika. Struktur lembaran dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi. - Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk
dengan benda lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
3.3.2. Identifikasi Batuan Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.
18
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang
terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan dacite.
Gambar 3.3 Batuan Beku
Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan
yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan
dan
erosi
yang
kemudian
tertransportasi
dan
seterusnyaterendapkan. Batuan sediment ini bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang mengalami proses
19
transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan induk (source)
atau batuan penyimpan
(reservoir). Contohnya adalah batugamping terumbu. batuan sedimen biasanya bisa sangat mudah dikenali dengan bentuk yang berlapis lapis.
Gambar 3.4 Batuan Sediment
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk
akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan barulagi.
20
Gambar 3.5 Batuan Metamorf
21
BAB IV PROSES-PROSES GEOLOGI
4.1. Proses Endogen Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi gunung, bukit, atau pegunungan. Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme, dan seisme atau gempa. 1. Tektonisme
Tektonisme atau yang lebih dikenal dengan gerakan lempeng tektonik adalah tenaga dari dalam bumi yang mengakibatkan perubahan letak atau bentuk batuan yang membentuk bumi Gerakan lempeng tektonik terbagi menjadi dua, yaitu : Gerakan Epirogenetik , yaitu gerak lapisan kerak bumi yang relatif lambat
dalam waktu yang lama, serta meliputi daerah ynag luas. Gerakan epirogenetik dibedakan menjadi dua yaitu : -
Epirogenetik Positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga seolah-olah permukaan air laut yang naik.
-
Epirogenetik Negatif, yaitu gerak naiknya daratan sehingga seolah-olah permukaan air laut yang turun. (Gambar 4.1 Jenis Epirogenetik)
22
Gerakan Orogenetik, yaitu gerakan pada lapisan kulit bumi yang
menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang berlangsung relatif cepat. Gerak orogenetik disebut juga tenaga struktural. Gerak Orogenetik menyebabkan menyebabkan terjadinya :
Lipatan.
Patahan/ retakan.
a) Lipatan
Bentuk lipatan terjadi karena adanya tekanan horizontal maupun vertikal pada kulit bumi yang bersifat liat, sehingga kulit bumi mengalami pelengkungan.
Gambar 4.2 Terjadinya Lipatan Bagian-bagian pada lipatan:
1) Antiklinal Bagian lipatan yang lebih tinggi dari bagian lainnya. Disebut juga Punggung Lipatan 2) Sinklinal Bagian lipatan yang lebih rendah dari bagian lainnya. Disebut juga Lembah Lipatan
23
Bentuk-bentuk lipatan
a) Lipatan Tegak (Lipatan Normal) Bentuk lipatan kulit bumi yang cenderung simetris, karena mendapat tekanan yang sama dari dua arah b) Lipatan Miring Bentuk lipatan kulit bumi yang cenderung tidak simetris, karena mendapat tekanan yang berbeda dari dua arah. c) Lipatan Menggantung Bentuk lanjutan dari lipatan miring karena mendapat tekanan yang sangat kuat dari salah satu arah terus menerus d) Lipatan Rebah Bentuk lipatan yang mempunyai kemiringan yang sangat taj am, bahkan mendekati sejajar dengan lapisan yang datar
Gambar 4.3 Jenis-jenis Lipatan
24
e) Dome (Kubah) Bentuk lipatan kulit bumi naik (antiklinal) yang melingkar menyerupai kubah atau berupa gundukan.
Gambar 4.4 Kubah (Dome) f) Basin (Ledokan) Bentuk lipatan kulit berbentuk cekungan (sinklinal) melingkar.
Gambar 4.5 Basin b) Patahan
Bentuk patahan terjadi karena adanya tekanan horizontal maupun vertical pada kulit bumi yang bersipat rapuh (getas), seperti batuan kapur. Bagian-bagian Patahan
1) Graben atau Slenk yaitu patahan yang bergerak turun atau bagian patahan yang lebih rendah dari bagian patahan lainnya
25
2) Horst yaitu patahan yang bergerak naik, atau bagian patahan yang lebih tinggi dari bagian patahan lainnya Gambar 4.6 Bagian-bagian Patahan
2. Vulkanisme
Vulkanisme adalah Tenaga endogen yang menyebabkan magma naik kepermukaan bumi. Vulkanisme dapat juga diartikan segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung berapi atau proses naik dan keluarnya magma kepermukaan bumi.
(Gambar 4.7 Gunung Berapi Aktif) Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya. Magma adalah cairan batuan, kental, sangat panas serta berpijar. Magma terletak didalam dapur magma pada litosfer (lapisan kulit bumi). Magma terdiri dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya.
26
Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma. Karena adanya tenaga endogen, litosfer mengalani keretakan dan menyebabkan sejumlah bahan dari dalam lapisan selubung bumi menerbos kedalamnya. Penerobosan materi selubung tidak seluruhnya dapat menembus sampai kepermukaan, pada umumnya tertahan didalam litosfer membentuk dapur magma. Magma yang tertahan didalam dapur magma pada lapisan litosfer akan menimbulkan tekanan ke atas permukaan bumi, hingga terbentuk kubah (Dome) Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan. Proses penerobosan magma ke permukaan bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Intrusi Magma (atau disebut plutonisme)
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma didalam lapisan batuan tetapi tidak mencapai ke permukaan bumi. Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut juga plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
27
Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai
akibat penurunan suhu yang sangat lambat. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang
menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di
antara lapisan batuan. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong
lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.
2. Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah proses penerobosan magma mencapai permukaan bumi dan membentuk gunung api.Ekstrusi terjadi bila magma mendapat tekanan gas yang cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi. Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Peristiwa keluarnya magma ke permukaan bumi disebut erupsi. Jenis-jenis erupsi magma
Berdasarkan lubang tempat terjadinya, erupsi dibagi dalam tiga macam, yaitu:
Erupsi Linier, yaitu magma keluar melalui retakan kulit bumi yang berbentuk memanjang, sehingga membentuk kerucut memanjang. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
28
Erupsi Areal, yaitu magma keluar meleleh pada permukaan bumi karena letak dapur magma sangat dekat dengan permukaan bumisehingga membentuk kawah gunung api yang sangat luas. Mis alnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.
