1
ETIKA PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN (Pengertian dan Etika Pendidik)
Oleh: SYAHRUL ODE ALIANI NIM. 160301016
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi tugas terakhir program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), salah satu mata kuliah yaitu Materi Al-Quran MTs/SMP
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) AMBON 2018
2
ETIKA PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN Syahrul Ode Aliani NIM: 160301016 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ambon Email:
[email protected] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan tidak bisa dilepaspisahkan dari peran pendidik. Secara umum, guru bisa siapa saja. Namun, pendidiklah yang pertama kali dijumpai oleh setiap orang yaitu orang Tanya sender, kemudian guru pada pendidikan formal. Di tengah masyarakat, pimpinan masyarakat juga dapat berfungsi sebagai pendidik untuk masyarakatnya. Dalam pengertian yang luas seperti ini, maka siapa saja yang melakukan pekerjaan berupa proses transfer pengetahuan dan internalisasi nilai kepada peserta didik, maka dapat disebut sebagai pendidik. Peran guru demikian penting dan menentukan. Ia menghasilkan generasi muda yang intelek dan beradab. Oleh karena itu, jika pendidik tidak memenuhi syarat-syarat kualitas dan kuantitas yang ideal, maka akan berakibat terhadap perkembangan intelektual, emosional, sosial dan kinestetis peserta didik. Faktor terpenting bagi seorang pendidik adalah etikanya. Itulah yang akan menentukan dia akan akan menjadi pendidik dan Pembina yang yang baik bagi bagi peserta didiknya, atau mungkin menjadi peruasak atau penghancur bagi masa depan peserta didiknya, terutama bagi peserta didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Setiap pendidik hendaknya mengetahui dan menyadari betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu, ikut menentukan tercapai atau tidaknya tujuan
3
pendidikan pada umumnya dan tujuan lembaga pendidikan tempat ia mengajar pada khususnya.1 Perasaan dan emosi pendidik yang mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati peserta didiknya, karena setiap peserta didik merasa diterima dan disayangi oleh pendidik, betapapun sikap dan tingkah lakunya. Untuk itulah pendidik harus dapat memberi contoh (suri teladan ) bagi peserta didik, karena pada dasarnya pendidik adalah representasi dare sekelompok orang dare setiap komunitasatau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat digugu dan ditiru.2 Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt. Dengan fungsi antara lain agar menjadi petunjuk (hidayah), menjelaskan antara yang hak dan batil (al furqan), wasit atau hakim yang memutuskan berbagai perkara dalam kehidupan (al hakim), keterangan atas semua perkara (al bayyinah), obat penenang dan penyembuh jiwa, (al syifa’), serta rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin).3 Al-Qur’an sebagai sumber pendidikan telah dibuktikan oleh para peniliti seperti Abuddin Nata, Tafsir ayat-ayat tarbawi (Tafsir ayat-ayat pendidikan). Begitupula para pemikir Islam menjelaskan berbagai aspek pendidikan dengan berdasar pada Al-Qur’an untuk itu dalam makalah ini akan membahas mengenai Etika Pendidik Dalam Perspektif Al-Qur’an.
B. Rumusan masalah
Dari uraian diatas makalah ini menyoroti bagaimana etika pendidik dalam perspektif Al-Qur’an? Masalah ini akan dibahas dalam dua sub bahasan:
1. Bagaimana pengertian pendidik menurut perspektif Al-Qur’an? 2. Bagaiman etika pendidik menurut perspektif Al-Qur’an?
1
Zafia Daradjat, Kepribadian Guru (Cet. Iv; Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 43. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara 2010), hlm. 17. 3 Ibid., 2
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidik Menurut Perspektif Al-Qur’an Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memeberikan pengetahuan kepada peserta didik, sedangakan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa dimesjid, di mushalla, di rumah dan sebagainya.4 Secara khusus Muhammad Rijal, mendevinisikan pendidik sebagai subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan baik atau tidaknya pendidik berpengaruuh besar terhadap hasil pendidikan Islam.5 Secara umum Made Pidarta, menjelaskan pendidikan diartikan sebagai orang yang memikul pertanggunjawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik (peserta didik).6 Dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan al Murabbi, al Mudarris, dan al Mursyid, al Ustadz, Ulul al nuha, al al faqih dan al Muawwid.7 Adapun penjelasanya sebagai berikut: 1. Al Murabbi, Al Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetak bagi dirinya, masyarakat dan sekitarnya. Istilah ini antara lain dapat dijumpai pada Q.S Al Isra/ 17: 24.
