Makalah Psikosa Tutor 1 " 46
NEUROBEHAVIOR 2
MAKALAH PSIKOSA DAN ANALISIS FILM
Tutor : 1 ( Satu )
Disusun oleh :
Lusi Sri Solihah (220110120012)
Septiani Puspa D (220110120036)
Riris Purwita W (220110120048)
Annisa Belladiena R (220110120084)
Eva Fauziyah (220110120132)
Sellyan (220110120142)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang Sistem Neurobehaviour 2 khususnya mengenai Meningitis. Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat teratasi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Ibu Aat Sriati, S.Kp.M.Si. selaku dosen koordinator mata pelajaran.
Ibu Ristina Nirwanti, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen tutor kelompok 1.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Jatinangor, 10 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. 2
BAB 1 LANDASAN TEORI …………………………………………………………. 3
Pengertian ………………………………………………………………………….. 3
Insidensi …………………………………………………………………………… 3
Etiologi ……………………………………………………………………………. 4
Manifestasi Klinis ….……………………………………………………………… 5
Klasifikasi …………………………………………………………………………. 6
Pengobatan ………………………………………………………………………… 9
Pencegahan ………………………………………………………………………… 11
Prognosis …………………………………………………………………………… 13
BAB 2 PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN ……………………………. 14
2.1 Proses Keperawatan …….…………………………………………………………. 14
2.2 Analisa Data ………………………………………………………………………. 22
2.3 Daftar Masalah Keperawatan …………………………………………………….. 24
2.4 Rencana Tindakan Keperawatan …………………………………………………. 25
2.5 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.............................................. 40
BAB 3 ANALISIS FILM "A BEAUTIFUL MIND" ………………………………. 46
REFERENSI …………………………………………………………………………. 52
LAMPIRAN ………………………………………………………………………….. 53
BAB I
LANDASAN TEORI
Definisi Psikosis
Menurut Singgih D. Gunarasa (1978: 140) Psikosis adalah gangguan jiwa yang meliputi keseluruhan kepribadian, sehingga penderita tidak bisa menyesuaikan diri dalam norma-norma hidup yang wajar dan berlaku umum.
W.F Maramis (2000: 180) menyatakan Psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dst. Sedemikian berat sehingga perilaku penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Prilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehinga orang awam menyebut penderita sebagai orang gila.
Dalam Medline Plus (2000) Psikosis adalah kelainan jiwa yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, biasanya mencakup ide-ide yang salah tantang apa yang sebenarnya terjadi, delusi, atau melihat atau mendengar sesautu yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).
Zakiah Darajat (1993: 56) menyatakan Seorang yang diserang penyakit jiwa (psychosie), keperibadiannya terganggu, dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan wajar, dan tidak sanggup memahami problemnya. Sering kali orang sakit jiwa tidak merasa bahwa dirinya sakit, sebaliknya dia menganggap dirinya normal saja, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan lebih penting dari orang lain.
Dari berbagai pendapat diatas dapat diartikan bahwa psikosis adalah gangguan jiwa berat. Yang menyebabkan ketidak mampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya, sehingga kehilangan kesadaran intelektual, emosianal, dan/atau spiritual. Namun tidak dirasakan keberadaanya oleh penderita (penderita tidak menyadari bahwa dirinya sakit).
Insidensi
Menurut WHO, prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1 % diantaranya adalah gangguan jiwa berat (Psikosis).
Ronosulistyo (2008) menyebutkan, pravalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa Indonesia.
Etiologi
Penyebab gangguan jiwa yang adalah kombinasi bio-psiko-sosial.
Secara umum gangguan jiwa atau psikosis dapat disebabkan oleh faktor predisposisi dan presipitasi.
Faktor predisposisi
Mencangkup faktor Bio-Psiko-Sosial-Budaya yang dibawa sejak lahir dan bersifat alamiah.
Faktor predisposisi merupakan faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah terhadap sumber yang dapat digunakan untuk mengatasi stres.
Biologi
Genetik
terkait dgn kromoson 6, 4,8,15,dan 22
Neurobiologi
perilaku psikotik terkait dgn lesi pada daerah frontal, temporal, dan area limbik, serta gangguan regulasi neurotransmitter yg bekerja di area-area tsb
Pemeriksaan diagnostik
melalui CT dan MRI menunjukkan adanya penurunan volume otak, melebarnya ventrikel lateral dan ventrikel ketiga, atropi lobus frontal, serebelum, struktur limbik, serta peningkatan ukuran sulkus pada permukaan otak. Menggunakan PET terlihat terjadinya penurunan aliran darah ke lobus frontal
Neurotransmitter
ketidakseimbangan antara dopamin dan serotonin
Neurodevelopment
penyimpangan pada struktur, fungsi dan kimiawi otak yg mungkin disebabkan karena adanya masalah pada masa prenatal dan perinatal
Virus
terpajan virus influenza pada trimester kedua
Psikologis
Karakteristik keluarga atau karakteristik individu
Intorover, pendiam, pendendam, dll
Pola Asuh
Ibu dengan kecemasan, overprotektif, dingin, Ayah yang otoriter, dll
Lingkungan Keluarga yang tidak baik
Konflik keluarga dan perkawinan
Komunikasi yang "double bind"
Masalah Pada Fase Tumbuh Kembang
Kegagalan dalam memenuhi tugas perkembangan sebelumnya
Sosiokultural Dan Lingkungan
Kemiskinan
Kondisi masyarakat
Ketidakseimbangan dengan budaya
Tinggal menyendiri (isolasi)
Faktor presipitasi
Merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang mengakibatkan ketegangan dan menimbulkan stres.,berkaitan dgn :
Kesehatan
gangguan nutrisi, kurang tidur, gangguan irama sirkadian, fatique, infeksi, kurang olahraga, menggunakan obat-obatan.
Lingkungan
isolasi sosial, kurangnya support, tekanan pekerjaan, kemiskinan, kesulitan dlm hubungan interpersonal, stigma, perubahan dalam kehidupan.
Sikap atau perilaku
HDR, keputusasaan, agresif, PK, kurang motivasi, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan spiritual.
Kejadian Traumatis
Kehilangan orang yang dicinta, Jatuh miskin, Diperkosa, dll
Manifestasi Klinis
Seseorang yang mengalami psikosis mengalami gejala antara lain:
Halusinasi
Halusinasi merupakan persepsi indra tanpa adanya rangsangan eksternal.
Delusi/ waham
Delusi atau wahama adalah keyakinan yang dipertahankan secara kuat namun tidak akurat (tidak memiliki dasar dalam realitas)
Delusi Primer
Timbul tiba-tiba dan tidak dipahami dalam proses mental yang normal.
Delusi Skunder
Dipengaruhi oleh latar belakang seseorang atau situasi saat ini. Misalnya, orientasi etnis atau seksual, keyakinan agama, kepercayaan takhayul, dll.
Agrigasi (prilaku yang aneh)
Disorintasi
Penderita sering mengalami disorintasi atau kehilangan daya untuk mengenal (waktu,tempat, dan orang-orang)
Iritabel
Keadaan emosi yang labil (selalu berubah-ubah) dan ekstrim.
Egosentrik (mudah tersinggung dan marah-marah)
Gangguan jangka pendek berupa gejala dini akan lupa pada hal-hal yang baru terjadi
Demensia Senilis (kemunduran fungsi mental, terutama intelegensi) disebabkan oleh karena kerusakan jaringan otak yang tidak dapat kembali lagi (irreversible).
Gejala Jasmaniah: Kulit tipis, atrofis dan keriput berat badan menurun, otot-otot atropi, jalan tidak stabil, suara kasar, sering mengalami tremor tangan.
Klasifikasi
Secara umum, psikosis dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu psikosis organik, yang disebabkan oleh factor oganik dan psikosis fungsional, yang terjadi karena faktor kejiwaan. Kedua jenis psikosis dan yang termasuk di dalamnya diuraikan berikut ini.
Psikosis organic
Psikosis organik adalah penyakit jiwa yang disebabkan oleh factor-faktor fisik atau organik, yaitu pada fungsi jaringan otak, sehingga penderita mengalamai inkompeten secara sosial, tidak mampu bertanggung jawab, dan gagal dalam menyesuaikan diri terhadap realitas. Psikosis organis dibedakan menjadi beberapa jenis dengan sebutan atau nama mengacu pada faktor penyabab terjadinya. Jenis psikosis yang tergolong psikosis organik adalah sebagai berikut.
Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
Psikosis fungsional
Psikosis fungsional merupakan penyakit jiwa secara fungsional yang bersifat nonorganik, yang ditandai dengan disintegrasi kepribadian dan ketidak mampuan dalam melakukan penyesuaian sosial. Psikosis jenis ini dibedakan menjadi beberapa ., yaitu : schizophrenia, psikosis maniadepresif, dan psiukosis paranoid (Kartini Kartono).
Schizophrenia
Arti sebenarnya dari Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of personality). Sebutan ini diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol dari penyakit ini, yaitu adanya jiwa yang terpecah belah. Antara pikiran, perasaan, dan perbuatan terjadi disharmoni.
Gejala-gejala schizophrenia (Singgih Dirgagunarsa)
Kontak dengan realitas tidak ada lagi, penderita lebih banyak hidup dalam dunia khayal sendiri, dan berbicara serta bertingkah laku sesuai dengan khayalannya, sehinggatidak sesuai dengan kenyataan.
Karena tidak ada kontak dengan realitas, maka logikanya tidak berfungsi sehingga isi pembeicaraan penderita sukar untuk diikuti karena meloncat-loncat (inkoheren) dan seringkali muncul kata-kata aneh yang hanya dapat dimengerti oleh penderita sendiri.
Pikiran, ucapan, dan perbuatannya tidak sejalan, ketiga aspek kejiwaan ini pada penderita schizophrenia dapat berjalan sendiri-sendiri, sehingga ia dapat menceritakan kejadian yang menyedihkan sambil tertawa.
Sehubungan dengan pikiran yang sangat berorientasi pada khayalannya sendiri, timbul delusi ata waham pada penderita schizophrenia (bisa waham kejaran dan kebesaran).
Halusinasi sering dialami pula oleh penderita schizophrenia.
Faktor penyebab terjadinya schizophrenia
Pendapat para ahlimengenai factor penyebab schizophrenia ada bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa penyakit ini merupakan keturunan. Ada pula yang menyatakan bahwa schizophrenia terjadi gangguan endokrin dan metabolisme. Sedangkan pendapat yang berkembang dewasa ini adalah bahwa penyakit jiwa ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain keturunan, pola asuh yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, dan penyakit lain yang belum diketahui (W.F. Maramis, 2005 : 216-217).
Psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif merupakan kekalutan mental yang berat, yang berbentuk gangguan emosi yang ekstrim, yaitu berubah-ubahnya kegembiraan yang berlebihan (mania) menjadi kesedihan yang sangat mendalam (depresi) dan sebaliknya dan seterusnya.
Gejala-gejala psikosis mania-depresif
Gejala-gejala mania antara lain:
euphoria (kegembiraan secara berlebihan;
waham kebesaran;
hiperaktivitas;
pikiran melayang.
Gejala-gejala depresif antara lain :
kecemasan;
pesimis;
hipoaktivitas;
insomnia;
anorexia.
Faktor penyebab psikosis mania-depresif
Psikosis mania-depresif disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengandua gejala utama penyakit ini, yaitu mania dan depresi. Aspek mania terjadi akibat dari usaha untuk melupakan kesedihan dan kekecewaan hidup dalam bentuk
aktivitas-aktivitas yang sangat berlebihan. Sedangkan aspek depresinya terjadi karena adanya penyesalan yang berlebihan.
Psikosis paranoid
Psikosis paranoid merupakan penyakit jiwa yang serius yang ditandai dengan banyak delusi atau waham yang disistematisasikan dan ide-ide yang salah yang bersifat menetap. Istilah paranoid dipergunakan pertama kali oleh Kahlbaum pada tahun 1863, untuk menunjukkan suatu kecurigaan dan kebesaran yang berlebihan (W.,F. Maramis, 2005).
Gejala-gejala psikosis paranoid
Sistem waham yang kaku, kukuh dan sistematis, terutama waham kejaran dan kebesaran baik sendiri-sendiri maupun bercampur aduk
Pikirannya dikuasai ole hide-ide yang salah, kaku, dan paksaan..
Mudah timbul rasa curiga .
Faktor penyebab psikosis paranoid
Faktor-faktor yangdapat menyebabkan psikosis paranoid (Kartini Kartono), antara lain :
Kebiasaan berpikir yang salah;
Terlalu sensitif dan seringkali dihinggapi rasa curiga;
Adanya rasa percaya diri yang berlebihan (over confidence);
Adanya kompensasi terhadap kegagalan dan kompleks inferioritas
Pengobatan
Pengobatan tergantung pada penyebab dan diagnosa yang ditegakan dari psikosis tersebut. Secara umum pengobatan pada penderita psikokis antara lain:
Medikamentosa (Farmako terapi)
Saat ini tersedia sejumlah besar obat psikotropika untuk mengatasi gangguan jiwa (Kuller dkk.,1996).
Antidepresan
Depresi berat memerlukan terapi dan pada sebagian besar kasus, manfaat terapi melebihi risikonya. Antidepresan trisiklik seperti amitriptilin, doksepin, imipramin, dan nortriptilin sering digunakan untuk gangguan-gangguan depresi. Sedasi juga sering terjadi, sehingga obat golongan ini sangat bermanfaat bagi masalah tidur yang berkaitandengan depresi. Inhibitor monoamin oksidase (MAOI) adalah antidepresan yang sangat efektif yangsemakin jarang digunakan karena menyebabkan hipotensi ortostatik. Pengalaman dengan inibitor selektif ambilan ulang serotonin (selective serotonin reuptake inhibitors, SSRI), termasuk fluoksetin dan sertralin,menyebabkan obat golongan ini menjadi terapi primer bagi sebagian besar penyakit depresi. Obat-obat ini tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi sehingga lebih disukai daripada antidepresan lain.
Antipsikotik
Wanita dengan sindrom-sindrom kejiwaan yang berat seperti skizofrenia, gangguan skizoafektif,atau gangguan bipolar sangat mungkin memerlukan terapi antipsikotik selama kehamilan.
Antipsikotik tipikal adalah golongan antagonis dopamine.Klozapin adalah satu-satunya antipsikotik atipikal yang tersedia, dan obat ini memiliki kerja yang berbeda tetapi tidak diketahui.
Potensi dan efek samping berbagai antipsikotik berbeda-beda. Obat-obat yang berpotensi lebih rendah, klorpromazin dantioridazin, memiliki efek antikolinergik yang lebih besar serta bersifat sedatif.
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
ETC (Electro Convulsif Therapi) adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan arus listrik melalui lektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk membangkitkan kejang gandmall.
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manic depresi, klien schizophrenia stupor kakatonok dan gaduh gelisah kakatonik. ETC lebih efektif dari anti depresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid) .
Pada klien depresi memerlikan waktu 6-12xuntuk mencapai perbaikan, sedangkan pada mania dan kakatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu antara 10-20x terapi secara rutin. Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 kari sekali. Jika efektif, perubahan perilaku mulai terlihan setelah 2-6 kali terapi.Terapi ETC merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan direkomendasikan.
Psikoterapi dan Rehabilitasi
Bertujuan untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi agar pasien bisa bersosialisasi. Manipulasi lingkungan agar lingkungan dapat memahami dan menerima keadaan pasien, membimbing dalam kehidupan sehari-hari, memberi kesibukan atau pekerjaan untuk pasien. Mengawasi minum obat secara teratur dalam jangka waktu lama dan membawa pasien untuk pemeriksaan ulang. (Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kedokteran Jiwa,1994)
Lobotomi Prefrontal
Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya. (WF Maramis, 2004)
Pencegahan
Pencegahan Terjadinya Psikosis
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa antara lain:
Membangun koping yang konstruktif pada stresor yang ada, misalnya:
Mengeluarkan emosi
Gangguan kejiwaan dapat disebabkan oleh tekanan akibat perasaan dan emosi yang terus dipendam. Berbicarakan dengan seorang (seseorang yang tepat dan dapat memberi saran yang objektif, misalnya terapis, anggota keluarga atau teman yang dapat dipercaya) tentang pikiran dan perasaan terhadap suatu masalah atau trauma yang dialami.
Mengendalikani tingkat kecemasan dan pikiran negatif
Belajar untuk mengelolah tingkat kecemasan, menghindari pikiran yang membuat cemas ataupun pikiran negatif.
