BAB 2 TI NJ AUAN AUA N PUSTA PUSTAK KA
2.1. .1.
F isiologi isiologi M ata M ata adal adalah ah organ organ fotosen fotosensi siti tiff yang sangat berkembang bang dan rumit, rumit, yang
memungkinkan ungkinkan ana analisis sis cermat cermat dari bentuk, bentuk, intensi ntensitas tas caha cahaya, ya, dan warna yang dipa dipantul ntulkan obj objek. Mata terle rl etak tak dalam dalam struktur bertul bertula ang yang protektif ktif di tengkorak, korak, yaitu yaitu rongga orbita. orbi ta. Setiap Setiap mata terdiri terdiri atas sebuah bola bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan pertahankan bentuknya, bentuknya, suatu sistem si stem lensa untuk memfokuskan bayanga bayangan, selap selapis sel fotosensi otosensiti tiff, dan suatu si sistem stem sel dan dan saraf yang berfungs rf ungsii mengum engumpulkan, pulkan, memproses, dan meneruskan eneruskan inf informa ormasi visua vi sual ke otak (J unqu unque eira, 2007). 2007). Tida Tidak se semua ca cahaya ya yang melew lewati kornea mencapai fot fotoreseptor pe peka cahaya karena adanya iri iris, s, suatu otot polos pol os tipi ti pis s berpigm berpigmen yang yang membentuk bentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. our. L ubang bundar dar di bagi bagian an tengah iris ri s tempat pat masuknya cahaya ke bagi bagian dalammata adal adalah ah pupi pupill. I ris ri s men menga gandun ndung g dua kelom kelompok ja jaringa ri ngan otot pol polos, os, satu satu sirk sirkul uler er dan yang yang la lain radi radial. K arena seratseratserat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berk berkontraksi ontraksi yang terjad rj adii pada pada caha cahaya terang terang untuk mengurangi ngurangi jumlah caha cahaya ya yang masuk ke ke mata. Apa A pabi billa otot radi radiali alis memende endek, k, ukuran pupi pupil meni eningkat yang terjadi terj adi pada cahaya temaram untuk meni meningkatkan ngkatkan jum jumlah cahaya yang masuk asuk (Sherwood, (Sherwood, 2001) 2001). Untuk membawa bawa sumber ber cahaya jau jauh dan dekat terfokus terfokus di retina retina,, harus harus dipe dipergunaka rgunakan n len l ensa sa yang yang leb lebiih kuat untuk sumber sumber dekat. K emampuan menyesuaikan kekuata kekuatan llensa ensa sehingga sehingga baik baik sumber cahaya dekat dekat maupun jauh jauh dapa dapatt di diffokuskan di reti retina na dikena dikenal sebagai agai akomodasi. si. K ekuatan lensa ensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata normal, otot otot sil siliaris aris melem elemas dan dan lens lensa a menda endatar tar untuk pengl pengliihatan hatan jauh, tetapi tetapi otot tersebut berkontraksi rkontraksi untuk mem memungkinkan ungkinkan len lensa sa menj enjadi lebi ebih cembung dan dan lebi ebih kuat kuat untuk untuk pengl pengliihatan dekat. dekat. Serat-serat Serat-serat saraf sim simpati patis s mengi enginduksi nduksi
Universitas Sumatera Utara
relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2001).
2.2.
Proses Visual Mata Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells (Saladin, 2006). J ika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata (Saladin, 2006). Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour (n=1.33), dan lensa (n=1.40). K ornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses perubahan ini terjadi pada retina (Saladin, 2006). Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
Universitas Sumatera Utara
lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel bipolar dan ganglionic (Seeley, 2006). Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri (Seeley, 2006). Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1. J aras Penglihatan (Khurana, 2007)
2.3.