4
Zaim El Mubarak, Membumikan Pendidikan Nilai;Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai (Cet.I; Bandungl: alfabeta, 2008), hlm. 32. 5 Muhammad Rijal, Daras Ilmu Pendidikan Islam (Makassar: Dua Satu Press, 2013), hlm. 6. 6 Made Pirdata, Landasan kependidikan (Cet. I; Jakarta Rinka Cipta, 1997), hlm. 265. 7 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 1; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm..
5
24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".8 2. Muallim muallim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi. Istilah al Muallim dapat dijumpai Q.S Al Baqarah/2: 151.
151. sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.9 Istilah al Muallim diatas diartikan sebagai pengajar, yakni memberi informasi tentang kebenaran dan ilmu pengetahan. 3. Al Muzakki, Al-Muzakki terdapat dalam Q.S Al Baqarah/2: 129.
Terjemahannya:
8 9
Nur Khosin, Kumpulan Makalah Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan (Makassar, 2011) Ibid., hlm. 23.
6
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. 10 Istilah al muzakki
pada ayat diatas diartikan sebagai orang yang melakukan
pembinaan mental dan karakter yang mulia, dengan cara membersihkan peserta didik dari pengaruh akhlak buruk, terampil dalam mengendalikan hawa nafsu namun istilah al muzakki masih jarang digunakan.11 4. Al Ulama Al Ulama istilah ini terdapat dalam Q.S. Fathir/35:28.
Terjemahannya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.12 5. Al Rasikhun fi ‘ilm Al Rasikhun fi ‘ilm dijumpai dalam Q.S. Ali Imran/3:7.
Terjemahannya: 10
Ibid., hlm. 20. Ibid., hlm.37. 12 Ibid., hlm. 38. 11
7
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orangorang yang berakal.13 6. Ulul Albab Ulul albab, adapun istilah Ulul albab terdapatr dsalam Q.S. Ali Imran/3:190-191. Terjemahannya: 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.14
Pada ayat di atas istilah Ulul Albab diartikan bukan hanya orang yang memiliki daya pikir dan daya nalar, melainkan juga daya dzikir dan spiritual. Kedua daya digunakan secara optimal dan saling melengkapi sehingga menggambarkan keseimbangan antara kekuatan pengetahuan sains dan penguasaan terhadap ajaran-ajaran Agama dan nilai-nilai spiritual seperti keimanan, ketakwaan, ketulusan, kesabaran dan ketawakalan. 7. Al muaddib Al muaddi, diartikan sebagai orang yang memiliki akhlak dan sopan santun, seorang yang terdidik dan berbudaya, sehingga ia memiliki hak dan moral dan daya orang untuk memperbaiki masyarakat. 8. Al Mursyid Al Mursyid, dijumpai dalam Q.S. Al Baqarah/2:186. 13 14
Ibid., hlm. 51. Ibid., hlm. 76.
