Naskah Drama Untuk 4 Orang
Jud J udul: ul: Nase Naseha hatt D ari Sa S ahab habat T ema: Sosi S osial al (per (per sahabat sahabatan) an) Jum J umla lah h pemeran: ran: 4 orang rang Karakter: Ad A di: B ai k (suka (suka menase naseha hatti) D ani: ni : B ai k ( suka de dengan keb kebai kan) Jo J ordi: J ahat hat (suka menjahili njahili oran orang) g) D endi ndi : B ai k ( suka me meneg negur tem temannya ketik ketika a salah) salah) Alur Drama Pada pagi hari itu tepatnya di depan rumah Adi, Dani, Jordi dan Dendi sedang berkumpul. Tidak lama kemudian kemudian si Adi keluar dari rumahnya mendengar ketiga temannya itu sedang ngobrol didepan halaman rumahnya. ru mahnya. Naskah Dialog Drama Adi
: Hai, ada apa ini? Kok tumben kalian pada gerumpi didepan rumah akau.. nggak manggil aku lagi?!
Dani
: Aku tadinya sih mau manggil kamu, tapi kamunya aja yang sudah keburu keburu nongol. Nggak ada acara kamu hari ini, Di?
Adi
: Nggak ada tuh.. emang mau ngajak kemana kok kayaknya mau ngajak aku jalan gitu?
Dani
: Nggak Nggak kok, kok, aku cuman nanya nanya aja.. ya, sapa tahu aja kamu mau kemana kemana gitu, kan biasanya kamu padat acara.
Adi
: Nggak ada kok, hari ini aku stay dirumah aja.
Tiba-tiba Jordi menyampaikan idenya kepada teman-temannya untuk ngejahilin Lela yang biasanya lewat didepan rumah Adi. Jordi
: Eh teman-teman, aku ada ide nih!
Dendi : Ide Ide apaan tu?
Jordi
: Bisanya jam sgini kan Lela Lela pasti lewat sini, gimana gimana kalau kita kerjain dia. Setuju nggak kalian?
Dendi : Ngerjain Lela?! Ah.. Ah.. kamu ini jahat amat sih jadi orang! Adi
: Iya Iya tuh.. kenapa sih dari dulu kamu tuh nggak pernah berubah, Di. Dari dulu kerjaannya pengen ngejahilin orang terus!
Jordi
: Biarin.. kan itu emang hobiku.
Dani berusaha untuk menyadarkan Jordi yang diusianya sudah menginjak 17 tahun, tapi sikapnya masih saja seperti anak-anak. Dani
: Jordi, kamu tu kan kan udah dewasa, mestinya mestinya tabiat buruk yang selama ini melekat pada diri kamu itu sudah beransur menghilang, ini nggak malah sepertinya makin menjadi.
Adi
: Tuh.. dengerin kata si Dani, harusnya kamu tuh bisa bersikap lebih dewasa, dan kebiasaan kamu yang suka ngejahilin orang itu sedikit demi sedikut harus kamu hilangin.
Karena Jordi anaknya memang keras kepala dan suka menganggu orang lain, maka dia tidak mengedahkan nasehat teman-temannya. Jordi
: Ah,,, masa bodoh kalian!
Melihat sikap si Jordi yang tidak juga sadar diri tentang kebiasaan buruknya, Dendi pun berusaha menyadarkan Jordi. Dendi : Iseng itu emang boleh aja sih, Jordi. Tapi, Tapi, kalau berlebihan kan nggak baik juga. Lela tu anaknya baik dan pendiam, pendiam, terus kenapa tega amat kamu mau ngerjain dia. Emang salah dia apa? Adi
: Bener banget apa yang Dendi bilang. Justru kalau kalau aku pas ngelihat Lela itu yang ada dihati ini malah rasa hiba.
Jordi
: Iba? Emang kenapa kok harus ngerasa iba?
Adi
: Lela itu kan sudah nggak punya Ibu. Dia sehar-hari menghabiskan waktunya untuk membantu ayahnya dagangan di pasar.
Jordi baru tahu kalau ternyata Lela sudah tidak memiliki ibu. Mendengar kabar tersebut, keinginan Jordi untuk menjahili Lela pun pupus. Jordi
: Oh.. begitu ya.. kasihan ya si Lela! Ya sudah deh, aku janji nggak bakalan ngejahilin atau ngerjain Lela lagi.
Dani
: Bagus itu, tapi jangan hanya sama Lela dong! Sama siapapun kamu nggak boleh bersikap jahil. Itu kan perbuatan dosa.
