1. Bab I Bab I Pendahuluan
Tingginya tingkat kriminalitas saat ini menyebabkan tingginya permintaan visum. Hal ini menjadi perhatian kita sebagai dokter umum karena walaupun permintaan visum biasanya diajukan kepada rumah sakit besar baik umum maupun swasta, tidak menutup kemungkinan permintaan visum diajukan kepada kita sebagai dokter umum pada saat kita melakukan tugas PTT di suatu daerah. Untuk itu sebagai dokter umum kita wajib dapat melakukan visum dan membuat laporannya melalui Visum et Repertum. Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam” yang terdiri antara lain atas : 1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan. 2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan. 3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian. 4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal dari tempat kejadian. 5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri. (10)
1
Bila ”saksi diam” tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensik sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup3. Oleh sebab itu, pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan laboratorium sederhana menjadi sangat dibutuhkan keberadaannya. Dalam membantu kita sebagai si pembuat visum untuk memperjelas suatu kasus kejadian kejahatan, karena dengan mengetahui secara pasti pemeriksaan penunjang laboratorium sederhana apa saja yang dapat dilakukan dalam kasuskasus tertentu, apa yang kita lakukan menjadi tepat guna. Sehingga dapat membantu terungkapnya kebenaran yang sesungguhnya akan suatu kasus kejadian kejahatan seperti moto yang berlaku dalam forensik bahwa ”melalui visum, barang/ benda yang tidak bernyawa dan tidak bergerak dapat dibuat berbicara oleh para dokter yang melakukan visum melalui Visum et Repertum 3. Forensik serologi adalah ilmu yang digunakan untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang berbeda ketika darah ditemukan di TKP. Tes pertama yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah sesuatu benar-benar darah, dan kemudian untuk menentukan apakah itu darah manusia. Tes juga dilakukan untuk menentukan golongan darah dan faktor Rh, dan untuk mencari tahu yang antigen dan antibodi yang hadir5. Darah adalah bahan yang paling penting untuk bukti pada peristiwa kriminal dewasa ini. Diantara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu 5.
2
Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP (tempat kejadian perkara) pada obyek-obyek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. 2 Darah sangat penting untuk tersangka maupun korban dari suatu kejahatan. Pewarnaan darah akan dapat menceritakan mengenai posisi dan tindak suatu peristiwa kejahatan/pembunuhan. Siapa yang membunuh dan siapa yang memulai. Pelaku tindak menghilangkan
tanda
bukti
kriminal berusaha menutupi dengan jalan yaitu
dengan
membersihkan
darah
dan
menghilangkan jejak 2. Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil 3. Bercak darah yang terdapat pada objek-objek di sekitar korban sering kali disamarkan oleh pelaku. Objek yang paling sering adalah baju korban,seringkali pelaku kejahatan menghilangkan barang bukti berupa darah tersebut dengan berbagai cara antara lain : membuang baju korban, mencuci baju korban dengan tujuan untuk menghilangkan bercak darah yang ada, sehingga pada saat dilihat tidak akan diketahui adanya darah. 2 Tujuan Umum -
Mengetahui pemeriksaan darah pada serologi forensik.
Tujuan Khusus -
Mengetahui pengertian serologi forensik.
-
Mengetahui komponen darah.
-
Mengetahui berbagai macam golongan darah.
-
Mengetahui pemeriksaan darah untuk kasus kriminal.
3
2. Bab II Bab II Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Serologi Forensik Forensik serologi adalah studi dan pemeriksaan yang bertujuan untuk menganalisis darah dan cairan tubuh dalam berbagai tindak pidana. Ilmu serologi memungkinkan para ilmuwan forensik untuk membedakan cairan tubuh yang ditemui di tempat kejadian dan kemudian melakukan berbagai tes untuk mengidentifikasi darimana cairan ini berasal1. Meskipun analisis DNA dan sidik jari adalah lebih akurat untuk mengidentifikasi seorang individu, namun pemeriksaan serologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah disamping memberikan data akurat5. Terdapat banyak jenis cairan yang dihasilkan dalam tubuh manusia dan tetap ada didalam tubuh pada setiap waktu. Cairan ini sangat berguna untuk membantu ahli forensik dan ahli patologi dalam mengumpulkan bukti, menentukan bagaimana kematian seseorang dapat terjadi, dan dapat juga mengidentifikasi pelaku tindak pidana2.