8
Terjemahannya: 186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.15 pada ayat di atas, seorang yang mursyid adalah orang yang yarsydun, yakni selalu berdoa kepada Allah SWT, dan senantiasa melaksanakan dan memenhi panggilannya. selain itu, ia juga senantiasa mengutamakan dan menjunjung moralitas dan patuh kepada Tuhan. Adanya berbagai istilah sebagaimana disebutkan di atas menunjukkan bahwa seorang pendidik dalam ajaran islam memiliki peran dan fungsi yang amat luas. Ketika berperan sebagai orang yang menumbuhkan dan membina potensi peserta didik serta membimbingnya maka ia disebut al murabbi.16 ketika berperan sebagai pemberi wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan ia disebut sebagai muallim, ketika ia membina mental dan karakter peserta didik agar memiliki akhlak mulia maka ia disebut al muzakki, ketika berperan sebagai peneliti yang berwawasan transendental serta memiliki kedalaman ilmu agama dan ketakwaan yang kuat kepada Allah maka ia disebut al ulama, dan ketika dapat berpikir secara mendalam dan menangkap makna yang tersembunyi, maka ia disebut al-rasikhun fi al ilm, ketika tampil sebagai pakar yang mumpuni dan menjadi tempat bertanyadan rujukan ia disebut ahl dzikr.17 Ketika ia dapat mensinergikan hasil pemikiran rasional dengan hasil perenungan emosional maka ia disebut ulul albab, ketika ia mendapat kader-kader pemimpin masa depan bangsa yang bermoral, maka ia disebut muaddib, ketika ia menunjukan sikap yang lurus dan menanamkan kepribadian yang jujur dan terpuji maka ia disebut al mursyid.18 Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan pendidik ialah tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggungjawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan, bakat, minat kecerdasan, akhlak, moral, wawasan, dan ketrampilan peserta didik. 15
Ibid., hlm. 29. Abudin Nata, op.cit., hal. 164 17 ibid., hal. 165 18 ibid. 16
9
B. Etika Pendidik Menurut Al-Qur’an Kode etik pada suatu pekerjaan adalah sifat-sifat atau ciri-ciri vokasional, ilmiah dankeyakinan yang harus dimiliki oleh seorang untuk sukses dalam kerjanya. Lebih khusus laghi ciri-ciri ini pada bidang keguruan. Dari segi pandangan Islam, agar seorang muslim itu berhasil menjalankan tugas yang dipikulkan kepadanmya oleh Allah SWT maka, seorang pendidik hatrus memiliki sifat-sifat yang baik dan lurus sehingga mampu menjadi seorang pendidik yang profesional.19 Al-Quran secara khusus tidak membahas masalah etika pendidik tetapi secara implisit banyak ayat Al-Quran yang membicarakan tentang pendidikan sekaligus masalah etika pendidik. Para pemikir Islam menjabarkan konsep etika pendidik yang profesional dengan belandaskan Al-Quran dan Sunnah. Adapun konsep-konsep yang dirumuskan antara lain: 1. Etika Pendidik Menurut Imam Al-Ghazali a. Menerima segala problema peserta didik dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah. Firman Allah dalam Q.S. Al A’raf/7: 199. Terjemahannya: 199. jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.20 b. Bersikap Penyantun dan Penyayang Allah berfirman dalam Q.S. Al Imran/3: 15. Terjemahannya: 15. Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal
19
Abdul Mujib dan Yusuf Muzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Pernada Media, 2006), hlm. 94-95. 20 Depertemen Agama RI, op. cit., h. 177.
10
didalamnya. dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.21 c. Menjaga kewibawaan dan kehormatannya dalam bertindak d. Menghindari dan Menghilangkan sikap angkuh terhadap sesama Firman Allah dalam Q.S. Al Najm/53: 32. Terjemahannya: 32. (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.22
e. Bersikap rendah hati ketika menyatu dengan anggota kelompok masyarakat. Firtman Allah dalam Q.S. Al Hijr/15: 88. Terjemahannya: 88. janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.23 f. Menghilangkan aktivitas yang tidak berguna dan sia-sia. g. Bersikap lemah lembut dalam menghadapi peserta didik yang tingkat kecerdasannya rendah serta membinanya sampai taraf maksimal. h. Meninggalkan sifat marah dalam menghadapi problema peserta didik. i. Mencadikan kebenaran sebagai acuan walau itu datangnya dari peserta didik. 21
Ibid., hlm. 52. Ibid., hlm. 527. 23 Ibid., hlm. 266. 22
11
j. mencegah dan mengontrol peserta didik yang mempelajari ilmu yang membahayakan Firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah/2: 195.
195. dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.24
k. Menananmkan sifat ikhlas pada peserta didik, terus-menerus mencari informasi guna disampaikan kepada peserta didik yang akhirnya mencapai tingkat taqarrub kepada Allah swt. Firman Allah dalam Q.S. Al Bayyinah/98: 5.