Terapkan mekanisme pertahanan utama jiwa
personality yang tangguh
Kepribadian yang tangguh adalah hasil pembelajaran selama proses perkembangan sejak kecil, dan tentunya hal ini didapatkan dengan banyaknya asupan nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga dan disekolah serta didapatkan dari banyaknya pengalaman langsung. Nilai-nilai hanya dapat berfungsi jika diterapkan langsung dalam keadaan nyata yaitu dengan banyak bergaul baik dengan lingkungan benar maupun salah
persepsi yang positif (positif thinking)
Seseorang yang selalu memandang peristiwa yang menimpanya dengan positif dan memandang hari depannya dengan optimis maka ia memiliki jiwa yang sehat. Persepsi positif diperlukan terutama menghadapi kegagalan-demi kegagalan dalam hidup sehingga tidak membuat diri menjadi frustasi berlebih maupun menyalahi diri sendiri bahkan bunuh diri.
kemampuan adaptasi.
kemampuan adaptasi diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang akan muncul dalam hidup. Dengan kemampuan adaptasi yang baik seseorang akan selalu dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada.
Screening
Melakukan pemeriksaan terhadap resiko seseorang mengalami Psikosis/ gangguan jiwa.
Screening Mentalitas
Kepertibadian atau sifat individu dapat mempengaruhi individu tersebut mengalami gangguan jiwa. Misalnya individu yang memiliki sifat Introvert dan suka memendam perasaanya seorang diri lebih beresiko mengalami gangguan jiwa. Maka perlu dilakukan Screening/ pemeriksaan lebih lanjut terhatap status mental seseorang.
Screening Fisiologis
Beberapa kondisi medis dapat mempengaruhi bagaimana fungsi otak anda. Ketika bagian otak terganggu oleh suatu penyakit atau maka resiko terjadinya psikosis atau gangguan kejiwaan menjadi lebih besar. Maka perlu dilakukan screening atau pemeriksaan menyeluruh terhadap resiko tersebut. Selain itu kondisi medis termasuk alzheimer, gagal hati, ginjal, hipoglikemia, human immunodeficiency virus (hiv), malaria, parkinson atau tumor otak dapat menjadi faktor pendorong terjadinya gangguan jiwa.
Pencegahan Kekambuhan Psikosis
Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana penyakit dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama ataupun berbeda ( Sullinger, 1988). Penderita gangguan jiwa diperkirakan akan kambuh 50 % pada tahun pertama dan sekitar 70 % pada tahun kedua dan 100 % pada tahun kelima setelah pulang dari Rumah Sakit (Carson & Ross, 1997)
Diketahui bahwa klien yang gagal minum obat dengan teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Menurut hasil penelitian menunjukkan 25 % sampai 50 % klien dari RS Jiwa tidak memakan obat dengan teratur (Appleton, 1982 yang dikuti Sullinger, 1988). Klien kronis sulit memakan obat karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
Sehingga harus dipastikan pasien mendapatkan terapi yang tuntas agar kekambuhan tidak terjadi. Memakan obat dengan teratur dapat menekan terjadinya kekambuhan. Namun yang perlu diperhatikan pemakaian neuroleptika yang lama dapat menyebabkan efek samping Tardive diskenia yang bisa mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol. Sehingga perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang efek samping tersebut, agar keluarga dapat memahami dan mendukung proses pengobatan klien juga menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung kesembuhan klien. Sikap yang tidak konstruktif dari keluarga dan lingkungan sosial yang tidak kondusif juga akan memberikan dampak psikologis yang buruk bagi klien, sehingga dapat menyebabkan gangguan kejiwaan yang berulang.
Prognosis
Kesembuhan seperti keadaan semula dan permanen sulit dicapai karena penyakit gangguan jiwa pada dasarnya bersifat progresif, oleh karena itu penderita memerlukan perawatan di rumah sakit.namun dengan munculnya pengobatan moderen saat ini kesembuhan sangat mungkin dicapai jika pasien diterapi dengan baik, tepat, cepat dan tuntas.
Untuk menetapkan prognosa, beberapa faktor harus dipertimbangkan :
Kepribadian Pre-psikotik
Jenis : Contohnya pada skizofrenia jenis katatonik memiliki prognosa paling baik dari pada semua jenis. Jenis hebefrenia dan simpleks memiliki prognosa yang sama jelek.
Umur : Hasil penelitian menyatakan semakin muda umur permulaannya, semakin jelek prognosanya
Pengobatan : Semakin lekas mendapat pengobatan, semakin baik prognosanya
Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila didalam keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita psikosis
BAB 2
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERATAWAN
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IDENTITAS PASIEN
Nama/Jenis Kelamin : Tn. X / Laki-laki
Umur : Tidak terkaji
Tanggal masuk RS : Tidak terkaji
No CM : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Status perkawinan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Sumber data : Biasanya keluarga
Suku : tidak terkaji
Bentuk tubuh : Biasanya normal
ALASAN MASUK
Klien sering merasa ketakutan yang sangat mengganggu dan melihat hal-hal yang sesungguhnya tidak ada atau berhalusinasi. Klien juga sering mengamuk dan merusak benda benda di sekitarnya.
FAKTOR PREDISPOSISI
Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Klien biasanya pernah mengalami gangguan kejiwaan dimasa lalu, tapi tidak menutup kemungkinan ini yang pertama kali.
sebelumnya kemana?
Tidak terkaji
Trauma ?
Biasanya klien pernah mengalami trauma baik fisik di kepala maupun psikis
Usia pelaku korban saksi
Aniaya Fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam Keluarga
Tindakan Kriminal
Jelaskan : data ini mungkin merupakan faktor penyebab terjadinya gangguan kejiwaan pada klien
. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
Biasanya klien dengan gangguan jiwa ada riwayat keluarga dengan gangguan jiwa pula, berhubungan dengan genetic dan pola asuh terhadap klien
Hubungan keluarga : Biasanya keluarga terdeket, missal ayah, ibu, kakak, adik, om, tante, kakek, nenek
Gejala : Tidak terkaji
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan ?( perceraian/ perpisahan/konflik dsb) Salah satu factor predisposisi pasien gangguan jiwa adalah pengalaman buruk dimasa lalu, mungkin dimasa lalu pasien mengalami perceraian orang tua, keributan di rumah tangga, kurang perhatian dari orang tua dsb.
FAKTOR PRESIPITASI
Factor presipitasi adalah pencetus terjadinya gangguan jiwa, bisa juga merupakan kejadian terakhir yang dialami klien sebelum mengalami gangguan kejiwaan, karena sebelumnya pasti ada factor predisposisi yang panjang, factor presipitasi bisa berupa pengalaman buruk seperti kehilangan anggota keluarga, dipecat dari pekerjaan, dsb.
PERSEPSI KLIEN ATAS MASALAHNYA
Biasanya klien akan menganggap masalah dalam hidupnya adalah yang terberat
PERSEPSI KELUARGA ATAS MASALAHNYA
Biasanya keluarga klien beranggapan penyakit yang diidap klien membuat klien tidak akan berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga harus disolasi
HARAPAN KLIEN SEHUBUNGAN DENGAN PEMECAHAN MASALAH
Klien berharap dengan menjalalankan terapi masalahnya akan berkurang dan dapat hidup dengan normal
HARAPAN KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN PEMECAHAN MASALAH
eluarga berharap apabila klien dirawat di RSJ akan mempercepat penyembuhan klien dan klien akan dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan normal
KOPING DAN HARAPAN KLIEN/KELUARGA
Koping klien terhadap masalah yang dihadapi
Adaptif
Klien hanya berbicara seperlunya dengan pasien lain dan perawat.
Maladaptif
Klien mengatakan jika klien ada masalah, klien selalu memikirkan dan mencari jalan keluar sendiri. Jika klien mampu menyelesaikan masalahnya sendiri akan diselesaikan sendiri. Namun bila tidak mampu klien akan marah-marah., mengamuk, setelah mengamuk klien seperti hilang ingatan(lupa) dan klien menyendiri lagi.
koping keluarga terhadap masalah klien
Jika klien mengalami masalah, keluarga tidak terlalu memperhatikan masalah klien dan tidak memecahkan masalahnya secara bersama-sama.
PEMERIKSAAN FISIK
TD Biasanya normal
N Biasanya normal
S : Biasanya normal
P : Biasanya normal
Berat Badan : Mungkin kurang karena pasien tidak bisa merawat dirinya
TB Biasanya normal
Keluhan Fisik: Tidak ada keluhan fisik
KELUARGA
GENOGRAM
POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Klien biasanya mengambil keputusan sendiri tanpa berdiskusi dengan keluarga atau kerabat dekatnya tentang pemecahan masalah.