2.2. Darah Darah adalah cairan serologis yang terdiri dari beberapa jenis sel disuspensikan dalam larutan berair asin yang disebut plasma.(Jika seseorang menganggap bahwa organisme hidup seperti manusia telah berevolusi dari spesies awalnya hidup dan bernapas dalam air laut, maka orang mungkin menduga bahwa larutan garam dari plasma darah adalah cara tubuh internalisasi air laut dan hidup di tanah kering)5. Warna darah berasal dari sel-sel darah merah (RBC) atau eritrosit (partikel berbentuk disk ditampilkan di atas). Sel darah merah membuat sekitar 4
40% dari darah (berdasarkan volume). Hal ini mudah terlihat dalam tes sentrifugal sederhana. Setiap sel darah merah diisi dengan hemoglobin, protein yang membawa oksigen ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan5. Hemoglobin mengangkut oksigen dengan menggunakan heme, sebuah cincin seperti besar molekul yang memiliki pusatnya atom tunggal dari besi (Fe), yang adalah apa yang sebenarnya mengikat oksigen untuk membentuk besi (hydr) kompleks oksida. Properti kimia heme yang memberikan kemampuan ini dalam ikatan kovalen banyak ganda yang membentuk cincin. Ini ikatan ganda dapat digeser ke dalam banyak berbeda "resonansi" konfigurasi.Hal ini memungkinkan untuk oksigen lebih banyak untuk dilakukandibandingkan jika hanya larut dalam darah5. Rata-rata, jumlah darah adalah 8% dari total berat badan dimana 5 sampai 6 liter darah untuk pria dan 4 sampai 5 liter darah untuk wanita. Hilangnya volume darah sebanyak 40% dari berat tubuh akan menyebabkan syok yang bersifat ireversibel dan berujung pada kematian 5. Ada berbagai sel ditemukan dalam darah. Sel darah putih ('berbulu' partikel berbentuk bola yang ditampilkan di atas) misalnya, adalah instrumental dalam sistem kekebalan tubuh dengan memproduksi antibodi untuk membela terhadap perangkat lunak berbahaya pembawa penyakit bakteri, virus, atau jamur.Trombosit adalah fragmen sel darah putih (juga ditampilkan di atas) yang membantu pembekuan darah menjumlahkan dan membentuk serat dalam pembukaan luka yang memerangkap sel-sel darah merah untuk membentuk keropeng5. Dimana seorang ilmuwan (imunolog) tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisis dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang sudah beberapa menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan Antibodi, yang penting untuk pemeriksan forensik. Pada sel darah
5
merah, analis dapat memeriksa suatu substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik 5. Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang serologic forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat untuk memperkirakan hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada kembar identik mungkin mempunyai DNA profil yang sama, tetapi profil antibodinya berbeda 5. 2.2.1. Komponen Darah Darah sedikit bersifat alkali terdiri dari 55% cairan (plasma, serum) dan 40% padat (sel, fibrin). Darah mengandumg sir, sel, enzim protein, dan substansi organic yang bersirkulasi ke seluruh system vaskuler (pembuluh darah), membawa bahan nutrisi, dan menyalurkan oksigen serta bahan sisa untuk dibuang. Cairan darah terdiri dari plasma yang sebagian besar adalah air dan serum yang berwarna kekuningan yang merupakan cairan mengandung zat beku darah. Bahan padatan terdiri dari
sel
darah
merah
dan
sel
darah
putih,
dimana
seorang
ilmuwan/imunolog tertarik untuk mempelajari sel darah putih, sedangkan seorang ahli forensik tertarik pada sel darah merah. Pada serum, seorang analisi dapat membedakan antara darah yang segar dan darah yang beberapa menit kontak dengan udara luar. Dalam serum juga ditemukan antibodi, yang penting untuk pemeriksaan forensik. Pada sel darah merah, analis dapat memeriksa substansi yang terdapat pada permukaan sel yaitu antigen yang sangat penting untuk pemeriksaan forensik 5. 2.2.2. Golongan Darah Pada hukum forensik, darah selalu dijadikan sebagai barang bukti, tetapi kekuatan barang bukti adalah tipe golongan darah individu. Sampai sekarang serologi forensik dapat dijadikan barang bukti yang kuat umtuk memperkirakan hubungan antara orang tertentu dengan orang lain. Bahkan pada orang yang kembar identik mungkin mempunyai DNA profile yang sama tetapi profil antibodinya berbeda5. 6