Adi
: Bener itu!
Jordi
: Ah.. kalian dikit-dikit dosa!
Semenjak itu, Jordi sudah tidak pernah menganggu Lela lagi, namun perangai buruknya masih saja tidak berubah. Jordi sering membuat onar dikampungnya dan juga disekolahan.
SELESAI
KE LOMPOK :
Naskah drama Tema
: Pendidikan
Judul
: Lidah tak Bertulang
Pemain
: 4 Orang
Pemain
:
-
Meisy sebagai ..........................
-
Sinta sebagai.....................................
-
Mira sebagai.............................
-
Dewi sebagai................................
Pada malam hari itu Doni melihat Lukman sedang berbicara dengan seseorang. Mereka seperti sedang melakukan transaksi, namun tidak terlihat jelas karena gelap. Doni: Luk, kamu kemarin malam sama siapa yang pas disemak-semak itu? kamu lagi ngapain? Lukman pun kaget jika Doni melihatnya. Dia pun berkilah.. Lukman: Ah.. kamu ini ngaco aja. Orang kemarin malam aku dirumah saja kok. Doni: Yang benar aja? terus siapa yang aku lihat kemarin malam itu ya? Datanglah Roni. Roni ternyata juga melihat Doni pada malam hari itu. Roni: Eh.. ada apa nih? Doni: Oh.. ini kemarin malam itu kan aku lihat si Lukman disemak-semak gitu, tapi dia bilang bukan dirinya., Roni: Oh.. itu sekitar jam 20.00 kan? Doni: Iya. Emang kamu juga lihat? Roni: Lha emang iya, emangnya Lukman bilang nggak gitu? Doni: Iya, kata Lukman itu bukan dia. Roni saat itu memang melihat jelas muka Lukman. Roni: Ah.. kamu Luk, pake nggak ngaku segala. Orang kemarin malam itu emang kamu kok. Lagian kenapa sih pake nggak ngaku segala? emangnya siapa teman kamu itu? Lukman pun merasa panik dan kebingungan. Dia tetap berusaha mengelak. Lukman: Benaran, itu bukan aku. Lagian kan kalian tahu aku nggak punya teman akrab selain kalian.
Doni: Makanya itu, aku nanya.. kemarin itu siapa. Sudahlah kamu ngaku aja. Kenapa sih pake nggak ngaku segala? emangnya ada apa? Karena merasa penasaran, Doni dan Roni pun mendatangi tempat itu dimalam harinya. Siapa tahu Lukman akan menemui temannya itu lagi. Dan pada malam itu ternyata Lukman memang ada janji dengan lelaki itu. Disaat Lukman sedang memberikan uang sebesar Rp 70.000, Roni dan Doni memergoki Lukman dan temannya. Doni: Nah, benar kan? eh.. kamu ini siapa (tanya Doni kepada teman Lukman yang diberinya uang). Belakangan diketahui, namanya adalah Freddy. Teman Lukman itu hanya diam.. dan dia bergegas pergi. Roni: Teman kamu ditanya kok malah langsung pergi, Luk? dia siapa sih? terus kenapa kamu kasih uang? Lukman semakin bingung dan dia tidak bsia menutupi. Timbul kecurigaan dibenak Roni dan Doni, bahwa ada hal yang nggak beres dengan temannya itu. Doni: Jangan-jangan Lukman ini make narkoba.. (bisik Doni kepada Roni) Roni: Apa iya ya? terus uang itu tadi uang apa? udah gitu ditanya malah kabur orangnya. Roni pun tanpa berpikir panjang, dia langsung menggeledah saku Lukman. Roni merasa sangat kaget karena disaku Lukman terdapat benada itu (narkoba). Roni: Sejak kapan kamu make yang ginian, Luk? wah.. kamu kok bisan-bisanya jadi pemaakai barang haram ini? Lukman hanya diam.. Doni: Kamu tahu nggak Luk? narkoba itu bisa merusak kehidupan kamu. kamu juga bisa masuk penjara kalau ketahuan pake narkoba. Karena terus mendapat teguran dan nasehat dari Doni dan Roni, Lukman pun menangis. Namun kemudian, Lukman sadar diri, dan dia berjanji untuk tidak memakai barang terlarang itu.
