FOTOMETRI I. TUJUAN
1) Memahami dan mempelajari peralatan filter fotometer sinar tampak (visible). 2) Mempelajari hubungan sifat serapan variasi konsentrasi komponen pada beberapa jenis sinar monokromatis tertentu. 3+
3) Menentukan konsentrasi Fe dalam larutan/cuplikan tugas.
II. TEORI
Fotometri ialah sains pengukuran cahaya, yaitu dari segi kecerahan yang diserap oleh mata manusia. Ini berlainan dengan radiometri, radiometri, yaitu sains pengukuran cahaya dari segi kuasa mutlak. Fotometri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada pengukuran besaran serapan sinar monokromatis tertentu oleh suatu lajur larutan dengan menggunakan detektor fotosel dimana dimana besaran ini merupakan merupakan fungsi dari kandungan komponen tertentu. Maksud kata tertentu pada defenisi diatas adalah digunakan untuk menentukan zat atau senyawa yang diinginkan. Pada detector fotosel, energi sinar yang ditangkap di ubah menjadi energi listrik yang sebanding. sebandin g. Berikut ini bagan dasar fotometri:
Peralatan fotometer dapat dibagi atas : 1. Berdasarkan jenis monokromatornya a) Filter fotometer, pada sistem ini dimungkinkan pengukuran besaran penyerapan sinar monokromatis tertentu dengan menggunakan monokromator berupa filter
cahaya dimana untuk setiap jenis sinar monokromatis dibutuhkan filter yang berbeda pula. Dengan kata lain, petunjuk pada filterfotometer adalah “ganti filter”. b) Spektrofotometer, pada peralatan ini memungkinkan pengukuran penyerapan sinar pada variasi panjang gelombang / sinar monokromatis dengan menggunakan
sistem
kisi
difraksi
ataupun
sistem
prisma
sebagai
monokromatornya. Dengan sistem ini dihasilkan kurva spektrofotometris suatu senyawa / larutan. Pada spektro ini pemilihan sinar monokromatisnya dinyatakan dalam nilai panjang gelombangnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar tombol set lamda dan nilainya dapat dibaca pada skala lamda peralatan ini. Keyword pada spektrrofotometer adalah “set lamda”. 2. Berdasarkan berkas sinarnya a) Fotometer sinar tunggal b) Fotometer sinar rangkap Keunggulan sinar rangkap dibandingkan sinar tunggal adalah: a) Sinar rangkap lebih stabil atau tidak terpengaruh oleh adanya fluktuasi dari sumber cahaya. b) Dengan sinar rangkap memungkinkan serapan sinar latar belakang yang terdapat pada sampel. c) Pada sinar rangkap cukup 1 kali set, maka sinar gelombang sudah bisa untuk uji sampel selanjutnya pada beragam panjang gelombang. 3. Berdasarkan panjang gelombang yang digunakan a) Fotometer sinar tampak / visible (400 – (400 – 750 750 nm) b) Fotometer sinar UV (200 – (200 – 400 400 nm) c) Fotometer sinar IR (750 – (750 – 1000 1000 nm) Filter fotometer sinar tunggal (ffst), dimana monokromatornya adalah sebuah filter yang dapat meneruskan sinar pada jenis warna sinar yang tertentu yang berupa sinar monokromatis. Sinar monokromatis yang dihasilkan diteruskan pada cuvet yang
berisi larutan berwarna sehingga akan terjadi penyerapan sebagian sinar dan ada sebagian lagi sinar ditransmisikan. Sinar yang ditransmisikanakan dirubah oleh detektor menjadi energi listrik yang sebanding. Besarnya energi listrik yang dihasilkan dapat terbaca pada sistem indikator dengan bentuk transmitan (0 – 100%). Warna cahaya yang diserap oleh suatu larutan warna komplemen yang dimiliki larutan berwarna merah, maka larutan akan menyerap warna komplemen dari merah yaitu hijau kebiru-biruan dan warna merah akan diteruskannya. Untuk itu filter yang akan digunakan adalah filter yang berwarna hijau kebiru-biruan. Bila tersedia beberapa