RESUME FENOMENA UMUM PADA SISTEM KULTUR JARINGAN TANAMAN
Beberapa fenomena umum yang sering terjadi di dalam sistem kultur jaringan tanaman antara lain adalah Habituasi Sitokinin, Vitrifikasi, Vitrifikasi, Nekrosis, Fasiasi, dan Keragaman Somaklon. Pemberian sitokinin pada konsentrasi yang relatif rendah seara berkepanjangan atau peningkatan takaran sitokinin yang yang bertujuan meningkatkan laju perbanyakan dapat menimbulkan hasil yang tidak diinginkan. Karakteristik kultur yang mengalami habituasi sitokinin sebagai akibat kurangnya pembentukan akar dan terjadinya hambatan pada respon pembungaan. Fenomena habituasi sitokinin memiliki konsekuensi penting pada sistem kultur jaringan, sehingga eksplan!eksplan yang mengalami habituasi harus segera diberi perlakuan untuk menormalkan planlet!planlet yang dihasilkan. "isalnya dengan perlakuan #$%,&%
" 'B( selama ) minggu terhadap kultur puuk Kalmia puuk Kalmia latifolia yang mengalami habituasi menghasilkan proporsi planlet normal yang tinggi, merangsang pertumbuhan akar, dan mengurangi pembentukan puuk majemuk. Vitrifikasi Vitrifikasi merupakan istilah istil ah yang digunakan untuk menjelaskan dua maam proses yang berkaitan dengan bahan tanaman yang yang dikulturkan seara in vitro. vitro. Pertama, terhadap ketidaknormalan morfologi serta fungsi fisiologis dari organ dan jaringan tertentu. Kedua, yaitu transisi dari keadaan air ke keadaan padat, seperti terbentuknya es selama proses kreopreser*asi. Vitrifikasi adalah salah satu hambatan dalam penyebarluasan penerapan teknik kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman. Vitrifikasi Vitrifikasi terjadi oleh beberapa faktor, yaitu yaitu tingkat konsentrasi sitokinin yang terlalu tinggi, rendahnya potensial matriks, dan meningkatnya konsentrasi etilen di dalam dal am +adah kultur. Vitrifikasi Vitrifikasi merupakan konsekuensi dari rendahnya kandungan lilin pada j aringan tanaman yang dihasilkan. erjadinya erjadinya *itrifikasi berkaitan pula dengan kadar amonium dan kandungan uap air di dalam +adah kultur. Sejumlah jalan keluar untuk mengatasi *itrifikasi antara lain dengan peningkatan konsentrasi bahan pemadat medium -agar dapat memperbaiki keadaan dengan menurunkan kadar air dan mengurangi
penyerapan sitokinin. (kan tetapi dapat mengakibatkan terhambatnya laju pertumbuhan eksplan. Ventilasi +adah kultur pun berpengaruh pada perkembangan kultur melalui peningkatan difusi air dan pelepasan metabolit sekunder, seperti etilen keluar dari +adah kultur. Nekrosis diirikan oleh matinya jaringan pada tepi daun dan puuk. /ejala a+al dari fenomena ini adalah terjadinya nekrosis ber+arna okelat puat yang berkembang pada ujung dan tepi daun muda sebelum terjadi nekrosis yang lebih merata pada keseluruhan meristem yang akhirnya ber+arna hitam dan mati. Penyebab utama terjadinya nekrosis adalah defisiensi unsur hara, terutama defisiensi boron dan kalsium. Penggunaan medium fa se ganda dapat digunakan untuk mengatasi nekrosis puuk. Fasiasi adalah peristi+a menyatunya dua atau lebih palnlet -embrio yang berdekatan. Fenomena ini terjadi akibat terlalu tingginya kerapatan populasi embrio somatik di dalam +adah kultur pada medium padat. Fasiasi dapat diatasi dengan sering melakukan subkultur, dan dengan memindahkan kultur medium ke medium air yang digojog sehingga setiap embrio terpisah!pisah satu sama lain dan tumbuh menjadi indi*idu!indi*idu normal. 'stilah keragaman somaklon digunakan terhadap serangkaian fenomena, seperti keragaman numerik dan struktur kromosom, perubahan pada genom inti ataupun genom organel, atau pemeahan struktur kimera dan perubahan! perubahan yang timbul akibat eliminasi penyakit. Keragaman somaklon merupakan suatu sumber bagi keragaman genetik yang sangat berguna bagi upaya pemuliaan tanaman. Namun, keragaman ini merupakan suatu hal yang tidak diinginkan pada mikropropagasi karena menghalangi penggunaan embriogenesis somatik dan teknologi benih sintetis, serta membuat e*aluasi genetik semakin rumit. Sistem yang menggunakan puuk ad*entif atau perbanyakan melalui kalus, sel, dan protoplas sering menimbulkan keragaman yang tinggi pada tanaman yang diregenerasikan. 0engan mengontrol pembentukan kalus, frekuensi kerag aman dapat dikendalikan.