ENGARUH OSMOTIK KONSENTRASI GARAM HARA TERHADAP ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN
1. I. Tujuan Melihat pengaruh osmotik dari konsentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan pertumbuhan tanaman 1. II. Pendahuluan Konsentrasi garam hara yang tinggi pada suatu tanaman disebut st ress garam. Stres garam merupakan salah-satu dari antara enam bentuk stres tanaman yaitu stress suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia dan stres angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam termasuk stres bahan kimia yang meliputi garam, ion-ion, gas, herbisida, insektisida dan lain sebagainya. (Harjadi , S.S. dan S. Yahya,1988). Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut t erlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Garam-garam yang menimbulkan stres tanaman antara lain ialah NaCl,NaSO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam air. Stress garam sangat erat kaitannya dengan potensial osmotik pada larutan hara. Dengan meningkatnya konsentrasi linarut atau garam hara (CaCl 2), maka potensial osmotik di sekitar tanaman sangat meningkat sedangkan potensial air murni menurun yang mengakibatkan energi bebas air menurun. Hal ini menyebabkan jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman walaupun sebenarnya air di luar tanaman itu cukup. (Fitter et al., 1991). Keadaan yang demikian dikenal dengan kekeringan fisiologis. Kekeringan fisiologis atau tingkat salinitas yang cukup parah akan menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman. Menurut Mengel dan Kirkby, (1987) salinitas dapat berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu : a. Dengan merusak sel -sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. terganggu. b. Dengan membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses. Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang yang menghambat pembesaran dan pembelahan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan l angsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan perubahan secara perlahan. Pengamatan 1. III. Hasil Pengamatan
Larutan NaCl2 Air destilata 0,01
Panjang Batang (cm) Keadaan pada Hari KeAwal Akhir Penambahan 2 7 15,1 15,1 0 Tanaman 1 mati, Daun subur, jumlah tanaman 2 subur daun 5, akar bagus, batang kokoh 14 15 -1 Tan 1 dan 2 subur
Penggnaan air 4 ml 5 ml
0,02 0,03
16,5 15,7
16,5 15,95
0
Tanaman 1 dan 2 subur
5 ml Tan 1 dan 2 mati
0,25
0,05
13,9
15,15
2,25
0,1
17,5
17,45
-0,5
0,2
15,8
16,75
0,95
8 ml Tanaman 1 dan 2 Ujung akar dan subur batang agak layu, Tan 1 dan 2 subur Akar busuk, daun karatan, tangkai Tanaman 1 dan 2 agak layu subur Tan 1 dan 2 mati Tanaman 1 dan 2 subur Ujung akar layu, tangkai kurang kokoh
6 ml 4 ml 24 ml
Daun patah, ujung akar lau, tangkai tidak kokoh 1. IV. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan selama satu minggu diperoleh data bahwa perbedaan konsentrasi CaCl2 yang diberikan pada tanaman menghasilkan respon yang berbeda pula dari tanaman. Keadaan tanaman kontrol yang tidak diberikan CaCl 2 pada hari ke tujuh menunjukkan pekembangan yang positif terutama dalam dalam jumlah daun dan kondisi tanaman yang tetap subur. Hal ini berbeda dengan enam tanaman lain yang diberi perlakuan CaCl2. Tanaman-tanaman tersebut sebagian besar layu bahkan terdapat tanaman yang mengalami pengurangan panjang. Hal ini sangat erat kaitannya dengan potensial osmotik dan stress garam yang terjadi pada tumbuhan akibat peningkatan konsentrasi CaCl 2 yang bersifat garam. Tanaman yang diberi CaCl 2 memiliki potensial osmotik yang kecil (nilai negatifnya besar) dibandingkan dengan air destilata. Semakin besar konsentrasi garam hara yang diberikan maka semakin besar pula nilai negatif dari potensial osmotik. Nilai negatif yang besar dari potensial osmotik menyebabkan energi bebas air akan menurun sehingga penyerapan air juga akan berkurang. Akhirnya pertumbuhan tanaman akan terganggu. Pada percobaan diperoleh data yang kurang sesuai dengan konsep di atas. Tanaman yang diberi larutan CaCl2 0,2 M (memiliki salinitas tinggi) menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan tanaman-tanaman lain yang diberi CaCl 2 dengan konsentrasi yang lebih rendah dilihat dari penambahan air yang diberikan. Seharusnya tanaman ini tidak menyerap air yang banyak karena konsentrasi solut sangat tinggi dan potensial air rendah. Demikian pula yang terjadi pada penambahan panjang tanaman. Tanaman yang diberi larutan CaCl2 0,2 M justru mengalami penambahan panjang yang kedua terbesar setelah tanaman yang diberi CaCl 2 0,05 M sedangkan tumbuhan kontrol tidak mengalami perubahan panjang. Adanya kesalahan ini dapat disebabkan, kondisi awal tumbuhan yang tidak sama, baik itu dalam hal ukuran maupun dalam hal fisiologi tumuhan, pemberian konsentrasi yang tidak sesuai, dan kekurangtelitian praktikan dalam melakukan pengukuran panjang.