Tajam Penglihatan Tajam penglihatan merupakan padanan dari bahasa inggris "Visual Acuity"
yang didefinisikan sebagai buruk atau jelasnya penglihatan yang bergantung pada tingkat kejelasan upaya pemfokusan di retina. K etajaman penglihatan merupakan
Universitas Sumatera Utara
kemampuan sistem penglihatan untuk membedakan berbagai bentuk (Anderson, 2007). Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat (Riordan-Eva, 2009). Tajam penglihatan dapat dibagi lagi menjadi recognition acuity dan resolution acuity. Recognition acuity adalah tajam penglihatan yang berhubungan dengan detail dari huruf terkecil, angka ataupun bentuk lainnya yang dapat dikenali. Resolution acuity adalah kemampuan mata untuk mengenali dua titik ataupun benda yang mempunyai jarak sebagai dua objek yang terpisah (Leat, 2009).
2.3.1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata. Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang maka tajam penglihatan diukur dengan menentukan kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu. Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau dengan kacamata dan setiap mata diperiksa terpisah (Ilyas, 2009). Mata yang tidak dapat membaca satu huruf pun pada kartu Snellen diuji dengan cara menghitung jari. Jika tidak bisa menghitung jari, mata tersebut mungkin masih dapat mendeteksi tangan yang digerakkan secara vertikal atau horizontal. Tingkat penglihatan yang lebih rendah lagi adalah kesanggupan mempersepsi cahaya. Mata yang tidak dapat mempersepsi cahaya dianggap buta total (Riordan-Eva, 2009). Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti:
Universitas Sumatera Utara
- Bila tajampenglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak enam meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak enam meter. - Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajampenglihatan pasien adalah 6/30. - Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajampenglihatan pasien adalah 6/50. - Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak enam meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter. - Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. J ari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. - Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak tiga meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai dampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter. - Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak satu meter berarti tajampenglihatannya adalah 1/300. - Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. K eadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga. - Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta nol (I lyas, 2009).
Pada Tabel 2.2. dibawah ini terlihat tajam penglihatan yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dalam meter dan kaki (Ilyas, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Nilai Tajam Penglihatan dalam Meter, K aki dan Desimal Snellen (6 meter) 20 kaki Sistem desimal 6/6
20/20
1.0
5/6
20/25
0.8
6/9
20/30
0.7
5/9
15/25
0.6
6/12
20/40
0.5
5/12
20/50
0.4
6/18
20/70
0.3
6/60
20/200
0.1
2.3.2. Uj i L ubang K ecil Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah tajam penglihatan yang kurang terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan. Penderita duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter. Penderita disuruh melihat huruf terkecil yang masih terlihat dengan jelas. K emudian pada mata tersebut ditaruh lempeng berlubang kecil (pinhole atau lubang sebesar 0.75 mm). Bila terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui lubang kecil berarti terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti terdapat gangguan pada media penglihatan. Mungkin saja ini diakibatkan kekeruhan kornea, katarak, kekeruhan badan kaca, dan kelainan makula lutea (Ilyas, 2009).
2.3.3. Uji Pengkabutan (Fogging Test) Uji pemeriksaan astigmatisme dengan memakai prinsip mengistirahatkan akomodasi dengan memakai lensa positif. Dengan mata istirahat pasien disuruh melihat astigmatism dial (juring astigmatisme). Bila garis vertikal yang terlihat jelas berarti garis ini telah terproyeksi baik pada retina sehingga diperlukan koreksi bidang vertikal dengan memakai lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat. Penambahan kekuatan silinder diberikan sampai garis pada juring astigmatisme terlihat sama jelasnya (Ilyas, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Uj i Duokrom (Uj i K eseimbangan Merah Biru) Pada mata emetropia sinar merah dibiaskan di belakang retina sedang sinar hijau di depan, demikian pula dengan mata yang telah dikoreksi dengan tepat. Penderita duduk dengan satu mata ditutup dan melihat pada kartu merah hijau yang ada huruf diatasnya. Pada pasien diminta untuk memberitahu huruf diatas warna yang tampak lebih jelas. Bila terlihat huruf diatas hijau lebih jelas berarti mata hipermetropia, sedang pada miopi akan lebih jelas huruf pada warna merah. Pada keadaan diatas dilakukan koreksi sehingga huruf diatas warna hijau sama jelas dibanding huruf diatas warna merah (Ilyas, 2009).
