PENDAHULUAN APAKAH ETIKA KEFARMASIAN ITU?
Perhatikan kaus-kasus berikut ini, yang sangat mungkin terjadi hampir di semua negara: 1. Apotek Apoteker er M menjad menjadii penang penanggun gungjaw gjawab ab apotek apotek di Kota W yang yang sekaligu sekaliguss sebagai sebagai pemilik sarana apotek. uatu saat ia mendapatkan tawaran untuk menjadi penanggungjawab P!" PP dan ia menerima tawaran tersebut. #anpa melepas status sebagai APA, ia menjadi penanggungjawab P!" PP. $ntuk men%apai target yang telah telah diteta ditetapka pkan n perusa perusahaa haan n &P!" &P!" PP', PP', apotek apoteker er M melaku melakukan kan kerjasa kerjasama ma dengan dengan apotek miliknya untuk mendistribusikan obat ke klinik dan balai pengobatan atau rumah sakit-rumah sakit. Apotek akan mendapatkan (ee dari kerjasama ini sebesar )* (aktur penjualan. emua administrasi dapat ia kendalikan dan lengkap &surat pesanan, (akt (aktur ur peng pengiri irima man, n, (aktu (akturr pajak pajak,, tand tandaa teri terima ma,, surat surat pesan pesanan an klin klinik ik dan dan balai balai pengobatan atau rumah sakit ke apotek, pengiriman dari apotek ke sarana tersebut dll.'. emua disiapkandengan rapi sehingga setiap ada pemeriksaan !adan P+M tidak terlihat adanya penyimpangan se%ara administrasi. ). P, apoteker apoteker praktek praktek di di sebuah kota ke%il, ke%il, didekati didekati oleh oleh organisasi organisasi penelit penelitian ian agar ikut ikut serta dalam uji klinik suatu obat A untuk osteoartritis. ia ditawari sejumlah uang untuk untuk setiap setiap pasien pasien yang yang dia ikut ikut sertaka sertakan n dalam dalam uji tersebu tersebut. t. Wakil Wakil organi organisasi sasi terse tersebu butt meya meyakin kinka kan n bahw bahwaa pene peneli litia tian n ini ini tela telah h mend mendap apatk atkan an semu semuaa ijin ijin yang yang diperlukan termasuk dari Komite /tik Kedokteran. Apoteker P belum pernah ikut serta serta dalam dalam uji uji klin klinik ik sebel sebelum umny nyaa dan dan mera merasa sa senan senang g deng dengan an kese kesemp mpat atan an ini, ini, terutama dengan uang yang ditawarkan. ia menerima tawaran tersebut tanpa lebih jauh lagi menanyakan aspek etis dan ilmiah dari penelitian tersebut. 0. dll
ari ari seti setiap ap kasu kasuss ters terseb ebut ut menga engand ndun ung g re(l re(lek eksi si etis etis.. Kasu Kasuss-ka kasu suss ters terseb ebut ut menimbulkan pertanyaan pertanyaan mengenai pembuatan keputusan keputusan dan tindakan apoteker apoteker bukan dari segi ilmiah ataupun teknis seperti bagaimana menangani resep atau produksi obat ataupun bagaimana melakukan penelitian yangsesuai dengan ethical clearence, clearence, namun pertanyaan yang yang mun% mun%ul ul adal adalah ah meng mengen enai ai nilai nilai,, hakhak-ha hak, k, dan dan tang tanggu gung ng jawab jawab.. Apot Apotek eker er akan akan menghadap menghadapii pertanyaan-p pertanyaan-pertany ertanyaan aan ini sesering sesering dia menghadapi menghadapi pertanyaan ilmiah maupun maupun teknis. teknis. i dalam praktek kedokteran, kedokteran, tidak peduli apakah spesialisasiny spesialisasinyaa maupun maupun tempat kerjan kerjanya ya,, beberap beberapaa pertany pertanyaan aan lebih lebih mudah mudah dijawa dijawab b diband dibanding ingkan kan pertan pertanya yaan an lain. lain. adi adi apakah sebenarnya etika itu dan bagaimanakah etika dapat menolong apoteker berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu2 e%ara e%ara sederh sederhana ana etika etika merupa merupakan kan kajian kajian mengen mengenai ai moralit moralitas as - re(leks re(leksii terhada terhadap p moral se%ara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku baik pada masa lampau, sekarang atau masa mendatang. Moralitas merupakan dimensi nilai dari keputusan dan tindakan yang dilakukan manusia. !ahasa moralitas termasuk kata-kata seperti 3hak3, 3tanggung jawab3, dan 3kebaikan3 dan si(at seperti 3baik3 dan 3buruk3 &atau 3jahat3', 3benar3 dan 3salah3, 3sesuai3 dan 3tidak sesuai3. Menurut dimensi ini, etika terutama adalah
bagaimana mengetahuinya &knowing ', ', sedangkan moralitas adalah bagaimana melakukannya &doing '. '. 4ubungan keduanya adalah bahwa etika men%oba memberikan kriteria rasional bagi orang untuk menentukan keputusan atau bertindak dengan suatu %ara diantara pilihan %ara yang lain. Karena etika berhubungan dengan dengan semua aspek dari tindakan dan dan keputusan yang diambil oleh manusia maka etika merupakan bidang kajian yang sangat luas dan kompleks dengan berbagai %abang dan subde5isi. MENGAPA HARUS BELAJAR ETIKA KEFARMASIAN?
1. ). 0. 7. 8.