Erupsi Sentral, yaitu magma keluar melalui lubang di permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri. Misal nya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain
Berdasarkan proses keluarnya magma, erupsi magma dibagi menjadi tiga jenis.
Erupsi eksplosif, letusan sangat kuat akibat tekanan gas magma dan menyemburkan bahan-bahan vulkanik yang padat dan cair
Erupsi efusif, letusan gunung api, mengeluarkan lava
Erupsi campuran, letusan yang terjadi selang-seling antar a eksplosif dan efusif
Tipe-tipe Gunung Api
Gunung Api Perisai (Prisma) Gunung api tipe perisai bentuknya landai sehingga mirip tameng atau
perisai. Terbentuk karena magma yang keluar (lava) sangat cair, tekanan gas rendah dan dapur magma sangat dangkal. Sudut kemiringan gunung api perisai antara 10 – 100
Gunung Api Maar (Corong/ Kubah) Gunung api Maar memiliki kawah yang lebar. Terbentuk karena letusan
(eksplosif) yang kuat sehingga menghancurkan bagian permukaan dan membentuk corong pada kawahnya. Gunung Bromo (Tengger), Danau Kawah Klakah di Gunung Lamongan, serta Danau Toba.
29
Gunung Api Strato (Kerucut)
Gunung api ini mempunyai bentuk kerucut, yang terkesan tinggi. Terbentuk karena letusan dan lelehan secara bergantian terus menerus sehinga lerengnya berlapis-lapis. Sebagian besar gunung api yang ada di Indonesia berbentuk kerucut. Fenomena alam pasca vulkanik
Beberapa fenomena alam pasca vulkanik sebagai berikut. Mata air panas (air thermal) dan air mineral
Jenis air ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber air mineral yang dikonsumsi dalam bentuk kemasan yang telah banyak dijumpai di depot air isi ulang atau dijual bebas. Mata air yang terkenal anta ra lain mata air panas Baturaden di Purwokerto, Ciater di Bandung, dan Sangkanhurip di Kuningan. Sumber gas (ekskalasi)
Sumber gas ini dapat keluar dalam bentuk sebagai berikut. -
Solfatar, yaitu sumber gas belerang.Kenampakan ini banyak dijumpai di kawah-kawah puncak gunung api yang masih aktif. Misal nya, di kawah puncak Gunung Bromo dan kawah puncak Gunung Merapi DIY.
-
Fumarol, yaitu sumber gas uap air.Sumber gas ini sama seperti s olfatar. Fumoral dapat dijumpai pada gunung api yang masih aktif.
-
Mofet, yaitu sumber gas asam arang.Sama seperti fumarol dan solfatar, mofet juga dapat dijumpai pada gunung api yang meletus. Mofet dan belerang merupakandua gas yang berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kematian.
-
Mata air geyserMata air geyser ditemukan di daerah vulkan aktif.Geyser merupakan mata air tanah yang memancar sewaktu-waktu dalam celah
30
batuan atau bekas kantong magma akibat dorongan gas dari dalam. Geyser tidak akan nampak jika kandungan air tanah pada daerah tersebut habis, namun pada saat terisi air akan muncul kembali. Fenomena ini dapat kamu jumpai di Plato Dieng Jawa Tengah. Penyebaran Pegunungan dan Gunung Api
Secara garis besar, terdapat dua rangkaian pegunungan. 1. Sirkum Mediteran, berawal dari Pegunungan Atlas, Yura, Alpen (Eropa), Kaukasus, Himalaya (Asia), tenggelam dan muncul sebagai pulau-pulau di Kep. Andaman, tenggelam dan muncul sebagai Pegunungan Bukit Barisan, pegunungan di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, dan berakhir di Kep. Maluku. 2. Sirkum Pasifik, rangkaian pegunungan yang berawal dari Pe gunungan Cordileras De Los Andes (Amerika Selatan), Rocky, Sierra Madre (Amerika Utara), tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Kep. Jepang, tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Kep. Filipina, tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Pulau Sulawesi, dan berakhir di Kep. Maluku. Ciri - ciri gunung api yang akan meletus antara lai n suhu di sekitar gunung naik, mata air mejadi kering, sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang kadang disertai getaran (gempa), tumbuhan di sekitar gunung layu, dan binatang di sekitar gunung bermigrasi. Tanda tanda ini menandakan intrusi magma yang terus mendesak ke permukaan, apabila desakan ini cukup kuat, yang terjadi adalah letusan gunung berapi. Setelah terjadi letusan Gunung itu mengalami istirahat, tetapi aktifitas gunung tersebut masih berlangsung, sehingga suatu saat dapat mengeluarkan suatu tanda tanda aktif kembali. material vulkanik yang terdapat pada gunung berapi setelah meletus (post vulkanik), antara lain terdapatnya sumber gas H2S, H2O,dan CO2 dan sumber air panas atau geiser. Sumber gas ini ada yang
31
sangat berbahaya bagi kehidupan. Bahkan dapat memat ikan misalnya yang terjadi pada Kawah Sinila (Dieng) disamping berbahaya, gejala post vulkanik bermanfaat juga bagi kehidupan manusia. Bahkan dapat juga dijadikan objek wisata , Misalnya air panas dan kawah gunung berapi. 3. Seisme (Gempa)
Seisme atau Gempa bumi adalah getaran yang terjadi pada lapisan kulit bumi (litosfera) yang bersumber dari lapisan litosfera bagian dalam. Hentakan tersebut lalu dirambatkan pada litosfera dan kemudian ke permukaan bumi. Alat untuk mencatat gempa disebut seismograf. Gempa bumi berdasarkan faktor penyebabnya dibedakan sebagai ber ikut.