Menurunnya panjang total tanaman dan luas daun seperti pada tanaman dengan CaCl 2 0,1 dan 0,01 merupakan tanggapan tanaman terhadap penyediaan air dan keadaan stes garam. Tanggapan tanaman terhadap penyediaan air ini diduga karena sel-sel daun yang masih muda dan sedang mengadakan pembentangan mengalami stress (kekurangan) air akibat salinitas. Penurunan panjang akar dan kerusakan akar terjadi dapat disebabkan tanaman mengalami cekaman osmotik karena meningkatnya konsentrasi CaCl 2, sehingga pembelahan dan pembentangan sel pada ujung-ujung akar terhambat. Adanya pengurangan panjang tanaman pada pengukuran mungkin juga disebabkan karena tanaman yang layu sehingga pengukuran yang dilakukan tidak sesuai dengan panjang aslinya. Gajala lanjut yang ditimbulkan adalah kematian pada tanaman seperti yang terjadi pada tanaman dengan konsentrasi. 1. V. Simpulan Pemberian konsentrasi garam-garam terlarut yang berbeda dapat menimbulkan stres garam yang berbeda pula. Semakin tinggi konsentrasi garam hara, maka pertumbuhan tanaman akan semakin terhambat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan yang tertekan dengan perubahan secara perlahan pada kondisi fisik tanaman dan panjang tanaman. Ini berkaitan dengan potensial osmotik yang nilai negatifnya semakin besar pada konsentrasi garam yang semakin tinggi sehingga potensial airnya turun. Daftar Pustaka
Fitter, A.H. dan R.K. M. Ha y, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Jogyakarta: Gajah Mada University Press Harjadi , S.S. dan S. Yahya, 1988. Fisiologi Stres Tanaman. Bogor: PAU IPB. Mengel, K. dan E.A. Kirkby, 1987. Principles of Plant Nutrition. 4th Edition. Switzerland: International Potash Institute. JAWABAN PERTANYAAN
1. Hal ini disebabkan karena terjadi stress garam pada tanaman dimana larutan hara yang diberikan mengandung konsentrasi garam yang tinggi. Hal ini men yebabkan potensial osmotik dan potensial air berkurang. Akibatnya, akar tanaman tidak mampu menyerap air pada larutan hara tersebut walaupun jumlah air yang tersedia cukup. Persedian air pada tanamanpun berkurang sehingga sebagian proses fisiologi tumbuhan terganggu. Peristiwa ini seringkali disebut kekeringan fisiologis. 2. Pengaruh kekurangan air pada tumbuhan dapat menyebabkan kurangnya persediaan air dalam tubuh tumbuhan sehingga beberapa proses fisiologi tumbuhan terganggu, misalnya fotosintesis yang membutuhkan H2O. Apabila proses fotosintesis ini terganggu maka tumbuhan akan kekurangan sukrosa yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan tanaman. Demikian pula pengangkutan unsur-unsur hara dari akar juga akan sangat terganggu dengan kurangnya air. 3. Pada tanah yang masam dimana konsentrasi garam tinggi yang mempengaruhi osmotic dapat dijumpai pada tanah yang mengalami evaporasi tinggi dengan hujan rendah, pada daerah pantai akibat limpasan dari air laut, dan tanah yang berasal dari bahan induk salin. Posted in Academic