PERSEPSI PERAN DALAM KELUARGA
Tidak terkaji
PERSEPSI KEMAMPUAN KELUARGA
Tidak terkaji
PSIKOSOSIAL
KONSEP DIRI
Citra Tubuh
Klien mengatakan selalu ada yg kurang dalam dirinya sehingga ia merasa lebih buruk dari orang lain
Identitas
Tidak terkaji
Peran
Tidak terkaji
Ideal Diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang.
Harga Diri
Klien merasa kalau tidak ada satu orangpun yang menyukai dirinya ia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain dan lebih menarik diri dari lingkungan
HUBUNGAN SOSIAL
Orang yang berarti
Mungkin Klien akan mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah istrinya. Istri klien adalah orang yang mengerti dan memahami klien.
Peran serta dalam kehidupan masyarakat/kelompok
Klien mengatakan bahwa ia tidak ikut dalam organisasi masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ia malas berhubungan dengan orang lain, karena menurut klien tidak ada hal yang perlu dibicarakan atau diceritakan kepada orang lain dan juga klien mengatakan dia bingung apa yang ingin diceritakan. Klien sering diam, jarang bercakap-cakap dengan klien lain di ruangan.
PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN
Pendidikan dan pekerjaan klien berpengaruh terhadap kesehatan kejiwaan pasien, mungkin pekerjaan klien saat ini menyebabkan banyak tekanan dalam hidupnya sehingga memperburuk kesehatan kejiwaan klien
GAYA HIDUP
Gaya hidup klien yang tinggi dengan kemampuan klien lebih rendah memungkinkan terjadinya tekanan pikiran sehingga memperburuk kesehatan kejiwaan klien.
BUDAYA
Tidak terkaji
SPIRITUAL
Nilai dan keyakinan
Nilai dan keyakinan yang klien anut juga akan mempengaruhi kesehatan kejiwaan klien, apabila klien masih memiliki nilai dan keyakinan dalam dirinya mungkin akan mempermudah proses penyembuhan
Kegiatan ibadah
Kegiatan ibadah klien mencerminkan nilai dan keyakinan yang masih dimiliki klien, mungkin klien masih akan melakukan ibadah atau mungkin juga akan lupa apa itu ibadah.
STATUS MENTAL
Penampilan
tidak rapi penggunaan pakaian yang tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan : Ini terjadi akibat klien tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya, klien tidak mampu merawat dirinya senidiri.
Aktivitas Motorik
Klien biasanya tampak gelisah
Jelaskan : biasanya akibat waham yang dialaminya
Alam Perasaan
( ) sedih ( ) kuatir ( ) gembira berlebihan ( ) ketakutan ( ) putus asa
Jelaskan : Alam perasaan klien menggambarkan apa yang sedang dirasakan dan dipikirkan klien, juga status kejiwaannya, segala kemungkinan pilihan dapat terjadi
Afek
( ) labil ( ) datar ( ) tumpul ( ) tidak sesuai
Jelaskan : afek pada klien akan terlihat saat berinteraksi, ini mengindikasikan kesehatan kejiwaan klien
Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) defensif ( ) curiga
( ) tidak kooperatif ( ) mudah tersinggung
Jelaskan : respon yang muncul akan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien dan kepribadian klien sekarang
Persepsi : halusinasi
( ) pengecapan ( ) pendengaran ( ) perabaan
( ) penglihatan ( ) penciuman
Jelaskan : Halusinasi yang paling sering dialami klien adalah halusinasi pendengaran
Isi pikir
( ) obsesi ( ) depersonalisasi ( ) pikiran magis
( ) phobia ( ) ide yang terkait ( ) hipokondria
Waham
( ) agama ( ) nihilistik ( ) curiga ( ) kontrol pikir
( ) somatik ( ) sisip pikir ( ) kebesaran ( ) siar pikir
Jelaskan :
Arus Pkir
( ) sirkumstansial ( ) flight of idea ( ) perseverasi
( ) tangensial ( ) blocking ( ) kehilangan asosiasi
Jelaskan :
Tingkat Kesadaran
( ) bingung ( ) stupor ( ) disorientasi orang
( ) sedasi ( ) disorientasi waktu ( ) disorientasi tempat
Jelaskan : Biasanya normal, yang paling sering terjadi adalah disorientasi
Memori
( ) gangguan daya ingat jangka panjang ( ) gangguan daya ingat saat ini
( ) gangguan daya ingat jangka pendek ( ) konfabulasi
Jelaskan : semua kemungkinan bisa terjadi
Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
( ) Mudah beralih ( ) Tidak mampu berkonsentrasi
( ) Tidak mampu berhit
Jelaskan : semua kemungkinan bisa terjadi
Kemampuan Penilaian
( ) Gangguan Ringan ( ) Gangguan bermakna
Jelaskan
Daya Tilik Diri
( ) Mengingkari penyakit yang diderita ( ) Menyalahkan hal – hal
diluar dirinya
Jelaskan : Keduanya bisa terjadi, klien biasanya mengenggap kalau dirinya sehat-sehat saja, sama seperti orang normal dan klien akan menyalahkan orang lain atas kondoso dirinya sekarang.
KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG
Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
makanan : Klien dapat makan sendiri
keamanan : Klien dipastikan aman dari benda-benda yang mengancam jiwa
tempat tinggal : klien memiliki tempat tinggal yang kondusif atau tidak
perawatan kesehatan :
uang : apakah klien memiliki cukup uang untuk melanjutkan kehidupa normalnya
pakaian : pastikan klien memiliki pakaian yang layak agar bisa diterima di masyarakat
Kegiatan hidup sehari – hari
Perawatan diri
Bantuan Total Bantuan Minimal
( ) mandi
( ) kebersihan
( ) makan
( ) BAK / BAB
( ) ganti pakaian
Jelaskan : jika klien lebih mandiri maka klien akan lebih mudah diterima oleh lingkungannya, aspek dasar ini harus dimiliki oleh klien yang akan pulang
Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda : ( ) ya ( ) tidak
Apakah anda makan memisahkan diri ( ) ya ( ) tidak
Frekuensi makan sehari x sehari
Frekuensi kudapan sehari : x sehari
Nafsu makan : ( ) meningkat ( ) menurun ( ) berlebihan
( ) sedikit – sedikit
Berat Badan : Jika klien kurus BB harus meningkat
Berat Badan terendah : Tidak terkaji
Berat Badan tertinggi : Tidak terkaji
Jelaskan :
Tidur
Apakah ada masalah tidur : klien mungkin masih merasa sulit tidur
Apakah merasa segar setelah bangun tidur
Apakah ada kebiasaan tidur siang
Lama tidur siang misal 2 jam
Apa yang menolong tidur : misal, mendengarkan musik
Tidur malam : 22.00
bangun jam : 04.30
Apakah ada gangguan tidur :
( ) sulit untuk tidur ( ) bangun terlalu pagi ( ) sonambulisme
( ) terbangun saat tidur ( ) gelisah saat tidur ( ) berbicara saat tidur
Jelaskan : Biasanya klien masih mengalami gangguan tidur akibat kondisi kejiwaannya yang belum stabil.
Kemampuan Klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri ( ) ya ( ) tidak
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri ( ) ya ( ) tidak
Mengatur penggunaan obat ( ) ya ( ) tidak
Melakukan pemeriksaan kesehatan ( ) ya ( ) tidak
Jelaskan : semakin banyak jawaban "ya" semakin baik.
Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : ya tidak
Terapis : ya tidak
Teman sejawat : ya tidak
Kelompok sosial : ya tidak
Jelaskan : Sistem pendukung sangat penting untuk pemulihan klien, agar klien dapat menghadapi masalahnya tanpa harus dipikirkan sendiri
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?
Jelaskan : jika ya, maka klien perlahan dapat lebih fokus dan kembali normal
ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : schizophrenia
Terapi medik : Haloperidol (HLP) 5 mg 3x1
Trihexyphenidil (THP) 2 mg 3x1
Chlorpomazin (CPZ) 100 mg 1x1
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Harga diri rendah
4. Koping Individu Tidak Efektif
5. Kurang Pengetahuan
6. Gangguan Proses Pikir
7. Kerusakan Komunikasi Verbal
8. Defisit Perawatan Diri
ANALISIS DATA
No.
Analisa Data
Maslah Keperawatan
1.
DS : -
Klien
DO :
- Klien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Klien sering menyendiri
- Klien tidak pernah memulai pembicaraan, maupun perkenalan
- Afek tumpul (hanya mampu tertawa saat ada simuluus perawat tertawa
Isolasi Sosial
2.
DS :
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan Pria
yang mengajak klien untuk melakukan sesuatu
benar.DO :- Klien sering menyendiri
Klien terkadang berbicara sendiri
Klien sering bengong / melamun
Halusinasi
3.