SELESAI
Kebersihan Sebagian dari Iman Suasana kelas masih sepi saat Burhan datang, hanya Ryan saja yang baru ada dikelas. Burhan melihat banyak sampah yang berserakan di kelas. Dan ia pun meminta tolong Ryan untuk membantu. Burhan : selamat pagi Ryan Ryan : selamat pagi Han. Kamu sudah mengerjakan PR belum? Burhan : sudah dong, kan Bundaku selalu memeriksa PR ku setiap hari. Ryan : aku juga sudah. Burhan : wah, kelas kita kotor sekali ya, banyak sampah kertas dan plastik berserakan. Ini pasti sisa sampah kemarin. Ryan : iya, kotor sekali. Tapi sudahlah, nanti juga dibersihkan sama Pak Amad. Burhan : kita tidak boleh mengandalkan Pak Amad Ryan, kan kita yang mengotorinya. Seharusnya kita yang membersihkan. Ryan : tapi kan pekerjaan pak Amad memang bersih-bersih. Burhan : Oya memang, tapikan kita harus belajar mandiri, kita juga masih bisa membersihkan ini bersama-sama dengan teman yang lain. Ryan : ah aku malas..sana kamu saja Han (lalu datang Nico) Nico : ada apa sih ini, kok pagi-pagi sudah ribut? Burhan : itu lho Nic, Ryan tidak mau membantu membersihkan kelas kita, padahal kan kita yang mengotori. Nico : kan sudah ada pak Amad, jadi buat apa kita yang repot Han? Ryan : nah kan, benar kataku Han. Ga percaya ya kamu sama aku? Burhan : ah kalian berdua sama saja, ya sudah kalau tidak mau membantu. (Burhan mengambil satu persatu sampah yang ada di kelas dan juga laci meja bersama beberapa teman yang di kelas kecuali Ryan dan Nico. Lalu tidak lama datang Andi) Andi : selamat pagi semua.. Semua : selamat pagiii.. Andi : lho, Nico dan Ryan kenapa tidak membantu Burhan dan teman-teman untuk bersih-bersih? Ryan : kan aku sudah bilang, itu biar dibersihkan oleh Pak Amad saja, penjaga sekolah kita itu An.. Nico : iya, lagi pula kan tugas kita belajar, iya kan Ryan? Ryan : betul itu.. Andi : tapi kan ini kelas kita bersama, kita wajib menjaganya bersama juga. Burhan : sudahlah An, aku sudah bicara begitu pada mereka, tapi mereka tidak mau mendengarkan Andi : kata ibu aku, kebersihan itu sebagian dari iman, karena ketika kita beriman kepada Tuhan, maka kita akan senantiasa menjaga kebersihan, baik dari kebersihan diri dan lingkiungan sekitarnya. Nico : kalau untuk menjaga kesehatan an? Kita sudah bersih kadang juga
Ryan Andi
Nico Andi
Burhan Ryan Andi Ryan+Nico Andi
Ryan Nico
masih sakit? : iya kadang sudah bersih, tapi tetap saja sakit flu, batuk, demam, malaria, dan yang lainnya. : nah, penyakit itu bukan hanya datang dari bersih atau tidaknya lingkungan kita, tetapi juga karena kondisi kekebalan tubuh, dan asupan gizi yang kita makan. : jadi kalau kita menjaga kebersihan tetap masih bisa sakit ya kan An? : tentu saja. Tetapi kita bisa menghindari supaya penyakitnya tidak tambah parah dengan tetap menjaga kebersihan. Bayangkan saja, dengan menjaga kebersihan saja kita masih bisa terkena sakit, apalagi kalau kita tidak menjaganya, betul Han? : betul An. Tuh Ryan sama Nico, dengerin kata Andi. : iya dari tadi juga sudah mendengarkan. : jadi lain kali kalian berdua, Nico dan Ryan juga harus ikut menjaga kebersihan kelas kita. : baiklah… : anak-anak, kelas ini adalah milik kita bersama, jadi kita semua bertanggung jawab untuk merawat dan menjaganya. Supaya kita terhindar dari penyakit dan tetap sehat. : baiklah, mulai besok aku akan ikut piket dan menjaga kebersihan kelas. : aku juga.
LIDAH TAK BERTULANG PELAKU 1. IRMA Pelajar SMP 2. ESTI Pelajar SMP 3. JANET Pelajar SMP 4. RENI Pelajar SMP (siswa baru) Drama berlangsung dengan latar di sebuah warung yang mangkal di pinggir jalan di depan sekolah. Namun warung tersebut masih tutup. Pagi itu cukup cerah ketika Lena, Esti, Janet, dan seorang siswi baru sedang duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Irma datang tergopoh-gopoh karena kesiangan.