ni beberapa alasan umum yang dikemukakan untuk tidak memberikan pelajaran etika ke(arm ke(armasia asian n di kuriku kurikulum lum (armasi (armasi padaha padahall etika etika mempun mempunya yaii peran peran yang yang besar besar dalam dalam kurikulum sekolah pendidikan apoteker. 6Asalka 6Asalkan n apotek apoteker er memilik memilikii penget pengetahu ahuan an dan ketera keterampi mpilan lan,, maka maka etika etika tidak tidak akan akan jadi jadi masalah6 6/tika itu dipelajari di dalam keluarga, tidak di sekolah ke(armasian6 6/tika 6/tika ke(armasian ke(armasian dipelajari dipelajari dengan dengan mengamati mengamati bagaimana bagaimana apoteker apoteker senior bertindak, bertindak, bukan dari buku atau kuliah6 6........etika merupakan kajian mengenai moralitas - re(leksi terhadap moral se%ara sistematik dan hati-hati dan analisis terhadap keputusan moral dan perilaku.......6 6/tika itu penting, tapi kurikulum kita sudah terlalu penuh dan tidak ada ruang untuk mengajarkan etika6 eba ebagi gian an,, hany hanyaa sebag sebagia ian n saja, saja, yang yang 5ali 5alid. d. e%a e%ara ra bert bertah ahap ap sekol sekolah ah-se -seko kola lah h pendidikan apoteker di dunia mulai menyadari bahwa mereka perlu membekali mahasiswanya dengan sumber dan waktu waktu yang %ukup untuk untuk belajar etika. /tika merupakan dan akan selalu menjadi komponen yang penting dalam praktek pengobatan. Prinsip-prinsip etika seperti menghargai orang, tujuan yang jelas dan kerahasiaan merupakan dasar dalam hubungan apoteker-pasien. Walaupun begitu, penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam situasi khusus sering problematis, karena dokter, apoteker, pasien, keluarga mereka, dan pro(esi kesehatan lain mungkin tidak setuju dengan tindakan yang sebenarnya benar dilakukan dalam situasi tersebut. !elajar etika akan menyiapkan mahasiswa ke(armasian untuk mengenali situasi-situasi situasi-situasi yang sulit dan melaluinya melaluinya dengan %ara yang yang benar sesuai prinsip dan rasional. /tika juga penting dalam hubungan apoteker dengan masyarakat dan kolega mereka dan dalam dalam melaku melakukan kan peneli penelitia tian n kedokt kedokteran eran.. angat angat sering, sering, bahkan bahkan etika etika membua membuatt standar standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika memungkinkan apoteker perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. ETIKA KEFARMASIAN, PROFESIONALISME, PROFESIONALISME, HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM
/tika telah menjadi bagian yang integral dalam pengobatan setidaknya sejak masa 4ipp 4ippo% o%ra rate tes, s, seora seorang ng ahli ahli peng pengob obat atan an 9una 9unani ni yang yang dian diangg ggap ap seba sebaga gaii pelo pelopo porr etik etikaa kedokteran pada abad ke-8 M. ari 4ippo%rates mun%ul konsep pengobatan sebagai pro(esi, dima dimana na ahli ahli peng pengob obat atan an mem membuat buat jan janji di depa depan n masy masyar arak akat at bahw bahwaa mere mereka ka akan akan
menempatkan kepentingan pasien mereka di atas kepentingan mereka sendiri. aat ini etika kedokteran telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan dalam hak asasi manusia. i dalam dunia yang multikultural dan pluralis, dengan berbagai tradisi moral yang berbeda, persetujuan hak asasi manusia internasional utama dapat memberikan dasar bagi etika ke(armasian yang dapat diterima melampaui batas negara dan kultural. ebih dari pada itu, apoteker sering harus berhubungan dengan masalah-masalah medis dan obat karena pelanggaran hak asasi manusia, seperti migrasi paksa, penyiksaan, dan sangat dipengaruhi oleh perdebatan apakah pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia karena jawaban dari pertanyaan ini di beberapa negara tertentu akan menentukan siapakah yang memiliki hak untuk mendapatkan perawatan medis. /tika ke(armasian juga sangat berhubungan dengan hukum. 4ampir di semua negara ada hukum yang se%ara khusus mengatur bagaimana dokter harus bertindak berhubungan dengan masalah etika dalam perawatan pasien dan penelitian. !adan yang mengatur dan memberikan ijin praktek apoteker di setiap negara bisa dan memang menghukum apoteker yang melanggar etika. amun etika dan hukum tidaklah sama. !ahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika memungkinkan apoteker perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis. 4ukum juga berbeda untuk tiap-tiap negara sedangkan etika dapat diterapkan tanpa melihat batas negara. amun pengobatan ilmiah memiliki keterbatasan terutama jika berhubungna dengan manusia se%ara indi5idual, budaya, agama, kebebasan, hak asasi, dan tanggung jawab. eni pengobatan melibatkan aplikasi ilmu dan teknologi pengobatan terhadap pasien se%ara indi5idual, keluarga, dan masyarakat sehingga keduanya tidaklah sama. ebih jauh lagi bagian terbesar dari perbedaan indi5idu, keluarga, dan masyarakat bukanlah non-(isiologis namun dalam mengenali dan berhadapan dengan perbedaan-perbedaan ini di mana seni, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu sosial bersama dengan etika, memiliki peranan yang penting. !ahkan etika sendiri diperkaya oleh disiplin ilmu yang lain, sebagai %ontoh, presentasi dilema klinis se%ara teatrikal dapat menjadi stimulus yang lebih baik dalam re(leksi dan analisis etis dibanding deskripsi kasus sederhana. e%ara umum apoteker diharapkan dapat mengaktualisasikan prinsip etika pro(esi dengan derajat yang lebih tinggi dibanding orang lain. Prinsip etika pro(esi itu meliputi belas kasih, kompeten, dan otonomi.
Belas kasih, memahami dan perhatian terhadap masalah orang lain, merupakan hal yang pokok dalam praktek pengobatan. Agar dapat mengatasi masalah pasien, apoteker harus memberikan perhatian terhadapkeluhan;gejala yang dialami pasien dan memberikan nasehat yang meredakan gejala tersebut dengan pengobatan dan harus berseia !e!ba"#$ %asie" !e"a%a#ka" %er#&l&"'a" . Pasien akan merespon dengan lebih baik jika dia merasa bahwa apotekernya menghargai masalah mereka dan tidak hanya sebatas melakukan pengobatan terhadap penyakit mereka.
K&!%e#e"si yang tinggi diharapkan dan harus dimiliki oleh apoteker. Kurang kompeten dapat menyebabkan kematian atau morbiditas pasien yang serius. Apoteker harus menjalani pelatihan yang lama agar ter%apai kompetensinya.
tingkah laku. Masalah etis akan mun%ul sejalan dengan perubahan dalam praktek ke(armasian, lingkungan sosial dan politik.
O#&"&!i, atau penentuan sendiri, merupakan nilai inti dari pengobatan yang berubah dalam tahun-tahun terakhir ini. Apoteker se%ara pribadi telah lama menikmati otonomi pengobatan yang tinggi dalam menetukan bagaimana menangani pasien mereka. Apoteker se%ara kolekti( &pro(esi kesehatan' bebas dalam menentukan standar pendidikan (armasi dan praktek pengobatan. Masih ada ditemukan &walaupun sedikit', apoteker yang menghargai otonomi pro(esional dan klinik mereka, dan men%oba untuk tetap menjaganya sebanyak mungkin. Pada saat yang sama, juga terjadi penerimaan oleh apoteker di penjuru dunia untuk menerima otonomi dari pasien, yang berarti pasien seharusnya menjadi pembuat keputusan tertinggi dalam masalah yang menyangkut diri mereka sendiri.
elain terikat dengan ketiga nilai inti tersebut, etika ke(armasian berbeda dengan etika se%ara umum yang dapat diterapkan terhadap setiap orang. /tika ke(armasian masih terikat dengan S$!%ah a" K&e E#ik A%eker( umpah dan kode etik beragam di setiap negara bahkan dalam satu negara, namun ada persamaan, termasuk janji bahwa apoteker akan mempertimbangkan kepentingan pasien diatas kepentingannya sendiri, tidak akan melakukan deskriminasi terhadap pasien karena ras, agama, atau hak asasi menusia yang lain, akan menjaga kerahasiaan in(ormasi pasien, dan akan memberikan pertolongan darurat terhadap siapapun yang membutuhkan. SIAPAKAH )ANG MENENTUKAN SESUATU ITU ETIS?
