EKSTERNAL EYE DISEASE
suatu peradangan supuratif kelenjar zeis, kelenjar moll (hordeolum eksternum) eksternum) atau kelenjar meibom (hordeolum internum).
Hordeolum interna :
Hordeolum eksterna :
Penonjolan terutama ke konjungtiva tarsal.
ke daerah kulit kelopak atau keluar
Ukuran > besar
Nanah dpt keluar dr pangkal rambut
PENYEBAB Infeksi : stafilokokus, moraxella GEJALA KLINIS Subyektif : rasa mengganjal, nyeri tekan Obyektif : benjolan palpebra sup/inf, merah, nyeri tekan pada pangkal bulu mata. Scr umum ~ abses kecil
Hordeolum eksternum Infeksi di pangkal silia atau kelenjar Zeiss Palpebra
Bengkak
Hiperemis
Mikroabses terlihat kulit berwarna kuning
PENYULIT Selulitis palpebra Abses palpebra Selulitis palpebra
DD : Selulitis preseptal Konjungtivitis adenovirus Granuloma pyogenik
TERAPI : Stadium infiltrat :
Kompres air hangat slm 10-15 mnt, 3-4x sehari Antibiotik :
Topikal ~ 7-10 hari
Sistemik
Stadium abses
Insisi & drainase
Higienis ~ mencegah infeksi b’ulang
Cara insisi : Anestesi
lokal : prokain 2% (infiltratif) & pantokain 2% (tetes mata)
umum bila perlu, tu pd anak atau orang yg takut.
Hordeolum interna : vertikal. Hordeolum eksterna : horizontal ~ lipatan kulit.
KALAZION Suatu peradangan steril lipogranuloma menahun dengan konsistensi tidak lunak dari kelenjar meibom
PENYEBAB : idiopatik Hipotesis : pembuntuan pd ekskresi kelenjar meibom retensi kista inflamasi granuloma
Subyektif :
Inflamasi ringan Gx refraksi : astigmatisme, tu bila kista yg besar menekan bola mata
Obyektif :
Palpebra : tampak tebal, edema, teraba benjolan dgn konsistensi agak keras. Pd ujung kel. Meibom tdpt massa kuning dr sekresi kelenjar yg tertahan Pd kalazion yg t’infeksi tjd jaringan granulasi yg menonjol keluar.
Kalazion Kalazion Jaringan granuloma pada tarsus inferior
Hordeolum interna Abses palpebra Meibomianitis Kista retensi kel. Moll Hemangioma palpebra Neurofibromatosis
Kompres hangat Pengurutan ke arah muara kel. Meibom Pembedahan : insisi & kuratase utk mengeluarkan isi kelenjar. Cara Insisi ~ hordeolum interna
PTERIGIUM Penebalan konjungtiva bulbi yg berbentuk segitiga, mirip daging yg menjalar ke kornea.
Keluhan px : mata merah & timbulnya bentukan seperti daging yg m’jalar ke kornea. Gambaran klinis ada 2 : Tebal & pembuluh drh >>> Tipis & pembuluh drh –
(infiltrat Is l e t o f f u c h dpn apek pterigium).
kecil pd bagian
Pterigium Pertumbuhan jaringan fibrovaskular ke dalam kornea Bentuk segitiga pada daerah celah kelopak konjungtiva
Pterigium iritatif Pertumbuhan iritatif bentuk segitiga menuju kornea hiperemia
Pinguekulum /Pinguekulitis
Pseudopterigium
• Bercak putih merupakan degenerasi hialin konjungtiva • Pembuluh darah sekitar melebar
Astigmatisme ireguler pd pterigium yg tebal Visus menurun bila menutup optic center.