ADEGAN I IRMA : (heran melihat teman-temannya malah berkumpul di warung Pak Edi) Hei, kok, masih pada mejeng di sini? Esti : Lho, sekolah kita sepi? (Esti tidak jadi menjawab karena Irma langsung memotong) Irma : Sebentar-sebentar … (meletakkan telunjuk menyilang di bibirnya seraya berpikir) Ini pasti ulah guru-guru kita. (menatap satu persatu teman-temannya dengan hati-hati) Mereka sedang rapat, kan? ESTI : Memangnya kemarin kamu tidak membaca pengumuman di mading? Ketua kelas kita saja mengumumkan di depan kelas. IRMA : Gimana mau baca? Aku kan nggak masuk sekolah. JANET : Makanya kalau sekolah yang rajin, sehingga tidak ketinggalan informasi. IRMA : (Menyadari ada anak baru, Irma meliriknya) Ini siapa, ya? ESTI : Oya, aku sampai lupa. Kenalkan, ini Reni. (pada siswi baru) Ren, kenalkan ini teman kita Irmawati. (Irma dan Reni bersalaman) RENI : Reni Ambarsari. IRMA : Irmawati. Kamu siswa baru di sini? (Reni mengangguk dengan ramah) Pindahan dari mana? RENI : Aku pindah dari Bandung. Dari SMP Negeri 2. ESTI : Kalian berbincang-bincang dulu, ya! Aku kangen sama toilet dulu. JANET : Huh, dasar beser! (mengiringi kepergian Esti) ADEGAN II JANET : Nah, sekarang mumpung lagi libur. Kita adakan acara perkenalan dengan Reni, bagaimana? IRMA : Tepat! Tapi sayang, ya, Reni jadi belum bisa berkenalan dengan teman-teman sekelas kita, dan juga guru-guru kita. (Berwajah menyesal). JANET : Itu, kan, masih banyak waktu. Besok juga bisa. (Wajahnya mendadak ceria) Nah, bagaimana kalau kita ajak Reni ke Monas? Kita makan makan di sana? IRMA : Tapi siapa yang bayar? JANET : Tenang saja! Kan, ada aku. (bergaya bos). IRMA : Kalau hari ini nggak libur, kamu pasti bisa disambut meriah oleh teman-teman dan guru di sini, Ren. Nanti kamu akan berkenalan
dengan guru paling angker di sini. Namanya Pak Nurdin. RENI : (tersenyum penasaran) Memang ada? IRMA : Di Bandung pasti nggak ada. Guru ini galaknya nggak ketulungan. Kalau ngajar, nggak ada siswa yang berani berulah. Kalau salah s edikit saja, langsung segala caci maki berhamburan dari mulutnya yang item, tebel, tertutup kumis. Kaca mata tebalnya yang melorot akan terguncang-guncang. Pokoknya seru. Lucunya lagi, kalau dia marah, suka terbatuk-batuk kecapean. Janet Tidak Kuat Menahan Tawa, Sementara Reni Hanya Tersenyum, Esti datang la gi dan duduk menjejeri Reni. IRMA (Tidak peduli atas kedatangan Esti dan melanjutkan ceritanya). Irma : Kamu juga bisa melihat kepalanya yang botak dan licin, bahkan tuh, kepala bisa dipakai main pingpong, kali. (Janet semakin terbahak-bahak sementara Reni tetap tersenyum). ESTI : (ingin tahu) Siapa, Ir? IRMA : Pak Nurdin, guru Matematika kita. ESTI : Apa? (kaget) Ir! IRMA : Nih, aku sebutkan teman-teman yang sudah jadi korbannya … (menengadahkan telapak tangannya untuk menghitung, lalu merenung) Pokoknya 90 persen murid di sini pasti sudah pernah kena marahnya. ESTI : IRMA! IRMA : Nah, Esti juga pernah disuruh berdiri dengan tangan direntangkan dan kaki diangkat sebelah. Sadis, kan? ESTI : Ir, sudah, dong! Tidak baik menjelek-jelekkan guru. Nanti kualat kamu! IRMA : Alah, nggak dijelek-jelekkan juga, memang sudah jelek, kok. JANET : Lagian, bisa aja si Irma bikin orang ketawa. (Masih dengan sisa tawanya) Sudah, ah, tar keburu siang. Gimana acaranya? Jadi tidak? ESTI : Acara apa? JANET : Kita mau ngajak Reni jalan-jalan ke Monas. Di sana kan, ada bakso yang enak. Kamu harus ikut! Ini, kan, acara penyambutan teman baru kita. ESTI : Bagus. Boleh. Aku setuju. RENI : Tapi, maaf, saya tidak bisa ikut. Lain kali saja, ya? Soalnya saya di sini numpang di rumah Uwa. Tidak enak, kan, baru dua hari sudah berani kelayapan. IRMA : Memang kamu tinggal di daerah mana? RENI : Saya tinggal di Benhil. Nanti sewaktu-waktu main bersama Esti. (bersiap-siap) Saya pamit dulu, ya. Di rumah banyak pekerjaan. ESTI : Berani sendiri? RENI : Berani. Naik 213, kan? (Esti tersenyum) Assalamualaikum! ESTI, JANET, IRMA Waalaikumsalam. IRMA : Salam buat Uwanya, ya! RENI : Insya Allah, nanti saya sampaikan. ESTI JANET IRMA
