ENDOSKOPI
Dr. Darmadi SpPD
Pendahuluan • Endoskopi adalah suatu pelayanan kesehatan dengan menggunakan alat endoskop untuk memeriksa organ di dalam tubuh secara visual dengan cara melihat langsung kelainan yang dijumpai sehingga dapat ditegakkan diagnosa dan penganggulangannya sebagaimana sebagaima na mestinya • Pemeriksaan endoskopi bisa bertujuan diagnosis (endoskopi diagnostik) dan bisa sebagai terapi (endoskopi terapeutik)
• Dalam sejarah, endoskopi dibagi dalam 3 periode • Periode I : endoskopi kaku (straight rigid tubes) antara tahun 1795 – 1923, terbuat dari logam yang kaku • Periode II : endoskopi setengah lentur (semiflexible tube endoscope). Penemunya adalah Schindler dan Wolf pada tahun 1932 • Bagian proksimal terdiri dari logam dan bagian distal terdiri dari karet yang sedikit lentur. Diujung scope ditempatkan bola lampu kecil dan gambarnya diteruskan melalui banyak lensa okuler
• Periode III : endoskopi lentur (flexible endoscope) atau fiberscope endoscope. Dibuat pertama sekali oleh Hirschowitz tahun 1958 yaitu gastro duodenal fiberscope. • Gambaran yang terlihat diteruskan ke bagian okular melalui serat optik. Pencahayaan disalurkan dari sumber cahaya ke bagian distal endoskop melalui serat optik • Penggunaan endoskop serat optik di Indonesia baru dimulai pada tahun 1970
• Nama alat endoskopi bergantung pada bagian tubuh yang diperiksa, seperti : laparoscopy (abdomen, uterus, fallopian tube), laryngoscopy (vocal cords), bronchoscopy (lungs), colonoscopy (colon), arthroscopy (joint), dan Gastroscopy (Stomach).
Endoskopi diagnostik • Pada alat endoskopi saat ini dapat dipasang kamera sehingga dapat dibuat foto berwarna atau film dari lesi yang ditemukan • Pemeriksaan endoskopi dapat dipakai untuk mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologi dan bahan biopsi, sehingga diagnosa patologi dapat ditegakkan tanpa operasi
Esophago-gastro-duodenoscopy
Indikasi endoskopi saluran cerna atas •
Dyspepsia / heartburn refractory to therapy
•
Abnormal barium X-ray study
•
Survey for CA (Barrett, FAP)
•
Persistent nausea or vomiting
•
Therapeutic endoscopy
•
Dysphagia or odynophagia
UGIB
Stent insertion
•
Hematemesis or melena
PEG
Polypectomy
•
Early satiety or anorexia with weight loss
Sclerosis of varices
Chest pain w/ negative cardiac evaluation
Tumor cauterization
• •
IDA with negative colonoscopy
•
Caustic ingestion
•
Supected malabsorption
Dilation of stricture Foreign body •
Follow-up endoscopy GU or esophageal ulcer, for healing
Rectosigmoid/colonoscopy
Indikasi kolonoskopi • Abnormal BE
• Therapeutic colonoscopy
• Iron deficiency anemia
– Polyp removal
• Melana (negative EGD)
– Palliation of neoplasm
• Hematochezia (neg F/S)
• Heme Positive stool
– Dilation of stricture/stoma
• Chronic diarrhea (neg F/S)
– Reduction of volvulus
• Surveillance
– Decompression
– After polypectomy – After CRC resection – Positive family history
– Foreign body removal • IBD to determine extent or activity of disease
Contraindications to GI Endoscopy • When the results will not change management • When the risks to pt health or life outweigh the most favorable benefits of the procedure • When adequate cooperation can’t be obtained • When a perforated viscus is known or suspected
Komplikasi endoskopi sal cerna atas Silvis 1976
Miller 1987
USA
Europe
Perforation
70 (0.03%)
20 (0.008%)
Bleeding
63 (0.03%)--
Infection
17 (0.008%)
--
Cardiopulmonary
129 (0.06%)
183 (0.073%)
Total
279 (0.13%)
203 (0.08%)
Total procedures
211,410
252,888
Komplikasi setelah kolonoskopi diagnostik Perforation:
50 (0.2%)
Bleeding:
23 (0.09%)
Infection:
3 (0.01%)
Cardiopulmonary:
10 (0.04%)
Total:
86 (0.34%)
Total Procedures:
25,298
From: Silvis et al., 1976
Transnasal Esophagoscopi • Flexible esophagoscopi – Berukuran lebih kecil (5mm) dimasukkan melalui rongga hidung
• • • •
Anestesi lokal Prosedur tindakan lebih mudah Pasien dapat kembali bekerja setelah pemeriksaan Memerlukan insuflasi udara untuk mengembangkan esofagus agar lebih mudah melihat seluruh mukosa
Endoscopi ultrasonografi (endosonografi) • Dapat mendeteksi ukuran tumor, letak tumor apakah masih sebatas jaringan mukosa atau sudah penetrasi ke submukosa dan jaringan lainnya
Transmisi Infeksi via Endoscopi • 253 kasus dilaporkan sebelum tahun 1988 • 1988: ASGE guidelines on endoscope disinfection • Selama thn1988 : 28 kasus dilaporkan • Kebanyakan kasus disebabkan kesalahan pada prosedur pembersihan dan disinfeksi alat endoskop • Perkiraan insiden 1:1,800,000 kasus • Sejak tahun 1988; tidak ada laporan infeksi Hep B dan HIV
• Alat endoskopi merupakan ‘ semi critical device ‘ yang memerlukan disinfeksi (bukan sterilisasi) • Alat tambahan untuk memanipulasi mukosa/jaringan merupakan ‘ critical devise ‘ sehingga harus disterilisasi • Disinfeksi secara mekanik dengan menggunakan glutaraldehyde 20% atau yang ekuivalen • Penyimpanan dalam keadaan kering
Bakteremia setelah endoskopi • Gastroscopy
4.2%
• ERCP
5.6%
• Colonoscopy
2.2%
• Sigmoidoscopy
4.9%
• Esophageal dilation
45%
• Sclerotherapy
31%
Keuntungan endoskopi • Mengetahui lebih jelas keadaan mukosa/ lesi yang dijumpai • Kondisi lesi dapat dinilai secara terperinci, warna bentuk, sekresi/perdarahan, isi lumen dan diameter • Dapat segera melakukan biopsi untuk lesi yang mencurigakan agar didapatkan gambaran secara mikroskopis • Dapat didokumentasikan • Alat terapeutik bila memungkinkan • Sebagai alat evaluasi terapi atau observasi
Kelemahan endoskopi • Merupakan prosedur invasif, menyebabkan luka, penekanan terhadap organ di luar lumen • Memerlukan obat-obatan sedasi atau narkosis • Lapangan pandang harus bersih; memerlukan persiapan khusus • Memerlukan keterampilan yang cukup baik dari endoskopis dan perawat yang membantu • Investasi modal yang cukup mahal