Gempa tektonik, yaitu gempa yang mengiringi gerakan t ektonik (retakan dan patahan) secara mendadak.Ini terjadi jika terbentuk patahan-patahan baru atau terjadi pergeseran di sepanjang patahan akibat aktivitas di dalam kerak bumi. Sebagian besar gempa yang terjadi di bumi merupakan gempa tektonik.Di Indonesia pergerakan kulit bumi sering terjadi di daerah bagian barat, seperti Sumatera, selatan Pulau Jawa hingga Timor. Jalur wilayah ini merupakan jalur yang rawan dengan gempa bumi.Gempa bumi tektonik yang bersumber di das ar laut, biasanya diikuti dengan gelombang besar (tsunami). Semakin besar gempa bumi semakin besar pula kemungkinan timbul tsunami.Untuk itu bagi kamu yang berada di kawasan pantai atau tinggal di pantai, bila terjadi gempa bumi segeralah menghindar dari pantai, carilah tempatyang lebih tinggi. Tsunami yang pernah terjadi di Alor, Jawa Timur, dan NAD berlangsung kurang dari setengah jam setelah terjadinya gempa bumi.
Gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi karena letusan gunung berapi. Gempa vulkanik terjadi sebelum dan selama letusan gunung terjadi. Biasanya getaran yang ditimbulkan hanya terdapat di sekitar
32
gunung api saja, untuk tempat yang jauh sekali dari gunung api tidak akan terasa getaran yang ditimbulkan.
Gempa runtuhan, yaitu gempa yang terjadi karena runtuhan. Gempa ini terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-rongga di bawah tanah. Karena tidak kuat menahan atap rongga maka terjadilah runtuhan yang akhirnya mengakibatkan gempa. Misalnya, daerah kapur yang terdapat banyak gua-gua dan sungai bawah tanah, dan di daerah pertambangan yang terdapat rongga-rongga di bawah tanah akibat dari penggalian bahan-bahan tambang.
Gempa buatan, yaitu gempa yang terjadi akibat ulah manusia. Contoh dari gempa jenis ini adalah adanya gempa yang diakibatkan peledakan bom. Bom besar dapat membuat getaran yang amat kuat sehingga mampu menghancurkan benda-benda di sekeliling kita.
Gempa menurut letak terjadinya, dapat dibedakan sebagai berikut :
Gempa episentrum, yaitu gempa yang terjadi di tepi kerak/lempeng samudra maupun lempeng benua.
Gempa hiposenstrum, yaitu gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu pada lempeng samudra maupun lempeng benua.
4.2. Proses Eksogen Tenaga eksogen yaitu tenaga yang berasal dari luar bumi. Sifat umum tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga endogen. Bukit atau tebing yang terbentuk hasil tenaga endogen terkikis oleh angin, sehingga dapat mengubah bentuk permukaan bumi Secara umum tenaga eksogen berasal dari 3 sumber, yaitu:
Atmosfer, yaitu perubahan suhu dan angin.
Air yaitu bisa berupa aliran air, siraman hujan, hempasan gelombang laut, gletser, dan sebagainya.
33
Organisme yaitu berupa jasad renik, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia. Perusakan bentuk muka bumi oleh tenaga eksogen berupa pelapukan, pengikisan (erosi) dan pengendapan.
1. Pelapukan
Pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa: 1. Sinar matahari 2. Air 3. Gletser 4. reaksi kimiawi 5. kegiatan makhluk hidup (organisme) Menurut proses terjadinya pelapukan dapat digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
pelapukan fisis atau mekanik.
pelapukan organis.
pelapukan kimiawi. Pelapukan fisik dan mekanik.
Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada celah batu. Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu: 1. Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
34
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun, di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut.
Apabila
hal
itu
terjadi
secara
terus
menerus
dapat
mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak. 2. Adapun pembekuan air di dalam batuan Jika air membeku maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu-batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
Pelapukan organik
Penyebabnya
adalah
proses
organisme
yaitu
binatang
tumbuhan
danmanusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga. Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
Pelapukan kimiawi
Pada pelapukan ini batu batuan mengalami perubahan kimiawi yang umumnya berupa pengelupasan. Pelapukan kimiawi tampak jelas terjadi pada
35
pegunungan kapur (Karst). Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CACO3). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Di Indonesia pelapukan yang banyak terjadi adalah pelapukan kimiawi. Hal ini karena di Indonasia banyak turun hujan. Air hujan inilah yang memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi.
Gejala atau bentuk – bentuk alam yang terjadi di daerah karst diantaranya: a) Dolina
Dolina adalah lubang lubang yang berbanuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi (pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di pegunungan Seribu.
Gambar 4.8 Dolina
b) Gua dan sungai di dalam Tanah Di dalam tanah kapur mula-mula terdapat celah atau retakan. Retakan akan semakin besar dan membentuk gua-gua atau lubang-lubang, karena pengaruh larutan. Jika lubang-lubang itu berhubungan, akan terbentuklah sungai-sungai di dalam tanah.
36
Gambar 4.9 Gua dan Sungai dalam Tanah
c) Stalaktit adalah kerucut kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Terbentuk dari kapur yang tebal akibat udara masuk dalam gua. Stalakmit adalah kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua. Contohnnya stalaktit dan stalakmit di Gua tabuhan dan gua Gong di Pacitan, jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah.
Gambar 4.10 Stalaktit
2. Erosi
Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan erosi dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya yaitu : Erosi air, Erosi
37
gelombang laut (abarasi / erosi marin ), Erosi angin (deflasi), Erosi gletser ( glasial )’,Erosi Akibat gaya berat.
Erosi Air
Erosi oleh air adalah erosi yang di sebabkan oleh air atau air hujan.Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang.Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.
Gambar 4.11 Erosi oleh air laut ( Abrasi )
Tahapan Erosi Air
Proses pengikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebagai berikut.
Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi.