DS :
- - Klien mengatakan malu bila bertemu dengan orang yang baru dikenal.
- Klien mengatkan takut berbicara banyak karena takut menyakiti hati orang lain
DO :
- Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain
- Klien jarang memulai pembicaraan dengan orang lain
- Klien tidak mau menatap wajah lawan bicara
Harga Diri Rendah
4.
DS :
Klien mengatakan bila dia marah di lebih memilih untuk menyendiri dan berdiam diri tidak ingin berbicara degan orang lain atau terkadang dia memarahi orng tuanya.
DO :
- Klien tampak selalu menyendiri
- Klien terlihat jarang berbicara dengan orang lain
- Klien selalu diam
Koping Individu Tidak Efektif
5.
DS :
Klien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya saat ini.
DO :
Klien tidak mampu menjawab pertanyaan saat ditanya tentang penyakit yang dideritanya saat ini.
Kurang Pengetahuan
6.
DS :
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus
DO :
Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya
Pembicaraan klien cenderung berulang ulang
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Perubahan Proses Pikir: Waham
7.
DS :
Klien mengatakan bingung bila ingin memulai pembicaraan dengan seseorang
Klien mengatakan malas berbicara karena menurut klien tidak ada hal yang perlu dibicarakan.
DO :
Klien tidak pernah memulai pembicaraan kepada lawan bicara
Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja
Pembicaraan klien inkoheren dengan pertanyaan yang diajukan
Kerusakan Komunikasi Verbal
DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
Isolasi sosial
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Harga diri rendah
Koping Individu Tidak Efektif
Kurang Pengetahuan
Gangguan Proses Pikir
Kerusakan Komunikasi Verbal
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No.
DX. Keperawatan
Rencana
Tindakan Keperawatan
Rasional
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
1.
Isolasi Sosial
TUM : Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Setelah 2 X interaksi klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada atau terhadap perawat :
- Wajah cerah, tersenyum
- Mau berkenalan
- Ada kontak mata
- Bersedia menceritakan perasaan
- Berseddia mengungkapkan masalahnya
1. Bina hubungan saling percaya dengan :
- beri salam setiap berinteraksi
- Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat berkrnalan
- Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
- Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
- Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
- Buat kontrak interaksi yang jelas
- Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
Hubungan saling percaya merupakan langkah awal untuk melakukan interaksi
TUK 2 :
Klien mampu menyebutkan penyebab tanda dan gejala isolasi sosial
2.Setelah 2 kali interaksi klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri :
-Diri Sendiri
- Orang lain
- Lingkungan
-
1.Tanyakan pada klien tentang :
- Orang yang tinggal serumah atau dengan sekamar klien
- Orang yang paling dekat ddengan klien dirumah atau diruangan perawatan
- Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
- Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah atau diruangan perawat
- Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut
- Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang tersebut
2.Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri / tidak mau bergaul dengan orang lain
3.Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya
Dengan mengetahu tanda-tanda dan gejala, kita dapat menentukan langkah intervensi selanjutnya
TUK 3 :
Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
3.Setelah 2 X interaksi dengan klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya :
-Banyak teman
- Tidak kesepian
- Saling menolong
Dean kerugian menarik diri misalnya :
-Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi
-
1.Tanyakan pada klien tentang :
- Manfaat hubungan sosiial
- Kerugian menarik diri
2.Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri
3.Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Reinforcement dpat meningkatkan harga diri klien
TUK 4 :
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
4.Setelah 2 X interaksi klien dapat melaksanakan hubungan soosial secara bertahaap dengan :
-Perawat
- Perawat lain
- Kelompok
1.Observasi perilaku klien tentang berhubungan sosial
2.Beri motivasi dan bantuu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan perawat lain, klien lain, kelompok
3.Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
4.Diskusikan jadwal harian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
5.Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat
6.Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulanya melalui aktifitas yang dilaksanakan
Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan orang lain
TUK 5 :
Klien mampu menjelaskan perasaanya setelh berhubungan sosial
5.Setelah 2X interaksi klien dapat menyebutkan perasaanya setelah berhubungan sosial dengan :
-Orang lain
- Kelompok
1.Diskusikan dengan klien tentang perasaanya setelah berhbungan sosial dengan :
-Orang lain
- Kelompok
2.Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaaanya
Agar klien lebih percaya diri untuk berhungan dengan orang lain
TUK : 6
Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubyngan sosial
1.Setelah 2X kali pertemuan, keluarga dapat menjelaskan :
-pengertian menarik diri
-tanda dan gejala menarik diri
-penyebab dan akibat menarik diri
-cara merawat klien menarik diri
2.Setelah 2X pertemuan, keluarga dapat mempraktekkan cara merawat klien menarik diri
1.Diskusikan pentingya peran serta keluarganay sebagai pendukung untuk mengatasi perilaku menarik diri
2.Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri
3.Jelaskan pada keluarga tentang :
-pengertian menarik diri
-tanda dan gejala menarik diri
-penyebab dan akibat menarik diri
-cara merawat klien menarik diri
4.Latih keluarga cara merawat klien menarik diri
5.Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
6.Beri motivasi keluarga agar membantu klien bersosialisasi
7.Beri pujian pada keluarga atas keterlibatannya merawat klien dirumah sakit
Agar klien lebih percaya diri dan tau akibat tidak berhubungan dengan orang lain
TUK 7 :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
7.1 Setelah 2X interaksi klien menyebutkan :
-manfaat minum obat
-kerugian tidak meminum obat
-nama, warna, dosis, efek terapi, efek samping obat
7.2.Setelah...kali interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
7.3.Setelah...kali interaksi klien dapt menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
1.Diskusikan dengan klien tentang manfaaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi, dan efek samping penggunaan obat.
2.Pantau klien saat penggunaan obat
3.Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
4.Diskusikan berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
5.Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
Minum obat dapat menyembuhkan penyakit klien
Halusinasi
TUM : klien dapat mengontrol halusinasi
TUK :1
Klien dapat membantu hubungan saling percaya
1.1.Setelah 2X interaksi dengan klien, klien menunjukkan tanda percaya kepada perawat :
-ekpresi bersahabat
-ada kontak mata
-menunjukkan rasa senang
-mau berjabat tangan
-mau duduk berdampingan dengan perawat
-mengungkapkan masalah yang dihadapi
1.bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teraupetik :
-sapa klien dengan ramah , baik verbal maupun non verbal
- perkenalkan nama lengkap, nama panggilan dan tujuan berkenalan
- tanyakan nama yang disukai klien
-buat kontrak yang jelas
-tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
-beri perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
-tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
Hubungan saling percaya merupakan langkah awal untuk melakukan interaksi
TUK 2 :
klien dapat mengenal halusinasinya
2.1.setelah 2X interaksi klien menyebutkan
-isi
-waktu
-frekuensi
-situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
1. adakan kontrak langsung dan singkat secara bertahap
2. observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya.
-tanyakan apakah klien mengalami halusinasi
-jika klien menjawabnya, tanyakan apa yang dialaminya
-katakan bahwa perawat percaya
Mengetahui apakah halusinasi datang dan menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya
TUK : 3
klien dapat mengontrol halusinasi
1.setelah ... kali interaksi klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya
2. setelah... kali interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi
3. setelah .. kali interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara megatasi halusinasi
4. setelah.. klia interaksi, klen melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi dengar
5. setelah 2X interaksi, klien mengikuti terapi aktivitas kelompok
1.identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
2. diskusikan cara yang digunakan klien
-jika cara yang digunakan adaptif, beri pujian
-jika cara yang digunkan maladaptif diskusikan kerugian cara tersebut
3. diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi
-katakan pada diri sendiri ini tidak nyata (saya tidak mau mendengar)
-menemui orang tua /perawat untuk menceritakan tentang halusinasinya
-membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari-hari yang telah disususn
Klien dapat melakukan tindakan yang tepat saat halusinasinya muncul
TUK : 4
klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
1.setelah 2X interaksi klien dapat menyebutkan :
-manfaat dari minum obat
-kerugian tidak minum obat
-nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat
2. setelah ... kali interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
3. setelah.. kali interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat
1.diskusikan denagn klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, dan efek terapi dan efek samping penggunaan obat
2. pantau klien saat penggunaan obat
3. beri pujian bila klien menggunakan obat dengan benar
4. diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi denagn dokter
5. anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Minum obat dapat mengurangi halusinasi klien
3.
