EVALUASI KAPASITAS TAMPUNG WADUK TUNGGU PAMPANG
KOTA MAKASSAR 1)
Oleh:
Totok Prawitosari 2) dan Ismail Idris 3)
RINGKASAN
Pembangunan Waduk Tunggu Pampang yang dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya banjir akibat dari curah hujan yang tinggi serta drainase yang
tidak berfungsi baik, sampah, serta prilaku dan kepedulian masyarakat
sekitar. Pembangunan waduk tunggu telah selesai dilaksanakan, tetapi masih
menyisakan beberapa kendala non teknis (pembebasan tanah) yang pada
akhirnya menimbulkan kendala teknis yaitu tidak tersedianya lahan untuk
waduk sesuai yang dibutuhkan dalam perencanaan. Hal ini menimbulkan tanda
tanya besar yaitu sampai berapa besar Waduk Tunggu Pampang yang dibangun
bisa melayani atau mengantisipasi banjir yang mungkin timbul akibat curah
hujan pada periode ulang tertentu yang telah direncanakan. Untuk itu perlu
diadakan evaluasi kapasitas tampung waduk untuk mengetahui kemampuan
pelayanan aktual waduk saat ini terhadap kemampuan pelayanan rencana atau
desain.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan dan analisis data yang meliputi: data curah hujan, data daerah
aliran sungai (DAS) Pampang meliputi luas area pengairan dan panjang sungai
sampai outlet dan tata guna lahan dan kapasitas tampung perencanaan waduk.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan
perhitungan tingkat pelayanan waduk terdapat kekurangan daya tampung
untuk desain perencanaan awal waduk sebesar 383.280 m3 dan desain aktual
waduk sebesar 104.081 m3 serta Waduk Tunggu Pampang yang dibangun saat ini
hanya mampu melayani curah hujan yang mengakibatkan banjir dengan periode
12 tahunan dari desain perencanaan awal waduk periode 20 tahunan, ini
berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu hanya 60% dari rencana awal.
Sedangkan untuk desain aktual waduk hanya mampu melayani pada periode 8
sampai 9 tahunan yang berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu saat ini
berkisar antara 80% sampai 90 %
Kata Kunci: waduk tunggu, retarding pond, regulation pond
1) Disajikan pada Konferensi Nasional Pusat Studi Lingkungan se Indonesia
ke-20 pada Tanggal 7 -9 Mei 2009 di Pekanbaru
2) Dosen Program Studi Teknik Pertanian dan Staf Peneliti Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup, Universitas Hasanuddin, Makassar
3) Alumni Jurusan Teknik Pertanian Universitas Hasanuddin.
THE EVALUATION OF PAMPANG REGULATION POND STORAGE CAPACITY OF MAKASSAR
By:
Totok Prawitosari and Ismail Idris
ABSTRACT
Pampang Regulation Pond construction intended to prevent flood because
of high rainfall and unwell functioned drainage, garbage and behaviour and
human attention. Its construction has been finished, but still leaves
several non technical abstacle (land liberation) that in its twin causes
technical problem namely unavailability of land to the Dam according to the
needed in planning. This bring about a big question mark namely until how
large this dam constructed can serve and antisipate flood that could appear
since rainfall at certain return period that has been planned. There fore,
its necessary to hold dam storage capacity evaluation to find it's actual
service capacity this moment to plan or design service capacity.
The methods used in this research is data analysis comprehending
generally : data collection activaty, data processing in which data needed
are rainfall, watershed of Pampang covering irrigation area and river
length to outlet and land use and dam planning storage capacity.
Result of the research is know that based on dam sevice level
constitus storage capacity lack for the dam initial planning design 383.280
m3 and dam actual design 104.081 m3 and pampang regulation pond that has
been constructed there days can only serve rainvall causing flood with 12's
year period from the dam initial planning design for 20's year period, it
means that the waiting service level just 60% from the initial 8's till 9's
year period meaning that the waiting dam service level this time just
around 80% to 90%.
Key words: retarding pond, regulation pond
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Curah hujan yang turun dibeberapa wilayah Kota Makassar serta
wilayah-wilayah pendukung (Gowa-Maros) dari tahun ke tahun mempunyai
intensitas yang bervariasi. Curah hujan ini disamping memberikan keuntungan
bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya, juga menimbulkan kerugian
apabila curah hujan tersebut tinggi dan mengakibatkan bencana banjir. Curah
hujan memang bukanlah safu-satunya penyebab terjadinya banjir tetapi masih
ada sebab-sebab lain misalnya : drainase yang tidak berfungsi baik dan
mencukupi, sampah, serta prilaku dan kepedulian masyarakat sekitar.