Erosi lembar,yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya berkurang. Pengikisan lembar ditandai oleh : - warna air yang mengalir berwarna coklat - warna air yang terkikis menjadi lebih pucat
38
-kesuburan tanah berkurang
Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur pada tanah sebagai tempat mengalirnya air.
Erosiparit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengikisan aliran air. Bila erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah sudah rusak.
Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi
Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan : 1. Tebing sungai semakin dalam 2. Lembah semakin curam 3. Pembentukan gua
Pengikisan oleh air laut (abrasi) Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan
gelombang laut yang terjadi secara terus – menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk. Cliff terbentuk karena gelombang melemahkan batuan di pantai. Pada awalnya gelombang meretakan batuan di pantai. Akhirnya, retakan semakin membesar dan membentuk notch yang semakin dalam akan membentuk gua. Akibat diterjang gelobang secara terus menerus mengakibatkan atap gua runtuh dan membentuk cliff dan wave cut playform. Tanjung adalah daratan yang menjorok ke laut, sedang teluk adalah laut yang menjorok ke arah daratan. Pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke laut.
39
Akibat Abrasi
Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk : 1. Dinding pantai yang curam 2. Relung ( lekukan pada dinding tebing) 3. Gua pantai 4. Batu layar 5.
Cliff
6. Notch 7. Gua di pantai
Erosi oleh Angin (korasi)
Gambar 4.12 Erosi oleh angin
Erosi oleh angin adalah pengikisan yang disebabkan oleh angin.Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai. Pengikisan oleh angin ( erosi angin biasanya terjadi di gurun ) dapat mengakibatkan :
40
Batu jamur
Gambar 4.13 Batu Jamur
Erosi oleh gletser
Merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gletser (lapisan es) di daerah pegunungan. Pengikisan Pengikisan ini terjadi di daerah yang memiliki empat musim. Pada saat musim semi, terjadi erosi oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Akibatnya lereng menjadi lebih terjal. Contoh bentang alam yang terjadi akibat erosi gletser adalah pantai fyord, f yord, yaitu pantai dengan dinding yang berkelok kelok.
Erosi Akibat Gaya Berat
Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat .Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan bencana longsor.
3. Sedimentasi ( pengendapan )
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau angin . Proses sedimentasi atau pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya
a)
Pengendapan air ( akuatik)
Meander
41
Meander merupakan sungai yang berkelok – berkelok – kelok kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu.Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan. Pada bagian tengah, yang wilayahnya wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungi, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat akan terjadi pengikisan sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.
Gambar 4.14 Meander
Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, dimana pengikisan dan Pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secar a terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, Sehingga terbentukoxbow lake.
Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya menjadi lambat. Akibatnya, terkadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan Lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan – lapisan – lapisan lapisan sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati mendekati muaranya dan membentuk delta.
42
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat:
Sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
Arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat.
Pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat a ir surut,bahan bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu Dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.
a)
Pengendapan air laut ( sedimen marine)
Slip dan Tombolo
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine.Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat berfariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach).
43
Gambar 4.15 Barrier Reef Apabila di sekitar spit terdapat pulam, biasanya spit akhirnya tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.
Pengendapan Angin (sedimen aeolis)
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan Pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir/ sand dune.
Gambar 4.16 Sand Dune (Bukit Pasir)
Pengendapan oleh gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil Pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga
44
menuruni lereng dan mengendap di lemah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
Gambar 4.17 Kipas alluvial
Dampak positif tenaga eksogen antara lain: 1. Memunculkan habitat. 2. Memperluas daratan di bumi. 3. Memperdekat barang tambang ke permukaan bumi.
Meskipun begitu tenaga eksogen juga mempunyai dampak negatif yang bisa merugikan manusia. Dampak negatif tenaga eksogen tersebut antara lain:
Kesuburan tanah bisa berkurang (dampak dari erosi).
Hasil-hasil erosi yang diendapkan (sedimentasi) di muara sungai mengakibatkan pendangkalan dasar sungai.
Abrasi dapat menghilangkan garis pantai hilang dihantam
45
BAB V GEOMORFOLOGI
5.1. Pengertian Umum Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, archaeolog y, dan teknik kebumian. 5.2. Bentukan Asal Bentang Alam
Bentukan Asal Proses Struktural : Bentuk lahan yang disebabkan oleh
adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng/kerak bumi. Akibat tekanan tersebut, tibul lipatan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan sedangkan patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material. Dalam struktur geologi anatara lain dipelajari: Bentuk – bentuk lipatan dan patahan dengan kembangannya. Bentuk-bentuk lipatan dibedakan menjadi sinklinal dan antiklinal.
46
Bentukan Asal Proses Vulkanis: Volkanisme adalah proses masuknya
magma ke permukaan bumi. Semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerak magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi menghasilkan bentuk yang cenderung positif di permukaan bumi yang disebut bentuk volkanik. Gerakan magma dari pusat bumi naik mendesak kerak di atas, membentuk igir baik yang terjadi di daratan maupun di lautan. Karekteristik morfologi dari bentuk asal volkanik dilihat dari dari kontur dan pola aliran yang umumnya radial sentrifugal (menyebar dari satu pusat).
Bentuk Asal Proses Fluvial: Bentuk asal proses fluvial adalah semua
bentuk asal yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang terkonsentrasi yang berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.
Bentuk Asal Proses Marin: Bentuk yang dihasilkan oleh aktivitas laut
yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang dan arus akan menghasilkan bentuklahan asal marin baik bentukan erosional (dinding terjal) maupun bentukkan deposisional (delta, betinggisik, sediman marim, tombolo, dan spit).
Bentuk Asal Proses Solusional: Terbentuk akibat proses pelarutan batuan
yang terjadi pada daerah batuan karbonat tertentu. Tidak semua batuan karbonat terbentuk topografi karst. Faktor lain adalah: terletak pada daer ah tropis basah, dengan topgrafi tinggi, dan vegetasi penutup cukup rapat. Bentukan hasil proses selusional ini pada dasarnya ada 3 macam yaitu: selusional(dolin,uvala,polye), bentuk residual(seperti kubah karst, menara karst), dan bentuk deposisional(stalaktit, stalakmit, dataran alluvial).