Harga Diri rendah
TUM :
Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap
TUK 1 :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 :
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
TUK 3 :
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
TUK 4:
Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
TUK 5 :
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
TUK 6 :
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1.klien dapat mengungkapkan perasaannya
2.ekspresi wajah bersahabat
3.ada kontak mata
4.menunjukkan rasa senang
5.mau berjabat tangan
6.mau menjawab salam
7.klien mau duduk berdampingan
8.klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Klien mampu mempertahankan aspek positif yang dimiliki
1.kebutuhan klien terpenuhi
2.klien dapat melakukan aktivitas terarah
1.klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
2.klien mengikuti terapi aktivitas kelompok
Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
1.klien mampu melakukan apa yang diajarkan
2.klien mau memberikan dukungan
1.bina hubungan saling percaya
a.sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
b.perkenalkan diri dengan sopan
c.tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d.jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
e.tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f.beri perhatian pada klien
2.beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakit yang dideritanya
3.sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4.katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong dirinya sendiri
1.diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan beri pujian /reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya
2.saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis
1.diskusikan kemampuan klien yangmasih dapat digunakan selama sakit
2.diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan dirumah nanti
1.rencanakan bersama klien aktivitas yang masih dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total
2.tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3.beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut melaksanakanny)
1.beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang direncanakan
2.beri pujian atas keberhasilan klien
3.diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
1.beri pendidikan kesehatan pada keluarga klien tentang cara merawat klien harga diri rendah
2.bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3.bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah
Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya
Pujian akan meningkatkan harga diri klien
Peningkatan kemampuan mendorong klien untuk mandiri
Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal untuk m eningkatkan harga diri rendah
Dengan aktivitas klien akan mengetahui kemampuannya
Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkanharga diri klien.
4.
Perubahan proses pikir: waham
TUK 1:
Membantu orientasi realitas
Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Membantu klien memenuhi kebutuhannya
Setelah 3 X interaksi klien menunjukan tanda-tanda:
Klien mulai jarang membicarakan wahamnya
Tanda dan gejala waham tidak terlihat
Jika klien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari hari
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi karena dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
Tingkatkan aktivitas klien yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
TUK 2:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
Melatih kemampuan yang dimiliki
Setelah 3 X interaksi klien menunjukan tanda-tanda :
Klien terbiasa melatih kemampuan yang dimilikinya
Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu dan saat ini
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya
Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya berikan pujian yang sesuai
TUK 3
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Setelah 3 X interaksi klien menyebutkan :
manfaat minum obat
kerugian tidak meminum obat
nama, warna, dosis, efek terapi, efek samping obat
Setelah...kali interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
Setelah...kali interaksi klien dapt menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter
Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaat dosis obat, jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa konsultasi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Strategi Komunikaasi dan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Diagnosa Isolasi Sosial
Orientasi
Salam terapeutik
"Assalamualaikum. Selamat Pagi bapak/ibu. Saya Suster…, panggil saja Suster… Saya mahasiswa Fakultas Keperawatan… yang akan bertugas disini dari jam 08.00-12.00 siang nanti."
Evaluasi / validasi
"Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?"
Kontrak
Topik : "Seperti janji seminggu yang lalu, hari ini kita akan diskusi tentang penyebab Bapak/Ibu kurang suka bergaul, apa saja keuntungan bergaul, apa saja keuntungan bergaul, dan apa saja kerugian bila tidak bergaul dengan orang lain."
Tempat : "Bapak/Ibu ingin bercakap-cakap dimana? Bagaimana bila di ruang duduk?"
Waktu : "Bapak/Ibu ingin bercakap-cakap berapa lama?"
Kerja
"Apa yang membuat Bapak/Ibu tidak suka bergaul dengan orang lain?"
"Apakah karena sikap atau perilaku orang lain terhadap Bapak/Ibu? Atau ada alasan lain?"
"Apakah ruginya kalau kita tidak punya teman?"
"Menurut Bapak/Ibu, apakah keuntungannya kalau kita banyak teman?"
"Nah kita sudah mengetahui penyebab Bapak/Ibu tidak mau bergaul dengan orang lain, ruginya tidak punya teman, dan untungnya punya teman?"
Terminasi
Evaluasi subjektif
"Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi mengenai penyebab Bapak/Ibu tidak mau bergaul dengan orang lain beserta keuntungan dan kerugiannya?"
Evaluasi objektif
"Bisakah Bapak/Ibu menceritakan kembali tentang keuntungan dan kerugian bergaul dengan orang lain?"
Rencana tindak lanjut
"Bagaimana Bapak/Ibu. Apakah Bapak/Ibu ingin belajar bergaul dengan orang lain?"
Kontrak yang akan datang
Topik : "Bagaimana kalau besok kita belajar mengenai cara-cara bergaul dengan orang lain?"
Tempat : "Dimana nanti kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau disini saja?"
Waktu : "Bapak/Ibu inginnya jam berapa? Bagaimana kalau jam 13.00, setelah Bapak/Ibu makan siang?"
Strategi Komunikaasi dan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Diagnosa Halusinasi
Orientasi
Salam terapeutik
"Selamat pagi, assalamualaikum... boleh saya kenalan dengan Ibu? Nama saya…, bolh panggil saya…, saya mahasiswa keperawatan…, saya sedang praktik disini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WID siang. Kalau boleh saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?"
Evaluasi/validasi
"Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan atau tidak?"
Kontrak
Topik: "Apakah Ibu tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya? Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?
Waktu: "Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?"
Tempat: "Di mana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu, tau mau dimana?"
Kerja
"Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?"
"Apa yang dikatakan suara itu?"
"Apakah Ibu melihat sesuatu/orang/bayangan/makhluk?"
"Seperti apa yang kelihatan?"
"Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saya?"
"Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?"
"Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?"
"Pada keadaan apa, apakah pada saat sendiri?"
"Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar suara tersebut?"
"Apa yang Ibu lakukn saat melihat sesuatu?"
"Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?"
"Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut menghilang?"
"Baagaimana kalau kita belajar untuk mncegah suara-suara atau bayangan tersebut agar tidak muncul?"
"Ibu, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul"
"Pertama, dengan menghardik suara tersebut."
"Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain."
"Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal."
"Keempat, minum obat dengan teratur."
"Bagaimana jika kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghadik."
"Caranya seperti ini:
Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar… Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa."
Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibubilang, pergi saya tidak mau lihat, saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tidak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa."
Terminasi
Evaaluasi subjektif
"Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang atau tidak dengan latihan tadi?"
Evaluasi objektif
"Setelah kita ngobroltadi, sekarang coba Ibu simpukan pembicaraan kita tadi?"
"Coba sebutka cara umtuk mencegah suara dan bayangan itu agar tidak muncul lagi."
Rencana tindak lanjut
"Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silahkan Ibu coba cara tersebut. Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?"
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien)
Kontrak yang akan datang
Topik: "Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?"
Waktu: "Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?"
Tempat: "Kira-kira tempt yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih disini atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum…"
Strategi Komunikaasi dan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Diagnosa
Orientasi
Salam Terapeutik
" Assalamualaikum. Selamatpagi Ibu.. ,sayasuster... , panggilsaja Suster… Saya perawat yang akanbertugasdisinidari jam 08.00 – 12.00 siangnanti."
Evaluasi/ validasi
"Bagaimana perasaan bapak/ibu hari ini?"
Kontrak
Topik
"Apa yang menyebabkan ibu dibawa kesini?apakah ibumasih mengingat nya?"
"Bagaimana kalau kita membicarakan tentang alasan ibu tidak mau bergaul dengan orang lain dan terus menyendiri saja didalam kamar?"
Tempat
"Dimanakita bias membicarakannya?
bagaimanakalau di luarsaja?"
Waktu
kira-kira 20menit saja. Apakahibubersedia ?"
Kerja
"Coba ibu ceritaka napa yang menyebabkan ibu tidak mau bergaul dengan orang lain ?apa yang menyebabkanibumerasabersalah?
Apa yang menyebabkan ibu merasa sangat bodoh ?"
"Bagaimanadengankemampuan lain sepertikemampuanakademiklainnyaselainkomputer ?
(Jikakliendiamsajaataumenggeleng)
Susteryakinibupastimemilikinya ,atauibumemilikihobi yang ibusukai ?"
(Jikaklienmengangguk)
"Nah apasajabu ?cobaceritakanpadasuster. Bagus ,apalagibu ? Sayabuatdaftarnyaduluyabu .Apalagikegiatanlain ?Menyanyi ,menjahit , mengajimisalnya ? Wah…bagussekaliada 7 kemampuan yang ibumiliki."