/tika bersi(at pluralistik. etiap orang memiliki perbedaan terhadap penilaian benar atau salah bahkan jika ada persamaan bisa saja hal tersebut berbeda dalam alasannya. i beberapa masyarakat, perbedaan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang normal dan ada kebebasan besar bagi seseorang untuk melakukan apa yang dia mau, sejauh tidak melanggar hak orang lain. amun di dalam masyarakat yang lebih tradisional, ada persamaan dan persetujuan pada etika dan ada tekanan sosial yang lebih besar, kadang bahkan didukung oleh hukum, dalam bertindak berdasarkan ketentuan tertentu. alam masyarakat tersebut budaya dan agama sering memainkan peran yang dominan dalam menentukan perilaku yang etis. awaban terhadap pertanyaan, 6siapakah yang menentukan sesuatu itu etis untuk seseorang se%ara umum26 karena itu ber5ariasi dari satu masyarakat dibanding masyarakat yang lain dan bahkan dalam satu masyarakat sendiri. alam masyarakat liberal, setiap indi5idu memiliki kebebasan yang besar dalam menentukan bagi dirinya sendiri apakah yang etis, walaupun sepertinya mereka akan sangat dipengaruhi oleh keluarga, teman, agama, media, dan sumbersumber eksternal lain yang mereka dapat. alam masyarakat yang lebih tradisional, keluarga dan garis keturunan, pemimpin agama, dan tokoh politik biasanya memiliki peran lebih besar dalam menentukan apa yang etis dan tidak etis bagi seseorang. #erlepas dari perbedaan ini, sepertinya sebagian besar manusia setuju dengan beberapa prinsip (undamental dari etika, sebut saja, hak asasi manusia yang dinyatakan dalam United Nations U"i*ersal De+lara#i&" & H$!a" Ri'h#s serta dokumen lain yang telah diterima dan tertulis se%ara resmi. 4ak-hak asasi manusia yang terutama penting dalam etika ke(armasian adalah hak untuk hidup, bebas dari deskriminasi, bebas dari siksaan dan
kekejaman, bebas dari perlakuan yang tidak manusiawi dan tidak pantas, bebas beropini dan berekspresi, persamaan dalam mendapatkan pelayanan umum di suatu negara, dan pelayanan ke(armasian. !agi apoteker, pertanyaan 6siapakah yang menentukan sesuatu etis atau tidak26 sampai saat ini memiliki jawaban yang berbeda-beda. elama berabad-abad pro(esi kesehatan telah mengembangkan standar perilakunya sendiri untuk anggotanya, yang ter%ermin dalam kode etik dan dokumen kebijakan yang terkait. alam tingkatan yang global, P" &nternational Pharma%hist "ederation' telah menetapkan pernyataan etis yang sangat luas yang mengatur perilaku yang diharuskan dimiliki oleh apoteker tanpa memandang dimana dan kapan dia berada dan melakukan praktek. !anyak ikatan apoteker di suatu negara &jika tidak sebagian besar' bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pelaksanaan standar etis yang aplikati(. tandar tersebut mungkin memiliki status legal, tergantung pendekatan negara tersebut terhadap hukum praktek medis. Meskipun demikian, kehormatan pro(esi ke(armasian tidaklah bersi(at absolut. ebagai %ontoh:
Apoteker akan selalu dihadapkan pada hukum yang berlaku dimana dia berada dan kadang dihukum karena melanggar hukum.
!eberapa organisasi kesehatan sangat kuat dipengaruhi oleh ajaran agama, yang mengakibatkan adanya kewajiban tambahan terhadap anggotanya selain kewajiban apoteker se%ara umum.
i banyak negara organisasi yang menetapkan standar bagi perilaku apoteker dan memonitor kepatuhan, mereka memiliki anggota yang berpengaruh yang bukan apoteker. nstruksi etis resmi dari organisasi pro(esi apoteker se%ara umum sama, mereka tidak selalu dapat diterapkan di setiap situasi yang mungkin dihadapi apoteker dalam praktek ke(armasian mereka. i dalam kebanyakan situasi, apoteker harus memutuskan untuk dirinya sendiri apakah yang benar untuk dilakukan, namun dalam mengambil keputusan tersebut, akan sangat membantu jika mereka mengetahui apa yang dilakukan apoteker lain dalam situasi yang sama. Kode etik apoteker dan kebijakan yang berlaku merupakan konsensus umum bagaimana seorang apoteker harus bertindak dan harus diikuti ke%uali ada alasan yang lebih baik mengapa harus melanggarnya. APAKAH ETIKA KEFARMASIAN DAPAT BERUBAH?
ampai saat ini apoteker memiliki hak dan tugas untuk memutuskan bagaimana pasien harus diberi obat dan tidak ada keharusan mendapatkan ijin tertulis pasien. amun sejak De+lara#i&" &" #he Ri'h# & #he Pa#ie"# tahun 1==8 dimulai dengan kalimat: >4ubungan antara dokter, pasien mereka, dan masyarakat yang lebih luas telah mengalami perubahan yang nyata saat ini. Walaupun seorang dokter harus selalu bertindak benar menurut pemikirannya, dan selalu berdasarkan kepentingan terbaik dari pasien, usaha yang sama juga harus tetap dilakukan dalam menjamin otonomi dan keadilan pasien6. aat ini orang-orang mulai ber(ikir bahwa diri mereka sendiri merupakan penyedia kesehatan utama bagi mereka sendiri dan bahwa peran tenaga kesehatan adalah bertindak sebagai konsultan dan instruktur. Walaupun penekanan terhadap perawatan sendiri ini jauh dari keumuman,
namun sepertinya terus menyebar dan menggejala dalam perkembangan hubungan pasiendokter-tenaga kesehatan lainnya yang memun%ulkan kewajiban etik yang berbeda bagi apoteker dibanding sebelumnya. 4ingga akhir-akhir ini apoteker menganggap diri mereka sendiri bertanggung jawab terhadap diri sendiri, kepada kolega pro(esi kesehatan mereka, dan terhadap agama yang dianut, #uhan 9ang Maha Kuasa. aat ini, mereka memiliki tanggung jawab tambahan ? terhadap pasien mereka, kepada pihak ketiga seperti rumah sakit, organisasi yang mengambil keputusan medis terhadap pasien, kepada pemegang kebijakan dan perijinan praktek, dan bahkan sering kepada pengadilan. !erbagai tanggung jawab yang berbeda ini dapat saling bertentangan satu sama lain, yang akan terlihat dalam bahasan loyalitas ganda. /tika ke(armasian juga telah berubah dengan %ara yang lain. +ntoh keterlibatan dalam aborsi dilarang dalam kode etik dokter sampai beberapa saat yang lalu, namun sekarang dapat ditoleransi dalam kondisi tertentu oleh pro(esi kesehatan di beberapa negara. edangkan dalam etika kedokteran tradisional dokter hanya bertanggung jawab terhadap pasien mereka se%ara pribadi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi medis memun%ulkan masalah etis baru yang tidak dapat dijawab oleh etika ke(armasian tradisional. @eproduksi buatan, genetika, in(ormatika kesehatan serta teknologi perbaikan kehidupan dan teknologi untuk memperpanjang kehidupan, kesemuanya memerlukan keterlibatan dokter dan tenaga kesehatan lainnya, sangat berpotensi menguntungkan pasien namun juga sangat berpotensi merugikan pasien tergantung bagaimana menerapkannya. $ntuk membantu bagaimana memutuskan dan dalam kondisi apa apoteker dapat melakukan hal tersebut, organisasi pro(esi apoteker harus menggunakan metode analisis yang berbeda tidak hanya berdasarkan kode etik yang telah ada. elain perubahan dalam etika ke(armasian yang jelas memang terjadi, sudah ada persetujuan diantara apoteker atau ornagisasi pro(esi bahwa nilai (undamental dan prinsip-prinsip etis tidaklah berubah, karena tidak bisa dihindari bahwa manusia akan selalu memiliki masalah kesehatan sehingga mereka akan terus memerlukan tenaga kesehatan yang otonom, kompeten, dan berbelas kasih untuk merawat mereka. APAKAH ETIKA KEFARMASIAN BERBEDA DI SETIAP NEGARA?
