Fisiologi Ejakulasi
Ejakulasi adalah ejeksi cairan mani dari meatus uretra yang biasanya menyertai klimaks seksual dan orgasme. Adapun Adapun orgasme ditandai oleh sensasi fisik fis ik dan emosional yang dialami pada puncak seksual. Gairah biasanya timbul setelah stimulasi organ seksual. Untuk memahami proses ejakulasi, penting untuk memahami sistem anatomi panggul, neuroanatomi dari sumsum tulang belakang dan otak yang bertanggung jawab untuk fungsi ejakulasi, serta neurotransmiter yang terlibat dalam fungsi ejakulasi (Sheu et al., !"#$. %roses ejakulasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu emisi dan e&pulsi. Emisi (Seminal emisi)
Emisi adalah proses fisiolo fisiologis gis yang melibat melibatkan kan epididimis epididimis distal, 'as deferen deferens, s, 'esiku 'esikula la seminalis, kelenjar prostat, uretra prostat, dan leher kandung kemih (Gambar. ."$. angkah awal dalam emisi dimulai dengan penutupan leher kandung kemih karena persarafan simpatis dari basis kandung kemih. )indakan ini mencegah aliran ejakulasi berjalan retrograde ke dalam kandung kemih. Setelah leher kandung kemih menutup, prostat mensekresikan cairan yang banyak mengandung asam fosfatase, asam sitrat, dan campuran seng dengan cairan yang kaya spermato*oa dari 'as deferens di uretra pars prostatika. Adapun cairan 'esikula semin sem inali aliss pe penu nuh h de deng ngan an fr fruk ukto tosa sa alk alkali alini ni*e *ess se seba baga gaii pr prod oduk uk fi fina nall eja ejaku kula lasi. si. Se Sebu buah ah komponen minor dari fase emisi juga mencakup ekskresi cairan dari kedua kelenjar +owper dan kelenjar periuretra. Secara total, komposisi ejakulasi terdiri dari cairan prostat ("! dari 'olume$, cairan 'asal ("! dari 'olume$, cairan 'esikula seminalis (-/0! dari 'olume$, dan cairan dari +owper dan kelenjar periuretra (atau kelenjar ittre$ (Sheu et al., !"#$.
Gambar 2.1 struktur anatomi yang berperan pada proses ejakulasi (Sheu et al., 201).
E!pulsi ("ropulsatile e!pultion)
E&pulsi merupakan keluarnya produk/produk emisi dari uretra melalui tindakan yang terkoordinasi antara leher kandung kemih, uretra, dan otot lurik panggul. 1ase e&pulsi mengikuti fase emisi. Semen dikeluarkan melalui uretra sebagai akibat adanya relaksasi sphincter eksternal saluran kemih (dengan leher kandung kemih tertutup$ diikuti oleh kontraksi klonik prostat, otot bulbospongiosus, ischioca'ernosus, le'ator ani, dan otot trans'ersa perineum. Adapun kontraksi berirama berlangsung antara !,2/",! s dengan waktu latency !,- s, dan durasi rata/rata total kontraksi berlangsung #, s (Sheu et al., !"#$.. #euroanatomy dari Ejakulasi
Sistem saraf simpatis, parasimpatis, dan somatik berkontribusi dalam respon ejakulasi. Secara umum, sistem saraf simpatis mengatur emisi, sedangkan sistem saraf somatik berperan pada fase e&pulsi. %eran dari persarafan parasimpatis pada ejakulasi masih belum jelas dijelaskan, meskipun begitu saraf parasimpatis tentu berperan dalam sekresi cairan mani dari sel epitel dan kelenjar seks aksesori selama gairah seksual (Sheu et al., !"#$. Fungsi Sara$ Simpatis
Ejakulasi merupakan puncak dari aksi seksual pria. 3etika rangsangan seksual menjadi amat kuat, pusat refleks medula spinalis mulai melepas impuls simpatis yang meninggalkan medula pada segmen )/" sampai / dan berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan pleksus saraf simpatis pel'is untuk mengawali emisi, awal dari ejakulasi (Guyton,
$.
Emisi dimulai dengan kontraksi 'as deferens dan ampula yang menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. 3emudian, kontraksi otot yang melapisi kelenjar prostat yang diikuti dengan kontraksi 'esikula seminalis akan mengeluarkan cairan prostat dan cairan seminalis ke dalam uretra juga, yang akan mendorong sperma lebih jauh. Semua cairan ini bercampur di uretra interna dengan mukus yang telah disekresi oleh kelenjar bulbouretra untuk membentuk semen. %roses yang berlangsung sampai saat ini disebut emisi (Guyton, $.
%engisian uretra interna dengan semen mengeluarkan sinyal sensoris yang dihantarkan melalui ner'us pudenda ke regio sakral medula spinalis, yang menimbulkan rasa penuh yang mendadak di organ genetalia interna. Selain itu, sinyal sensoris ini lebih jauh lagi membangkitkan kontraksi ritmis dari organ genetalia interna dan menyebabkan kontraksi otot/otot ischioca'ernosa dan bulboka'ernous yang menekan dasar jaringan erektil penis. 3edua pengaruh ini menyebabkan peningkatan tekanan ritmis seperti gelombang di kedua jaringan erektil penis dan di duktus genital serta uretra, yang 4mengejakulasikan5 semen dari uretra ke luar. %roses akhir ini disebut ejakulasi. %ada waktu yang sama, kontraksi berirama dari otot pel'is dan bahkan beberapa otot penyangga tubuh menyebabkan gerakan mendorong dari pel'is dan penis, yang juga membantu mengalirkan semen ke bagian terdalam 'agina dan mungkin bahkan sedikit ke dalam ser'iks uterus (Guyton,
$.
3eseluruhan periode emisi dan ejakulasi in disebut orgasme pria. %ada akhir proses tersebut, gairah seksual pria menghilang hampir sepenuhnya dalam waktu " sampai menit, dan ereksi menghilang, suatu proses yang disebut resolusi (Guyton,
$.
Gambar 2.2 #er%us yang terlibat dalam emisi dan ejakulasi.
Gambar 2.& "erjalanan re$lek untuk ejakulasi dan kontraksi bulboka%ernosa
6aftar pustaka7
Sheu, G., Louis, M.R., and Wayland, H. 2014. Physiology of Ejaculaion. S!"inge" Science#$usiness
Media
%e&
'o"(.
)*aiala+le
a
h!--&&&.s!"inge".co-cda-conen-docuen-cda/do&nloaddocuen-14 304242c1.!df5SGW67800491449190!1:49:4:0.