Pemerintah Kota Makassar menyadari dan secara berkala telah melakukan
upaya-upaya terencana, sistematik dan periode serta bersama instansi
terkait untuk mencegah terjadinya banjir dengan berbagai pembangunan dari
mulai rehabilitasi saluran pembuang (Jongaya dan Panampu) sampai
pembangunan waduk tunggu yang diharapkan mampu mencegah terjadinya banjir
dengan periode ulang hujan rencana tertentu (20 tahun).
Pembangunan waduk tunggu telah selesai dilaksanakan, tetapi masih
menyisakan beberapa kendala non teknis (pembebasan tanah) yang pada
akhirnya menimbulkan kendala teknis yaitu tidak tersedianya lahan untuk
waduk sesuai yang dibutuhkan dalam perencanaan. Hal ini menimbulkan tanda
tanya besar yaitu sampai berapa besar waduk tunggu yang dibangun bisa
melayani atau mengantisipasi banjir yang mungkin timbul akibat curah hujan
pada periode ulang tertentu yang telah direncanakan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pelayanan aktual
waduk saat ini terhadap kemampuan pelayanan rencana atau desain.
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
bahan pertimbangan bagi penentuan kebijakan dalam pengembangan teknik
konservasi tanah dan air pada sub DAS Pampang Waduk Tunggu Pampang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Waduk
Suatu waduk penampung atau waduk konservasi dapat menahan air
kelebihan pada masa-masa aliran air tinggi untuk digunakan selama masa-masa
kekeringan. Waduk semacam ini memungkinkan pengoperasian sarana pengolahan
air atau pemompaannya dengan laju yang kira-kira seragam, kemudian
memberikan air dari waduk bila kebutuhannya malampaui laju tersebut.
Berapapun ukuran suatu waduk atau apapun tujuan akhir dari pemanfaatan
airnya, fungsi utama sari suatu waduk adalah untuk menstabilkan aliran air,
baik dengan cara pangaturan persediaan air yang berubah-ubah pada suatu
sungai alamiah, maupun dengan cara memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah
dari pada konsumen.
Berhubung fungsi utama dari suatu waduk adalah untuk menyediakan
simpanan (tampungan), maka ciri fisiknya yang paling penting adalah
kapasitas simpanan. Kapasitas waduk yang bentuknya beraturan dapat dihitung
dengan rumus-rumus untuk menghitung volume benda padat. Suatu lengkung
elevasi kapasitas simpanan dibuat dengan cara mengukur luas yang
dikelilingi oleh tanggul waduk yang ada, dan luas pada elevasi air dalam
waduk (rata-rata kedua luasan) dikalikan dengan jarak antara elevasi
tanggul terhadap elevasi air dalam waduk. Pertambahan simpanan antara dua
buah elevasi biasanya dihitung dengan mengalikan luas rata-rata pada kedua
elevasi adalah merupakan volume simpanan dibawah ketinggian tersebut. Bila
peta-peta topografi tidak ada, maka kadang-kadang dilakukan pengukuran
penampang melintang waduk dan jlkapasitasnya dihitung dari penampang ini
berdasarkan rumus prisma.
Aspek yang paling penting dalam perencanaan waduk penyimpanan adalah
suatu analisis tentang hubungan antara produksi dan kapasitas. Produksi
pada waduk penampung adalah jumlah air yang dapat ditampung oleh waduk
dalam suatu interval waktu tertentu. Interval waktu tersebut dapat berbeda-
beda (Linsley, 1994)
Produksi aman atau produksi pasti waduk pengatur (Regulation pond)
adalah jumlah air maksimum yang dapat disimpan selama suatu periode
tertentu yang kritis. Dalam praktek, masa kritis tersebut sering diambil
sebagai periode aliran
2.2 Analisis Curah Hujan
Analisis curah hujan merupakan bagian dari hidrologi yang berarti
suatu rangkaian proses pengolahan data (curah hujan) diawali dengan suatu
proses identifikasi kondisi meteorologi, stasiun penakar atau pengukur,
analisa data tercatat secara kualitas dan kuantitas yang dilanjutkan dengan
perhitungan distribusi frekuensi yang dipilih dan selanjutnya didapat suatu
nilai intensitas curah hujan untuk periode ulang tertentu
(Soemarto, 1995)
Curah hujan yang turun pada daerah studi di catat atau diukur pada
stasiun-stasiun pengamatan merupakan curah pada titik-ritik tertentu (point
rain fall) dan harus di ubah menjadi curah hujan areal atau rata-rata.
Menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada suatu areal studi, yang sering
digunakan ada 3 (tiga) cara yaitu cara tinggi rata-rata (arithmetic mean),
cara Polygon Thiessen dan cara garis ishoyet. Penulis hanya menggunakan
cara Polygon Thiessen untuk menentukan curah hujan rata-rata di areal studi
(rerata), sebagai berikut:
Cara ini berdasarkan rata-rata timbang (weighted average) yang
memberikan bobot tertentu untuk setiap stasiun hujan dengan pengertian
bahwa setiap stasiun hujan dianggap mewakili hujan dalam suatu daerah
dengan luas tertentu, dan luas tersebut merupakan factor koreksi
(correction factor) bagi hujan di stasiun yang bersangkutan.
Luas masing-masing daerah tersebut diperoleh dengan cara berikut
masing-masing penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis penghubung
diantara dua buah pos penakar.
Gambar 21 Daerah Pengaruh Metode Polygon Thiessen
Misalnya Al adalah luas daerah pengaruh pos 1, A2 luas daerah pengaruh
pos penakar 2 dan seterusnya. Jumlah A1+A2+....An = A adalah jumlah luas
seluruh areal yang dicari tinggi curah hujan rata-ratanya. Jika pos penakar
1 menakar tinggi hujan dl, pos penakar 2 menakar d2 dan pos penakar n
menakar dn, maka:
Cara ini memberikan koreksi yang lebih terhadap kedalaman hujan
sebagai fungsi luas daerah yang dianggap diwakilidibandingkan dengan cara
rata-rata al jabar (Soewarno, 1995).
2.2 Perencanaan Banjir Rencana
Berdasarkan analisis curah hujan rencana dari datacurah hujan harian
maksimum dapat dihitung besarnya debit banjir perencanaan dengan kala ulang
2,5,10,20,50,100 tahun ataupun lebih. Perhitungan debit banjir rencana
dapat dihitung dengan menggunakan metode Hidrograph Sintetik Satuan
Nakayasu adalah metode yang berdasarkan teori Hidrograph satuan yang
menggunakan hujan efektif (bagian dari hujan total yang menghasilkan
limpasan langsung).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dilakukan adalah metode pengumpulan data
dengan menggunakan data basil pengukuran dan studi yang telah dilakukan
oleh dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Sulawesi Selatan dan Balai Besar
Wilayah Sungai Pompengan -Jeneberang meliputi:
1. Data Hidrologi di tiga stasion klimatologi yaitu stasion
Sungguminasa, Pana'kukang dan Ujung Pandang (selama 15 tahun).
2. Data Daerah Aliran Sungai (DAS) Pampang meliputi luas area pengairan
dan panjang sungai sampai outlet dan tata guna lahan.
3. Kapasitas tampung perencanaan waduk.
3.2. Prosedur Penelitian
3.2.1 Analisis Hidrologi
1. Curah hujan daerah
Curah hujan daerah harian maksimum tahunan dihitung dengan menggunakan
data dari 3 stasiun pengamat curah hujan yang ada, Perhitungan ini
dilakukan dengan metode Polygon Thiessen
Untuk mendapatkan curah hujan maksimum harian rata-rata dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menentukan di salah satu pos hujan saat terjadi curah hujan harian
maksimum
2. mencari besamya curah hujan pada tanggal yang sama untuk stasiun yang
lain
3. menghitung rata-rata hujan dengan metode Thiessen (Persamaan 1 s.d 2)
4. menghitung curah hujan maksimum rata-rata (seperti langkah 1) pada
tahun yang sama untuk pos lain
5. mengulangi langkah 2 dan 3 untuk setiap tahun
6. mengambil salah satu data tertinggi pada setiap tahu dari data
Thiessen
7. data curah hujan yang terpilih ini merupakan basin rainfall
2. Curah hujan perencanaan
Untuk menghitung besamya curah hujan perencanaan adalah sebagai
berikut:
1. menganalisis data curah hujan dengan analisis statistik dengan
menggunakan Distribusi Gumbel dan Distribusi Log Pearson III
Distribusi Gumbel :
Hitung nilai rerata dengan persamaan
Hitung nilai standar deviasi dengan persamaan:
Hitung reduse variant
Hitung faktor frekuensi