alam merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis dan nilai-nilai sosial, maka etika ke(armasian ber5ariasi dari satu negara dengan negara yang lain tergantung (aktot-(aktor tersebut. uatu %ontoh pada kasus euthanasia, terdapat perbedaan yang nyata terhadap opini dari ikatan dokter di setiap negara. !eberapa organisasi mengutuknya, sedangkan katan okter Kerajaan !elanda memperbolehkannya dalam kondisi tertentu. emikian juga yang berhubungan dengan kesempatan memperoleh pelayanan medis, beberapa ikatan dokter disuatu negara mendukung persamaan hak untuk semua warga negara, sedangkan di negara lain mentoleransi ketidaksamaan hak memperoleh pelayanan kesehatan bagi warganya. i beberapa negara ada ketertarikan yang besar terhadap masalah-masalah etik yang mun%ul karena adanya kemajuan teknologi pengobatan sedangkan di negara yang tidak memiliki akses terhadap teknologi tersebut, masalah-masalah etik tentu tidak mun%ul. Apoteker di beberapa negara %ukup yakin bahwa mereka tidak akan ditekan oleh pemerintah untuk melakukan sesuatu yang tidak etis namun di negara lain mungkin akan sulit bagi mereka memenuhi kewajiban etis, seperti menjaga kerahasiaan pasien jika berhadapan
dengan polisi atau permintaan angkatan bersenjata untuk melaporkan adanya jejak;luka yang men%urigakan pada seorang pasien Walaupun perbedaan ini terlihat sangat nyata, persamaan yang ada jauh lebih besar lagi. Apoteker di seluruh dunia memiliki banyak persamaan, dan ketika mereka berhimpun bersama dalam suatu organisasi seperti P" akan men%apai suatu kesepakatan mengenai masalah-masalah etik yang kontro5ersial, walaupun kadang harus melewati debat yang panjang. ilai pokok dari etika ke(armasian, seperti belas kasih, kompetensi, dan otonomi, bersamaan dengan pengalaman dan ketrampilan di semua bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh apoteker memberikan dasar dalam menganalisa masalah masalah etik dalam pengobatan dan memun%ulkan suatu solusi yang berdasarkan kepentingan terbaik bagi pasien se%ara pribadi dan warga negara serta kesehatan masyarakat se%ara umum. BAGAIMANA SESEORANG MEMUTUSKAN SESUATU ITU ETIS?
etiap orang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mengambil keputusan etis dan dalam mengimplementasikannya. !agi apoteker se%ara pribadi dan mahasiswa (armasi, etika ke(armasian tidak hanya terbatas pada rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh P" atau organisasi kesehatan yang lain karena rekomendasi tersebut si(atnya sangat umum dan setiap orang harus memutuskan apakah hal itu dapat diterapkan pada situasi yang sedang dihadapi atau tidak dan terlebih lagi banyak masalah etika yang mun%ul dalam praktek ke(armasian yang belum ada petunjuk bagi ikatan apoteker. Ada berbagai %ara berbeda dalam pendekatan masalah-masalah etika seperti dalam %ontoh kasus pada bagian awal tulisan ini. e%ara kasar %ara pendekatan penyelesaian masalah etika dapat dibagi menjadi dua kategori rasional dan non-rasional. Penting untuk mengingat bahwa non-rasional bukan berarti irrasional namun hanya dibedakan dari sistematika, dan alasan yang dapat digunakan dalam mengambil keputusan. -( Pe"eka#a".%e"eka#a" "&".rasi&"al/
Ke%a#$ha" merupakan %ara yang umum dalam membuat keputusan etis, terutama oleh anakanak dan mereka yang bekerja dalam struktur kepangkatan &militer, kipolisian, beberapa organisasi keagamaan, berbagai %orak bisnis'. Moralitas hanya mengikuti aturan atau perintah dari penguasa tidak memandang apakah anda setuju atau tidak.
I!i#asi serupa dengan kepatuhan karena mengesampingkan penilaian seseorang terhadap benar dan salah dan mengambil penilaian orang lain sebagai a%uan karena dia adalah panutan. Moralitas hanya mengikuti %ontoh yang diberikan oleh orang yang menjadi panutan. ni mungkin %ara yang paling umum mempelajari etika kedokteran, dengan panutannya adalah konsultan senior dan %ara belajar dengan %ara mengobser5asi dan melakukan asimilasi dari nilai-nilai yang digambarkan.
Perasaa" atau kehe"ak merupakan pendekatan subjekti( terhadap keputusan dan perilaku moral yang diambil. 9ang dianggap benar adalah apa yang dirasakan benar atau dapat memuaskan kehendak seseorang sedangkan apa yang salah adalah yang dirasakan salah atau tidak sesuai dengan kehendak seseorang. $kuran moralitas harus ditemukan di dalam setiap
indi5idu dan tentu saja akan sangat beragam dari satu orang ke orang lain, bahkan dalam indi5idu itu sendiri dari waktu ke waktu.
