BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mengklasifikasikan perilaku abnormal pada anak-anak, hal pertama kita harus mengetahui apa yang dianggap normal pada usia tersebut. Untuk menentukan apa yang normal dan abnormal, khusus pada anak dan remaja yang perlu ditambahkan selain kriteria umum yang telah kita ketahui adalah factor usia anak dan latar belakang budaya. Banyak masalah yang pertama kali teridentifikasi pada saat anak masuk sekolah. Masalah tersebut mungkin sudah muncul lebih awal tetapi masih ditoleransi, atau tidak dianggap sebagai masalah ketika di rumah. Kadang-kadang stres karena pertama kali masuk sekolah ikut mempengaruhi kemunculannya (onset). Namun, perlu diingat bahwa apa yang secara sosial dapat diterima pada usia tertentu, menjadi tidak dapat diterima di usia yang lebih besar. Banyak pola perilaku yang mungkin dianggap abnormal pada masa dewasa, dianggap normal pada usia tertentu. Gangguan pada anak-anak ini sering kali di kelompokkan dalam dua kelompok yaitu eksternalisasi dan internalisasi. Gangguan eksternalisasi ditandai dengan perilaku yang diarahkan ke luar diri, seperti agresivitas, ketidakpatuhan, overaktivitas, dan impulsivitas dan termasuk berbagai kategori DSM-IV-TR, yaitu ADHD, gangguan tingkah laku (GTL), dan gangguan sikap menentang (GSM). Gangguan internalisasi ditandai dengan pengalaman dan perilaku yang lebih terfokus kedalam diri seperti depresi, menarik diri dari pergaulan social, dan kecemasan, termasuk juga anxietas dan mood dimasa anak-anak. Anak-anak yang memiliki masalah-maslah yang terinternalisasi lebih besar kemungkinannya untuk tidak tertangani dibandingkan mereka yang memiliki masalah yang tereksternalisasi yang cenderung lebih mengganggu bagi orang lain. Anak laki-laki memiliki resiko yang lebih besar untuk mengembangkan banyak masalah di masa kanak-kanak, berkisar dari autisme sampai hiperaktif hingga ganggua eliminasi. Masalah kecemasan dan depresi juga mempengaruhi leih
1
banyak anak laki-laki daripada perempuan. Namun demikian, pada masa remaja gangguan kecemasan dan gangguan mood lebih umum dijumpai pada anak perempuan dan demikian seterusnya sampai masa remaja. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Gangguan perkembangan pervasif 2. Gangguan perkembangan spesifik
C. Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Abnormal sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester.
2
D. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Masalah masalah psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak dan remaja merujuk pada usia dan kebudayaan. Dimana perilaku yang dianggap normal pada anak –anak bisa saja tidak normal pada orang dewasa, contohnya malu dan takut pada sesuatu hal. Takut terhadap tempat gelap akan dirasa wajar bila itu yang mengalami pada anak anak namun akan tidak wajar bila itu yang mengalami seseorang yang telah dewasa. Keyakinan keyakinan budaya membantu menentukan apakah orang – orang melihat perilaku tertentu sebagai normal atau abnormal. Orang – orang yang hanya mendasarkan pada normalitas pada standart yang berlaku pada budaya mereka saja akan beresiko menjadi etnocentris ketika mereka memandang tingkah laku orang lain dalam budaya yang berbeda sebagai abnormal. Perilaku abnormal pada anak – anak bergantung pada definisi orang tua mereka yang dipandang dari kacamata budaya tertentu. Gangguan perilaku juga ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku baik dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terusmenerus melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan usia mereka memiliki gangguan perilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penilaian pada perilaku harus
melibatkan
lingkungan
sosial
anak
tersebut
ke
dalam
catatan.
Penyimpangan perilaku terjadi oleh anak sewaktu adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan lain dengan stress tinggi bukan gangguan perilaku. Gangguan prilaku ditandai dengan pola tingkah laku yang berulang dimana hak dasar orang lain terganggu. Meskipun beberapa anak lebih bertingkah laku
3
baik dibandingkan dengan yang lainnya, anak yang berulangkali dan terus menerus melanggar peraturan dan hak orang lain dimana dengan cara yang tidak sesuai dengan usia mereka memiliki gangguan prilaku. Masalah tersebut biasanya dimulai pada masa kanak-kanak akhir atau awal remaja dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Penilaian pada prilaku harus melibatkan lingkungan sosial anak tersebut ke dalam catatan. Penyimpangan prilaku terjadi oleh anak sewaktu adaptasi dengan kehidupan di daerah peperangan, tempat kerusuhan, atau lingkungan lain dengan stress tinggi bukan gangguan prilaku. B. Klasifikasi gangguan perilaku 1. Gangguan Perkembangan Pervasif Ditandai dengan masalah awal pada tiga area perkembangan utama: perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi. Gangguan ini terdiri dari : a.