Hitung Xt (nilai curah hujan) dengan persamaan:
Distribusi Log Person Type III
Hitung nilai rerata dengan persamaan:
Hitung standar deviasi dengan persamaan
Hitung koefisien kepercayaan dengan persamaan
Hitung logaritma Xt dengan persamaan
Hitung anti logaritma Xt (nilai curah hujan rencana) dengan
persamaan
2. menentukan jenis distribusi yang digunakan dengan menggunakan Uji Chi
Kuadrat
3. menghitung curah hujan perencanaan berdasarkan distribusi yang terpilih
3. Analisis Debit banjir Perencanaan
Untuk menganalisis debit banjir perencanaan digunakan Metode Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu, dengan parameter sebagai berikut:
o Intensitas curah hujan
Dihitung dengan menggunakan persamaan Mononobe
o Curah Hujan Efektif
untuk menghitung curah hujan efektifadalah sebagai berikut:
1. menentukan jenis koefisien pengaliran
2. menghitung curah hujan efektif menggunakan Persamaan
o Hidrograf satuan
Dianalisis menggunakan Persamaan
Persamaan Umum Hidrograph Nakayasu
Untuk 0 < t < Tp
Untuk Tp < t < (Tp + T0,3)
Untuk (Tp + T0.3) < t < (Tp + 2.5 T0.5)
Untuk t > (Tp + 2,5 T0,3)
3.2.2 Analisis kemampuan pelayanan Waduk
1. Menghitung volume tampung waduk yang dibutuhkaiL Dengan
mencari selisih antara volume air komulatif antara volume air
akibat debit banjir dengan volume air akibat debit sungai
2. Analisis tingkat pelayanan
Untuk menganalisis tingkat pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis data dengan metode regresi linier, logaritmik, dan
polinomial ordo 3 hingga didapat persamaan volume tampung yang
dibutuhkan
b. Memasukkan nilai Tr (periode ulang ke n) kedalam persamaan
kapasitas tampung untuk memperoleh volume tapung waduk yang dibutuhkan
untuk masing-masing periode ulang
3.3.3 Retention Time
Retention time dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menentukan periode ulang berdasarkan volume tampung aktual waduk.
2. Menentukan curah hujan perencanaan pada periode ulang tersebut
3. Menentukan distribusi curah hujan pada periode ulang tersebut
4. Menentukan debit banjir rencana pada periode ulang tersebut dengan
menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
5. Menentukan retention time, berdasarkan hasil perhitungan volume tampung
waduk yang dibutuhkan dengan membandingkan hidrograf DAS dengan hidrograf
sungai.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Wilayah
4.1.1 Letak dan Iklim
Lokasi waduk tunggu terletak di Kelurahan Antang dan Bangkala Kecamatan
Manggala, merupakan bagian Daerah Aliran Sungai Pampang yang diapit oleh
Daerah Aliran Sungai Tallo di bagian utara dan daerah aliran sungai
Jeneberang dibagian selatan yang juga berbatasan wilayah kota dibagian
barat, dimana terdapat saluran drainase kota yaitu Drainase Jongaya,
Pannampu, Sinrijala yang bermuara di Sungai Pampang
Daerahnya beriklim tropis Monsoon dan mempunyai dua musim yang berbeda
yaitu musim hujan yang berlangsung dari bulan Nopember -April dan musim
kemarau yang berlangsung dari bulan Mei - Oktober.
Kelembaban relatif rata-rata adalah 85 % pada musim hujan dan 75 % pada
musim kemarau, kecepatan angin rata-rata berkisar antara 2,77 knots sampai
3,75 knots dan lama penyinaran matahari berkisar 6 jam/had dengan suhu
udara berfcisar 26,3°C sampai 30°C, dan rata-rata evaporasi 1400 mm
sampai 1600 mm.
4.1.2 Kondisi Waduk Tunggu (Regulation Pond)
Pembangunan waduk tunggu (Regulation Pond) telah selesai dilakukan pada
awal September 2001. Selama pelaksanaan pernah terjadi penundaan atau
bahkan penghapusan dari rencana awal atau desain akibat adanya review atau
kendala dalam pelaksanaan. Bagian yang terpenting dari proyek ini adalah
tersedianya areal waduk, selain fasilitas lain, misalnya spillway, pinto
(Sluice), pompa dan fasilitas pendukung lainnya.