Pterigium ringan tak perlu diobati. Pterigium yg t’iritasi :
anti inflamasi tetes mata
Steroid
NSAID : indomethacin 0,1%, Na diclofenac 0,1%
Vasokonstriktor tetes mata
Indikasi opx (eksisi): Pterigium yg menjalar ke kornea sampai > 3 mm dr limbus Pterigium mencapai jrk > ½ antara limbus & tepi pupil Pterigium dgn keluhan >> mata merah, barair, dan silau krn astigmatisme. Kosmetik, tu. wanita
KONJUNGTIVITIS
Gejala Umum Hiperemia
Folikel
Epifora
Pseudomembran
Eksudat
Granuloma
Pseudoptosis
Phlycten
Hipertrofi Papiler
Limfadenopati preaurikuler
Kemosis
Klasifikasi perjalanan sakit Hiperakut: •
Neisseria gonorrhoeae
•
Neisseria meningitidis
Akut:
Sub Akut: •
Haemophilus influenza
Kronik:
•
Pneumococcus
•
Staphylococcus aureus
•
Haemophilus aegyptius
•
Moraxella lacunata
KONJUNGTIVITIS AKUT BAKTERIAL Ax: mata merah, nrocoh, ngeres, tidak kabur < 2 mingggu y.l DP: • •
Palpebra : edema uni/bilateral, normal Konjungtiva: hiperemi konjungtiva, hipertrofi papil, sekret mukopurulen.
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
KONJUNGTIVITIS AKUT BAKTERIAL PDx: bila tidak membaik dengan terapi yang adekwat perlu dilakukan : Scrapping
konjungtiva: Gram, Giemsa
Kultur Tes
sensitivitas antibiotik
KONJUNGTIVITIS AKUT BAKTERIAL PTx: Antibiotik Topikal (e.o/e.d) 1st. Empiris 2nd. Tes sensitivitas 3rd. Broadspectrum Gentamisin, Kloramfenikol, Polimiksin, Sulfa, Tobrammisin, Eritromisin. e.d: 5 dd e.o: sebelum tidur - Bebat Mata: JANGAN - Bersihkan sekret sesering mungkin dan SEBELUM memberi antibiotik topikal
KONJUNGTIVITIS AKUT BAKTERIAL Prognosa:
Self-Limited dss
•
Tanpa tx: 10-14 hari
•
Dengan tx: 1-3 hari
Penyulit: 1.
Staphylococcal conj: Blepharoconjungtivitis,lanjut fase kronik
2.
Gonococcal conj: Perforasi kornea, endoftalmitis
KONJUNGTIVITIS VIRAL
KONJUNGTIVITIS VIRAL KONJUNGTIVITIS HERPETIK: 1. HSK 2. Konjungtivitis Varisela Zoster
HSK Infeksi primer HSV atau infeksi recurent ocular herpes, Anak Gx: mata merah (injeksi) unilateral, iritasi, mucoid discharge, nyeri, mild photofobia Manifestasi Herpes di kulit (+) pKGB pre aurikuler
HSK PDx: Scrapping: MN (folikular), PMN(pseudomembran) Giemsa: giant epithelial cell Perjalanan sakit: 2-3 minggu PTx: 1. Neonatus: Antiviral (acyvlovir)sistemik 2. Adult/>1th: self- limited dss Antiviral topikal 5 dd, 7-10 hari
Konjungtivitis Varisela Zoster (Shingle, Posterior ganglionitis ac) Inf Herpes Zoster, ganglion Gaseri N.V Usia >50 tahun (dapat segala usia) Gx: mata merah, nrocoh, nyeri, visus N DP: • Manifestasi kulit (+) unilateral sesuai dermatom N. V • Konj: hiperemi, pseudomembran, papil
Konjungtivitis Varisela Zoster PDx: Giemsa (sel raksasa) PTX: Acyclovir
400 mg/hari, 5 hari
Hervis e.o 5 dd OD/S
Analgesik
p.o
Kompres dingin Penyulit: scar palpebra, neuralgia, parese N.III, IV, VI, atrofi N.II
Konjungtivitis Vernal Berulang menurut MUSIM rekuren dan bilateral Etio:? alergi: RHS tipe 1 (BUKAN atopi) Usia 5-20 tahun (10 th) Klasifikasi menurut lokasi: tipe palpebral & limbal Patobiologi: infiltrasi limfosit, plasma, eosinofil di substansia propia Ax: GATAL (terutama musim panas) Mata merah kecoklatan (kotor) Mata berair (sekret molor) Riwayat alergi lain pada px atau keluarga
KONJUNGTIVITIS VERNAL Hipertrofi papiler
DP Konjungtivitis Vernal Tipe Palpebral: -
Tarsal Superior:
Tipe Limbal: -
Hipertrofi papil di limbus superior
(Cobble stone)
-
Trantas dot
Sekret mukoid
-
Pannus
Hipertrofi papiler
-
Tarsal Inferior: Hiperemi, edema
-
Kelainan kornea lebih berat
Tapi kedua tipe ini dapat terjadi bersamaan.