Tipe golongan darah yang disebut tipe A-B-O, telah ditemukan tahun 1901. Beberapa tahun kemudian pada tahun 1937, reaksi antigenantibodi dalam darah ditemukan, dimana yang sering ditemukan adalah factor ABH, Mn, Rh, dan Gm (diantara lebih dari 100 antigen yang ada). Kebanyakan orang hanya mengenal faktor Rh (rhesus factor), yang secara teknis disebut D-Antigen. Ada lebih dari 256 antigen dan 23 sistem penggolongan darah yang diasarkan pada antigen tersebut. Antigen adalah struktur kimia yang melekat pada permukaan sel darah merah. Sedangkan Antibodi adalah protein yang mengambang pada cairan darah (terutama serum yang berhubungan dengan factor clothing / pembeku darah). Karena suatu individu kadang terkena alergi atau infeksi oleh agen penyakit (TB, smallpox, dan hepatitis), sehingga substansi tersebut aktif melawannya. Prinsip dasar dari serologi adalah setiap ada antigen akan terbentuk Antibodi yang spesifik. Sehingga dengan demikian” semua golongan darah didefinisikan sebagai antigen pada sel darah merahnya dan ada Antibodi terhadap antigen tersebut dalam serumnya”5. Table 1. golongan darah, antigen, dan antibodinya. Golongan
Antigen dalam sel
darah
darah merah
A
A
Anti-B
B
B
Anti-A
AB
AB
Bukan anti-A atau anti –B
O
O
Anti-A atau anti–B
Antibodi dalam serum
Pada table diatas terlihat bahwa darah golongan A akan teraglutinasi oleh serum anti-A, golongan B teraglutinasi serum anti-B, golongan darah AB akan teraglutinasi oleh anti-A dan anti-B. Persentasi jumlah populasi penduduk dunia sangat berpengaruh terhadap ras dan
7
variasi geografis. Secara normal, jumlah persentasi tersebut sebagai berikut5: Table 2. Persentase jumlah penduduk yang mempunyai golongan darah A, B, AB, O O
A
B
AB
43-45%
40-42%
10-12%
3-5%
O+39%
A+35%
B+8%
AB+4%
O-6%
A-5%
B-2%
AB-1%
Diantara ras/suku bangsa golongan A adalah paling banyak ditemukan pada ras kaukasia, golongan B paling banyak pada ras Asia dan Afrika. Tetapi yang paling sering dijadikan pegangan adalah distribusi dari komponen Rhesus (Rh), yang diekspresikan dalam bentuk (+) dan (-) yang ada pada setiap golongan darah dalam bentuk angka 5.
8
3. Bab III Bab III Pembahasan
3.1. Pemeriksaan Darah Darah segar mempunyai nilai yang lebih penting daripada darah kering, karena uji darah segar dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Darah akan mongering setelak kontak dengan udara luar dalam waktu 3-5 menit. Begitu darah mongering maka darah akan berubah warna dari merah menjadai coklat kehitaman. Darah pada kasus kriminal dapat berbentuk genangan darah, tetesan, usapan atau bentuk kerak. Dari genangan darah akan diperoleh nilai yang lebih baik untuk mendapatkan darah segar. Tetesan darah akan dapat diperkirakan jatuhnya darah dari ketinggian seberapa dan sudut seberapa. Ilmu forensic mengenai analisis percikan darah dapat menduga bahwa jatuhnya darah tegak lurus ke lantai dan dalam jarak 0-2 feet akan membentuk percikan bulat dengan pinggir bergerigi. Usapan darah pada lantai atau dinding akan dapat menunjukkan arah usapan, biasanya pada awal usapan adalah bentuk yang besar dan kemudian mengecil pada akhir usapan. Kerak darah yang kering harus diuji dengan tes kristalin untuk menentukan darah tersebut benar darah atau bukan5. Karakteristik utama dari darah ialah hemoglobin, tes-tes yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin merupakan protein yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri atas heme yang mengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akan mempercepat reaksi.