Desain dan luas lahan yang dibutuhkan untuk mengfungsikan Waduk Tunggu
secara optimal sesuai rencana awal yaitu membebaskan kawasan timur kota
makassar seluas 46 km2 dari ancaman banjir periode 20 tahunan, adalah suatu
sistem tata air dengan waduk tunggu seluas 46 ha, yang memiliki kedalaman
rata-rata 3 meter atau yang memiliki kapasitas tampung air sebesar
1.320.000 m3
Akibat tidak terselesainya proses pembebasan tanah areal waduk yang
rencananya seluas 46 ha, tersedia hanya 36 ha dengan diestimasi kapasitas
tampungnya hanya sebesar 1.100.000 m3 (Anonim a, 2003).
4.2 Analisis Hidrologi
4.2.1 Curah Hujan Daerah
Curah hujan daerah diperoleh dari pengolahan data curah hujan harian
dari 3 stasiun pencatat yaitu St. Tamangapa, St Sungguminasa, St. Ujung
Pandang. Mengingat titik pengamatan (stasiun pencatat) tersebar tidak
merata maka digunakan metode Polygon Thiessen, dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap titik pengamatan, yang kemudian dibagi dengan
luas total area pengaliran untuk menghasilkan koefisien Thiessen
(Sosrodarsono, 1987). Masing-masing koefisien Thessen untuk tiap stasiun
pencatat adalah St. Tamangapa * 0,36, St Sungguminasa = 0,5, St. Ujung
Pandang - 0,14, nilai ini akan dikalikan dengan curah hujan maksimum dari
tiap stasiun pada setiap tahunnya untuk mendapatkan curah hujan harian rata-
rata. Hasil perhitungan curah hujan harian maksimum rata-rata daerah dapat
dilihat pada tabel berikut:
Table 2. Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata Daerah
"No "Curah Hujan Maksimum "Tgl Kejadian "
" "(mm) " "
"1 "53,22 "1 Juni 1992 "
"2 "118,52 "24Jamiaril993 "
"3 "93,66 "24Januari 1994 "
"4 "204,46 "28 Februari 1995 "
"5 "141,28 "13 Desember 19% "
"6 "84,14 "23 Februari 1997 "
"7 "84,28 "5 Oktober 1998 "
"8 "58,34 "12 Desember 1999 "
"9 "290,32 "4 Februari 2000 "
"10 "76,64 "3Maret2001 "
"11 "135,14 "2 Februari 2002 "
"12 "102,24 "1 1 Januari 2003 "
"13 "88,48 "21 Januari 2004 "
"14 "108,34 "25Maret2005 "
"IS "97,94 "30 Desember 1006 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa curah hujan maksimum rata-rata
daerah terjadi pada 4 Februari 2000 sebesar 290,32 mm dan curah hujan
minimum terjadi pada tanggal 1 Juni 1992 sebesar 53,22 mm. Hal ini
disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas hujan yang terjadi setiap
tahunnya.
4.2.2 Curah Hujan Perencanaan
Curah hujan perencanaan dihitung dengan menggunakan analisis frekuensi
yang didasarkan pada metode distribusi yang digunakan. Analisis ini
menggunakan distribusis metode Gumbel dan Log Pearson Type III, dan untuk
menentukan apakah persamaan distribusi yang dipilih dapat memenuhi
distribusi statistik sample data yang dianalisis dilakukan uji kesesuaian
dengan parameter penguji Chi-Kuadrat. Hasil perhitungan uji kesesuaian
distribusi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Analisis Kesesuaian Distribusi Frekuensi dengan Uji Chi-Kuadrat
"No "Metode Distribusi "Peluang (%) "
"1 "Gumbel "5 "
"2 "Log Person Type III"51 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
Berdasarkan tabel di atas diketahuai bahwa metode Gumbel tidak dapat
digunakan sedangkan metode Log Person Type III dapat digunakan. Hal ini
berdasarkan interprestasi hasil bahwa suatu persamaan distribusi dpat
diterima bila peluang yang diperoleh lebih dari 5 % (Soewarno, 1995)
Selanjutnya analisis frekuensi untuk menghitung curah hujan rencana
dilakukan dengan Persamaan Log Pearson Type III. Hasil perhitungan curah
hujan rencana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Curah Hujan Perencanaan Dengan Metode Log Person Type III
"Priode "K "logXt "Xt "
"Ulang " " " "
"2 "-0,132 "2,00 "99,06 "
"5 "0,78 "2,17 "147,64 "
"10 "1,336 "2,27 "188,30 "
"25 "1,774 "2,36 "228,07 "
"50 100 "2,453 "2,49 "306,95 "
" "2,891 "2,57 "371,78 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
4.2.3 Perhitungan koefisien Pengaliran
Perhitungan koefisien pengaliran mengacu pada tata guna lahan pada