Konjungtivitis Vernal PDx: Scrapping konjungtiva/ sekret (eosinofil) DD:Trakoma, Hay Fever konjungtivitis PTx: 1st. A-histamin: Naphazoline (vernasel ) 2nd.Mast cell stabilizer: Sod.chromoglikat 2% (conver ) , diberikan terus selama 4-5 bulan walau mata tidak merah
Terapi Konjungtivitis Vernal 2 3rd. Kortikostero Kortikosteroid id Topikal: CS yg relatif aman bg mata (fluorometholone) tiap 2jam slm 4 hari 4th.Kasus berat:dipertimbangkan Kortikosteroid, A-histamin p.o A-Prostaglandin A-Prostaglan din (aspirin) (aspirin) 3x650mg/hr 3x650mg/hr
Edukasi Konjungtivitis Vernal 3-4x/hari • kompres dingin 10’, 3-4x/hari • pakai pelindung (kacamata, topi) • pindah ke daerah dingin (bila mungkin) • etiologi & perjalanan sakit
(4-10 thn,remisi eksaserbasi) • Tidak boleh memakai steroid topikal
terus menerus (e.s.o)
RESUME Klinik Sitologi
Viral
Bakterial
Klamidia
Alergi
Gatal
<
<
<
>>>
Hipremi
+
+
+
+
Eksudat
Profus
Sedang
Sedang
Sedang mukoid
mukus Mukopur ulent Scraping monosit
PMN bakteri
molor PMN,plas eosinofil ma,inclysio n body
KERATOKONJUNGTIVITIS ATOPIK Riwayat Atopi (eczema, asma) px/keluarga Berkurang setelah dekade kelima Ax: hiperemi, burning sensation, mucoid discharge, fotofobia DP: tarsus= hiperemi, fine papillae(inferor) konjungtiva=milky app Corneal sign muncul stlh seringnya eksaserbasi
KERATOKONJUNGTIVIT IS ATOPIK PDx: scrapping (eosinofil) PTx: 1. Mast-cell stabilizer topikal jangka lama 2. Anti histamin p.o 3. Steroid topikal jangka pendek 4. Environmental control 5. Cegah infeksi sekunder
KERATOKONJUNGTIVIT IS ATOPIK Penyulit: - Scar di konjungtiva dan kornea - Katarak atopi - Posterior subcapsular plaque
Trakhoma adalah keradangan konjungtiva yang disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis serotipe A, B, B a dan C. Terdapat pada masyarakat dengan higiene yang kurang Penyebarannya adalah melalui kontak langsung atau melalui fomites
Masa inkubasi 5-14 hari Awal penyakit: mata merah, epifora, eksudasi, hipertrofi papiler, folikel pada limbus dan tarsal
Established trachoma: Keratitis epitelial superior, keratitis subepitel, pannus, dan Herbert’s pits
Gambaran klinik trakhoma menurut McCallan: Stadium I : Folikel imatur & hipertrofi papiler pada tarsus superior Stadium IIa: Folikel matur & hipertrofi papiler pada tarsus superior Stadium IIb: Hipertrofi papiler semakin jelas hingga menutupi folikel Stadium III : Trakhoma aktif & sikatriks Stadium IV : Sikatriks tanpa tanda trakhoma aktif
Grading menurut World Health Organization: TF = 5 folikel trakhoma pada konjungtiva tarsus superior TI = Inflamasi trakhomatus difus & hipertrofi papiler pada konjungtiva tarsus superior, yang mengaburkan 50% pembuluhpembuluh darah profundus TS = Sikatriks konjungtiva trakhomatus TT = Trikiasis trakomatus atau entropion CO = Kekeruhan kornea (Corneal opacity )
Pemeriksaan Laboratorium: Kerokan konjungtiva dicat dengan Giemsa didapatkan Chlamydial inclusion bodies pada sitoplasma sel-sel konjungtiva Halberstaedler-Prowasek Inclusion Bodies Kultur Yolk sac,McCoy Type II Direct Fluorescent Antibody pada hapusan konjungtiva.