9
Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai katalis1. Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut. Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan 1: a. Bercak tersebut benar darah b. Darah dari manusia atau hewan c. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan diatas, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut 1: 1. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test) 2. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi PadaDarah 3.1.1. Bentuk bercak darah Untuk mengenal dan melakukan interpretasi dari bentuk bercak darah hanya dapat diperoleh dari pengalaman melakukan pemeriksaan yang teliti di tempat kejadian perkara. Dengan mempelajari gambaran dari tetesan, percikan atau hapusan darah pada suatu tempat keterangan yang sangat berharga dapat diperoleh sehubungan dengan sifat-sifat suatu trauma. Pada umumnya kita bedakan 2 bentuk dasar bercak darah 1: •
Bercak darah yang terjadi pada tempat yang berhubungan erat dengan bagian tubuh darimana, darah keluar.
Ini penting untuk pemeriksaan
dactyroscopi, pemeriksaan bekas-bekas tapak kaki (voetpoor) 1. •
Bercak darah yang terjadi setelah darah dari jarak tertentu jatuh pada suatu tempat1.
10
3.1.2. Apakah bercak itu darah? Haemoglobin adalah suatu konjugate protein dan terdiri atas dua baglan: protein molekule ialah globin dan suatu nonprotein molekul ialah hematin yang mengandung besi. Haemoglobin secara hydrolise dengan asam lemah atau alkali dapat diuraikan menjadi kedua bagian tersebut diatas 1. Derivat-derivat haemoglobin yang perlu diketahui : •
Haematin adalah derivat haemoglobin yang terdapat didalam bercak darah yang sudah lama berwarna coklat tak larut dalam air. Dapat dibuat kristal yang dinamakan haemin. Haemin terbentuk karena haemoglobin diuraikan oleh asam lambung 1.
•
Methaernoglobin: mudah larut dalam air, merah coklat terjadi bila darah kena hawa dan sinar dan pada keracunan dengan oxalic acid, aniline, amyl nitrit1.
•
Haemochromgen: reduced alkalin haematin, warna merah, tejadi bila oxy Hb dicampur dengan suatu reducing agent dan alkali. Spectrumnya sangat khas dan adalah terbaik dari semua spectra darah untuk diagnosa1.
•
Haematoporphirin:
tidak larut air. Terjadi bila darah dicampur
dengan asam atau basa kuat. Terdapat dalam bentuk asam dan alkali dengan spectrum yang berlainan. Sangat berguna untuk membuktikan adanya darah dimana bercak-bercak
darah telah
bercampur dengan bahan-bahan lain1. Untuk menentukan apakah suatu noda merupakan bercak darah atau bukan adalah dengan menggunakan tes presumtif. Tes ini memberikan dua hasil pemeriksaan yang berbeda yaitu mengeliminasi substansi yang didapat (bukan darah), memberikan kemungkinan (positif presumtif) dari sampel yang diteskan (mungkin darah). Salah satu adalah dengan menggunakan senyawa yang dapat memberikan efek ketika bersentuhan dengan darah. Hasil ini adalah cara
11
sederhana dan cepat untuk membuktikan bahwa sebenarnya sampel tersebut adalah darah1. Tes presumtif merupakan tes dugaan karena adanya memberikan kemungkinan hasil yang false-positive (pemutih yang bereaksi dengan luminol) atau hasilnya yang terlalu meluas (sampel adalah darah tetapi belum tentu berasal dari manusia). Tes presumtif yang umum dilakukan untuk darah antara lain Phenolphthalein, Luminol, Hemastix, and Leuco-crystal Violet (blood) 4. Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut 4. Prinsip pemeriksaan penyaringan: H2O2 ——> H2O + On Reagen —-> perubahan warna (teroksidasi) Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji-biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna4. Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah 4. Tes ini didasarkan bahwa heme dapat mengkatalisis hidrogen peroksida. Cairan H2O2 direaksikan dengan sampel dan akan terjadi reaksi teroksidasi yang menghasilkan perubahan warna. Penting untuk dicatat bahwa hasil tes yang positif tidak berarti bahwa noda tersebut atau sampel adalah darah, apalagi untuk menentukan dengan pasti sampel adalah darah manusia, karena berbagai enzim dan logam tertentu juga bisa memberikan hasil positif 4.