Bentuk Asal Proses Eolin: Bentuklahan yang dihasilkan oleh gerakan
udara/angin. Agen merupakan salah satu agen yang menyebabkan proses erosi setelah air, gelombang, dan es. Bentuklahan ini umumnya
47
berkembang di daerah beriklim kering (arid). Angin hanya mengangkut material yang ringan dengan besar butir paling kecil, sehingga bentuklahan asal ini tersusun atas materi lepas-lepas dengan struktur halus. Contoh: gumuk pasir dan loess.
Bentuk Asal Proses Denudasional: Semua proses yang menyebabkan
terjadinya pemgikisan permukaan bumi sehinggs terjadi bentukan yang lebih rendah dan proses tersebut akan berhenti apabila permukaan bumi telah mencapai level dasar yang sama dengan permukaan di sekitarnya(base level). Proses denudasional sangat terkait pada proses pelapukan, erosi dan gerak massa batuan. Bentuklahan yang dihasilkan berupa pegunungan denudasional terkikis, perbukitan denudasional terkikis, perbukita terisolasi, peneplain, lereng kaki rombakan, dinding terjal, kipas koluvial, kerucut koluvial, dan lahan kritis.
Bentuk Asal Proses Glasial: Terjadi akibat proses aktivitas es, bentukan
yang dihasilkan dapat berupa igir kikis, dan morain (sedimentasi es).
Bentuk Asal Proses Organis: Bentuklahan yang dihasilkan oleh proses
aktivitas mahkluk hidup maupun jasad renik lainnya. 5.3. Pola Aliran Sungai
Dendritik
Pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin.
48
Gambar 5.1 Pola Aliran Sungai Dendritik
Radial
Pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya. Pola radial dibagi menjadi 2, yaitu radial sentrifugal dan radial sentripetal.
Tipe sentrifugal, yaitu pola Radier dimana arah-ar ah pengalirannya menyebar ke segala arah dari suatu pusat.
Tipe sentripetal, yaitu pola Radier dimana arah-arah pengalirannya memusat dari segala arah.
Gambar 5.2 Pola Aliran Sungai Radial
49
Rectanguler
Pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang bersistem (teratur).
Gambar 5.3 Pola Aliran Sungai Rectangular
Trellis
Pola ini mempunyai bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah. Jadi secara umum , pembentukan sungai utama lebih disebabkan oleh kontrol struktrur dan pembentukan anak sungai lebih disebabkan oleh kontrol litologi.
Gambar 5.4 Pola Aliran Sungai Trellis
50
Parallel
Pola pengaliran yang sejajar arah alirannya. Pola ini sering dijumpai pada daerah yang lerengnya mempunyai kemiringan yang nyata, dan berkembang pada batuan yang bertekstur halus dan homogen.
Gambar 5.5 Pola Aliran Sungai Parallel
Annular
Pola pengaliran dimana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar.Sering dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari pola radier. Pola penyaluran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan batuannya.
Gambar 5.6 Pola Aliran Sungai Annular
51
Multi basinal atau Sink Hole
Pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah karst atau daerah batugamping.
Gambar 5.7 Pola Aliran Sungai Multi Basinal
Contorted
Pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik / berbalik arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.
Gambar 5.8 Pola Aliran Sungai Contorted
52
Selain pola aliran sungai diatas, terdapat sub pola aliran seperti:
53
BAB VI STRATIGRAFI
6.1. Pengertian Umum Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisantanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Ada beberapa prinsip dasar yang berlaku didalam pembahasan mengenai stratigrafi, yaitu: 1. Hukum atau prinsip yang dikemukakan oleh Steno (1669), terdiri dari: •
Prinsip Superposisi (Superposition Of Strata) Didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan paling bawah relatif lebih tua umurnya daripada lapisan yang berada diatasnya selama belum mengalami deformasi. Konsep ini berlaku untuk perlapisan berurutan.
•
Prinsip Kesinambungan Lateral (Lateral Continuity) Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara lateral dan hanya membaji pada tepian pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
•
Prinsip Akumulasi Vertikal (Original Horizontality)
54
Lapisan sedimen pada mulanya diendapkan dalam keadaan mendatar (horizontal), sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal (principle of vertical accumulation). 2. Hukum yang dikemukakan oleh James Hutton (1785) Hukum atau prinsip ini lebih dikenal dengan azasnya yaitu uniformitarismeyaitu proses-proses yang terjadi pada masa la mpau mengikuti hukum yang berlaku pada proses-proses yang terjadi sekarang, atau dengan kata lain “masa kini merupakan kunci dari masa lampau” (“the present is the key to the past”). Maksudnya adalah bahwa proses-proses geologi alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan proses geologi masa lampau. 3. Hukum Intrusi/Penerobosan (Cross Cutting Relationship) oleh AWR Potter dan H. Robinson. Suatu intrusi (penerobosan) adalah lebih muda daripada batuan yang diterobosnya 4. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Success ion) oleh De Soulovie (1777) Dalam urut-urutan batuan sedimen sekelompok lapisan dapat mengandung kumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan di atas maupun di bawahnya. 5. Prinsip William Smith (1816) Urutan lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan mengenali kumpulan fosilnya yang didiagnostik jika kriteria litologinya tidak menentu. 6. Prinsip Kepunahan Organik oleh George Cuvier (1769-1832) Dalam suatu urutan stratigrafi, lapisan batuan yang lebih muda mengandung fosil yang mirip dengan makhluk yang hidup sekarang dibandingkan dengan lapisan batuan yang umurnya lebih tua.