: Kenapa harus repot-repot menitip salam buat uwanya pada Reni? : Memangnya kamu mau menyampaikannya? Pasti uwanya punya anak yang ganteng, kan? : Diam-diam rupanya teman kita ini punya simpanan. (senyum menggoda)
ESTI IRMA ESTI IRMA ESTI
: Uwanya tidak punya anak, kok. : Terus kenapa nggak perlu titip salam sama Reni? : Setiap hari juga kita ketemu sama uwanya Reni. : (Semakin heran) Di mana? : Ya, di sekolah kita. (Memasang tampang tanpa beban). Uwnya Reni itu … Pak N u r d i n !!! (Melongok, kaget, terpana sehingga tidak bisa berbicara apa-apa). JANET : (Menarik bahu Esti yang tetap bertampang tanpa beban) Gila, kamu, Es! Kenapa tidak dari tadi, kamu ngasih tau? ESTI : (Melirik ujung jari-jari tangan Janet yang menempel di bahunya, lalu menatap Janet sejenak) Kamu tadi tidak ingat ketika aku berkali-kali memotong ucapan dia (menunjuk ke arah Irma yang dengan lemas duduk di bangku panjang). JANET : Terus bagaimana, dong, jalan keluarnya? (menghiba pada Esti). ESTI : (Melangkah ke depan dengan tangan mengepal dan tegak) Begitulah mulut. Jika kita tidak dapat menjaganya, maka akan lebih tajam dari mata pedang. Bahkan ada pepatah Mulutmu Harimaumu. IRMA : (Wajah putus asa, suaranya lemah). Esti, sahabatku, tolonglah aku! Aku harus bagaimana? JANET : Jika cerita itu sampai ke telinga Pak Nurdin, oh, aku tidak bisa membayangkan Irma akan dicoreti wajahnya dengan spidol. Lalu disuruh teriak-teriak keliling kelas dengan kalimat,”Pak Nurdin, saya memang bermulut ember!” Dan itu disuruhnya dilakukan berulang ulang sampai jam pelajaran matematika selesai, oh! (lirih). IRMA : Janet! (Membentak, hampir menangis) Jangan kamu takut-takuti aku seperti itu! Tanpa kamu takuti juga, aku sudah ketakutan. ESTI : Berdoa saja, semoga Reni tidak menyampaikannya. Jadikan ini sebagai pelajaran buat kita agar bisa memelihara lidah. IRMA : Baiklah, aku mau bertobat (berlari ke arah kanan) JANET, ESTI : Ir, tunggu! (berlari mengejar Irma). ** SELESAI **
KE LOMPOK : WI RS
NASKAH DRAMA Sintya Wini Sintya Wini Sintya Wini Sintya Wini Sintya
: Win maneh kamari kamana? Urang ka imah maneh ning euweuh? : Ohh...kamari mah nonton bal : Heeh ta, dimana? : dilapang Kaduomas : rek ngajakan ulin tadinamah : kamana dih? : ah atuh kamana we.. : Ah da urang mah tara ulin : eh heeh ketang
Tidak lama kemudian datanglah Inggar untuk ikut berbincang Inggar & Risma Sintya & Wini Inggar Risma Wini Sintya Inggar & Risma Inggar Risma Wini Sintya Risma Wini Sintya
: Pagi....!!! : Pagi juga... : Aya naon dih ieu euy? : Hh naon dih? : ah euweuh nanapn ieuh : Henteu, pedah urang kamari ka imah si Wini, tapi euweuh da nonton bal : Oooohhh... : Geus ah urang mah rek ka luar heula : yeuh dak si Inggar teh isuk ulang tahun koh!! : heeh nya? Kumaha mun ku arurang cuang dijailan? : Hh bener! Resep geura : Engke lamun datang cuang rengkas heeh! : Sip lah cuang seungseurikeun : Heeh siap
Tiba-tiba datang Inggar dengan sendiri, dan Sintya pun merengkasnya hingga jatuh Sintya, Wini & Risma : Ha...haa...haaa Sintya : Kawus Wini : Lempang teh tetempo atuh Gar... haha
Risma Inggar
: Heeh beunta geura matana...hahaa : Ih maraneh mah meni kitu ning...awas siah
Inggar marah dan langsung pergi dari tempat itu Sintya Wini Risma Inggar Wini Inggar Risma
: Haha alus ekspresina : heeh cuang carekan si Inggar yu!! : sssstt aya jalmana : Yeuh dak kelompok drama kumaha? Batur mah arengges koh..!! : Mm, teu nyaho atuh : Ih da ditanya teh nya : da teu nyaho Inggar...!!!