buah filter dengan corak warna yang hampir sama. Maka dipilih filter yang menghasilkan pembacaan absorban maksimum atau pembacaan transmitan yang minimum. Jadi panjang gelombang yang dipakai untuk penentuan kuantitatif digunakan panjang gelombang yang menghasilkan serapan maksimum. Fotometer dapat dipergunakan untuk keperluan mengukur cahaya dalam arti yang seluas-luasnya. Cahaya yang dapat diukur bisa berupa cahaya yang berasal dari flouresensi, cahaya difus, cahaya transmisi dan lain-lain. Konstruksi sebuah fotometer tidak berbeda banyak dengan konstruksi sebuah kolorimeter. Salah satu penggunaan filter fotometer adalah untuk menetukan kadar suatu zat atau ion dalam larutan. Dimana absorban merupakan hubungan linear antara absorbansi dengan konsentrasi zat yang diserap (fungsi dari konsentrasi). Penentuan kadar ini didasarkan pada hukum Lambert Beer yaitu : A = - log T = a b c Dimana : A = absorban a = koefisien absorbsi b = tebal kuvet c = konsentrasi (gr/L) Terjadinya penyimpangan dari hukum Lamber-Beer disebabkan karena : a) pengaruh pH b) pengaruh suhu c) pengaruh penambahan reagen d) celah detektor
e) interaksi kimia antara larutan dengan lingkungan atau dengan pelarut Untuk penentuan kurva kalibrasi standar digunakan persamaan regresi yaitu: Y = A + BX Untuk menghasilkan analisa secara fotometri sinar tampak ada tiga hal yang harus ditempuh : 1. Pembentukan warna larutan 2. Pemilihan panjang gelombang 3. Membuat kurva kalibrasi standar (KKS) Komponen-komponen peralatan fotometris adalah : 1. Sumber cahaya Syarat-syarat dari suatu sumber cahaya adalah : a) Memancarkan berkas sinar dengan intensitas Po yang besar b) Menghasilkan sinar yang kontinu c) Intensitas cahaya yang diberikan harus stabil Yang bisa bertindak sebagai sumber cahaya antara lain adalah : a) Lampu pijar (untuk daerah sinar tampak) b) Lampu busur (untuk daerah sinar tampak) c) Lampu flouresen (untuk daerah UV) d) Nerst glower dan globar (untuk daerah IR) 2. Pengatur Intensitas (PI) Digunakan untuk mengatur intensitas yang dihasilkan dari sumber cahaya agar sinar yang masuk tetap konstan dan sesuai dengan kebutuhan alat. Pengatur intensitas dapat berupa : a) Diafragma Intensitas terbesar jika diafragma membesar b) Mengatur posisi sudut berkas sinar yang datang c) Tahanan potensiometri d) Tekanan geser
3. Monokromator Digunakan untuk merubah sinar policromatis menjadi sinar monokromatis. 4. Cuvet Adalah benda transparan dan punya ketebalan tertentu. Berfungsi sebagai wadah atau tempat. Dapat berbentuk Recta Anguler (penampang bujur sangkar) dan penampang silinder. Cuvet berdasarkan bahannya, dapat dibagi menurut panjang gelombang: ~ sinar tampak
: cuvet terbuat dari kaca atau plastic tak berwarna
~ sinar UV
: cuvet terbuat dari kuarsa
~ sinar Infra Red
: cuvet terbuat dari Kristal NaCl.
5. Detektor Detektor berfungsi sebagai mengubah energi cahaya menjadi energi listrik. Energy listrik yang dihasilkan sebanding dengan sinar yang ditransmisikan. Dengan kata lain, detector mendeteksi transmitan lalu diteruskan secara sempurna. Contoh detektor : a) Barrier layer cell (BLC) b) Foto emisi c) Foto konduktif d) Viclicon 6. Indikator Bisa berupa : a. Milivolmeter b. Osiloskop Jenis indikator harus dicocokkan dengan detektor yang digunakan. Jika antara indikator dan detektor tidak sesuai maka ditempatkan suatu alat yang dapat menyesuaikannya misalnya amplifier. Pada percobaan ini dipakai fotometer sinar tampak (visible) untuk penentuan +3
komponen berupa ion Fe dengan reagen pengomplek asam salisilat.