Terjemahannya: 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.25
a. b. c. d. e. f. g.
2. Muhammad Athiyah al Abrasyi berpendapat, bahwa seorang pendidik harus: Menmpunyai watak kebapakan sebelum menjadi seorang pendidik, senhingga ia menyayangi peserta didiknya sebagaimana ia menyayangi anaknya sendiri. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan peserta didik, memerhatikan kondisi peserta didiknya. mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus kepada sebagian peserta didik saja. Mempunyai sifat keadilan, kesucian, dan kesempurnaan. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak banyak menuntut hal-hal yang diluar kewajibannya. Dalam mengajar selalu mengaitkan materi yang diajarkan dengan materi lainnya. Memberi bekal kepada peserta didik dengan bekal ilmu yang dibutuhkan untuk masa depan. 24 25
Ibid., hlm. 30. Ibid., hlm. 599.
12
h. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung jawab, dan mampu mengatasi problem peserta didik, serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa depan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh.26 3. Abdurrahman Nahlawi Mengemukakan bahwa agar seorang pendidik dapat menjalankan fungsi sebagaimana yang telah dibebankan Allah kepada Rasul dan pengikutnya, maka dia harus memiliki sifat-sifat berikut ini:27 a. Seorang Pendidik hendaknya memiliki sifat Rabbani artinya seorang pendidik hendaknya mempunyai ilmu dan keikhlasan yang banyak dan takwa kepada Allah SWT. Firman Allah Dalam Q.S. Ali Imran/3: 79.
Terjemahannya: 79. tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. b. Seorang pendidik hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan keikhlasan. Artinya aktivitas sebagai pendidik bukan semata-mata untuk menambah wawasan keilmuannya, lebih jaih dari itu harus ditujujkan untuk meraih ridhaan Allah serta mewujudkan kebenaran. c. Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. dengan begitu, ketika dia harus memberikan latihan yang berulang-ulang kepada peserta didiknya, dia melakukannya dengan kesadaran bahwa setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda. d. Ketika menyampaikan ilmunya kepada peserta didik, seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadinya. Firman Allah dalam Q.S. As shaff/61: 2-3.
26
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakartra: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 169. Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah,Sekolah, dan Masyarakat (Cet. IV; Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 170-174. 27
13
Terjemahannya: 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.28 e. Seorang pendidik senantiasa harus senantiasa meningkatan wawasan, pengetahuan dan kajiannya, sebagaimana yang diserukan Allah pada pengikut Rasul ini. Firman Allah dalam Q.S. Ali Imran/3: 79. Terjemahannya: 79. tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.29 f. Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pembelajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pembelajaran. g. Seorang pendidik harus bersikap tegas dan meletakkan sesuatu proposrsinya sehingga dia akan mampu mengontrol damn menguasai siswa. h. Seorang pendidik dituntut untuk memahami psikologi peserta didik, psikologi perkembangan, dan psikologi pendidikan sehingga ketika dia mengajar, dia akan memahami dan memperlakukan peserta didiknya sesuai kadar intelektualnya dan kesiapan psikologisnya. i. Seorang pendidik dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibatnya terhadap peserta didik, terutama dampak terhadap aqidah dan pola pikir mereka. j. Seorang pendidik dituntut memiliki sikap adil terhadap seluruh peserta didiknya. Artinya, dia tidak berpihak atau mengutamakan kelompok tertentu. Firman Allah dalam Q.S. Al Maidah/5: 8.
28 29
Ibid., hlm. 552. Ibid., hlm. 61.
14
Terjemahannya: 8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.30 4. Abdullah Nashih Ulwan menjelaskan sifat-sifat asasi yang harus dimiliki oleh pendidik yaitu: 1. Ikhlas, pendidik hendaknya memurnikan niatnya untuk mencari keridoan Allah dan melaksanakan metode-metode pendidikan terhadap peserta didik. 2. Takwa, seorang pendidik dituntut untuk memiliki sikap takwa kepada Allah SWT. agar berhasil dalam proses pembelajaran. Firman Allah dalam Q.S.Al Ahzab/33: 70
Terjemahannya: 70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar, 3. Ilmu, Seorang pendidik harusnya membekali dirinya sebelum mendidik dengan berbagai ilmu yang bermanfaat guna mewujudkan metode pendidikan yang benar menurut Al Quran dan Sunnah. Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Mujadalah/58: 11.