kondisi yang akan datang pada tahun 2010 (Lampiran 15) dimana luas dan tata
guna lahan diambil langsung dari data yang ada pada studi perencanaan,
besaran harga diambil pada tabel koefisien pengaliran. Hasil perhitungan
koefisien pengaliran dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Perhitungan Koefisien Pengaliran
" " "Tata Guna Lahan " " "
"No. "Luas "Komersi"Komp."Sawah"Datara"Luas "Koefisien "
"Sub "DAS "al "Perum" "n "(km2)"pengaliran"
"DAS "(km2)" " " "tinggi" "C "
" " " " " "hutan " " "
" " " "C = "c= "C = " " "
" " "= 0,8 "0,5 "0,40 "0,30 " " "
"1 "5,49 " "0,62 "0,43 "0,44 "5,49 "0,427 "
"2 "13,50"0,68 "12,82"0,0 " "13,5 "0,515 "
"3 "2,41 "0,36 "2,05 " " "2,41 "0,545 "
"4 "2,92 "0,15 "2,77 " " "2,92 "0,515 "
"5 "8,03 "U "6,83 " " "8,03 "0,545 "
"6 "3,72 "0,19 "3,53 " " "3,72 "0,515 "
"Jumlah"36,07" " " " " "3,063 "
"Koefisien pengaliran rata-rata "0,510 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
Ket: Koefisien pengaliran tata guna lahan diambil langsung dari
perencanaan
4.2.4 Debit Banjir Perencanaan
Debit banjir perencanaan dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf
Satuan Sintetik Nakayasu. Pada prinsipnya metode ini terpola hujan dan
hujan efektif yang jatuh merata dalam selang waktu 6 jam sehingga curah
hujan dan curah hujan efektif jatuh merata selama waktu tersebut menurut
rasio intensitasnya (Soewarno, 1995). Hasil perhitungan distribusi hujan
efektif dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Distribusi Hujan Efektif
"Jam ke "rasio "Distribusi hujan efektif (mm) "
" "(%) " "
" " "2 "5 "10 "20 "50 "100 "
"1 "55 "27,79"41,41 "52,82"63,97 "86,10 "104,28 "
"2 "14,3 "7,22 "10,77 "13,73"16,63 "22,39 "27,11 "
"3 "10 "5,05 "7,53 "9,60 "11,63 "15,65 "18,96 "
"4 "8,1 "4,09 "6,10 "7,78 "9,42 "12,68 "15,36 "
"5 "6,4 "3,23 "4,82 "6,15 "7,44 "10,02 "12,13 "
"6 "6,2 "3,13 "4,67 "5,95 "7,21 "9,71 "11,76 "
"hujan efektif "50,52"75,30 "96,03"116,32"156,54"189,61 "
"Koefisien "0,51 "
"pengaliran " "
"hujan rencana "99,06"147,64 " "228,07"f 306,95 " "
" " "188,3 " "371,78 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
Selanjutnya hasil perhitungan diatas digunakan untuk menghitung debit
banjir perencanaan pada masing-masing kala ulang. Hasil perhitungan debit
banjir dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Debit Banjir Perencanaan
"Priode ulang"Debit banjir (Qn) "
" "(m3/dt) "
"2 "133,87 "
"5 "199,48 "
"10 "254,44 "
"20 "308,16 "
"50 "414,77 "
"100 "502,34 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
4.3 Kemampuan Pelayanan Waduk
4.3.1 Perhitungan Volume Tampnng Waduk yang Dibutuhkan
Perencanaan dimensi waduk tunggu didasarkan pada volume air lebih
akibat debit banjir pada periode tertentu yang direncanakan yang tertahan
akibat terbatasnya kapasitas saluran pembuangan pada titik no. 13 (lampiran
16) yaitu 37 mVdetik,
Hidrograf banjir untuk waduk dianggap sama dengan hidrograf sungai dimana
hidrograf sungai maksimal 37 m3/detik sehingga dengan menghitung selisih
volume air komulatif antara volume air akibat debit banjir dengan volume
air akibat debit sungai merupakan volume waduk yang dibutuhkan.
Rekapitulasi hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Volume Tampungan Waduk yang
Dibutuhkan pada tiap Periode Ulang
"Periode "Volume Tampungan Waduk "
"Ulang (Tr) "yang Dibutuhkan (m3) "
"2 "546.876 "
"5 "945.684 "
"10 "1.279.512 "
"20 "1.605.924 "
"50 "2.253.744 "
"100 "2.785.716 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
4.3.2 Perhitungan Tingkat Pelayanan
Untuk mengetahui tingkat pelayanan aktual waduk dilakukan analisis
regresi linier, logaritmik, dan polinimial ordo 3 untuk mengetahui suatu
kecenderungan dari sebaran data yang ada. Pemilihan metode perhitungan
regresi di atas daanggap sudah mewakili. Regresi untuk hubungan antara
banjir pada periode ulang tertentu dan volume waduk yang dibutuhkna dapat
di lihat pada Lampiranll.