Fotometer memiliki beberapa keunggulan : a) dapat mengukur intensitas sinar yang kokoh b) harganya relatif murah c) tidak membutuhkan arus listrik d) detektor lebih mudah membedakan warna e) dapat memilih panjang gelombang Namun fotometer memiliki kelemahan yaitu karena tidak meng gunakan penguat arus, intensitas cahaya yang terukur hanya yang tinggi saja. Filter yang digunakan memiliki fungsi : a) memilih salah satu panjang gelombang yang diinginkan b) memperoleh analisa dengan kepekaan yang tinggi c) mengurangi gangguan zat lain guna mendapatkan keselektifan yang baik d) memenuhi hukum Lamber-Beer
III. PROSEDUR PERCOBAAN 3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat 1) Peralatan filter fotometer
: untuk mengukur serapan dari larutan
2) Labu ukur 100 mL dan 25 mL
: untuk melarutkan deretan standar
3) Pipet gondok 5 mL
: untuk memipet larutan
4) Buret 25 mL
: untuk mengambil larutan secara teliti
5) Kuvet
: untuk wadah larutan yang akan diukur
3.1.2
Bahan +3
1) Larutan standar Fe
500 ppm
: sebagai larutan induk
2) Asam salisilat 1%
: sebagai pengompleks
3) Asam asetat 0,1 M
: sebagai pengompleks
4) Aquadest
: untuk melarutkan
3.2 Cara kerja
A. Pembuatan larutan standar +3
3+
1. Dibuat larutan Fe 25 ppm pada labu ukur 100 mL dari larutan induk Fe 500 ppm, dipindahkan kedalam buret. 2. Dibuat deretan standar dengan variasi 0; 0,5; 1,0; 2,0; 4,0; 7,0; dan 10 mL ke dalam labu ukur 25 mL. 3. Ditambahkan 2 mL asam salisilat dan 5 mL asam asetat 0,1 N ke masingmasing larutan standar, lalu diencerkan tepat tanda batas dengan asam asetat 0,1 N. Sehingga didapatkan deretan standart 0 ; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 ; 7,0 ; 10,0 ppm +3
Fe . 4. Diminta larutan tugas pada asisten, dengan menggunakan labu ukur 25 mL yang diberi identitas masing-masing praktikan, dan diperlakukan yang sama dengan larutan standar. B. Pemakaian alat Filter Fotometer 1. Tombol PI diminimumkan. alat dihubungkan dengan arus listrik. 2. Alat di “ON” kan dan dibiarkan stabil kurang lebih 5 menit. 3. Monokromator/filter diset pada panjang gelombang pertama/filter yang ditugaskan. 4. Blanko dimasukkan pada posisi bulatan putih, C1 pada posisi merah, lalu tutup. 5. Dipilih mode T, dan posisi cuvet pada putih/blanko. 6.
Diatur
tombol PI/tombol fine sedemikian rupa sehingga didapatkan
penunjukan indikator tepat pada angka 100% T, maka alat telah diset. angka 100% T. Maka alat sudah set. 7. Cuvet dipindahkan pada posisi merah. Indikator akan segera menunjukkan nilai transmitannya, dibaca dan dicatat nilainya. 8. Diganti C1 dengan C2, hal yang sama dilakukan kembali. Dilanjutkan untuk pengukuran deretan standart lainnya.
9. Kini diganti filter kedua yang ditugaskan. Standarisasi alat dilakukan dengan blanko, kemudian diukur pula seluruh deretan standart lainnya. 10. Hal yang sama dilakukan pengukuran terhadap jenis sinar monokromatis ketiga yang ditugaskan. (untuk setiap penggantian jenis sinar monokromatis/filter yang digunakan, alat harus diset ulang dengan menggunakan blanko). 11. Pengukuran larutan tugas dilakukan pada satu panjang gelombang dimana serapannya maksimum. 12. Bila telah selesai, tombol PI diminumkan. Alat fotometer dimatikan. 13. Seluruh
data
transmitan
dikonversikan
menjadi
absorban
dengan
menggunakan scientific calculator atau daftar logaritma, lalu dibuat kurva kalibrasi standart ketiga panjang gelombang ini. 14. Kurva kalibrasi standart pada lamda serapan maksimum ini digunakan untuk penentuan kadar Cx, atau dengan menggunakan persamaan regresi linear yang didapat. 15. Bila telah selesai, semua tombol diminimumkan, di “OFF” kan dan diputuskan arus listrik.