"Bu, daritujuhkemampuan yang ibumilikimana yang masih bias dilakukan di rumahsakit ?Cobakitalihat yang pertama bias kanbu ?yangkedua ………. (misalnyaada 3 kemampuan yang bias dilakukan) " Wah , bagussekalibumasihadatigakemampuan yang bias dilakukan di rumahsakit."
" Sekarangibucobapilihsalahsatu yang mampudilakukandirumahsakit. Bagussekali, sekarangkitacobalatihkemampuanibudalammembaca Al-Quran." Apakahibupernahmengajiselamaberada di rumahsakit ?" Bagussekali. "Biasanya Al-Qurannyadidapatdarisiapa ?"Baiklah ,sekarangsusterpinjamkan Al-Quran, dancobaibumembacaayat yang ibuinginkan."
"Bagussekalibacaanibu ,pembacaanhurufnyajugatepat."
" Sekarangcobadilanjutkankeayat yang berikutnya."
"Nah, sekarangkitasudahselesaimengaji, ibututupsaja Al-Qurannya."
Terminasi
Evaluasi Subjektif
"Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan mengaji tadi?"
Evaluasi Objektif
"Ternyata masih banyak kemampuan ibu yang bias dilakukan di rumahsakitini yang sudah ibu praktikkan dengan baiksekali."
Rencana Tindak Lanjut
"Bagaimana kalau kita masukkan kegiatan ini di dalam jadwal harian ibu? Menurut ibu mau jam berapa dan berapa lama?"
"Bagussekali ,berarti jam 05.30 setelahsolaatsubuhdan 18.30
setelahsolatmagribya bu."
Kontrak yang akan Datang
Topik
"Baiklah ,bagaimanakalau selanjutnya kita belajar menanam bunga?"
Tempat
"Tempatnya disini saja ya bu ."
Waktu
"Bagaimana jika dua lagi?Baik kalau begitu saya pamit dulu ya bu…"
Strategi Komunikaasi dan Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Diagnosa Perubahan proses pikir: Waham
Orientasi
Salam terapeutik
"Assalamu'alaikum pak… bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya? Nama saya… bisa dipanggil ….saja. Bapak ingat? Seperti kemaren, hari ini saya bertugas disini dari 07.00 – 12.00 siang nanti."
Evaluasi/validasi
"Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak? Sekarang bapak ada keluhan tidak? Bagaimnan giginya? Sudah sembuh?"
Kontrak
Topik
"Baiklah, sesuai janji kemaren hari ini kita akan ngobrol ya Pak? Bagaimana kalau hari ini kita bercakap – cakap tentang bidang yang bapak sukai?
Tempat
Dimana kita duduk?
Waktu
Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?"
Kerja
"Bidang apakah yang bapak sukai? Kemaren bapak sempat mengatak memiliki toserba, apakah bapak suka dengan bisnis? Mengapa Bapak menyukainya? Bagaimana dengan politik? Apakah Bapak juga menyukainya? Karena beberapa hari lau Bapak juga mengatakan kepada saya ingin membuat partai politik baru, benar Pak? Mana yang lebih bapak sukai bisnis atau politik? Mengapa bapak lebih menyukai itu? Karena sekarang Bapak sedang berada disini apakah menurut Bapak, bapak bisa menjalankan bidang yang Bapak minati tersebut? Bagaimana caranya? Apakah bisa kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari – hari?"
Terminasi
Evaluasi subjektif
"Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap?"
Evaluasi objektif
"jadi bidang apa yang Bapak sukai?"
Rencana tindak lanjut
"Setelah kita ngobrol tentang bidang yang Bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan lain yang Bapak miliki?
Kontrak yang akan datang
"bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan lain yang Bapak miliki. Bapak setuju? Kira – kira kita besook bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 saja? Bagaimana kalau di tempat ini lagi kita ngobrolnya? Sampai ketemu besok ya Pak."
BAB 3
ANALISIS FILM "A BEAUTIFUL MIND"
Judul Film : A Beautiful Mind
Pemain Utama : Russell Crowe sebagai John Forbes Nash, Jr.
Tahun produksi : 2001
Durasi Film : 02 : 15 : 19
Jenis Gangguan : Schizophrenia Paranoid
Jenis Gangguan
No
Jenis Gangguan
Waktu Pemunculan
1.
Adanya Delusi
00 : 33 : 05
2.
Adanya halusinasi
00 : 05 : 40
3.
Adanya gangguan emosi
01 : 24 : 59
4.
Social Withdrawl
00 : 22 : 08
5.
Gejala motorik
00 : 04 : 56
Jenis Pendekatan Terapi
No
Pendekatan
Waktu Pemunculan
1
ECT (Electroshock Therapy)
01 : 19 : 28
2
Terapi obat psikoterapetik
01 : 23 : 25
Film A Beautiful Mind menggambarkan kisah John Forbes Nash, seorang ahli matematika jenius yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan dasar dari teori ekonomi kontemporer. Nash mengidap schizophrenia selama perang dingin berlangsung, sehingga membuat dirinya hidup dalam halusinasi dan selalu dibayangi ketakutan hingga harus berjuang keras untuk sembuh dan meraih Nobel pada tahun 1994, saat ia memasuki usia senja.
Hari-hari pertama kuliahnya di Universitas bergengsi, Princeton University pada tahun 1948. Nash - lelaki sederhana dari dusun Virginia digambarkan sebagai pribadi penyendiri, pemalu,kaku , tidak suka bergaul dengan lingkungan sekitar , rendah diri, introvert sekaligus aneh. Berkali-kali dia membuat pengakuan bahwa dirinya tak terlalu suka berhubungan dengan orang dan ia merasa bahwa tak ada orang yang menyukainya. Dibalik kekurangannya, Nash digambarkan sebagai lelaki arogan yang bangga akan kepandaiannya, ditunjukkan dari cara ia menolak mengikuti perkuliahan yang ia anggap hanya membuang-buang waktu dan membuat otak menjadi tumpul. Nash lebih memilih menghabiskan waktunya diluar kelas demi mendapatkan ide guna meraih gelar dokornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler Defense Lab di MIT.
Nash mendapat teman sekamar yang sangat memakluminya, Charles Herman yang memiliki keponakan seorang gadis cilik Marcee. Nash yang amat terobsesi dengan matematika, sampai ia selalu menulis berbagai rumus di kaca jendela kamar dan perpustakaan yang akhirnya secara tak sengaja berhasil menemukan konsep baru yang bertentangan dengan teori bapak ekonomi modern dunia, Adam Smith. Konsep inilah yang dinamakannya dengan teori keseimbangan, yang mengantarkannya meraih gelar doktor. Mimpinya menjadi kenyataan. Selain meraih gelar doktor, ia berhasil diterima sebagai peneliti dan pengajar di MIT.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta sebagai mata-mata oleh Pentagon untuk memecahkan kode rahasia yang dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Pekerjaan ini membuat Nash terobsesi sampai ia lupa waktu dan meupakan dunianya sendiri.
Seorang mahasiswinya yang cantik bernama Alicia Larde, berhasil membuat Nash sadar bahwa hidupnya membutuhkan cinta. Ketika mereka menikah, Nash justru semakin parah dan selalu merasa dalam ancaman bahaya gara-gara pekerjaannya tersebut. Semakin hari Nash semakin terlihat aneh dan ketakutan, sampai akhirnya dia ditangkap dan dibawa ke rumah sakit jiwa oleh Dr. Rosen (seorang ahli jiwa) ketika Nash sedang presentasi di sebuah seminar di Harvard. Dari situlah terungkap, bahwa ia mengidap Schizophrenia Paranoid. Teman sekamarya, Charles, Marcee, Parcher dan beberapa kejadian lainnya hanyalah khayalan belaka. Untungnya, ia memiliki istri setia yang selalu member semangat pada suaminya. Dengan semangat dan cinta kasih yang diberikan istrinya pada Nash, membuat ia bangkit dan berjuang melawan penyakitnya.
Nash diberikan terapi ECT (Electroshock Therapy) yaitu dengan elektrokonvulsif 5 kali dalam seminggu selama 10 minggu. Sebelum dilakukan prosedur kejutan, Nash disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cidera. Kemudian dialirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang menghasilkan kejang. Kejang inilah yang menjari terapetik bukan arus listriknya. Efek samping dari terapi dan obat yang diberikan yaitu menurunkan sebagian ingatan dan menurunkan gairah seksual. Efek samping ini dapat dihindari dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.Terapi kejut dilakukan karena pengobatan antidepresan pada saat itu sulit didapatkan.
