Nama
: Eko Safitri
Nim
: 03031381419144 03031381419144
Shift
: Senin, 13:00-15:00
Kelompok : 1 (Satu) FLOWSHEET PEMBUATAN SABUN DAN PENJELASANNYA
1.1.
Pengertian Sabun
Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH), hasil lain dari reaksi saponifikasi berupa gliserol. Selain C12 dan C 16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Prinsip utama kerja sabun adalah berupa gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi trigliserida dengan NaOH atau KOH yang menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan atau saponifikasi dapat ditulis yaitu sebagai berikut : C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH Trigliserida
Basa Kuat
C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR Gliserol
...(1)
Sabun
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion. 1.2.
Bahan Pembuatan
1.2.1
Bahan Baku (Alkali) Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam industri sabun merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda atau natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak.
Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu. 1.2.2. Bahan Tambahan Bahan Tambahan yang sering digunakan pada proses pembuatan sabun adalah bahan yang digunakan dalam membantu kelancaran suatu proses produksi dan bahan ini termasuk bagian dari produk. Adapun bahan tambahan yang digunakan pada proses pembuatan sabun yaitu, parfum dimana yang berfungsi sebagai pemberi aroma pada sabun, zat pewarna yang berfungsi sebagai pembentuk warna pada sabun, v aselin atau petroleum berfungsi sebagai pelembab pada sabun, dan TCC (Three Chloro Carbon) dan Irgasan yang berfungsi sebagai anti bakteri atau antiseptic pada sabun-sabun kesehatan pada umumnya. 1.2.3. Bahan Pendukung Selain bahan baku tambahan terdapat juga bahan baku pendukung yang digunakan untuk membantu proses penyempurnaan produk sabun hasil dari saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif. NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam ( brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas. Bahan aditif merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam sabun untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen, contohnya builders, fillers inert , pewarna, parfum yang sering di tambahkan ke dalam proses pembuatan sabun atau detergent .
1.2.4. Bahan Penolong Jenis bahan selanjutnya yaitu bahan penolong dimana bahan tersebut merupakan bahan yang digunakan secara tidak langsung dalam produk dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai pelengkap produk. Adapun salah satu contoh yang menjadi bahan penolong/tambahan adalah water (H2O) yang memiliki fungsi sebagai kebutuhan dalam proses untuk pengenceran. 1.3.
Flowsheet Proses Pembuatan Sabun
Dimana fungsi dari alat-alat yang digunakan pada proses pembuatan sabun adalah hidrolizer digunakan sebagai tempat terjadinya reaksi antara asam lemak dengan air. High vacuum still digunakan untuk penampungan bahan dengan tekanan vakum agar diperoleh uap dari bagian top alat. Kondensor digunakan untuk proses pendinginan bahan. Pompa digunakan untuk mengalirkan suatu zat ke dalam wadah tertentu dengan menggunakan tekanan. Steam flash tank digunakan untuk pemanasan dengan tekanan uap yang tinggi. Holding tank digunakan untuk tempat penampungan hasil kondensasi asam lemak yang masih belum murni yang akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan sabun dan detergen. Mixer digunakan sebagai tempat pencampuran dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang homogen. Blender digunakan sebagai tempat untuk memperhalus ukuran partikel agar sesuai dengan yang diinginkan. Dari diagram alir di atas, maka dapat diuraikan reaksi proses dari pembuatan sabun tersebut, yaitu sebagai berikut : (RCOO)3C3H5 + 3H2O
3RCOO.H + C3H5(OH)3
...(2)
Bahan baku berupa trigliserin masuk ke dalam kolom hidrolizer dengan penambahan katalis ZPO, akan terjadi proses hidrolisis dengan ditambahkannya uap air panas yang masuk pada suhu 230-250°C dan tekanan 40-45 atm, sehingga trigliserin terpisah menjadi asam lemak dan triglserin. Asam lemak yang terbentuk lalu dimasukkan ke dalam flash tank agar suhunya turun dan asam lemak yang dihasilkan menjadi lebih pekat, kemudian dimasukkan ke kolom high vacuum still hingga proses destilasi, pada proses ini asam lemak akan menguap sedangkan zat yang tidak diharapkan akan keluar melalui bawah kolom.