Adapun rekapitulasi hasil perhitungan regresi hubungan antara banjir
dengan volume waduk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Regresi Hubungan antara Banjir
pada Periode Ulang dengan Volume Waduk yang Dibutuhkan
"No "Metode "Persamaan "Koef. "
" " " "Korelas"
" " " "i "
"1. "Linier "Y = 20620,37 X + 926907,75 "0,98 "
"2. "Logaritmik"Y = 568670,261nX + 41 929,05 "0,99 "
"3. "Polinomial"Y = 7,42X3 - 1356.1X2 + 85408.87X +"1,00 "
" " "478182,18 " "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
Suatu persamaan dapat digunakan apabila koefisien korelasi ~ 1 maka
dari ketiga persamaan diatas persamaan regresi polinomial yang paling
memenuhi syarat tersebut (Walpole, R.E., 1992).
Dengan menggunakan persaman regresi polinomiaJ yaitu V = 7,42 Tr
-1356,1 Tr2 + 85408,87 Tr + 478182,18 diperoleh volume tampung yang
dibutuhkan (Tabel 9)
a. Desain Perencanaan Awal Waduk
Desain dan luas luas lahan yang dibutuhkan untuk memfungsikan waduk
tunggu secara optimal sesuai rencana awal seluas 46 ha dari ancaman banjir
periode 20 tahunan dengan kapasitas tampung sebesar 1.320.000 m3 (Anonim a,
2003). Berdasarkan hasil perhitungan tingkat pelayanan waduk pada Tabel 10,
untuk membendung banjir pada periode 20 tahunan dibutuhkan kapasitas waduk
sebesar 1.703.280 m3. Sehingga terdapat kekurangan daya tampung sebesar
383.280 m3 dari rencana awal. Berdasarkan Tabel 10 juga terlihat untuk
kapasitas tampung pada desain perencaaan awal waduk yang sebesar 1.320.000
m3 hanya dapat membendung banjir pada periode 12 tahunan, sehingga waduk
hanya berfungsi 60 %
Tabel 9. Hubungan antara Tr (periode ulang) dengan volume tampung waduk
yang dibutuhkan (m )
"Tr "Volume "Tr "Volume "Tr "Volume "Tr "Volume "
"(Perio"Tampung"(Perio"Tampung"(Perio"Tampung"(Perio"Tampung "
"de "(m3) "de "(m3) "de "(m3) "de "(m3) "
"Ulang)" "Ulang)" "Ulang)" "Ulang)" "
"2 "643.634"16 "1.527.9"30 "2.020.2"44 "2.242.82"
" ",9 " "55 " "98 " "8 "
"3 "722,404"17 ".574.67"31 "2.043.6"45 "2.251.62"
" ",2 " "5 " "94 " "6 "
"4 "798.594"18 ".619.43"32 "2.065.7"46 "2.259.71"
" ",9 " "9 " "58 " "6 "
"5 "872.251"19 ".662.29"33 "2.086.5"47 "2.267.14"
" ",5 " "2 " "35 " "1 "
"6 "943.418"20 ".703.28"34 "2.106.0"48 "2.273.94"
" ",5 " "0 " "68 " "6 "
"7 "1.012.1"21 ".742.44"35 "2.124.4"49 "2.280.17"
" "40 " "5 " "03 " "6 "
"8 "1.078.4"22 "1.779.8"36 "2.141.5"50 "2.285.87"
" "62 " "33 " "83 " "6 "
"9 "1.142.4"23 "1.815.4"37 "2.157.6"51 "2.291.08"
" "27 " "88 " "55 " "9 "
"10 "1.204.0"24 "1.849.4"38 "2.172.6"52 "2.295.86"
" "81 " "56 " "61 " "0 "
"11 "1.263.4"25 "1.881.7"39 "2.186.6"53 "2.300.23"
" "68 " "79 " "47 " "5 "
"12 "1.320.6"26 "1.912.5"40 "2.199.6"54 "2.304.25"
" "32 " "03 " "57 " "6 "
"13 "1.375.6"27 "1.941.6"41 "2.211.7"55 "2.307.97"
" "18 " "73 " "36 " "0 "
"14 "1.428 "28 "1.969.3"42 "2.222.9"56 "2.311.42"
" ".471 " "32 " "27 " "0 "
"15 "1.479.2"29 "1.995.5"43 "2.233.2"57 "2.314.65"
" "35 " "26 " "77 " "1 "
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
b. Desain Aktual Waduk
Pada saat studi monitoring tahun 2003 realisasi yang dicapai untuk
pembebasan lahan pada waduk tunggu hanya seluas 38 ha dengan kapasitas
tampung 1.100.000 m3yang direncanakan untuk mencegah ancaman banjir periode
ulang 10 tahunan (Anonim a, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan tingkat
pelayanan waduk Tabel 10 terlihat bahwa untuk membendung banjir periode
tersebut dibutuhkan kapasitas waduk sebesar 1.204.081 m3, sehingga terdapat
kekurangan daya tampung sebesar 104.081 m3. Berdasarkan Tabel 10 untuk
desain aktual waduk dengan kapasitas sebesar 1.100.000m3 hanya dapat
membendung banjir pada periode 8 sampai 9 tahunan, sehingga waduk hanya
berfungsi 80% sampai 90%.