Inggar pun pergi lagi dengan perasaan jengkel Sintya Risma Wini Sintya Risma Wini Sintya,Risma
: ha..ha..haa..haa : Eh, kunaon dih maneh sih? : Ken we lah geus biasa si Sintya mah, naon lucuna padahal mah nya? : da lucu ih, hayang seri ..... : hm ....... sok atuh seri ..... : ges lah, mending cuang ka kantin yuk ! : yukkkkk ......!
inggar datang dan ikut berbincang dikantin bersama mereka. Inggar Risma Inggara Sintya, Risma, Wini Inggar Wini Inggar Sintya Risma Wini Inggar Sintya Risma Wini Inggar Sintya Risma Inggar
: dak urang kamari nonton film jurig, rame siah ! : saha ? : ursng pan : nu nanya ! : ih da karitu ning ayeunamah lah..... : h h nya ? : h h, : ayeuna teh aya pr mtk koh arengges can ? urang mah ngges ..... : ngges urang mah : ngges urang ge : ih hh poho ! urang can ngerjakaen euy ! : ih ken siah, galak dei guruna dikaluarkeun gera ! : eng ....... huu mantak ge tong nonton film wae gera ... ! : h h maneh teh, nyolontod ning ! : ih atuh ... jal urang nke nempo ......plissss...... : hayang niron nya ! sorry lah : sorry lah urang ge moal mere ieh. : nu maneh atuh win, nempo urang .....?
Wini
: urang ge sorry hh cape ngerjaken tepi ka peting !
kemudian Sintya, Risma, dan Wini pergi kekelas meninggalkan inggar Inggar
: ku naon sih nya ning kararitu ka urang ayeuna ? araneh pisan te jiga biasana, biasanamah kaman-kamana teh sok bareng, ayeunsmah di cuekan bae urang ... ges mbung merennya babaturan jeng urang ?
Inggar pun pergi kekelas Sintya Inggar Wini Inggar
: Inggar ! maneh bagian piket ayeuna ? piket te tadi : eh hh poho ...... arek atuh ayeuna ...... : jeh poho we jjwng poho kabiasaan ...? : ih maaf atuh biasa we ...
ketika Inggar sedang mengepel dan sengaja Sintya, Wini, dan risma menginjak lantai yang baru dipel Sintya Wini Risma Inggar Risma
: upppps, sorryyy ! : eh sorry te kahaja : ngepel bos ? : hh atuh nya piraku gegeroh mah : biasa we atuh !
Mereka bertiga meninggalkan Inggar Sintya Wini Risma
: Win, Ris engke mun si Inggar asup cuang nyanyi happy birthday to you heeh!! : Heeh siap : Okeh
Inggar pun datang sendirian Sintya, Wini & Risma : happy birthday Inggar ..... Menyanyikan lagu happy birthday Risma Wini Sintya
: happy birthday inggar ....! : HBD Inggar, semoga panjang umur, sehat selalu amin .... : Inggar HBD hh .... maafnya tadi arurang jarudes .... da jeng ngararewasan maneh .... maaf hh
Inggar sedih sambil meneteskan air mata
Inggar
: hh... nuhun nya Sintya, Wini, Risma .... maraneh teh da emang sahabat terbaik urang ... butuh pisan sahabat jiga maraneh .... Risma : hh gar ... urangge dan mun eweh maraneh mah sorangan maaf hh urang ge ...? Wini : urangge maaf hh ...? Inggar : hh dimaaf ken kabeh ge ... te kunanaon ieh .... Sintya : ges atuh tong kalah carerik ah ... Inggar : ha ha aha ... hh nya ... ges lah cuang ka kantin be yuk ! da ayeuna hari ulang tahun urang + nyerikan urang, di traktir ku urang ! bebas hayang naon bae ge ! Risma : hh nya bener ? Inggar : bener .... Sintya, Wini, & risma : yesssssss !!!!!!!