3.3 Skema Kerja A. Pembuatan larutan standar
3+
Larutan induk Fe
500 ppm 3+
-
Dibuat larutan Fe
25 ppm, dalam labu ukur 100 mL
-
Dipindahkan kedalam buret
- Disiapkan deretan standar dengan variasi 0; 0,5 ; 1,0 ; 2,0 ; 4,0 7,0; dan 10 mL dalam labu ukur 25 ml. - Ditambah 2 mL asam salisilat 1% dan 5 mL asam asetat 0,1 N pada masing-masing variasi - Diencerkan
Larutan tugas - Diminta pada asisten dengan menggunakan labu ukur 25 mL - Diperlakukan seperti deretan standar
- Disiapkan dan diencerkan larutan tugas dalam labu ukur 25 mL. - Dilkukan pengukuran panjang gelombang Hasil
B. Pemakaian alat Filter Fotometer Sinar Tunggal
Alat filter fotometer sinar - Diminimumkan tombol PI - Dihubugkan dengan arus listtrik - Di “ON” kan alat dan dibiarkan stabil ± 5 menit - Diset monokromator/filter pada panjang gelombang pertama/jenis filter yang ditugaskan - Blanko dimasukkan pada posisi bulatan putih, dan C1 pada posisi merah lalu ditutup - Dipilih Mode Transmitan dan posisi cuvet pada putih / blanko - Diatur tombol PI/tombol fine pada skala 100% T - Dipindahkan cuvet pada posisi merahdan dibaca dan dicatat nilai transmitannya - Diakukan untuk seluruh larutan standar - Dilakukan hal yang sama terhadap dua panjang gelombang yang lain - Dilakukan pengukuran larutan tugas pada satu panjang gelombang dimana serapannya maksimum - Bila telah selesai Diminimumkan tombol PI. Dimatikan / off kan alat fotometer - Dikonversi seluruh data Transmitan menjadi nilai adsorban dan dibuat kurva kalibrasinya - Ditentukan nilai Cx dari larutan tugas Hasil
3.4 Skema Alat
3.5 Gambar alat
fotometri
DAFTAR PUSTAKA
Kennedy, John. 1986. ANALYTICAL CHEMISTRY PRINCIPLE. Harcount Grace Javanovich Publisher : New York.
Underwood, A.L. dan R.A. Day. 1999. ANALISA KIMIA KUANTITATIF. Edisi ke5. Erlangga : Jakarta.
Vogel. 1994.
KIMIA ANALISIS KUANTITATIF ANORGANIK. Edisi ke-4.
Penerbit EGC : Jakarta.
Utama, Judhistira Aria. 2005. FOTOMETRI GUGUS DENGAN METODE APERTUDE
PHOTOMETRY.
Laboratorium Bumi Antariksa
Universitas
Pendidikan
Indonesia
:
IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Perhitungan 3+
A. Pembuatan Larutan Standart Fe 25 ppm V1 . N1 V1
.
= V2
.
N2
500 ppm = 100 ml . 25 ppm V1
= 5 ml
B. Pembuatan Variasi Larutan Standard a. Blanko (0 ml ) V1 . N1
= V2
0 ml
25 ppm
= 25 ml . N2
N2
= 0 ppm
.
.
N2
b. Larutan (0,5 ml ) V1 . N1 0,5 ml
.
= V2
.
N2
25 ppm = 25 ml . N2
N2
= 0,5 ppm
c. Larutan ( 1 ml ) V1 . N1
= V2
1 ml
25 ppm
= 25 ml . N2
N2
= 1 ppm
.
.
N2
d. Larutan ( 2 ml ) V1 . N1 2 ml
.
= V2
.
N2
25 ppm = 25 ml . N2 N2
= 2 ppm
e. Larutan ( 4 ml ) V1 . N1 4 ml
.