Diagnosa Banding: vernal, hay fever
Komplikasi: - Sikatriks konjungtiva - Tear deficiency syndrome - Trikiasis, entropion - Ulkus kornea, sikatriks kornea - Kebutaan
Tata laksana: Topikal: - Tetrasiklin 1% salep mata 4x/hr 3 bln - Erithromycin 1% tetes/ salep mata 4x/hr 3
bulan
- Sulfacetamid 10% tetes mata 4x/hr 3
bulan
Sistemik: - Tetrasiklin 4x250 mg/hr 3-4 minggu - Erithromycin 4x250mg/hari 3-4 minggu Dapat juga dengan dosis yang diperbesar & lama pemberian lebih pendek: 2-4 g/hr selama 14 hari. - Azithromycin 20mg/kg BB single dose
Pada kondisi higiene yang baik lebih ringan sehingga komplikasi yang berat dapat dihindarkan. Pada kasus-kasus yang berat terjadi sikatriks atau penyulit-penyulit lain yang dapat mengakibatkan kebutaan.
Inclusion conjunctivitis adalah keradangan konjungtiva yang disebabkan oleh Chlamydia oculogenitalis serotipe D-K. Biasanya bilateral dan terjadi pada dewasa muda yang aktif secara seksual.
Penularan ke mata pada dewasa biasanya terjadi melalui seks oral-genital atau melalui tangan ke mata. Pada bayi yang baru lahir (neonatus), penularan terjadi selama proses kelahiran, melalui kontak langsung konjungtiva bayi dengan sekret cervix.
Gambaran Klinis: Inclusion conjunctivitis dapat bersifat akut atau subakut. Pada neonatus, klinis tampak pada hari ke 5-19 setelah kelahiran gambaran konjungtivitis papiler dengan eksudat mukopurulen, dan pada kasus hiperakut kadang terbentuk pseudomembran yang dapat menimbulkan sikatriks.
Pada dewasa: - Kelopak mata sedikit edema + eksudat mukopurulen - Konjungtiva palpebra mula-mula tampak hipertrofi papiler, diikuti pembentukan folikel-folikel besar terutama di forniks konjungtiva inferior, dapat mengenai konjungtiva tarsus superior.
Pemeriksaan Laboratorium: Kerokan konjungtiva dicat dengan Giemsa didapatkan Chlamydial inclusion bodies pada sitoplasma sel-sel konjungtiva Halberstaedler-Prowasek Inclusion Bodies Kultur Yolk sac,McCoy Type II Direct Fluorescent Antibody pada hapusan konjungtiva.
Diagnosa Banding: Trakhoma dapat dibedakan dari inclusion conjunctivitis secara klinis: 1. Folikular trakhoma yang aktif pada umumnya terjadi pada anak-anak atau orang yang tinggal dalam masyarakat endemis trakhoma. 2. Pada trakhoma sering terjadi sikatriks konjungtiva. 3. Pada trakhoma terdapat tanda patognomonis yaitu Herbert’s pits yang menandakan bahwa sebelumnya pernah terjadi trakhoma.
Komplikasi: Komplikasi yang dapat terjadi bila tidak diobati adalah sikatriks konjungtiva ringan dan pannus pada kornea superior.
Tata Laksana: Pada neonatus: - Erithromycin sirup 40mg/kg/hr dibagi dalam 4 kali minum minimal 14 hari - Kedua orang tua juga harus diobati dengan erithromycin atau tetrasiklin oral untuk infeksi genitalnya.
Pada dewasa: Topikal: - Tetrasiklin 1% salep mata 4x/hr 3 bln - Erithromycin 1% salep mata 4x/hr 3
bulan
- Sulfacetamid 10% salep mata 4x/hr 3
bulan
Sistemik: - Tetrasiklin 4x250 mg/hr 3-4 minggu - Erithromycin 4x250mg/hari3-4 minggu Dapat juga dengan dosis yang diperbesar & lama pemberian lebih pendek: 2-4 g/hr selama 14 hari. - Azithromycin 20mg/kg BB single dose
Prognosis: Bila tidak diobati Inclusion conjunctivitis akan berlangsung 3-9 bulan atau lebih, komplikasi yang terjadi lebih ringan bila dibandingkan dengan trakhoma.
GONOBLENORRHOE Gonoblenorrhoe adalah keradangan hiperakut konjungtiva dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae. Penularan ke mata atau dari 1 orang ke orang lain adalah melalui tangan atau fomites.