Autisme Autisme adalah kecenderungan untuk memandang diri sendiri sebagai pusat
dari dunia, percaya bahwa kejadian – kejadian eksternal mengacu pada diri sendiri. Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejalagejalanya meliputi kurangnya respon terhadap orang lain, menarik diri dari hubungan sosial, dan respon yang aneh terhadap lingkungan seperti mengepakkan tangan, bergoyang-goyang, dan memukul-mukulkan kepala. b.
Retardasi Mental Hal ini muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan
fungsi intelektual secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis., IQ dibawah 70) dan keterbatasan terkait dalam dua bidang keterampilan adaptasi atau lebih (mis., komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, keterampilan sosial, fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis, dan bekerja.
4
2.
Gangguan perkembangan spesifik Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada
kerusakan
fungsional
pada
bidang-bidang
dan
mempengaruhi
tahap
perkembangan selanjutnya, seperti : a.
Gangguan belajar
Gangguan belajar, ditandai dengan : 1) Gangguan menulis Keterbatasan kemampuan menulis sehingga muncul dalam bentuk kesalahan memgeja, kesulitan membentuk kalimat. Muncul pada usia 7 tahun. 2) Gangguan membaca Keterbatasan kemampuan dalam mengenali dan memahami rangakaian kata – kata. Biasanya tampak pada usia 7 tahun 3) Gangguan matematika Keterbatasan kemampuan anak dalam memahami istilah matematika. b.
Gangguan Komunikasi Gangguan Komunikasi, ditandai dengan :
1) Gangguan bahasa ekspresif Keterbatasan dalam menggunakan bahasa verbal 2) Gangguan bahasa campuran reseptif atau ekspresif Keterbatasan anak dalam memahami maupun memproduksi bahasa verbal 3) Gangguan fonologis Kesulitan dalam artikulasi suara tanpa adanya kerusakan pada mekanisme berbicara 4) Gagap c. Gangguan pada kemampuan berbicara lancer dengan waktu yang tepat d. Kecemasan dan Depresi Gangguan kecemasan sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut ke masa dewasa biasanya berupa : gangguan obsesif kompulsif, gangguan kecemasan umum, dan fobia banyak terjadi pada anak-anak dan remaja, yang memiliki gejala seperti pada orang dewasa. Gangguan kecemasan akibat
5
perpisahan adalah gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari orang yang paling dekat dengannya seperti orang tua, saudara,dll. Gejalanya antara lain berupa mimpi buruk, sakit perut, mual dan muntah saat mengantisipasi perpisahan.gangguan kecemasan ini dapat berlanjut hingga depresi. Depresi pada anak – anak dan remaja tidaklah berbeda dengan orang dewasa,
mereka
memiliki
perasaan
tidak
berdaya,kecenderungan
untuk
menyalahkan diri sendiri. Namun depresi pada anak tidak nampak nyata bila dibanding dengan orang dewasa. Ciri – ciri depresi pada anak antara lain adalah mereka menolak untuk masuk sekolah, tak mau pisah dengan orang tua. Depresi pada anak dan remaja biasanya diikuti dengan gangguan lain seperti CD, ODD, masalah akademik. Depresi pada remaja yang berkelanjutan akat berakibat ganguan depresi yang lebih serius pada masa dewasa. e.
Gangguan Eliminisi Adalah gangguan pada perkembangan anak dan remaja dimana tidak dapat
mengontrol buang air kecil ( BAK ) dan buang air besar ( BAB ) setelah mencapai usia normal untuk mampu melakukannya. Terbagi menjadi dua yaitu: 1) Enuresis Adalah dimana anak tidak mampu mengontrol BAKnya bukan karena akibat dari kerusakan neurologis atau penyakit lainnya. kita sering menyebutnya dangan mengompol. 2) Enkopresis Ketidakmampuan mengontrol BABnya yang bukan disebabkan masalah organik. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 1. Faktor-faktor psikobiologik. Faktor-faktor psikobilogik biasanya akibat :
6
a.
Riwayat genetika keluarga yang terjadi pada kasus retardasi mental, autisme, skizofrenia kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan
b.
ansietas atau kecemasan. Struktur otak yang tidak normal. Penelitian menemukan adanya abnormalitas struktur otak dan perubahan neurotransmitter pada pasien yang menderita
c.
autisme, skizofrenia kanak-kanak, dan ADHD. Pengaruh pranatal, seperti infeksi pada saat di kandungan ibu, kurangnya perawatan pada masa bayi dalam kandungan, dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkan perkembangan saraf yang abnormal yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen pada janin saat dalam kandungan yang sangat signifikan dan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan gangguan
d.
perkembangan saraf lainnya. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi
2.
anak. Dinamika keluarga. Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat mengakibatkan perilaku
menyimpang yang dapat digambarkan sebagai berikut : a.
Penganiayaan anak. Anak yang terus-menerus dianiaya pada masa kanakkanak awal, perkembangan otaknya menjadi terhambat (terutama otak kiri). Penganiayaan dan efeknya pada perkembangan otak berkaitan dengan berbagai masalah psikologis, seperti depresi, masalah memori, kesulitan
b.
belajar, impulsivitas, dan kesulitan dalam membina hubungan (Glod, 1998). Disfungsi sistem keluarga (misal kurangnya sifat pengasuhan orang tua pada anak, komunikasi yang buruk) disertai dengan keterampilan koping yang tidak baik antaranggota keluarga dan model peran yang buruk dari orang tua.