= V2
.
N2
25 ppm = 25 ml . N2 N2
= 4 ppm
f. Larutan ( 7 ml ) V1 . N1 7 ml
= V2
.
N2
25 ppm = 25 ml . N2
.
N2
= 7 ppm
g. Larutan ( 10 ml ) V1 . N1 10 ml
.
= V2
.
N2
25 ppm = 25 ml . N2
N2
= 10 ppm
C. Data Transmitran ( T ) % Dari Berbagi λ %T Konsentrasi
λ = 490 nm
λ = 520 nm
λ = 550 nm
0
100
100
100
0,5
102
117
95
1
100
121
97
2
105
122
96
4
100
117
93
7
105
106
83
10
99
96
82
D. Data absorban A Konsentrasi λ = 490 nm
λ = 520 nm
λ = 550 nm
0
0,0000
0,0000
0,0000
0,5
-0,0086
-0,0682
0,0223
1
0,0000
-0,0828
0,0132
2
-0,0212
-0,0864
0,0177
4
0,0000
-0,0682
0,0315
7
-0,0212
-0,0253
0,0809
10
0,0044
0,0177
0,0862
E. Regresi a. Untuk panjang gelombang 490 nm x
y
xy
x²
0
0,0000
0,0000
0
0.5
-0,0086
-0,0043
0,25
1
0,0000
0,0000
1
2
-0,0212
-0,0424
4
4
0,0000
0,0000
16
7
-0,0212
-0,1484
49
10
0,0044
0,0440
100
x = 24,5
y = -0,0466
xy = -0,1511
x² = 170,25
̅ = 3,5
B
y ̅ = -0,0066
=
=
n y - .y n . 2 – 2 7 (-0,5)- 24,5 -0,0466 7 70,25 - 24,5
= 0.00014 A
= y ̅ - B̅ = -0,0066 – (0,00014 × 3,5 ) = -0,00709
y
= A + Bx = -0,00709 + 0,00014 x
b. Untuk panjang gelombang 520 nm x y xy
x²
0
0,0000
0,0000
0
0.5
-0,0682
-0,0341
0,25
1
-0,0828
-0,0828
1
2
-0,0864
-0,1728
4
4
-0,0682
-0,2728
16
7
-0,0253
-0,1771
49
10
0,0177
0,1770
100
x = 24,5 ̅ = 3,5
y = -0,3132 y ̅ = -0,0447
xy = -0,5626
x² = 170,25
B
=
=
n y - .y n . 2 – 2 7 (-0,5626) - 24,5 -0,2 7 70,25 - 24,5
= 0,00631
= y ̅ - B̅
A
= -0,0447 – (0,00631 × 3,5 ) = -0.06678 y
= A + Bx = -0,06678 + 0,00631 x
c. Untuk panjang gelombang 550 nm x
y
xy
x²
0
0,0000
0,0000
0
0.5
0,0223
0,0112
0,25
1
0,0132
0,0132
1
2
0,0177
0,0354
4
4
0,0315
0,1260
16
7
0,0809
0,5663
49
10
0,0862
0,8620
100
x = 24,5 ̅ = 3,5
y = 0,2518 y ̅ = 0,0360
xy = 1,6141
x² = 170,25
B
=
=
n y - .y n . 2 – 2 7 ,64 - 24,5 0,258 7 70,25 - 24,5
= 0,00867 A
= y ̅ - B̅ = 0,0360 – (0,00867× 3,5 )
= 0,00565
y
= A + Bx = 0,00565 + 0,00867 x
F. Menentukan konsentrasi larutan tugas a. Adsorban tertinggi pada panjang gelombang 550 nm Panjang Gelombang (λ )
%T
Adsorban (-log T)
550
92
0,0362
Persamaan regresi pada panjang gelombang 550 nm y = 0.00565 + 0.00867 x 0,0362 = 0,00565 + 0,00867 x x = 3,5236
b. Menentukan volume larutan tugas Konsentrasi sampel A percobaan 3,5236 ppm Volume sampel percobaan V1
.
N1
=
V1
. 25 ppm V1
V2
.