55
6.2. Umur Geologi Terdapat 2 skala waktu yang dipakai untuk mengukur dan menentukan umur Bumi. Pertama adalah Skala Waktu Relatif, yaitu skala waktu yang ditentukan berdasarkan atas urutan perlapisan batuan-batuan serta evolusi kehidupan organisme dimasa yang lalu Kedua adalah Skala Waktu Absolut (Radiometrik), yaitu suatu skala waktu geologi yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bebatuan.
Skala Waktu Relatif
Berdasarkan skala waktu relatif, sejarah bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa) yang terbagi menjadi Era (Kurun), Era dibagi-bagi kedalam Period (Zaman), dan Zaman dibagi bagi menjadi Epoch (Kala). Nama-nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum tidak hanya sekedar kata yang tidak memiliki arti, akan tetapi bagi para ahli geologi, kata tersebut mempunyai arti tertentu dan dipakai sebagai kunci dalam membaca skala waktu geologi. Sebagai contoh, kata Zoikum merujuk pada kehidupan binatang dan kata “Paleo” yang berarti purba, maka arti kata Paleozoikum adalah merujuk pada kehidupan
binatang- binatang
purba,
“Meso”
yang
mempunyai
arti
tengah/pertengahan, dan “Keno” yang berarti sekarang. Sehingga urutan relatif dari ketiga kurun tersebut adalah sebagai berikut: Paleozoikum, kemudian Mesozoikum, dan kemudian disusul dengan Kenozoikum. Sebagaimana diketahui bahwa fosil adalah sisa-sisa organisme yang masih dapat dikenali, seperti tulang, cangkang, atau daun atau bukti lainnya seperti jejak-jejak (track), lubang-lubang (burrow) atau kesan daripada kehidupan masa lalu diatas bumi. Para ahli kebumian yang khusus mempelajari tentang fosil dikenal sebagai Paleontolog, yaitu seseorang yang mempelajari bentuk bentuk kehidupan purba.
56
Gambar 6.1 Umur Fosil
Fosil dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama-nama dari semua Eon (Kurun) dan Era (Masa) diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena kisaran waktu tersebut sering kali dikenal atas dasar kehidupan binatangnya. Batuan yang terbentuk selama Masa Proterozoikum kemungkinan mengandung fosil dari organisme yang sederhana, seperti bacteria dan algae. Batuan yang terbentuk selama Masa Fanerozoikum kemungkinan mengandung fosil fosil dari binatang yang komplek dan tanaman seperti dinosaurus dan mamalia.
Skala Waktu Absolut (Radiometrik)
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa skala waktu relatif didasarkan atas kehidupan masa lalu (fosil). Bagaimana kita dapat menempatkan waktu absolut (radiometrik) kedalam skala waktu relatif dan bagaimana pula para ahli geologi dapat mengetahui bahwa: 1. Bumi itu telah berumur sekitar 4,6 milyar tahun 2. Fosil yang tertua yang diketahui berasal dari batuan yang diendapkan kurang lebih 3,5 milyar tahun lalu.3
57
3. Fosil yang memiliki cangkang dengan jumlah yang berlimpah diketahui bahwa pertama kali muncul pada batuan-batuan yang berumur 570 juta tahun yang lalu. 4. Umur gunung es yang terahkir terbentuk adalah 10.000 tahun yang lalu. Para ahli geologi abad ke 19 dan para paleontolog percaya bahwa umur Bumi cukup tua, dan mereka menentukannya dengan cara penafsiran. Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaa atau milyaran tahun dapat dimungkinkan setelah diketemukan unsur radioaktif. Saat ini kita dapat menggunakan mineral yang secara alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun dari suatu batuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa bagian terkecil dari setiap unsur kimia adalah atom. Suatu atom tersusun dari satu inti atom yang terdiri dari proton dan neutron yang dikelilingi oleh suatu kabut elektron. Isotop dari suatu unsur atom dibedakan dengan lainnya hanya dari jumlah neutron pada inti atomnya.
Gambar 6.2 Skala Waktu Geologi Relatif
58
Penentuan umur dengan menggunakan isotop radioaktif adalah pengukuran yang memiliki kesalahan yang relatif kecil, namun demikian kesalahan yang kelihatannya kecil tersebut dalam umur geologi memiliki tingkat kisaran kesalahan beberapa tahun hingga jutaan tahun. Jika pengukuran mempunyai tingkat kesalahan 1 persen, sebagai contoh, penentuan umur untuk umur 100 juta tahun kemungkinan mempunyai tingkat kesalahan lebih kurang 1 juta tahun. Teknik isotop dipakai untuk mengukur waktu pembentukan suatu mineral tertentu yang terdapat dalam batuan. Untuk dapat menetapkan umur absolut terhadap skala waktu geologi, suatu batuan yang dapat di-dating secara isotopik dan juga dapat ditetapkan umur relatifnya karena kandungan fosilnya. Banyak contoh, terutama dari berbagai tempat harus dipelajari terlebih dahulu sebelumditentukan umur absolutnya terhadap skala waktu geologi.
Gambar 6.3 Skala Waktu Geologi dan Umur Radiometrik
59
Tabel dibawah adalah Skala Waktu Geologi yang merupakan hasil spesifikasi dari “International Commission on Stratigraphy” pada tahun 2009. Adapun warna yang tertera dalam tabel Skala Waktu Geologi merupakan hasil spesifikasi dari “Committee for the Geologic Map of the World” tahun 2009.
Gambar 6.4 Skala Waktu Geologi
6.3. Ketidakselarasan Dalam stratigrafi ada suatu fenomena yang disebut dengan ketidakselarasan (unconformity). Ketidakselarasan berhubungan dengan sedimentasi antara satu lapisan batuan dengan batuan lain. Dalam proses sedimentasi, jika sedimentasi normal maka alur perlapisan batuan akan terlihat normal dan tidak ada perbedaan yang mencolok tiap lapisan. Akan
60
tetapi kadangkala terdapat kasus dimana sedimentasi hilang pada satu waktu sehingga terjadi ketidakselarasan (unconformity) antara lapisan atas dan bawah. Berikut adalah beberapa macam ketidakselarasan dalam perlapisan batuan
Non-conformity
Adalah fenomena adanya lapisan batuan beku/metamorf yang dibawah lapisan sedimen.