I"#$isi merupakan persepsi yang terbentuk dengan segera mengenai bagaimana bertindak di dalam sebuah situasi tertentu. ntuisi serupa dengan kehendak dimana si(atnya sangat subjekti(, namun berbeda karena intuisi terletak pada pemikiran dibanding keinginan. Karena itu intuisi lebih dekat kepada bentuk rasional dari keputusan etis yang diambil dari pada kepatuhan, imitasi, perasaan, dan kehendak. Meskipun begitu, intuisi sistematis ataupun penuh pemikiran namun hanya sebatas mengarahkan keputusan berdasarkan apa yang terbersit dalam pikiran saat itu. eperti halnya perasaan dan kehendak, intuisi dapat ber5ariasi dari setiap indi5idu, dan bahkan dari indi5idu itu sendiri.
Kebiasaa" merupakan metode yang sangat e(isien dalam mengambil keputusan moral karena tidak diperlukan adanya pengulangan proses pembuatan keputusan se%ara sistematis setiap masalah moran mun%ul dan sama dengan masalah yang pernah dihadapi. Meskipun begitu ada kebiasaan yang buruk &seperti berbohong' dan juga kebiasaan baik &seperti mengatakan dengan jujur' terlebih lagi ada berbagai keadaan yang sepertinya serupa namun tetap membutuhkan keputusan yang sangat berbeda. Walaupun kebiasaan ini sangat berguna, namun kita tidak boleh terlalu mengandalkannya.
0( Pe"eka#a" rasi&"al/
De&"#&l&'i melibatkan pen%arian aturan-aturan yang terbentuk dengan baik yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan moral seperti 6perlakukan manusia se%ara sama6. asarnya dapat saja agama &seperti keper%ayaan bahwa manusia sebagai %iptaan #uhan adalah sama' atau juga non-religius &seperti manusia memiliki gen-gen yang hampir sama'. ekali aturan ini terbangun maka hal tersebut harus diterapkan dalam situasi ilmiah, dan akan sangat mungkin terjadi perbedaan aturan mana yang diperlukan &seperti apakah aturan bahwa tidak boleh membunuh orang lain atau hukuman yang menjadi dasar larangan aborsi'.
K&"sek$e"sialis!e mendasari keputusan etis yang diambil karena merupakan %ara analisis bagaimana konsekuensi atau hasil yang akan didapatkan dari berbagai pilihan dan tindakan. #indakan yang benar adalah tindakan yang memberikan hasil yang terbaik. #entunya ada berbagai perbedaan mengenai batasan hasil yang terbaik. alah satu bentuk konsekuensialisme yang sangat dikenal adalah $#ili#aria"is!e, menggunakan 3utility3 untuk mengukur dan menentukan mana yang memberikan hasil yang paling baik diantara semua pilihan yang ada. $kuran-ukuran outcome yang digunakan dalam pembuatan keputusan medis antara lain cost-effectiveness dan kualitas hidup diukur sebagai A9s &qualityadjusted life-years' atau A9s &disablility-adjusted life-years'. Pendukung teori ini umumnya tidak banyak menggunakan prinsip-prinsip karena sangat sulit mengidenti(ikasi, menentukan prioritas dan menerapkannya dan dalam suatu kasus mereka tidak mempertimbangkan apakah yang sebenarnya penting dalam pengambilan keputusan moral seperti hasil yang ingin di%apai. Karena mengesampingkan prinsip-prinsip maka konsekuensialisme sangat memungkinkan timbulnya pernyataan bahwa 6hasil yang didapat akan membenarkan %ara yang ditempuh6 seperti hak manusia dapat dikorbankan untuk men%apai tujuan sosial.
Pri"si%lis!e, seperti yang tersirat dari namanya, mempergunakan prinsip-prinsip etik sebagai dasar dalam membuat keputusan moral. Prinsip-prinsip tersebut digunakan dalam kasuskasus atau keadaan tertentu untuk menentukan hal yang benar yang harus dilakukan, dengan tetap mempertimbangkan aturan dan konsekuensi yang mungkin timbul. Prinsiplisme sangat berpengaruh dalam debat-debat etika baru-baru ini terutama di Amerika. Keempat prinsip dasar, penghargaan otonomi, berbuat baik berdasarkan kepentingan terbaik dari pasien, tidak melakukan tindakan yang dapat menyakiti pasien serta keadilan merupakan prinsip dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan etik di dalam praktek. Prinsip-prinsip tersebut jelas memiliki peran yang penting dalam pengambilaan keputusan rasional walaupun pilihan terhadap keempat prinsip tersebut dan terutama prioritas untuk menghargai otonomi di atas yang lain merupakan re(leksi budaya liberal dari !arat dan tidak selalu uni5ersal. #erlebih lagi keempat prinsip tersebut sering kali saling bergesekan di dalam situasi tertentu sehingga diperlukan beberapa kriteria dan proses untuk meme%ahkan kon(lik tersebut.
E#ika b$i %eker#i kurang ber(okus kepada pembuatan keputusan tetapi lebih kepada karakter dari si pengambil keputusan yang ter%ermin dari perilakunya. ilai merupakan bentuk moral unggul. eperti disebutkan di atas, satu nilai yang sangat penting untuk apoteker adalah belas kasih, termasuk kejujuran, bijak, dan dedikasi. Apoteker dengan nilai-nilai tersebut akan lebih dapat membuat keputusan yang baik dan mengimplementasikannya dengan %ara yang baik juga. amun demikian, ada orang yang berbudi tersebut sering merasa tidak yakin bagaimana bertindak dalam keadaan tertentu dan tidak terbebas dari kemungkinan mengambil keputusan yang salah.
#idak satupun dari empat pendekatan ini, ataupun pendekatan yang lain dapat men%apai persetujuan yang uni5ersal. etiap orang berbeda dalam memilih pendekatan rasional yang akan dipilih dalam mengambil keputusan etik. eperti juga orang yang memilih pendekatan yang non-rasional. 4al ini dikarenakan setiap pendekatan mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. Mungkin dengan mengkombinasikan keempat pendekatan tersebut maka akan didapatkan keputusan etis yang rasional. 4arus diperhatikan aturan dan prinsip-prinsip dengan %ara mengidenti(ikasi pendekatan mana yang paling sesuai untuk situasi yang baru dihadapi dan mengimplementasikan sebaik mungkin. 4arus dipikirkan juga konsekuensi dari keputusan alternati( dan konsekuensi mana yang akan diambil. 9ang terakhir adalah men%oba memastikan bahwa perilaku si pembuat keputusan tersebut dalam membuat dan mengimplementasikan keputusan yang sudah diambil juga baik. Proses yang dapat ditempuh adalah: 1. #entukan apakah masalah yang sedang dihadapai adalah masalah etis. ). Konsultasi kepada sumber-sumber kewenangan seperti kode etik dan kebijakan ikatan apoteker serta kolega lain untuk mengetahui bagaimana apoteker biasanya berhadapan dengan masalah tersebut. 0. Pertimbangkan solusi alternati( berdasarkan prinsip dan nilai yang dipegang serta konsekuensinya. 7. iskusikan usulan solusi anda dengan siapa solusi itu akan berpengaruh. 8. !uatlah keputusan dan lakukan segera, dengan tetap memperhatikan orang lain yang terpengaruh.