******* END *******
Contoh Naskah Drama Kesehatan
Exposisi:
1. Rina (remaja yang inisiatif) 2. Vivi (remaja yang selalu mendukung kegiatan positif) 3. Yana (remaja yang gemar melakukan aktivitas positif) 4. Karim (kepala desa) Sinopsis drama
Rina, Vivi, dan Yana adalah tiga orang bersahabat yang sering bertukar ide tentang banyak hal. Pada suatu hari Rina memiliki sebuah ide untuk mensosialisasikan kesehatan lingkungan kepada warga di desanya, karena Rina meyakini ketika masyarakat sudah memiliki kepekaan terhadap kesehatan lingkungan, maka dengan sendirinya mereka akan tumbuh rasa peduli terhadap kesehatan mereka. Rina: Segala sesuatu yang bisa kita dapat pastinya akan menjadi sia-sia belaka jika kita tidak memiliki kesehatan fisik, bener kan Vi? Vivi: Iya, benar. Amat penting bagi manusia untuk selalu bersikap care terhadap kesehatannya, karena apapun yang kita miliki akan menjadi percuma jika kita tidak hidup dengan sehat. Kalau menurut kamu gimana Yan? Yana: Iya, sih bener emang apa yang kalian bilang. Rina: Aku punya ide untuk mewujudkan masyrakat yang sangat peduli dengan kesehatan lingkungan, karena dengan care terhadap kesehatan lingkungan secara tidak langsung msayrakat akan peka terhadap kondisi kesehatannya mereka sendiri. Bagaimana m enurut kalian? Yana: Ide bagus itu! Vivi:
Emang ide bagus banget sih, tapi bagaimana caranya untuk mensosialikasikan kepada masyarakat tentang ide kamu itu? Rina: Itulah, aku sendiri masih belum menemukan cara yang tepat untuk itu. Aku coba pikir-pikir dulu deh, siapa tahu nanti bisa dapat cara.
Dalam beberapa hari Rina terus berpikir untuk menemukan sebuah ide/cara untuk bisa mensosialisasikan niatan mulianya tentang kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan. Akhirnya Rina pun menemukan cara untuk melakukan pengarahan kepada masyarakat. Rina: Gini, sepertinya aku sudah punya ide. Bagaimana kalau kita buat sebuah acara ngumpul warga dan kita undang semua warga di desa kita ini? Vivi: Ngundang semua warga? Apa iya? Emang mau dikumpulin dimana mereka? Yana: Iya, mau dikumpulin dimana? Rina: Kita kumpulin mereka di kantor kepala desa, tapi terlebih dahulu kita harus meminta izin sekalian menyampaikan ide kita ini kepada bapak kepala desa, gimana? Vivi: Ok, boleh juga. Yana: Ya, aku setuju sama ide kamu. Pada keesokan harinya Rina dan kedua temannya lantas menemui bapak kepala desa dirumah yang bersangkutan. Kepala desa: Ada apa Rin? Kok tumben kesini? Rina: Iya, begini pak.. kami bertiga ini bermaksud menyampaikan sebuah ide untuk mensosialisasikan gerakan kepekaan terhadap kesehatan kepada masyarakat didesa kita ini, apa bapak setuju? Kalau bapak setuju kami bermaksud mengundang warga untuk ngumpul dikantor balai desa.