2.3.5. Uj i Dominan Mata Uji ini bertujuan untuk mengetahui mata dominan pada anak. Anak diminta melihat pada satu titik atau benda jauh. Satu mata ditutup kemudian mata yang lainnya. Bila mata yang dominan yang tertutup maka anak tersebut akan menggerakkan kepalanya untuk melihat benda yang matanya dominan (Ilyas, 2009).
2.3.6. Uji Crowding Phenomenon Uji ini bertujuan untuk mengetahui adanya ambliopia. Penderita diminta membaca huruf kartu Snellen sampai huruf terkecil yang dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf dibuka dan pasien disuruh melihat sebaris huruf yang sama. Bila terjadi penurunan tajam penglihatan dari huruf isolasi ke huruf dalam baris maka ini disebut adanya crowding phenomenon pada mata tersebut. Mata ini menderita ambliopia (Ilyas, 2009).
2.3.7. Penurunan Tajam Penglihatan Penurunan tajampenglihatan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, kesehatan mata dan tubuh dan latar belakang pasien. Tajam penglihatan cenderung menurun sesuai dengan meningkatnya usia seseorang. Jenis kelamin bukan merupakan suatu faktor yang mempengaruhi ketajaman penglihatan seseorang (Xu, 2005). Dari penelitian yang dilakukan di Sumatera, Indonesia,
Universitas Sumatera Utara
didapat bahwa penyebab tertinggi terjadinya low vision atau visual impairment adalah katarak, kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, amblyopia, Age-related Macular Degeneration, Macular Hole, Optic Atrophy, dan trauma (Saw, 2003). Kelainan refraksi merupakan suatu kelainan mata yang herediter (Riordan-Eva, 2007).
2.4.
Telepon Pintar (Smartphone)
2.4.1. Definisi Belum ada kesepakatan dalam industri ini mengenai apa yang membuat telepon menjadi pintar, dan pengertian dari telepon pintar ini pun berubah mengikuti waktu. Telepon pintar adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, terkadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Menurut David Wood, Wakil Presiden Eksekutif PT Symbian OS, telepon pintar dapat dibedakan dengan telepon genggam biasa dengan dua cara fundamental yaitu bagaimana mereka dibuat dan apayang mereka bisa lakukan. Telepon pintar merupakan telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi dan memiliki fitur canggih seperti kemampuan internet, membaca email, kemampuan membaca buku elektronik ( e-book), chatting/instant messaging serta mempunyai banyak aplikasi (A nderson, 2004).
2.4.2. Fungsi-Fungsi Telepon Pintar Telepon pintar menawarkan akses langsung baik ke informasi yang dipublikasikan maupun sistem jaringan perusahaan seperti internet. Ketersediaan global dari jaringan telepon broadband dan aplikasi-aplikasi dapat mengubah penyampaian informasi kepada masyarakat bisnis, hukum dan komunitas peneliti (White, 2010). Telepon pintar memiliki fungsi-fungsi antara lain, sebagai aplikasi multimedia dapat digunakan sebagai pemutar musik/ music player, memiliki fungsi video kamera dan aplikasi personal lainnya. Untuk produktivitas profesional dan personal dapat dipakai untuk membuka aplikasi instant messaging/chatting dan jejaring sosial, membaca e-mail pribadi, memiliki
Universitas Sumatera Utara
kemampuan navigasi/GPS (Global Positioning System) dan memiliki akses internet. Untuk produktivitas bisnis, digunakan untuk membaca e-mail, membuka aplikasi bisnis, melakukan voice calling atau corporate messaging. Telepon pintar juga memiliki kemampuan manajemen dan implementasi policy, gampang digunakan, dan dapat mengatur dan mengontrol aplikasi. Telepon pintar juga memiliki keunggulan dalamhal keamanan karena dapat menghapus data dari jauh serta enkripsi dan manajemen data (Signorini, 2010).