Uap asam lemak yang terbentuk kemudian dilewatkan ke dalam cooler sehingga dihasilkan asam lemak yang berbentuk pasta murni lalu produk ini disimpan dalam holding tank . Pada proses pembuatan sabun, bahan baku merupakan lemak yang dipompakan ke dalam mixer , lalu ditambahakn NaOH dan diaduk dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi proses saponifikasi atau penyabunan. Reaksi yang terjadi pada proses tersebut adalah sebagai berikut: R.COO.H +NaOH
RCOO.Na + H2O
...(3)
Lalu dimasukkan ke dalam blender dengan kecepatan rendah agar campuran homogeny, Pada blender terjadi pencampuran dengan bahan-bahan lain yang dibutuhkan, seperti parfum, TCC (Three Chloro Carbon) dan sebagainya. Kemudian produk sabun telah jadi, dan untuk finishing diteruskan dengan dipompa melalui jalur dipanaskan ke bar sabun, untuk sabun batangan maka dengan
menggunakan
tekanan,
sedangkan
untuk
menghasilkan
detergen
menggunakan pengering semprot sehingga diperoleh sabun berupa serbuk atau bubuk ( powder ), dan untuk sabun cair yang dikeluarkan dari bagian bawah alat secara langsung kemudian diikuti dengan operasi pengemasan dan pengepakan. Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu. Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gumpalan yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan dengan garam berkali -kali. Akhirnya endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun tersebut dapat dijual secara langsung tanpa adanya pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang memiliki harga lebih murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci,
sabun cair dan sabun apung (dengan melarutkan udara di dalamnya). Pada proses kontinyu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinyu dari salah satu ujung reaktor yang besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan senyawa alkali untuk menjadi sebuah produk sabun. Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun pada umumnya senyawa basa kuat NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan senyawa basa lemah seperti NH4OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Selain yang dijelaskan di atas terdapat juga proses pembuatan deterjent secara umum yang terdiri atas 3 bagian yaitu spray drying dimana proses ini merupakan proses modern dalam pembuatan deterjent bubuk sintetik dimana dalam spray drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan proses pengeringan. Tahap ke dua adalah proses aglomerasi yaitu proses pembuatan deterjent bubuk sintesis yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran materialmaterial kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat cairan yang kemudian bercampur, yang akan menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung satu sama lain yang membentuk partikel-partikel berukuran besar. Proses aglomerasi disini juga merupakan salah satu proses spray drying dengan dry mixing atau blending yang terdapat pada proses pembuatan detergent . Konsentasi air proses yang digunakan 35-40% dalam crutcher slurry. Selanjutnya yaitu proses dry-mixing dimana material kering (dry material ) yang digunakan untuk membuat deterjent bubuk ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer , pencampuran dilanjutkan selama 1 sampai 2 menit dan ditambahkan slurry selama 3 atau 4 menit. Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer , pencampuran dilanjutkan selama 1 sampai 2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari bubuk yang telah dihasilkan dan telah terbentuk dapat dikemas dengan segera setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.
LAMPIRAN
Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, H.M. 2015. Ekstrak Biji Alpukat Sebagai Pembuatan Deterjen . Jurnal Politeknik. 3(10): 30-42. Febrianti, B. 2015. Flowsheet Pembuatan Sabun. (Online) http://www.distrodoc. com/518388-tiugas-umum. (Diakses pada tanggal 16 Februari 2016). Indah. S., Tuti. 2010. Pembuatan Sabun Padat dan Sabun Cair dari Minyak Jarak . Jurnal Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. 1(17): 28-33. Permono, Ajar. 2007. Membuat Detergent Bubuk . Jakarta: Penebar Swadaya. Rozi, Muhammad. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Transparan Minyak Atsiri Jeruk Nipis Dengan Cocamid Dea Sebagai Surfaktan. Jurnal Teknik Kimia Surakarta. 9(1): 152-160.