Gambar 6.5 Non-Conformity
Angular unconformity
Adalah fenomena dimana beberapa lapisan sedimen memiliki perbedaan sudut yang tajam dengan lapisan di atasnya (ketidakselarasan men yudut).
Gambar 6.6 Anguar Uncomfirmity
61
Disconformity
Adalah hubungan antara lapisan batuan sedimen yang dipisahkan oleh bidang erosi. Fenomena ini terjadi karena sedimentasi terhenti beberapa waktu dan mengakibatkan lapisan paling atas tererosi sehingga menimbulkan lapisan kasar.
Gambar 6.7 Discomformity
Paraconformity
Adalah hubungan antara dua lapisan sedimen yang bidang ketidakselarasannya sejajar dengan perlapisan sedimen. Pada kasus ini sangat sulit sekali melihat batas ketidakselarasannya karena tidak ada batas bidang erosi. Cara yang digunakan untuk melihat keganjilan antara lapisan tersebut adalah dengan melihat fosil di tiap lapisan. Karena setiap sedimen memiliki umur yang berbeda dan fosil yang terkubur di dalamnya pasti berbeda jenis.
Gambar 6.8 Paracomformity
62
6.4. Cekungan dan Formasi Yang disebut dengan Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Sedangkan dalam buku berjudul :Principles Of Sedimentology And Stratigraphy, Sam Boggs 1987), formasi didefinisikan sebagai suatu tubuh batuan yang dapat dikenali/diidentifikasi melalui karakter dan posisi stratigrafinya, lazimnya, tapi tidak selalu, tubuh batuannya berbentuk tabular, dan dapat dipetakan pada permukaan bumi dan dapat dilacak keberadaannya di permukaan. Formasi dapat terdiri atas satu tipe batuan, perulangan dari dua atau lebih tipe batuan, atau berupa percampuran beberapa jenis batuan yang sangat heterogen. Urutan tingkat satuan litostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai kecil ialah : Kelompok, formasi dan anggota. Beberapa penjelasan mengenai penentuan formasi :
Formasi harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri litologi yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih
Formasi dapat tersingkap dipermukaan, berkelanjutan ke bawah permukaan atau seluruhnya di bawah permukaan
Formasi haruslah mempunyai nilai stratigrafi yang meliputi daerah cukup luas dan lazimnya dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000
Tebal suatu formasi berkisar antara kurang dari satu meter sampai beberapa ribu meter : oleh karena itu ketebalan bukanlah suatu syarat pembatasan formasi
Suatu lokasi tipe merupakan letak geografi suatu stratotipe atau tempat mula-mula ditentukannya satuan stratigrafi. Type locality ini berhubungan erat dalam penentuan nama formasi, artinya letak geografis atau nama daerah dimana singkapan (batuan) ditemukan dapat menjadi dasar utama dalam penamaan formasi yang dapat dibedakan dengan keterdapatan singkapan (batuan) lain pada
63
lokasi yang lain. Misalnya : Formasi Nanggulan yang berumur Eosen, mempunyai type locality dan sebaran geografis di desa Kalisongo dekat Nanggulan, sekitar 20 km sebelah barat Jogjakarta. Maksudnya bahwa singkapan (batuan) yang mewakili formasi Nanggulan secara spesifik dapat kita temukan di desa Kalisongo. Untuk contoh, dapat diambil dari beberapa formasi yang terdapat di Cekungan Sumatra Utara dan dibandingkan dengan formasi yang terdapat di Jawa Timur Utara (lihat tabel korelasi stratigrafi Cekungan Sumatra Utara-Jawa Timur Utara). Misalnya Formasi Baong yang terdapat di Cekungan Sumatra Utara, formasi ini tersusun oleh batupasir dan batulempung yang diendapkan dibawahnya, dari tabel dapat dilihat bahwa formasi ini berumur Miosen Tengah-Atas. Padanan dari formasi ini adalah Formasi Ngrayong pada Jawa Timur Utara yang juga tersusun oleh batupasir dan batulempung, formasi ini juga mempunyai umur Miosen Tengah-Atas. Kedua formasi ini memiliki susunan litologi dan umur batuan yang identik, tetapi berbeda dalam penamaan. Perbedaan nama kedua formasi ini hanya didasarkan pada lokasi dimana formasi tersebut ditemukan, atau dengan kata lain hanya dibedakan berdasarkan tempat dan tipe cekungan. Hubungan dengan setting tektonik
Kesamaan dalam umur dan karakter batuan pada kedua formasi ini dapat dihubungkan dengan setting tektonik yang bekerja pada kedua cekungan tersebut. Secara Regional Indonesia, merupakan zona penunjaman antara lempeng kontinen Eurasia dengan lempeng Samudera Hindia, sehingga secara tektonik kedua cekungan ini merupakan back arc basin, sedangkan berdasarkan teori geosinklin maka kedua cekungan ini merupakan miogeosinklin yang merupakan zona yang dekat dengan craton dan bebas aktivitas vulkanik. Krumblein & Sloss (1963) menyatakan bahwa miogeosinklin adalah daerah tidak aktif dan tidak terdapat gunung api. Indikasi lain yang mendukung bahwa kedua cekungan ini merupakan miogeosinklin adalah terdapatnya batupasir yang bagus sebagai reservoar, karena mengalami preservasi yang baik
64
Barlian Yulianto dan Laksmi Sriwahyuni dalam makalahnya (Proceedings Diskusi Ilmiah VII, Lemigas, 1995) mengatakan bahwa Cekungan Sumatra Utara dan Jawa Timur Utara dapat dikelompokkan ke dalam sistem cekungan busur belakang Sumatera – Jawa, yang dibatasi sebelah barat atau s elatannya oleh busur magmatik berumur Kuarter dan paparan Sunda di sebelah Utara. Batas formasi dan batas umur dibedakan karena batas umur ditentukan oleh keterdapatan fosil pada batuan, sehingga dapat saja pada satu formasi terdapat 2 macam fosil atau lebih yang berbeda sehingga harus dibedakan batasnya, untuk peraturan batas ini nantinya berhubungan dengan geokronologi. Selain itu penentuan batas umur juga ditentukan dengan cara menghitung waktu peluruhan dari unsur radioaktif yang terkandung dalam batuan.