2.4.3. K elebihan Telepon Pintar Telepon pintar menawarkan beberapa manfaat signifikan bagi pengguna melalui kecanggihan telepon tersebut, khususnya kualitas layar dan penggunaan layar sentuh. Perubahan di dalam telepon bahkan lebih revolusioner, dengan ponsel sekarang memiliki browser yang kuat dan sistem operasi perangkat lunak yang menawarkan potensi pengembangan yang sangat besar bagi industri perangkat lunak. Perangkat lunak sendiri memiliki nilai yang luar biasa kepada pengguna. Memberikan informasi yang dapat diakses dan dimanipulasi oleh perangkat lunak, telepon pintar kini berubah menjadi perangkat informasi mobile yang kuat dan perangkat komunikasi yang mungkin mengubah cara pengguna mengakses informasi secara dramatis (White, 2010).
2.4.4. K ekurangan Telepon Pintar Pada penggunaan telepon pintar, banyak isu keamanan dan kerahasiaan pribadi yang muncul berupa: 1. Kebocoran data Telepon yang hilang atau dicuri dengan memori yang tidak dilindungi memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengakses data tersebut. 2. Penonaktifan yang kurang tepat Telepon dibuang atau diberikan ke orang lain tanpa membuang data sensitif, mengijinkan orang lain untuk mengakses data tersebut. 3. Pengungkapan data yang tak disengaja
Universitas Sumatera Utara
Kebanyakan aplikasi memiliki pengaturan privasi, tetapi banyak pengguna yang tidak sadar akan hal itu. Data tersebut ditransmisikan tanpa sepengetahuan pengguna telepon pintar. 4. Phising Orang lain dapat mencuri data-data penting kita seperti password, nomor kartu kredit menggunakan aplikasi palsu atau pesan (sms, email) yang kelihatannya asli. 5. Spyware Telepon pintar yang memiliki
spyware didalamnya memberikan
kesempatan bagi orang lain untuk mengakses atau mengubah data pribadi pengguna telepon pintar. 6. Pencurian data menggunakan jaringan palsu Penyerang menggunakan titik akses jaringan (network access point) palsu dan pengguna telepon pintar melakukan koneksi dengan jaringan tersebut. Hal ini menyebabkan penyerang dapat melakukan intersepsi atas komunikasi pengguna telepon pintar dan melancarkan aksi serangan lain seperti pencurian data. 7. Pengawasan Mengawasi seseorang dengan menggunakan telepon pintar target. 8. Diallerware Penyerang mencuri uang dari pengguna telepon pintar dengan cara menggunakan malwareyang menggunakan pelayanan sms premium secara tersembunyi. 9. Financial malware Malware yang secara spesifik didesain untuk mencuri nomor kartu kredit, data online banking atau mengalihkan transaksi online banking atau transaksi elektronik. 10. Kongesti jaringan Beban jaringan berlebihan akibat penggunaan telepon cerdas yang berlebihan dan mengakibatkan terputusnya jaringan pengguna telepon cerdas (Hogben, 2010).
Universitas Sumatera Utara
2.5.
Tajam Penglihatan dan Telepon Pintar Menurut Dian Siswarini, Sekretaris Jenderal ATSI, layanan data internet
kini menjadi bagian dari aktivitas harian pelanggan ponsel di Indonesia. Ia mencatat sebagian besar pengguna telepon pintar dewasa ini menggunakan perangkat mereka untuk menelusuri internet, membaca berita online, bergaul di jejaring sosial, dan saling mengirim surat elektronik. Untuk itu, pengguna telepon pintar akan menghabiskan waktunya untuk menatap pada layar telepon dalam waktu yang lama dan jarak yang dekat (bekerja dalamjarak dekat). Mata yang normal akan beristirahat pada saat melihat jauh sedangkan untuk melihat dekat, diperlukan usaha yang besar dari otot siliaris dalammengatur bentuk dari lensa mata. Hal ini menempatkan otot siliaris berada dalam suatu keadaan stress. Kita dapat menganalogikannya seperti mengangkat beban. Dengan secara terus-menerus menambah beban yang kita gunakan untuk latihan, otot-otot yang kita gunakan akan berada pada kondisi stress yang berat. Otot-otot kita akan merespon dengan bertambah besar dan kuat sehingga beban yang diberikan dapat dilakukan