12
Metode ini didasarkan bahwa heme dari hemoglobin memiliki sifat seperti peroksida yang mengkatalis pemecahan hidrogen peroksida. Zat yang teroksidasi ini dapat bereaksi dengan substrat lainnya yang akan menghasilkan perubahan warna. Substrat yang umum digunakan adalah benzidin dan bahan lainnya seperti tetramethyl-benzidines, orto-tolidine, leukomalachite hijau, leucocrystal ungu dan fenolftalein - yang terakhir ini dikenal sebagai tes KastleMeyer. Reaksi dengan 3-aminophthalhydrazide (Luminol) yang menghasilkan cahaya4. Tes katalitik sangat sensitif (darah dapat dideteksi dengan pengenceran sekitar 1 di 100.000), tetapi terdapat beberapa faktor yang dapat memberikan interpretasi hasil yang salah sehingga tes ini tidak spesifik untuk darah. Zat yang dapat mengganggu hasil yang diinginkan pada tes katalitik termasuk enzim seperti katalase dan peroksidase (dapat ditemukan pada tanaman dan hewan), bahan kimia dan logam yang teroksidasi khususnya tembaga dan besi 4. Ketika hasil diinterpretasikan harus lebih teliti, terutama ketika pengujian dilakukan luar ruangan, di mana banyak jenis bahan tanaman yang dapat ditemukan, atau pengujian di kendaraan, di mana permukaan logam dapat mengganggu4. Prinsip umum adalah bahwa jika tes adalah negatif, darah tidak ada, tapi jika tes ini positif maka sampel kemungkinan adalah darah tetapi tidak pasti. Untuk alasan ini tes sering digambarkan sebagai tes "dugaan" 4. 1. Reaksi Benzidine (Test Adler) Dulu Benzidine test pada forensic banyak dilakukan oleh Adlers (1904).
Tes
Benzidine
atau
Test
Adler
lebih
sering
digunakan
dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya4. Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:
13
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen Benzidin. Hasil: Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring. 2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle – Meyer Test) Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak menggunakan Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan
pada
test
identifikasi
darah.
Konfirmasi
noda
terlihat
menggunakan Kastle-Meyer tes. Di mana reagen mendeteksi berada dalam bergerak bentuk cara melakukannya yaitu dengan menggosok lembut pada noda dan basah. Hasilnya langsung terlihat dari perubahan warna, dari kuning pucat ke biru kehijauan yang intens menunjukkan kemungkinan adanya darah. Tes ini sangat sensitif tetapi karena cara itu sudah diatur tidak mudah dimodifikasi untuk memeriksa untuk gangguan mungkin4. Pada uji Kastle-Meyer yang fenolftalein disimpan dalam larutan basa yang didalamnya terdapat seng, larutan ini tidak berwarna. Oksidasi dengan hemoglobin dan peroksida menyebabkan perubahan warna yang cepat menjadi merah muda terang, Awalnya tes dilakukan dalam satu langkah, tapi banyaknya gangguan potensial dapat dihilangkan dengan melakukan tes dalam dua langkah4. Dalam bentuk asli, sejumlah kecil reagen Kastle-Meyer yang telah dipersiapkan dicampur dengan etanol 95% (volume sama) dan 10% larutan hydrogen peroksida. Noda yang dicuragai darah kemudian digosok dengan sepotong kecil kertas filter dan ditambahkan setetes campuran pereaksi ke kertas. Perubahan warna menjadi merah muda merupakan indikasi dari adanya hemoglobin, yang telah dikatalisis pemecahan
14
hidrogen peroksida. Namun, yang digunakan dalam formulir ini, tes akan memberikan hasil yang tampaknya positif dengan bahan pengoksidasi lainnya. Dalam versi pengujian dua langkah, reagen Kastle-Meyer hanya dicampur dengan etanol 95% (volume sama). Larutan ditambahkan ke noda pada kertas filter. Jika warna pink atau warna merah langsung berubah, yaitu tanpa penambahan hidrogen peroksida 4. Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan reagen fenolftalein. Hasil: Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas saring.
A.
B. Gambar 2. A. Warna pink menunjukkan aktivitas dari hemolisis dan
fenolftalin,menunjukkan hasil positif. B. tidak terdapat darah pada sampel, tidak tampak hemolisis peroksida dan perubahan warna, hasil tes negatif 3.1.3. Deteksi dan identifikasi bercak darah Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen2.
15
Terdapat
empat
jenis
pemeriksaan
yang
dapat
dilakukan
untuk
memastikan bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :
1. Cara kimiawi Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes Takayama 4. a. Test Teichman (Tes kristal haemin) Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk belahbelah ketupat dan berwarna coklat4. Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. Hasil: Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik. (1) Kesulitan : Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel. b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)
16
Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk4. Cara kerja: Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop. Hasil : Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik.