3.
Sehingga menyebabkan gangguan pada perkembangan anak dan remaja. Faktor lingkungan. Lingkungan dan kehidupan sosial yang tidak menguntungkan akan menjadi
penyebab utama pula, seperti : a.
Kemiskinan.
7
Perawatan pranatal yang buruk, nutrisi yang buruk, dan kurang terpenuhinya kebutuhan akibat pendapatan yang tidak mencukupi dapat memberi pengaruh b.
buruk pada pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Tunawisma. Anak-anak tunawisma memiliki berbagai kebutuhan kesehatan yang memengaruhi perkembangan emosi dan psikologi mereka. Berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan angka penyakit ringan kanakkanak, keterlambatan perkembangan dan masalah psikologis diantara anak
c.
tunawisma ini bila dibandingkan dengan sampel kontrol (Townsend, 1999). Budaya keluarga. Perilaku orang tua yang secara dramatis berbeda dengan budaya sekitar dapat mengakibatkan kurang diterimanya anak-anak oleh teman sebaya dan masalah psikologik.
D. Penanganan Gangguan Tingkah Laku
Hal
penting
bagi
keberhasilan
dalam
penanganan
adalah
upaya
mempengaruhi banyak system dalam kehidupan seorang remaja (keluarga, temanteman sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal). Salah satu masalah yang dihadapi masyarakat adalah bagaimana menghadapai orang-orang yang nurani sosialnya tampak kurang berkembang. 1.
Intervensi keluarga, Beberapa pendekatan yang paling menjanjikian untuk menangani gangguan
tingkah laku mnecakup intervensi bagi orang tua atau keluarga dari si anak antisosial. Gerald Patterson dan kolegannya mengembangkan dan menguji sebuah program behavioral, yaitu Pelatihan Manajemen Pola Asuh (PMP), dimana orang tua diajari untuk mengubah berbagai respon untuk anak-anak mereka sehingga perilaku prososial dan bukannya perilaku antisosial yang dihargai secara konsisten. Para orang tua diajarkan untuk menggunakan teknik-teknik seperti penguatan positif bila si anak menunjukkan perilaku positif dan pemberian jeda serta hilangnya perilaku istimewa bila ia berperilaku agresif atau antisosial. Pmp terbukti mengubah interaksi orang tua-anak, yang pada akhirnya berhubungan dengan berkurangnya perilaku antisosial dan agresif (Dishion & Andrews, 1995; Dishion, Patterson & kavenagh, 1992). PMP juga terbukti memperbaiki perilaku
8
para saudara kandung dan mengurangi depresi pada para ibu yang mengikuti program tersebut (Kazdin,1985). 2.
Penanganan multisistemik (PMS), Henggeler menujukkan keberhasilan dalam hal mengurangi tingkat
penangkapan karena tindak kriminal dalam empat tahun setelah penanganan (Borduin dkk, 1995). Intervensi ini memandang masalah tingkah laku sebagai suatu hal yang dipengaruhi oleh berbagai konteks dalam keluarga dan antara keluarga dan berbagai sistem sosial lainnya. Teknik yang dipergunakan variasai meliputi teknik perilaku kognitif, system keluarga, dan manajemen kasus. Keunikan dari terapi ini terletak pada penekanan kekuatan individu dan keluarga, mengidenikasikan konteks bagi masalah-masalah tingkah laku, yang berfokus pada masa kini dan berorientasi pada tindakan, dan menggunakan intervensi yang membutuhkan upaya harian atau mingguan oleh para anggota. 3.
Pendekatan kognitif, Terapi dengan intervensi bagi orang tua dan keluarga merupakan komponen
keberhasilan yang penting, tetapi penangana semacam itu banyak memakan biaya dan waktu. Oleh kerena itu, penanganan dengan terapi kognitif individual bagi anak-anak yang mengalami gangguan tingkah laku dapat mempaerbaiki tingkah laku
mereka,
meski
tanpa
melibatkan
keluarga.
Contoh:
mengajarkan
keterampilan kognitif pada anak-anak untuk mengendalikan kemarahan mereka menunjukan manfaat yang nyata dalam membantu mereks mengurangi perilaku agresif. Mereka belajar untuk bertahan dari serangan verbal tanapa merespon secara agresif dengan menguanakan teknik pengalihan seperti bersenandung, mengatakan hal-hal yang menyenangkan pada diri sendiri, atau beranjak pergi. Strategi lain dengan mengajarkan keterampilan moral kepada berbagai kelompok remaja yang mengalami ganguan perilaku.
9
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ada dua klasifikasi gangguan, yaitu : 1. Gangguan Perkembangan Pervasif a. Autisme b. Retardasi Mental 2. Gangguan perkembangan spesifik a. Gangguan belajar b. Gangguan Komunikasi c. Gangguan pada kemampuan berbicara lancer dengan waktu yang tepat d. Kecemasan dan Depresi e. Gangguan Eliminisi
10
DAFTAR PUSTAKA
11