dengan usaha yang lebih sedikit. Dengan kata lain, otot-otot kita akan beradaptasi (Jackson, 1970). Hal yang serupa juga terjadi pada mata sewaktu akomodasi. Tetapi otot siliaris tidak bertambah besar atau kuat melainkan mengalami spasme sementara. Ini merupakan adaptasi mata untuk bekerja dalam jarak dekat. Bila kita terusmenerus bekerja dalam jarak dekat, spasme ini akan bertahan dalam beberapa bulan atau tahun. Spasme otot siliaris yang kronik akan menginisiasi pemanjangan dari axis bola mata (Jackson, 1970). Hal yang menginisiasi pemanjangan dari axis bola mata adalah merupakan peran neuromodulator seperti dopamin, serotonin dan neuropeptida. Pelepasan neuromodulator akan menyebabkan perubahan struktur sklera yang dimodulasi oleh pembentukan proteoglikan. Meningkatnya jumlah proteoglikan menyebabkan penurunan pertumbuhan panjang axis bola mata. Sebaliknya, menurunnya jumlah proteoglikan menyebabkan peningkatan pertumbuhan panjang axis bola mata. Akibat dari spasme otot siliaris, maka tidak diperlukan lagi akomodasi sewaktu bekerja dalam jarak dekat sehingga akan menurunkan pelepasan dari
Universitas Sumatera Utara
neuromodulator. Hal inilah yang mengakibatkan pemanjangan dari axis bola mata (Troilo, Nickla & Wallman, 2000). Bertambah panjangnya axis bola mata bertujuan agar tidak diperlukan lagi usaha yang besar sewaktu bekerja dalam jarak dekat. Akan tetapi, setelah bola mata bertambah panjang, mata tidak akan dapat melihat dengan jelas sewaktu melihat jauh (J ackson, 1970). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Emily C. Woodman, dkk (2010), memang terbukti terjadi pemanjangan axis bola mata yang signifikan setelah bekerja dalam jarak dekat. Penggunaan telepon pintar akan meningkatkan daya akomodasi mata yang akhirnya berdampak pada penurunan tajam penglihatan. Hal ini terjadi karena pengguna telepon pintar cenderung menatap layar telepon pintar pada jarak yang terlalu dekat sehingga beban kerja mata bertambah berat dalam melakukan akomodasi untuk menyesuaikan pemfokusan pada mata. Bahkan, efek lain penggunaan telepon pintar adalah penglihatan menjadi kabur, kelelahan pada mata dan sakit kepala (Rosenfield, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Mark Rosenfield, D.O., Ph.D., seorang profesor optalmologi di Amerika Serikat, 130 relawan yang menjadi kelompok pertama dengan umur rata-rata 23.2 tahun, diminta untuk mengirim dan membaca SMS dari telepon pintar mereka. Kelompok kedua berjumlah 100 relawan dengan umur rata-rata 24.9 tahun, diminta untuk membaca situs internet melalui telepon pintar mereka. Peneliti kemudian mengukur jarak pandang antara layar telepon pintar ke mata relawan serta besarnya tulisan yang dibaca relawan (Rosenfield, 2011). Hasil penelitian Rosenfield menunjukkan bahwa jarak pandang rata-rata mata relawan ke layar telepon pintar bertambah dekat dibandingkan dengan jarak pandang normal yang aman untuk mata. Pada saat mengirim dan membaca SMS, jaraknya hanya sekitar 14 inci (36 cm) dengan tulisan yang 10% lebih besar dari tulisan di surat kabar. Tetapi, ketika membaca situs internet melalui telepon pintar, jarak pandang rata-rata relawan adalah 12.6 inci (32 cm) dengan tulisan yang 20% lebih kecil dari besar tulisan di surat kabar. Sementara, jarak yang aman untuk mata saat membaca surat kabar, buku atau majalah adalah 16 inci (40 cm).
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini menunjukkan beban kerja mata pada pengguna telepon pintar lebih berat. Membaca pada jarak yang dekat memaksa mata untuk bekerja lebih keras dalam mempertahankan pemfokusan pada suatu objek. Membaca tulisan yang kecil juga akan menambah beban kerja mata. Makin beratnya mata dalam bekerja, maka makin bertambahnya resiko untuk terjadi regangan pada mata ( eye strain) yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan tajampenglihatan.
Universitas Sumatera Utara