Gambar 10. Tes Takayama positif membentuk Kristal yang dapat dilihatdibawah mikroskop Kelebihan: Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada test Teichmann. Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan bercak tersebut berasal dari darah, yaitu :
17
c. Pemeriksaan Wagenaar Cara pemeriksaan: Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan. Hasil: Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya. 2. Cara serologik Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu2. Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan Antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi2. a. Test Presipitin Cincin Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa 4. Cara pemeriksaan :
18
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan Antibodi akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan 4. Hasil: Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.
b. Reaksi presipitasi dalam agar. Cara pemeriksaan : Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature ruang selama satu malam4.
Hasil : Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi. Pembuatan agar buffer : 1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair. 3. Pemeriksaan Mikroskopik
19
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah. Cara pemeriksaan : Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca penutup, lihat dibawah mikroskop. Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Hasil : Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita. Kelebihan: Dapat terlihatnya sel –sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.
20
Bab IV Kesimpulan Ketika noda merah ditemukan pada tempat kejadian perkara, maka noda tersebut dapat dicurigai sebagai darah dan barang bukti. Untuk membuktikan apakah sampel tersebut adalah darah, maka dapat dilakukan beberapa tes4. Tes-tes yang dilakukan dalam forensik untuk darah berdasarkan keberadaan hemoglobin atau komponen-komponen yang ada di dalamnya. Hemoglobin terdiri atas heme yangmengangkut oksigen dan globin komponen protein. Tes yang dilakukan di forensik untuk identifikasi darah sebenarnya mendeteksi keberadaan dari heme. Digunakan beberapa substansi berwarna tertentu yang bila dicampur dengan peroksida akan merubah warna dasarnya yang disebut oksidasi. Kebanyakan enzim umumnya akanmempercepat reaksi. Enzim adalah katalis yang mempercepat reaksi dan heme berfungsi sebagai katalis. Tes pertama adalah tes presumtif yang bertujuan menyingkirkan substansi lain selain darah, namun tes ini tidak dapat memastikan keberadaan darah. Tes Kastel Meyer merupakan tes presumtif yang paling banyak dilakukan dimana bila hasilnya positif maka akan menghasilkan warna pink. Luminol juga merupakan tes presumtif yang sering digunakan. Terlebih luminol digunakan untuk mendeteksi keberadaan noda darah yang sudah dihapus atau dicuci. Luminisens atau pendaran biru yang akan dihasilkan bila luminol bereaksi dengan hemoglobin dan dapat dilihat bila cahaya lampu dimatikan (ruangan gelap). Bila telah ditetapkan bahwa sampel tersebut mungkin adalah darah, maka pengujian dilanjutkan untuk mengkonfirmasi, apakah darah tersebut berasal dari manusia atau hewan4. Untuk itu dilakukan tes konfirmasi antara lain : tes presipitasi dimana darah dapat diidentifikasi berasal dari manusia melalui reaksi dengan antiserum tertentu untuk komponen darah manusia, RSID-darah yang mendeteksi keberadaan glycophorin A yang khas pada manusia13 ataupun ABAcard yang prinsipnya dimana hemoglobin manusia yang akan bereaksi dengan antibodi monoklonal hemoglobin anti-human14. 21
Penentuan golongan darah dan rhesus dari sampel darah yang telah dikonfirmasi berasal dari manusia, merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan untuk mempersempit pencarian. Bila semua tes diatas telah dilakukan, maka uji DNA merupakan tahap akhir yang lebih spesifik untuk menentukan kepemilikan dari noda darah tersebut.
22
Daftar Pustaka
1. Kusuma, H. M. Soekry Erfan, Prof. Dr. dr. Med. Sp.F(K), DFM; Yudianto, Ahmad, dr. Sp.F, SH, M.kes. 2008. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Darah Dan Golongan Darah. P337 – 348. 2. Budiyanto, Arif, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Idris, Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta : Binarupa Aksara. 4. Rustyadi, Dudut. 2009. Laboratorium Kedokteran Forensik Sederhana. Catatan Kuliah Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI. 5. Darmono.
Serologi
Forensik.
www.geocities.ws/kuliah_farm/farmasi_forensik/Serologi_forensic.doc. Diakses Tanggal 2 November 2011
23