4.4 Retention Time
Retention time dibutuhkan untuk menentukan lamanya air ditahan dalam
waduk hingga debit datang (Qin) yang akan masuk ke dalam saluran pembuangan
(hilir sungai Pampang) setara dengan debit maksimum padasaluran tersebut
(Qout) sebesar 37 m3/dt. retention time ini berkenaan dengan sistem operasi
pintu waduk. Yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar berikut:
waktu (jam)
Gambar 4. Hubungan Hidrograf Debit Masuk dengan Hidrograf Debit keluar.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Qin maksimal adalah
253,82 m3/dt dan Qout adalah 37m3/dt, dan retention time yang dibutuhkan
hingga Qin setara dengan Qout adalah 8 jam (Lampiran 12).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan perhitungan tingkat pelayanan waduk terdapat kekurangan daya
tampung untuk desain perencanaan awal waduk sebesar 383.280 m dan desain
aktual waduk sebesar 104.081 m3.
2. Waduk Tunggu Pampang yang dibangun saat ini hanya mampu melayani curah
hujan yang mengakibatkan banjir dengan periode 12 tahunan dari desain
perencanaan awal waduk periode 20 tahunan, ini berarti bahwa tingkat
pelayanan waduk tunggu hanya 60% dari rencana awal. Sedangkan untuk
desain aktual waduk hanya mampu melayani pada periode 8 sampai 9 tahunan
yang berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu saat ini berkisar
antara 80% sampai 90 %
DAFTARPUSTAKA
Anonim a, 1994. Design Report, CTI Engineering Co.Ltd. In Assosiasion With
Nippon KOEI Co.Ltd.,PT. Indra Karya dan PT. Exsa Internasional, Ujung
Pandan
Anonim b,1994. Suporting Report (vol 1 = Hidrology and Hldrolics), CTI
Engineering Co.Ltd. In Assosiasion With Nippon KOEI Co.Ltd. ,PT. Indra
Katya dan PT. Exsa Internasional, Ujung Pandang
Anonim a, 2003. Laporan Akhir Monitoring Lingkungan (AMDAL) Pasca
Konstruksi Waduk Tunggu Pampang. Proyek Pengembangan dan Pengelolaan
Sumber Air Jeneberang Bagian Proyek Pembinaan dan Perencanaan Sumber Air
Jeneberang, Makassar
Anonim b, 2003. Laporan Akhir Detail Desain Bendung dan Jaringan Irigasi DI
Matajang. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Direktorat Sumber
Daya Air, Wilayah Timur. Proyek Irigasi dan Rawa Andalan Sulawesi
Selatan.
. Makassar
Anonim, 2007. Curve Fitting (Pencocokan Kurva), 1 April 200. Http://ft.uns
. ac. id/ts/kul_ol/ numerik/numerik 03_regresi: htm
Linsley, R. K. dan Franzini, J. B., 1994. Teknik Sumber Daya Air,
Terjemahan oleh Djoko Sasongko, Jilid-1 edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.
Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi teknik, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Soewarno, 1995, Hidrologi Jilid I (Aplikasi Metode Statistik untuk Anattsa
Data),
Nova, Bandung
Sosrodarsona, suryono, Takeda, K, 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. PT.
Pradnya Pramita, Jakarta.
Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika Edisi 3, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
-----------------------