Gambaran Klinis: Masa inkubasinya adalah beberapa jam sampai 3 hari
Keluhan pada pasien adalah: mata merah, bengkak + sekret seperti nanah yang kadang-kadang bercampur darah. Gambaran klinis pada pasien adalah: -Kelopak mata bengkak, karena edema konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi -Sekret mata yang banyak dan purulen -Konjungtiva sangat hiperemi -Perdarahan konjungtiva
Pemeriksaan Laboratorium: Kerokan konjungtiva atau sekret mata yang purulen dicat Gram, akan didapatkan kuman diplokokus gram negatif yang bentuknya seperti biji kopi tersebar di luar dan dalam sel. Selain itu juga didapatkan sel-sel PMN dalam jumlah banyak.
Komplikasi: Keratitis Ulkus marginal pada sulkus yang penuh berisi pus diantara konjungtiva yang bengkak dan kornea pada limbus Ulkus kornea sentral yang dapat mengarah ke perforasi kornea dan endoftalmitis.
Tata Laksana: Gonoblenorrhoe tanpa penyulit pada kornea: Topikal: Salep mata Tetrasiklin HCl 1% atau tetes mata Ciprofloxacin 0,3% diberikan minimal 6x/ hr pada neonatus & diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita dewasa, dilanjutkan sampai 5 hari sampai terjadi resolusi. Sebelum diberikan salep/ tetes mata, sekret harus dibersihkan terlebih dahulu.
Sistemik: Pada neonatus dan anak-anak, injeksi Penicillin G diberikan dengan dosis 50.000100.000 IU/ kg BB. Pada orang dewasa, diberikan Penicillin G 4,8 juta IU IM dosis tunggal, ditambah dengan Probenecid 1 gram per oral atau Ampicillin 3,5 gram per oral dosis tunggal.
Gonoblenorrhoe dengan penyulit pada kornea: Topikal: Ciprofloxacin 0,3% dengan cara pemberian sebagai berikut: Hari I : 1-2 tts tiap 15 menit 6 jam Selanjutnya 2 tts tiap 30menit Hari II : 2 tetes tiap 1 jam Hari III-XIV : 2 tetes tiap 4 jam
Sistemik: Pengobatan sistemik diberikan seperti pada Gonoblenorrhoe tanpa penyulit pada kornea. Selain obat spesifik untuk Neisseria Gonorrhoeae, dapat diberikan sikloplegik seperti Skopolamin 0,25% 2-3x/hr untuk menghilangkan nyeri karena spasme silier dan untuk mencegah sinekia.
Prognosis: Bila pengobatan diberikan secepatnya dengan dosis cukup, Gonoblenorrhoe akan sembuh tanpa komplikasi. Bila pengobatan diberikan lebih lambat atau kurang adekuat, maka kesembuhannya dapat disertai sikatriks kornea dan penurunan tajam penglihatan yang menetap atau bahkan kebutaan.
KERATITIS
DEFINISI Suatu keradangan kornea dengan berbagai macam penyebab
Penyebab 1. Bakteri, mis :
- S. pneumoniae - P. aeroginosa - S. epidermidis 2. Jamur, mis :
- Candida, Fusarium - Aspergillus
Penyebab 3. Virus, mis : - Herpes simplex - Varicella-zoster 4. Defisiensi vitamin A 5. Exposure keratitis, mis : - Exophthalmus - Lagolpthalmus
GEJALA KLINIS - Infiltrat pada kornea - Photofobia - Blepharospasme - Ephifora
PENGOBATAN - Antibiotik - Antivirus - Antifungal - Midriatikum - Bebat Mata
KERATITIS BAKTERIAL
Definisi Keradangan pada kornea yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Gejala Klinis Epifora Fotofobi Blepharospasme Hiperemi perikorneal Visus menurun ± Infiltrat pada kornea
Gambaran klinis Staph. aureus dan Strep. pneumonia ditemukan stroma keruh dikelilingi kornea jernih Pseudomonas ditandai eksudat mukopurulen yang tebal, nekrosis dan perlunakan yang meluas, ground-glass appearance pada stroma Enterobacteriaceae tampak ulkus yang dangkal, supurasi abu-abu dan kekeruhan stroma yang difus
Pemeriksaan Penunjang Fluoresein tes Scrapping Kultur