65
BAB VII STRUKTUR GEOLOGI
7.1. Pengertian Umum
Struktur geologi adalah suatu struktur atau kondisi geologi yang ada di suatu daerah sebagai akibat dari terjadinya perubahan-perubahan pada batuan oleh proses tektonik atau proses lainnya. Dengan terjadinya proses tektonik, maka batuan (batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf) maupun kerak bumi akan berubah susunannya dari keadaannya semula. Struktur geologi (makro) yang penting untuk diketahui antara lain ; bidang perlapisan, sistem sesar, sistem perlipatan, sistem kekar, dan bidang ketidakselarasan.
7.2. Macam-macam Struktur Geologi
Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks), (2). Perlipatan (folding), dan (3). Patahan/Sesar (faulting). Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu: 1. Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat s uatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan. b). Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb. c) kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
66
Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Gambar 7.1 Shear Joint
Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
Gambar 7.2 Tension Joint
Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rek ahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.
67
2. Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu lipatan sinklin dan lipatan antiklin. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.
Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.
Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.
Disamping lipatan tersebut diatas, dijumpai juga berbagai jenis lipatan, seperti Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang terbentuk sebagai akibat s eretan suatu sesar.
Gambar 7.3 Jenis-jenis Lipatan
68
3. Hubungan Antara Lipatan dan Patahan
Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya tegasan yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga dapat memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama akan terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat. Geometri dari perlipatan lapisan batuan yang terkena tegasan dimana pada tahap awal perlapisan batuan akan terlipat membentuk lipatan sinklin – antiklin dimana secara geometri bentuk lengkungan bagian luar (outer arc) akan mengalami peregangan sedangkan lengkungan bagian dalam akan mengalami pembelahan (cleavage). Apabila tegasan ini berlanjut dan melampaui batas elastisitas batuan, perlipatan akan mulai terpatahkan (tersesarkan) melalui bidang yang terbentuk pada sumbu lipatannya. Pada bidang patahan, gaya tegasan akan berubah arah seperti diperlihatkan pada. Ketika batuan batuan yang berbeda tersebut berada di area yang sama, seperti batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang bersifat retas, maka batuan yang retas kemungkinan akan terpatahkan dan batuan yang lentur mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika batuan batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu kemudian akan mengalami pensesaran, membentuk suatu patahan. 4. Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau bidang sesar b). Breksiasi, gouge, milonit, c). Deretanmata air d). Sumber air panas e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan f) Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb. Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
69
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
Dip Slip Faults Patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisin ya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”
Gambar 7.4 Dip Slip Fault
Normal Faults Patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”. Gambar 7.5 Normal Fault
70
Horsts & Gabens Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi se bagai akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal yang berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang
turun akan membentuk
“graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu wilayah dimana terjadi pemekaran benua yang menghasilkan suatu “Rift”. Contoh lainnya yang saat ini juga terjadi pemekaran kerak bumi adalah wilayah di bagian barat Amerika Serikat, yaitu di Nevada, Utah, dan Idaho.
Gambar 7.6 Horst and Graben
Half-Grabens Patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi (Gambar 7.7 Half Graben)
71
Reverse Faults Patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas terhadap “footwall block”.
Gambar 7.8 Reserve Fault
A Thrust Fault Patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.
Gambar 7.9 Thrust Fault
72
Strike Slip Faults Patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.
Gambar 7.10 Strike Slip Faults
Transform-Faults Patahan “strike-slip faults” yang khas terjadi pada batas lempeng, dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami
73
pergeseran (offset), dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama. Daerah ini dikenal sebagai zona rekahan (fracture zones). Patahan “San Andreas” di California termasuk jenis patahan “transform fault”.
Gambar 7.11 Transform Fault
74
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/282583521/Ruang-Lingkup-Geologidoc#scribd (Diakses pada 21 Desember 2015)
http://geograph88.blogspot.co.id/2013/03/geologi-dan-cabangilmunya.html (Diakses pada 21 Desember 2015)
http://zonegeologi.blogspot.co.id/2012/03/teori-pergerakan-lempeng.html (Diakses pada 21 Desember 2015)
http://pakhamsa.blogspot.co.id/2012/11/gerak-orogenesa.html (Diakses pada 22 Desember 2015)
https://www.academia.edu/8239860/Rekonstruksi_Lipatan_Geologi_Struk tur_ (Diakses pada 22 Desember 2015)
https://www.academia.edu/6464227/Tektonik_Lempeng (Diakses pada 22 Desember 2015)
http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/02/tingkat-kekerasan-mineralskala-mohs.html (Diakses pada 23 Desember 2015)
https://www.academia.edu/5091276/Tenaga_Endogen_dan_Tenga_Eksog en (Diakses pada 24 Desember 2015)
https://jagoips.wordpress.com/2012/12/19/dampak-tenaga-endogen/ (Diakses pada 24 Desember 2015)
https://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_eksogen (Diakses pada 24 Desember 2015)
http://ilmugoegrafi.blogspot.co.id/2013/09/ciri-dan-sifat-sifat-fisikmineral.html(Diakses pada 27 Desember 2015)
http://amaluddinnasution.blogspot.co.id/2015/09/perbedaan-vulkanismetektonisme-dan-seisme.html?en (Diakses pada 27 Desember 2015)
https://askiravistara.wordpress.com/2013/09/28/mineral-dan-batuan/ (Diakses pada 27 Desember 2015)
75