B. /5aluasi keputusan yang telah diambil dan bersiap untuk bertindak berbeda pada kesempatan yang lain.
ETIKA PENGERTIAN ETIKA Etika merupakan studi tentang nilai dengan pendekatan kebenaran. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Kata etika sering disebut dengan istilah etik atau ethis (bahasa !nggris) atau ethius (bahasa "atin) yang berarti kebiasaan. #aka seara etimologi, yang dikatakan baik adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat. $amun dalam perkembangannya, pengertian etka tersebut telah mengalami perubahan yang jauh dari makna awal. Etika adalah studi tentang nilai-nilai manusiawi yang berhubungan dengan nilai kebenaran dan ketidakbenaran yang didasarkan atas kodrat manusia serta mani%estasinya di dalam kehendak dan perilaku manusia. &elanggaran etika belum tentu melanggar '', namun hanya melanggar sumpah (etika). Sedang pelanggaran '' pasti melanggar etika juga. alam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. #aksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. al itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. #enurut para ahli, etika adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang baik dan mana yang buruk. &erkataan etika atau la*im juga disebut etik, yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik. rs. +.&. S!#+$K! merumuskan etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. rs. Sidi ajalba dalam sistematika %ilsa%at menjelaskan bahwa etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. rs. . /urhanudin Salam menyebut etika adalah abang %ilsa%at yang berbiara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
alam perkembangannya, etika sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. !ni berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak seara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. #enurut Sonny Kera%, etika dapat dibagi menjadi 0 a. E1!K '#'#, berbiara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak seara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. b. E1!K K'S'S, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. &enerapan ini bisa berwujud 0 2) /agaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh ara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. 3) $amun, penerapan itu dapat juga berwujud 0 /agaimana saya menilai prilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis 0 ara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. E1!K K'S'S dibagi lagi menjadi dua bagian 0 a) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. b) Etika sosial, yaitu berbiara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik seara langsung maupun seara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. &erlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. engan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpeah menjadi banyak bagian atau bidang. an pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut 0
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Sikap terhadap sesama Etika keluarga Etika pro%esi Etika politik Etika lingkungan Etika idiologi da dua maam etika yang harus kita pahami dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia 0 2. E1!K ESK!&1!8, yaitu etika yang berusaha meneropong seara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskripti% memberikan %akta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil. 3. E1!K $+#1!8, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normati% memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Sistematika etika dapat digambarkan sebagai berikut0
MORAL
#oral merupakan kualitas perbuatan manusia sesuai atau tidak dengan hati nuraninya. #oral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. #enurut etimologi, moral berasal dari kata mores (/ahasa "atin) yang diartikan sebagai aturan kesusilaan. Kata moral selalu mengau pada baik buruknya manusia sebagai manusia. i sisi lain banyak para ahli menyatakan bahwa moral dikaitkan dengan sejumlah kewajiban-kewajiban susila, yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari /ahasa Sansekerta yaitu kata su yang berarti lebih baik dan sila yang berarti dasar-dasar, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan. 9adi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik. #oral adalah keseluruhan aturan, kaidah atau hukum yang berbentuk perintah atau larangan yang mengatur perilaku manusia dan masyarakat dimana manusia itu berada. alam perkembangannya, kata moral ini menjadi :moralis ; moralitas:. #oralitas dipergunakan untuk menyebut perbutan yang memiliki makna lebih abstrak, dimana apabila dinyatakan moralitas suatu perbuatan berarti menunjuk baik buruknya suatu
perbuatan. /ermoral atau tidaknya suatu perbuatan tergantung dari kesadaran dan kebebasan kehendak si pelaku (manusia itu sendiri). Kesadaran dan kebebasan kehendak itu ada alam hati manusia, sedangkan makhluk primata lainnya tidak memiliki hal tersebut. #oralitas adalah kualitas perbuatan manusiawi untuk berperilaku benar atau salah, baik atau buruk dan perbuatan yang demikian itu dikehendaki atau tidak (obyekti%) serta perbuatan itu sesuai atau tidak dengan suara hati nuraninya (subyekti%). ETIKA = / MORAL
Etika Ethikos (bahasa Yunani) dat istiadat < Kebiasaan #oral #oralitas (bahasa "atin) dat istiadat < Kebiasaan #oral 0 tuntutan perilaku dan keharusan masyarakat, Etika 0 prinsip di belakang keharusan moral (1hompson = 1hompson, 2>?2) Etika 0 sistem dari prinsip prinsp moral atau aturan perilaku #oral0 prinsip-3 yg berkaitan dg perlaku baik dan buruk (&riharjo, 2>>6) ETIKET
Etiket Eti@utte (bahasa &ranis) Sopan santun Etiket Etiket (bahasa /elanda) Searik kertas yang ditempel di barang Etika (ethis) A moral Etiket (eti@utte) A sopan santun &ersamaan etika dan etiket0 a. #enyangkut perilaku manusia b. tur prilaku manusia sr normati% artinya memberi norma pd manusia apa yg hrs dilakukan dan tdk boleh dilakukan PERBEDAAN ETIKA & ETIKET Etika Etiket 2. 1dk terbatas ara, namun norma 2. #enyangkut ara perbuatan hrs perilaku itu sendiri (dg tangan mana aja dilakukan (memberidan menerimadg bila menuri tetap salah) tangan kanan)
3. 1dk tergantung ada
4. /ersi%at relati%
5. #emandang manusia dari sisi batiniah
5. anya memandang manusia dari sisi lahiriah Bertens, 2005
ETIKA PROFEI
#enurut #artin (2>>4), etika dide%inisikan sebagai B the displine whih an at as the per%ormane indeC or re%erene %or our ontrol system :. engan demikian, etika akan memberikan semaam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. alam pengertiannya yang seara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan ( ode ) tertulis yang seara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa di%ungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala maam tindakan yang seara logika-rasional umum ( ommon sense ) dinilai menyimpang dari kode etik. engan demikian etika adalah re%leksi dari apa yang disebut dengan Bsel% ontrol :, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial (pro%esi) itu sendiri. Selanjutnya, karena kelompok pro%esional merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama pro%esi sendiri. Kehadiran organisasi pro%esi dengan perangkat B built- in mehanism : berupa kode etik pro%esi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan pro%esi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian (Dignjosoebroto, 2>>>). +leh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah pro%esi hanya dapat memperoleh keperayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit pro%esional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika pro%esi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian pro%esi kepada masyarakat yang memerlukannya. 1anpa etika pro%esi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah pro%esi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan penarian na%kah biasa ( okupasi ) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun keperayaan yang pantas diberikan kepada para elite pro%esional ini.