Setelah menjalani terapi di rumah sakit, Nash diberikan perawatan di rumah dengan obat psikoterapetik, obat ini harus diminum secara teratur guna membantu menghilangkan halusinasi, konfusi dan memulihkan proses berpikir rasional. Efek samping dari obat ini adalah sulit berkonsentrasi, menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.
Selain menjalani perawatan dan mengkonsumsi obat, terapi yang paling penting yaitu dukungan dari istrinya, ini merupakan terapi yang berpengaruh paling besar untuk menghadapi kejadian yang dapat membuat stressor penderita. Rasa empati, penerimaan, dorongan untuk berinteraksi sosial dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus berusaha melawan halusinansinya.
Pada akhir cerita, John Nash dapat mengatasi skizofrenia nya tanpa melakukan pengobatan yang sebelumnya dia jalani, melainkan dengan cara tidak mempedulikan hal-hal yang dia anggap tidak nyata namun hadir di hari-harinya, disamping itu dia mendapatkan dukungan dari istrinya untuk terus berusaha melawan halusinasinya. Sampai pada akhirnya, John nash berhasil meraih apa yang selama ini tidak pernah dia pikirkan sebelumnya yaitu meraih penghargaan Nobel atas konsep ekonomi yang dia ciptakan yang kini dijadikan dasar dari teori ekonomi kontemporer.
Analisa Cerita Berdasarkan Ilmu Psikologi
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita Schizophrenia Paranoid, yang ditandai dengan indikasi sebagai berikut:
Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Tidak realistik, Tidak logis, Menetap, Egosentris, Diyakini kebenarannya oleh penderita, Tidak dapat dikoreksi, Dihayati oleh penderita sebagai hal yang nyata,
Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu di mana seseorang percaya bahwa ia diikuti atau akan disakiti oleh seseorang atau keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting, mungkin mempunyai kelebihan kekuatan yang terpendam, atau benar-benar merupakan figur orang kuat sepanjang sejarah . John Nash menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.
Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius, dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.
Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya), William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.
Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
Adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.
Social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash bertambah parah, yaitu:
(1) Kalah bermain dari temannya
(2) Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
(3) Merasa tidak dapat melayani isterinya
(4) Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi sosial
Data Subjektif
Data Objektif
Nash mengatakan bahwa dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya .
Nash tidak memiliki banyak teman , ia lebih meluangkan waktunya di luar kelas dan belajar secara otodidak , memahami dan memecahkan suatu masalah melalui pemikirannya sendiri karena menurutnya kuliah hanya membuang waktu dan mengekang kreativitas seseorang dan hanya membuat otak tumpul. Nash tidak berani menatap lawan bicaranya serta selalu menunduk pada saat bericara serta kurangnya komunikasi verbal dengan teman kuliahnya.
Perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
Data Subjektif
Data Objektif
Nash mengalami ketakutan pada suatu hal yang tidak jelas , ia merasa bahwa orang/ kelompok tertentu sedang mengancam/ berencana membahayakan dirinya karena pekerjaannya sebagai agen rahasia. Nash semakin hari terlihat dan takut ketika ia sedang membawakan makalahnya di sebuah seminar di Harvard.
Nash berhalusinasi bertemu dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles (teman sekamarnya) , William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Nash berkomunikasi dengan tokoh-tokoh khayalannya seolah-olah mereka benar-benar nyata dan akhirnya ia membuat laboratorium , serta ia berhalusinasi adanya nomor kode yang dipasang pada tangannya / implant code.
Perubahan sensori : waham kebesaran
Data Subjektif
Data Objektif
Nash merasa memiliki suatu kelebihan dan kekuatan menjadi orang penting karena ia menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik serta menjadi mata-mata / agen rahasia
Nash yakin bahwa ia adalah pemecah kode rahasia terbaik dan itu tidak benar / tidak sesuai dengan kenyataannya.
KESIMPULAN
Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyakit ini terjadi karena pengaruh koping individu yang tidak efektif ketika dihadapkan pada suatu masalah. Berdasarkan penelitian bahwa klien dengan diagnosa skizofrenia 70%mengalami harga diri rendah dan halusinasi, sedangkan 30% mengalami kerusakan komunikasi verbal.
Berdasarkan hasil analisis film A Beautiful Mind didapatkan 3 diagnosa keperawatan utama yang muncul yaitu isolasi sosial , perubahan persepsi sensori : halusinasi penglihatan, dan perubahan sensori : waham kebesaran. Adapun beberapa terapi yang digunakan untuk mengontrol halusinasinya yaitu terapi kejang listrik ( ECT) , terapi obat dan terapi kognitif dari sang istri serta dukungan dari keluarga yang membuat Nash berjuang melawan penyakitnya.
REFERENSI
Ardi, Ardani, Tristiadi, dkk. 2007. Psikologi Klinis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa ,Jakarta
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju.
Kartono, Kartini. 2000 Psikologi Abnormal. Bandung: Mandar Maju.
Kuntojo. 2009. Psikologi Abnormal. Kediri: Universitas Nusantara Pgri Kediri
Maramis, W.F. 2008 Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Universitas Airlangga
Muslim, Rusdi, ed. 1995. Buku Saku PPDGJ III. Jakarta.
Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT Refika Aditama.
Fitria,Nita.2011.PrinsipDasardanAplikasiPenulisanLaporanPendahuluandanStrategiPelaksanaanTindakanKeperawatan.Jakarta: SalembaMedika
LAMPIRAN
Pertanyaan
Apa pengertian dari Psikosis/Psikosa?
sebutkan contoh faktor predisposisi dan presipitasi penyebab terjadinya psikosa!
Sebutkan tanda dan gejala dari psikosa? (minimal 3)
Apa pengertian Dari Waham/Delusi?
Sebutkan macam-macam psikosis organik!
Apa yang dimaksud skhizofernia?
Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah fase kambuh pada pasien penderita psikosis?
Sebutkan Jenis Terapi/ pengobatan pada pasien psikosis?
Sebutkan Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikosis!
Apa data objektif yang mungkin terlihat pada klien dengan masalah keperawatan harga diri rendah?
Jawaban
psikosis adalah gangguan jiwa berat. Yang menyebabkan ketidak mampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya, sehingga kehilangan kesadaran intelektual, emosianal, dan/atau spiritual. Namun tidak dirasakan keberadaanya oleh penderita (penderita tidak menyadari bahwa dirinya sakit).
Faktor Predis Posisi
Faktor pendorong, mencangkup faktor Bio-Psiko-Sosial-Budaya yang dibawa sejak lahir dan bersifat alamiah. Dan merupakan faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah terhadap sumber atau kemaqmpuan yang dapat digunakan untuk mengatasi stres.
Faktor Presipitasi
Faktor pencetus, merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang mengakibatkan ketegangan dan menimbulkan stres.
Halusinasi, delusi/waham, agrigasi, dll.
Delusi atau wahama adalah keyakinan yang dipertahankan secara kuat namun tidak akurat (tidak memiliki dasar dalam realitas)
Psikosis Organik:
Alcoholic psychosis, terjadi karena fungsi jaringan otak terganggu atau rusak akibat terlalu banyak minum minuman keras.
Drug psychose atau psikosis akibat obat-obat terlarang (mariyuana, LSD, kokain, sabu-sabu, dst.).
Traumatic psychosis, yaitu psikosis yang terjadi akibat luka atau trauma pada kepala karena kena pukul, tertembak, kecelakaan, dst.
Dementia paralytica, yaitu psikosis yang terjadi akibat infeksi syphilis yang kemudian menyebabkan kerusakan sel-sel otak.
Schizophrenia adalah kepribadian yang terbelah (split of personality), yaitu adanya jiwa yang terpecah belah. Antara pikiran, perasaan, dan perbuatan terjadi disharmoni.
a. Berikan pengobatan yang tuntas (tidak putus obat).
Berikan Dukungan moral (dari keluarga, kerabat, pelayan kesehatan, dll)
Ciptakan lingkungan yang mendukung
Terapi/ pengobatan psikosis:
Medikamentosa (Farmako terapi)
Terapi Kejut Listrik (Elektroconvulsive Therapy, ECT)
Psioterapi dan rehabilitasi.
Lobotomi Prefrontal
Masalah keperawatan Pasien Psikosis:
Isolasi social
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
Harga diri rendah
Koping Individu Tidak Efektif
Kurang Pengetahuan
Gangguan Proses Pikir
Kerusakan Komunikasi Verbal
10. A. Klien tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain.
B. Klien jarang memulai pembicaraan dengan orang lain.
C. Klien tidak mau menatap wajah lawan bicara.
D. dll