Diagnosa Gambaran klinis Pemeriksaan penunjang
Pengobatan Antibiotik - Antibiotik topikal spektrum luas - Antibiotik oral spektrum luas Siklopegik e.d (Atropin 1%) Vitamin C 2 x 500 mg p.o Bebat mata Sekret dibersihkan
Komplikasi Sikatrik Ulkus Desmatocele Endopthalmitis
Keratitis Numularis
Definisi Keradangan kornea dengan gambaran infiltrat sub epitel berbentuk bulatan seperti mata uang(coin lesion)
Gejala Klinis Sensasi benda asing Fotofobi Visus menurun ± Fluorescein tes – Tes Sensibilitas Kornea baik
Pengobatan Sembuh sendiri Kortikosteroid Topikal
Keratitis Herpes Simplex
Definisi Keradangan kornea akibat virus Herpes simplex
Gejala Klinis Fotofobi Epifora Visus menurun ± Fluorescein tes + Tes Sensibilitas Kornea menurun
Pengobatan Antivirus - I.D.U (5 iodo deoxyuridine) - Adenine arabinoside - Trifluorothymidine - Acyloguanosine (acyclovir)
Pengobatan Obat-obat Simptomatik - Midriatikum (Atropin 1%) Membuang Virus dikornea - Keratoplasti Tembus
Keratitis Jamur
Definisi Keradangan pada kornea yang disebabkan oleh Fusarium, Cephalocephrium dan Curvularia
Advanced filamentous fungal keratitis with hypopyon
Filamentous fungal keratitis
Gejala Klinis Nyeri hebat pada mata Epifora Fotofobia Terdapat Infiltrat yang berhifa
Pengobatan Antijamur - Natamisin 5% - Miconazole Siklopegik Keratoplasti
ULKUS KORNEA DEFINISI Keadaan patologik kornea ditandai infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung
Patofisiologi Adanya kerusakan epitel kornea Faktor predisposisi : trauma iritasi lensa kontak benda asing pada mata
Gejala klinis Nyeri Mata merah Fotofobi Kabur Epifora
Ulkus bakteri Gambaran ulkus dgn infiltrat dari perifer cenderung ke sentral, srg disertai hipopion Ulkus jamur Gambaran ulkus indolent dgn infiltrat, didapat satu atau lebih lesi satelit terdapat elemen jamur di bilik mata depan
Diagnosa banding
Ulkus bakterial
Ulkus jamur
DIAGNOSIS Anamnesa dan gejala klinis Slitlamp hiperemi perikornea,infiltrat,hipopion Tes fluoresein positif di tepi ulkus Laboratorium scrapping dgn pengecatan gram kultur
TERAPI Ukuran ulkus
Lokasi pada kornea
Terapi
a. 3 mm
Tidak pada sumbu mata
Rawat jalan AB topikal tiap jam
Pada sumbu mata
Rawat tinggal
b. 3 mm
AB topikal tiap ¼ jam AB subkonjungtiva c.
Berapapun ukuran + hipopion
Rawat tinggal Di segala tempat
AB topikal tiap ¼ jam
AB subkonjungtiva AB parenteral
KOMPLIKASI Desmetocele Perforasi Endoftalmitis
TEAR FILM Permukaan mata normal dilapisi oleh tear film. Mempunyai 3 lapisan : • • •
Lipid Aqueous mucin
Outer lipid layer Disekresi klj meibom dan zeis Fungsi : mengurangi penguapan menurunkan tegangan permukaan lubrikasi eyelid
Middle aqueous layer Disekresi klj lakrimalis Fungsi : suplai oksigen pada epitel kornea antibakteri mengurangi permk.kornea ireguler
Inner mucin layer Disekresi sel goblet konjungtiva, kripta henle, klj manz Mengubah epitel kornea yg hidofobik => hidrofilik shg aqueous bs menempel
Sifat tear film :
Nutrisi esensial & oksigen utk kornea. Bakterisidal lactoferin, immunoglobulin, lisosim dan betalisin
pH 7,2 , osmolaritas 302 mOsm perliter & volume 7 l pada tear film prekorneal
Indeks refraksi 1,336
DRY EYES Keratoconjungtivitis sicca, sindroma mata kering Perubahan patologis permk.bola mata => krgnya prod.air mata/ketidakstabilan air mata Defisiensi lap.aqueous adl penyebab utama