ITEM PENILAIAN ETIKA
1itik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila. &erbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi si%at baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. /udi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. 9adi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa dari semasih berupa angan-angan, ita-ita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata. /urhanuddin Salam, rs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 4 (tiga) tingkat 0 2. 1ingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa renana dalam hati, niat. 3. 1ingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti. 4. 1ingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk. ari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa E1!K &+8ES! merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. an isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. alam hal merealisasikan ini ada (5 empat) variabel yang terjadi 0 a. 1ujuan baik, tetapi ara untuk menapainya yang tidak baik. b. 1ujuannya yang tidak baik, ara menapainya kelihatannya baik. . 1ujuannya tidak baik, dan ara menapainya juga tidak baik. d. 1ujuannya baik, dan ara menapainya juga terlihat baik. PENGERTIAN PROFEI
&ro%esi adalah kelompok terbatas dari orang-orang yang mempunyai keahlian khusus yang diperoleh dari pendidikan tinggi atau pengalaman yang khusus dan dengan keahlian itu mereka dapat ber%ungsi dalam masyarakat untuk berperilaku atau pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan warga masyarakat lain pada umumnya. !stilah pro%esi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. 1etapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum ukup disebut pro%esi. 1etapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek. Kita tidak hanya mengenal istilah pro%esi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengaara, dan semaamnya, tetapi meluas sampai menakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis,
sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut E E+E, timbul kebingungan mengenai pengertian pro%esi itu sendiri, sehubungan dengan istilah pro%esi dan pro%esional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang pro%esional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian pro%esi. /erikut pengertian pro%esi dan pro%esional menurut E E+E 0 &+8ES!, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan na%kah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. &+8ES!+$", adalah orang yang mempunyai pro%esi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. tau seorang pro%esional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. &ro%esional adalah bekerja dengan tujuan mulia untuk membuat orang lain menjadi sejahtera. Yang harus kita ingat dan %ahami betul bahwa B&EKE9$ < &+8ES!: dan B&+8ES!+$": terdapat beberapa perbedaan 0 PROFEI! - #engandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus. - ilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu). - ilaksanakan sebagai sumber utama na%kah hidup. - ilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. PROFEIONAL! - +rang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya. - #eluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu. - idup dari situ. - /angga akan pekerjaannya. "IRI#"IRI PROFEI! Seara umum ada beberapa iri atau si%at yang selalu melekat pada pro%esi, yaitu 0 2. danya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun. 3. danya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. al ini biasanya setiap pelaku pro%esi mendasarkan kegiatannya pada kode etik pro%esi. 4. #engabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana pro%esi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat. 5. da i*in khusus untuk menjalankan suatu pro%esi. Setiap pro%esi akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu pro%esi harus terlebih dahulu ada i*in khusus. 6. Kaum pro%esional biasanya menjadi anggota dari suatu pro%esi. engan melihat iri-iri umum pro%esi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum pro%esional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-rata. "IRI#"IRI PROFEI! 2. #enjalankan pekerjaan yang memerlukan dasar dari pendidikan tinggi. 3. /ekerja berdasarkan perkembangan standar sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. 4. &ekerjaan yang dilakukan untuk kepentingan kemanusiaan dan kemasyarakatan 5. #enaati kode etik pro%esi beserta kewenangan peradilannya dalam menjaga kualitas pekerjaan. 6. #enjalin hubungan baik dengan asosiasi
i satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu standar pro%esional yang tinggi, bisa diharapkan akan teripta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik. PRINIP#PRINIP ETIKA PROFEI! 2. 1anggung jawab - 1erhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. - 1erhadap dampak dari pro%esi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya. 3. Keadilan. &rinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. 4. +tonomi. &rinsip ini menuntut agar setiap kaum pro%esional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan pro%esinya. $ARAT#$ARAT %AT% PROFEI ! - #elibatkan kegiatan intelektual. - #enggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. - #emerlukan persiapan pro%esional yang alam dan bukan sekedar latihan.
- #emerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan. - #enjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen. - #ementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. - #empunyai organisasi pro%esional yang kuat dan terjalin erat. - #enentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik. &ekerjaan yang dapat kita sebut dengan pro%esi adalah yang mempunyai karakter sebagai berikut bekerja penuh waktu, orientasi kerja lebih untuk melayani daripada sekedar menari na%kah (komitmen untuk membantu orang lain, bahkan di luar waktu kerja), bekerja berdasar ilmu dan keterampilan yang didapat dari pendidikan kh usus, bekerja seara otonom (berdasar keputusannya sendiri), bekerja berdasarkan etika, mempunyai tanda atau simbol identitas terorganisir dalam asosiasi pro%esi ("atham, 3FF3). Etika pokok pro%esional kesehatan adalah0 primum non noere ("atin) %irst, do no harm primary rule, was to do no harm . 1enaga kesehatan yang pro%esional mengau prima-%aie, yaitu0 autonomy, bene%iene, non-male%iene justie (#onagle = 1homasma, 2>>?).
▪
▪
&rinsip autonomy (sel%-governane )0 menghormati hak pasien dalam menentukan sikap dan dilindungi kerahasiaannya. menerminkan konsep bahwa pro%essional memberikan layanan mediknya (pengobatan) berdasarkan kehendak pasiennya. mengikutsertakan pasien pada penentuan pengobatan dan tindakan medis, harus merahasiakan in%ormasi medis pasiennya. &rinsip bene%iene (do good )0 meningkatkan kesejahteraan pasiennya. menerminkan konsep bahwa pro%esional dalam pekerjaannya selalu memberikan keuntungan bagi pasiennya.
&rinsip non-male%iene (do no harm )0 menjauhi tindakan yang merugikan pasiennya. Kompetensinya harus selalu dijaga tetap tinggi dan selalu diperbarui ( up-date ), serta menyadari keterbatasannya. &rinsip justie (%airness )0 selalu adil dalam mengobati pasien-pasiennya, berusaha agar semua orang mudah mendapatkan pelayanannya (9onsen dkk, 2>?3).