Terjemahannya: 11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.31
30 31
Ibid., hlm. 109. Ibid., hlm. 544.
15
4. Sabar, seorang guru dituntut untuk m,emiliki sikap sabar dalam menghadapi peserta didik dan memaafkan sikap kurang baik dari peserta didik. Firman Allah dalam Q.S. Al-Araf/ 7:199.
Terjemahannya: 199. jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.32 5. Rasa tanggung jawab, para pendidik harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap pe3ndidikan peserta didik, baik dari segi iman, perangai, pembentukan jasmani dan rohaninya maupun pertsiapan mental dan sosialnya.33 Firman Allah dalam Q.S. Al Tahrim/66: 6.
Terjemahannya: 6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Konsp-konsep etika yang dijelaskan oleh para pemikir Islam diatas mengarahkan pendidik agar memiliki kompotensi baik itu kompotensi pedagogik, profesional khususnya kompotensi kepribadian dan sosial sehingga tercipta guru yang dapat menjadi panutan bagi peserta didik dan di lingkungan masyarakat.
32
Ibid., hlm. 177. Isa Abd Rahman, Ringkasan Pedoman Pendidikan Peserta dalam Islam (Cet. I; Solo: Pustaka Amanah, 1998), hlm., 159-162. 33
16 BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 1. Pendidikan adalah faktor utama yang merancang, merenanakan, menyiapkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ia berfungsi tidak hanya mengembangkan bakat, minat, wawasan, dan keterampilan melaikan juga pengamalan, dan kepribadian peserta didik. Ditangan para pendidiklah kegagalan dan kesuksesan sebuah pendidikan. Berdasarkan petunjuk Agama Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Quran istilah yang berkaitan dengan pendidik jauh lebih banyak jumlahnya daripada istilah pendidik yang terdapat diluar Islam. Adapun Istilah pendidik dalam Islam yaitu; Murabbi, al Mu’allim, al Muzakki, al Ulama, al Rasikhun fi al ‘ilm, ahl al dzikr, al Muaddib, al Mudarris, dan al Mursyid, al Ustadz, ulul al nuha, al faqih, dan al Muawwid. 2. Seorang pendidik dituntut untuk memiliki etika dalam melaksanakan tugasnya agar tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan dalam AlQuran tidak dijelaskan secara khusus mengenai wetika pendidik namun secara implist Al-Quran banyak menjelaskan mengenai etika dan para pemikir Islam menjabarkan etika guru dengan berdasarkan AlQuran seperti, Imam al Gazali, Muhammad Athiyah al Abrasyi, Abdullah Nashih Ulwan, dan Abdurrahman an Nahlawi.
B.
Saran Melihat ketidak sempurnaan penyusunan karya ilmiah ini baik dari penulisan maupun penyusunan maka penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah dalam Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. An Nahlawi, Abdurrahman. Ushul al Tarbiyyah al Islamiyyah wa Asalibiha fi al bayti wa al Madrasati wa al Mujtama’, di terj. Sihabuddfin dengan judul Pendidikan di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Cet. IV; Jakarta: Gema Insani 2004. Anwar, Rosihan. Ulum Al Qur’an. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 2008. Khosin, Nur. Kumpulan Makalah Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan, Makalah dipersentasikan dalam Forum Seminar Kelas Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan Semester III Tahun Akademik 2011/2012. Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Qur’an in Word Ver 1.3 (Create by Muohamad Taufiq) Muhammad Rijal, Buku Daras Ilmu Pendidikan Islam. Makassar La Adu: Dua Satu Press, 2013. Sagala, Syaiful. Praktik Etika Pendidikan di Seluruh Wilayah NKRI. Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2011. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Cet. VI: Jakarta: Bumi Aksara, 2010.