DERAJAT SINDROMA MATA KERING DERAJAT RINGAN tanpa disertai kelainan kornea DERAJAT BERAT disertai kelainan kornea yang parah seperti ulkus atau perforasi kornea
Klasifikasi kekeringan pada mata 1. Tear deficient dry eye a. Sjogren syndrome b. Non sjogren syndrome lacrimal disease lacrimal obstructive disease decreased corneal sensation 2. Evaporative dry eye a. Blepharitis associated obstructive meibomian gland disease b. Blink disorder c. Disorder of eyelid aperture and eyelid
(Leisegang TJ, 2003)
Gejala klinis Mata terasa kering Perasaan adanya benda asing Perih atau rasa terbakar Gatal Rasa berat pada kelopak Kadang2 kabur Penumpukan kotoran pada sakus konjungtiva
DIAGNOSA Gejala klinis Pemeriksaan : slitlamp tes schirmer rose bengal break up time
TERAPI Air mata buatan Salep lubrikasi Kompres hangat Pemijatan kelopak Pada kasus berat, oklusi pungtum dan tarsorafi
TES SCHIRMER : •
•
Tes Schirmer I tes Schirmer rutin Tujuan: memeriksa fungsi sekresi sistem lakrimal, dgn mengukur sekresi basal dan reflek sekresi. Tes Schirmer II mengukur reflek sekresi kelenjar lakrimal
Teknik Pemeriksaan Tes Schirmer I •
•
•
•
•
Pasang strip kertas saring di fornik inferior dengan menempatkan kertas yang terlipat inferior Posisikan kertas saring tersebut pada sepertiga lateral kelopak mata Pasien diminta untuk menutup mata dengan pelan pelan. (Casser, Woodcome, 1997) Pemeriksaan selama lima menit Ukur pembasahan kertas saring dimulai dari lipatan memakai penggaris millimeter
Interpretasi •
•
Mata normal
antara
10 sampai 30 mm
Hasilnya kurang dari 10 mm dipertimbang sebagai sindroma mata kering. (Casser, Woodcome , 1997)
TES ROSE BENGAL •
•
•
Rose Bengal adalah bahan celup Aniline berwarna merah yang larut dalam air Tidak mewarnai lapisan air mata prekornea seperti fluoresin. Warna akan tampak didasar meniscus Dapat memberi pewarnaan pada inti dan sitoplasma sel epitel konjungtiva dan kornea yang mati atau mengalami degenerasi (Smolin, 1993; Morgan, 1995)
•
Mempunyai sensitifitas dan spesifisitas untuk mata kering lebih dari 90 %
Teknik Pemeriksaan Rose Bengal •
•
•
Meneteskan larutan Rose Bengal 1 % pada sakus konjungtiva & segera irigasi. Penilaian tes ini , permukaan bola mata di bagi 5 bagian di konjungtiva yaitu daerah medial, superior, inferior, kornea dan lateral. Intesitas dan luas dari perwarnaan dapat di kategorikan 0 sampai 3 untuk tiap bagian
Skor Skor Skor Skor
0 1 2 3
tidak
ada pewarnaan pewarnaan berupa titik titik berupa bercak bercak pewarnaan yang merata –
–
Interpretasi •
Skor 3 atau lebih untuk satu mata menunjukkan keadaan yang abnormal (Milder B ,1983)
•
Secara langsung adanya kerusakan jaringan konjungtiva & kornea. Secara tidak langsung defisiensi volume air mata (Milder B, 1983)
Ocular Ferning Test
TES BREAK UP TIME –
•
•
Break-up tear film kontaminasi lipid pada permukaan hidrofilik atau lapisan musin hidrofobik. Hidrofobisitas lapisan musin menurun.
break-up
time
Teknik Break-Up Time •
•
•
Pemeriksa membasahi kertas fluoresin dengan larutan steril & meletakkannya pada forniks inferior Cahaya yang lebih lebar dari lampu celah biomikroskop dengan filter biru Selang waktu antara kedipan terakhir dan penampakan pertama dari bercak kekeringan merupakan break-up time
Interpretasi •
•
•
Bercak kering yang tampak dalam waktu kurang dari 10 detik dikatakan abnormal Rerata nilai normal adalah 15 30 detik –
Mengetahui fungsi dari lapisan musin dan lapisan lipid tear film (Sidarta I, 1983; Alexander, 1995)