PERANAN ETIKA DALAM PROFEI
$ilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling keil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. engan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat pro%esional. olongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang seara tertulis (yaitu kode etik pro%esi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku sebagian para anggota pro%esi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik pro%esi), sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat pro%esi tersebut. Sebagai ontohnya adalah pada pro%esi hukum dikenal adanya ma%ia peradilan, demikian juga pada pro%esi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya. KODE ETIK PROFEI
Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. Kode etik yaitu norma atau a*as yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Kode etik0 susunan moral yang normati% yang disebut etika
#E$''1 '' $+. ? (&+K+K-&+K+K KE&ED!$)
Kode etik pro%esi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik pro%esi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuanketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu. Salah satu ontoh tertua adalah S'#& !&+K1ES, yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk pro%esi dokter. ipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari 0 /&K !"#' KE+K1E$. /eliau hidup dalam abad ke-6 S#. #enurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena ipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat pro%esional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini. Dalaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi %enomena yang begitu banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. 9ika sungguh benar *aman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya adalah peranan dan dampak kode-kode etik ini. &ro%esi adalah suatu #+" G+##'$!1Y (#SYK1 #+") yang memiliki ita-ita dan nilai-nilai bersama. Kode etik pro%esi dapat menjadi penyeimbang segi segi negative dari suatu pro%esi, sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu pro%esi dan sekaligus juga menjamin mutu moral pro%esi itu dimata masyarakatKode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu pro%esi. 1etapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu didampingi re%leksi etis. Supaya kode etik dapat ber%ungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh pro%esi sendiri. Kode etik tidak akan e%ekti% kalau di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain karena tidak akan dijiwai oleh ita-ita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan pro%esi itu sendiri. !nstansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh pro%esi yang bersangkutan. Supaya dapat ber%ungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil SE"8 E'"1!+$ (pengaturan diri) dari pro%esi. engan membuat kode etik, pro%esi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. al ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. anya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan itaita yang diterima oleh pro%esi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik
adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. &ada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik. PERKEMBANGAN KODE ETIK
#asyarakat primerbila terjadi pelanggaran moral penyelesaian relati% lebih mudah #asyarakat sekunder berkembang masalah moral lebih kompleks penyelesaian lebih sulit menyadari pentingnya pembagian kerja dan upaya spesialisasi agar semakin terampil dan bermutu untuk pelayanan yang lebih baik bagi peningkatan kesejahteraan hidup bersama. da sebagian ahli ( spesialis) yang bekerja tidak pro%esional ( amatir). aris batas demarkasi antara seorang yang pro%esional dengan yang tidak pro%esional menjadi tidak jelas norma moral bagi pekerjaan pro%esi teranam. naman bagi pekerjaan pro%esi perlu diatasi dengan menyusun norma moral yang mudah dan jelas bagi anggota kelompok spesialis sepro%esi membedakan mana yang pro%esional dan mana yang tidak pro%essional. Susunan moral yang normati% disebut etika
#erangsang pengembangan pro%esi
kuali%ikasi
pendidikan yang memadai.
5. #enerminkan hubungan antara pekerjaan pro%esi dengan pelayanan masyarakat dan kesejahteraan soial.
6. #engurangi kesalahpahaman dan kon%lik baik dari antar anggota maupun dengan masyarakat umum. 7. #embentuk ikatan yang kuat bagi seuma anggota dan melindungi pro%esi terhadap pemberlakuan norma hukum yang bersi%at imperati% sebelum disesuaikan dengan saluran norma moral pro%esi.
F%NGI KODE ETIK 2. #emberikan arahan bagi suatu pekerjaan pro%esi 3. #enjamin mutu moralitas pro%esi di mata masyarakat
A'a()n *)n+si 'ari k'e etik (r*esi a'a-a.! 2. #emberikan pedoman bagi setiap anggota pro%esi tentang prinsip pro%esionalitas yang digariskan. 3. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas pro%esi yang bersangkutan4. #enegah ampur tangan pihak di luar organisasi pro%esi tentang hubungan etika dalam keanggotaan pro%esi. Etika pro%esi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang. T)nt)tan a+i an++ta (r*esi! 2. Keharusan menjalankan pro%esinya seara bertanggung jawab. 3. Keharusan untuk tidak melanggar hak-hak orang lain.
KARAKTERITIK KODE ETIK BAGI PROFEI 2. #erupakan produk etika terapan yang dihasilkan berdasarkan konsep-konsep pemikiran etis atas suatu pro%esi tertentu 3. #erupakan hasil Isel% regulationJ dari pro%esi itu sendiri yang mewujudkan nilainilai moral yang dianggap hakiki dan pada prinsipnya tidak pernah dipaksakan dari luar.
4. ijiwai nilai-nilai dan ita hidup dalam kalangan pro%esi itu sendiri maka tidak e%ekti% apabila keberadaannya ditentukan dari pemerintah
K'e etik .ar)s 'issia-isasikan! 2. Sebagai sarana kontrol sosial.
3. #enegah ampur tangan yang dilakukan oleh pihak luar yang bukan kalangan pro%esi. 4. #engembangkan petunjuk baku dari kehendak manusia yang lebih tinggi berdasarkan moral.
PEN$EBAB PELANGGARAN KODE ETIK! 2. poteker tidak %aham
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah menegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan ketentuan-ketentuan pro%esional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari sel% regulation yang terwujud dalam kode etik seperti kode ituberasal dari niat pro%esi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan pro%esi untuk menjalankan kontrol
terhadap pelanggar. $amun demikian, dalam praktek sehari-hari ontrol ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggota-anggota pro%esi, seorang pro%esional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. 1etapi dengan perilaku semaam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik pro%esi dan dengan demikian maka kode etik pro%esi itu tidak terapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan etika pro%esi di atas pertimbangan-pertimbangan lain. "ebih lanjut masing-masing pelaksana pro%esi harus memahami betul tujuan kode etik pro%esi baru kemudian dapat melaksanakannya. Kode Etik &ro%esi merupakan bagian dari etika pro%esi. Kode etik pro%esi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika pro%esi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merini norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah tersirat dalam etika pro%esi. engan demikian kode etik pro%esi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis seara jelas dan tegas serta terperini tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang pro%esional. Kode etik yang ada dalam masyarakat !ndonesia ukup banyak dan bervariasi. 'mumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersi%at nasional, misalnya !katan &enerbit !ndonesia (!K&!), kode etik !katan &enasehat 'K'# !ndonesia, Kode Etik 9urnalistik !ndonesia, Kode Etik dvokasi !ndonesia dan lain-lain. da sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik. Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta enderung membuat kode etik sendiri. asanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada prinsipnya patut dinilai positi%. PRAKTIK PELAKANAAN KODE ETIK1 1. Kewajiban $mum a. umpah apoteker b. Kode etik %. Menjalankan sesuai standar kompetensi. d. Akti( mengikuti perkembangan dibidang kesehatan dan (armasi. ). i dalam melaksanakan praktik, apoteker menjauhkan diri dari usaha men%ari keuntungan semata bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur ke(armasian. 0. Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi %ontoh baik bagi orang lain. 7. #idak ada praktik ke(armasian dengan prinsip ekonomi &melalui usaha seke%il-ke%ilnya namun mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya' #etapi yang terpenting patient sa(ety dengan terapi yang rasionala dengan harga terjangkau. 8. Apoteker menjadi sumber in(ormasi.
SUMPAH APOTEKER
ilai norma dari sumpah;janji seorang apoteker mengandung 8 substansi: 1. #idak mempergunakan pengetahuan ke(armasian untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum dan perikemanusiaan. ). Membaktikan hidup guna kepentingan kemanusiaan dalam bidang kesehatan. 0. Menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan ke(armasian. 7. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui karena pekerjaan dan keilmuan. 8. engan sungguh-sungguh berikhtiar agar tidak terpengaruh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik;kepartaian dan kedudukan sosial.