N2
= 25 mL . 3,5236 ppm = 3,5236 mL
V teori = 5 mL % Kesalahan =
=
percobaan – teori teori ,526 m - 5 m 5 m
= 29,528 %
× 100 %
× 100 %
4.2 Grafik 1.
λ 490 nm
Grafik Konsentrasi Vs Absorban 0.01 0.005 0 0
n a b-0.005 r o s b -0.01 A
5 10 y = 0.0001x - 0.0072 R² = 0.0025
15 Series1 Linear (Series1)
-0.015 -0.02 -0.025
2.
Konsentrasi
λ 520 nm
Grafik Konsentrasi Vs Absorban 0.04 0.02 0 n a b-0.02 r o s b-0.04 A
0
y = 0.0063x - 0.0668 R²5 = 0.319 10
Series1 Linear (Series1)
-0.06 -0.08 -0.1
15
Konsentrasi
3.
λ 550 nm
Grafik Konsentrasi Vs Absorban 0.1 0.09 0.08 0.07 n a0.06 b r 0.05 o s b0.04 A 0.03 0.02 0.01 0
y = 0.0087x + 0.0056 R² = 0.9216
Series1 Linear (Series1)
0
5
10 Konsentrasi
15
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan mengenai fotometri. Dengan prinsip pengukuran besar serapan sinar monokromatis dengan menggunakan fotosel sebagai detektornya. Dimana bahan yang digunakan adalah larutan +3
standar Fe 500 ppm sebagai larutan induk, Asam salisilat 1% sebagai pengompleks dan Aquades untuk melarutkan sampel. Pengukuran serapan pada praktikum ini dilakukan pada tiga panjang gelombang berbeda, yaitu 490 nm, 520 nm dan 550 nm. Adapun besaran yang diukur adalah %T dengan menggunakan alat fotometer. Dari tiap-tiap nilai %T yang didapatkan maka nilainya akan dikonversikan kedalam nilai adsorban dengan menggunakan rumus persamaan Lambert-Beer yaitu A= -logT. Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa Nilai absorban dan transmitan memliki hubungan berbanding terbalik, dimana semakin besar transmitan maka nilai absorbannya akan semakin kecil. Hal ini dapat terlihat dari hasil praktikum dimana semakin besar transmitannya maka nilai absorbannya semakin kecil. Sampel larutan dibagi menjadi tujuh bagian yang berbeda dengan konsentrasi yang berbeda pula. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap daya serap suatu larutan terhadap sinar monokromatis. Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa larutan dengan konsentrasi tinggi memiliki nilai transmitan yang kecil dan nilai absorban yang besar. Sedangkan untuk larutan yang lebih encer, memiliki nilai transmitan besar dengan nilai absorban kecil. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa larutan yang pekat akan lebih banyak menyerap sinar monokromatis. Syarat sampel yang digunakan dalam praktikum ini merupakan suatu sampel yang bewarna, sehingga apabila larutan tersebut merupakan larutan bening, maka kita dapat menambahkan reagen pewarna agar larutan tersebut dapat dianalisa dengan fotometri.
Pada masing-masing panjang gelombang, suatu larutan
memiliki serapan maksimumnya. Serapan maksimum larutan tugas yang
diberikan terjadi pada panjang gelombang 550 nm dengan transmitan 82 % dan absorban 0.0362. sehingga dari percobaan ini dapat diperoleh persamaan regresi dari panjang gelombang, yaitu: Regresi untuk panjang gelombang 490 nm: y = -0.0072 + 0.0001 x Regresi untuk panjang gelombang 520 nm: y = -0.0668 + 0.0063 x Regresi untuk panjang gelombang 550 nm: y = 0.0056 + 0.0087 x Kosentrasi larutan sampel Cx yang didapatkan adalah 3,5236 ppm. Persentase kesalahan dari praktikum ini adalah sebesar 29,528 %. Persentase kesalahan ini cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan karena tidak telitinya pada saat melakukan pengenceran dan pengukuran nilai transmitan larutan standar serta kurang telitinya dalam melakukan percobaan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Prinsip dasar dari praktikum ini adalah pengukuran besar serapan cahaya monokromatis dengan menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Syarat larutan yang dapat dianalisa dengan metoda ini adalah larutan yang berwarna. Jika sampel berupa larutan bening, maka dapat ditambahkan reagen pewarna.
Nilai transmitan berbanding terbalik dengan absorban Persamaan Regresi
untuk panjang gelombang 490 nm: y = -0.0072 + 0.0001 x
untuk panjang gelombang 520 nm: y = -0.0668 + 0.0063 x
untuk panjang gelombang 550 nm: y = 0.0056 + 0.0087 x
Nilai Cx larutan tugas adalah 3,5236 ppm. Persen kesalahan pada praktikum ini adalah 29,528 %.
5.2 Saran
Agar praktikum selanjutnya berjalan lebih baik lagi dan memberikan hasil yang memuaskan, disarankan kepada praktikan selanjutnya untuk : 1. Memahami prosedur kerja dengan baik 2. Hati-hati dalam membuat larutan dan dalam melakukan pengenceran, karna dapat mempengaruhi hasil akhir praktikum. 3. Pastikan kuvet kering dan bersih ketika menggunakan fotometer
ANALISA JURNAL FOTOMETRI GUGUS DENGAN METODE APHERTURE PHOTOMETRI 1. SKEMA KERJA Chart pembanding Didapatkan dengan bintang-bintang standar pada gugus M67 Diketahui data-data untuk bintang-bintang standar seperti warna bakunya dan mangnitudo semunya Bintang-bintang standar Ditentukan mangnitudo semunya dan warna bekunya Digunakan metode fotometri bukan dengan perangkat lunak pengolah data IRIS Digunakan citra pada perangkat dengan panjang gelombang B dan V Disusun transformasi mangnitudo dan transformasi warna pada instrumen Ditetapkan persamaan transformasi diatas pada sejumlah bintang standar Hasil
2. ANALISA METODE YANG DDIGUNAKAN Metode yang digunakan pada jurnal ini adalah metode fotometri bukaan (aperture photometry) dan melibatkan persamaan transformasi magnitudo dan warna, yang akan dibangun sistem persamaan linear yang dipecahkan dengan teknik regresi linear multivariat untuk menentukan koefisien koreksi titik nol , koefisien ekstingsi atmosfer , dan koefisien transformasi warna. Ketiga koefisien yang diperoleh digunakan dalam proses transformasi magnitudo dan warna instrumen menjadi magnitudo dan warna baku untuk bintang-bintang bukan standar di dalam gugus bersangkutan.
Metode fotometri bukaan merupakan metode yang sederhana namun cukuphandal dalam pekerjaan fotometri absolut yang berkenaan dengan penentuan magnitudo dan warna bintang, utamanya untuk medan yang tidak terlalu rapat. Sementara bila medan cukup rapat, penggunaan cincin atau lingkaran digital yang hanya melingkupi satu bintang target akan sulit dicapai. Untuk itu perlu digunakan metode lain, yang dikenal sebagai metode Point Spread Function (PSF) yang bertujuan untuk memperoleh fungsi profil citra bintang yang dapat berlaku secara umum.
3. ANALISA HASIL YANG DIDAPATKAN Perhitungan yang dilakukan dalam pekerjaan ini menunjukkan hasil yang relatif baik, dimana ditunjukkan oleh dekatnya nilai data hasil perhitungan terhadap nilai yang diacu dalam katalog. Sebaran data pada plot magnitudo hasil perhitungan terhadap magnitudo baku menunjukkan linearitas yang baik, kecenderungan yang juga ditunjukkan pada plot warna hasil perhitungan terhadap warna baku .
4. KELEBIHAN JURNAL Jurnal ini telah melakukan perhitungan dengan baik dan dengan teori yang benar dalam melakukan percobaannya. Dalam percobaan ini, plot magnitudo hasil perhitungan terhadap magnitudo baku menunjukkan linearitas yang baik, kecenderungan yang juga ditunjukkan pada plot warna hasil perhitungan terhadap warna baku. Karenanya, penulis dapat berkeyakinan bahwa kedua persamaan transformasi yang diperoleh dapat mereproduksi harga-harga dalam katalog.