Kepala desa: Oh.. bagus itu. Iya, bapak tentu setuju! Emang kapan kamu mau memulainya? Rina: Kami akan usahakan secepatnya pak. Kalau hari pastinya belum bisa kami tentukan, tapi kemungkinan akan kami laksanakan dalam kurun waktu 2-3 hari ini. Kepala desa: Ya sudah, kalau begitu kamu nanti kontek bapak saja jika emang sudah siap. Bapak sangat suka dengan ide cemerlang kamu itu. Itu menandakan kepedulian sosial kamu sangat tinggi. Rina: Ah.. bapak bisa aja! Ya sudah pak, kalau begitu kami pamitan dulu ya.. terimakasih sudah mendukung ide kami bertiga, semoga nanti a caranya bisa berjalan dengan sukses. Kepala desa: Ya, semoga saja. Rina dan kedua kawannya, yaitu Vivi dan Yana akhirnya pamitan pulang. Mereka bertiga pun akan kumpul dirumah Rina pada malam harinya untuk membahas agenda sosialisasi kesehatan yang mereka gagas itu. SELESAI
http://www.teksnaskahdrama.com/2014/03/contoh-drama-tentangkesehatan.html#ixzz4RMLLC5Z1
Nasehat Dari Sahabat
“
”
Tema: Sosial (persahabatan) TOKOH & KARAKTER PEMAIN : Ani (RITA DESTIANI UTAMI) : Baik (suka menasehati) Nani (RIZKY NOVIAN) : Baik (suka dengan kebaikan) Jordi (SALSABILA PUTRI) : Jahat (suka menjahili orang) Dendi (SITI MUHANAROH) : Baik (suka menegur temannya ketika salah) Pada pagi hari itu tepatnya di depan rumah Ani, Nani, Jordi dan Dendi sedang berkumpul. Tidak lama kemudian si Ani keluar dari rumahnya mendengar ketiga temannya itu sedang ngobrol didepan halaman rumahnya. Naskah Dialog Drama Ani: Hai, ada apa ini? Kok tumben kalian pada gerumpi didepan rumah akau.. nggak manggil aku lagi?!
Nani: Aku tadinya sih mau manggil kamu, tapi kamunya aja yang sudah keburu nongol. Nggak ada acara kamu hari ini, An?
Ani: Nggak ada tuh.. emang mau ngajak kemana kok kayaknya mau ngajak aku jalan gitu? Nani: Nggak kok, aku cuman nanya aja.. ya, sapa tahu aja kamu mau kemana gitu, kan biasanya kamu padat acara. Ani: Nggak ada kok, hari ini aku stay dirumah aja. Tiba-tiba Jordi menyampaikan idenya kepada temantemannya untuk ngejahilin Lela yang biasanya lewat didepan rumah Ani. Jordi: Eh teman-teman, aku ada ide nih!
Dendi: Ide apaan tu? Jordi: Bisanya jam sgini kan Lela pasti lewat sini, gimana kalau kita kerjain dia. Setuju nggak kalian? Dendi:
Ngerjain Lela?! Ah.. kamu ini jahat amat sih jadi orang! Ani: Iya tuh.. kenapa sih dari dulu kamu tuh nggak pernah berubah, Di. Dari dulu kerjaannya pengen ngejahilin orang terus! Jordi: Biarin.. kan itu emang hobiku. Nani berusaha untuk menyadarkan Jordi yang diusianya sudah menginjak 17 tahun, tapi sikapnya masih saja seperti anak-anak. Nani: Jordi, kamu tu kan udah dewasa, mestinya tabiat buruk yang selama ini melekat pada diri kamu itu sudah beransur menghilang, ini nggak malah sepertinya makin menjadi.
Ani: Tuh.. dengerin kata si Nani, harusnya kamu tuh bisa bersikap lebih dewasa, dan kebiasaan kamu yang suka ngejahilin orang itu sedikit demi sedikut harus kamu hilangin.
Karena Jordi anaknya memang keras kepala dan suka menganggu orang lain, maka dia tidak mengedahkan nasehat teman-temannya. Jordi: Ah,,, masa bodoh kalian! Melihat sikap si Jordi yang tidak juga sadar diri tentang kebiasaan buruknya, Dendi pun berusaha menyadarkan Jordi. Dendi: Iseng itu emang boleh aja sih, Jordi. Tapi, kalau berlebihan kan nggak baik juga. Lela tu anaknya baik dan pendiam, terus kenapa tega amat kamu mau ngerjain dia. Emang salah dia apa? Ani: Bener banget apa yang Dendi bilang. Justru kalau aku pas ngelihat Lela itu yang ada dihati ini malah rasa hiba. Jordi: Iba? Emang kenapa kok harus ngerasa iba? Ani: Lela itu kan sudah nggak punya Ibu. Dia sehar-hari menghabiskan waktunya untuk membantu ayahnya
dagangan di pasar. Jordi baru tahu kalau ternyata Lela sudah tidak memiliki ibu. Mendengar kabar tersebut, keinginan Jordi untuk menjahili Lela pun pupus. Jordi: Oh.. begitu ya.. kasihan ya si Lela! Ya sudah deh, aku janji nggak bakalan ngejahilin atau ngerjain Lela lagi. Nani: Bagus itu, tapi jangan hanya sama Lela dong! Sama siapapun kamu nggak boleh bersikap jahil. Itu kan perbuatan dosa. Ani: Bener itu! Jordi: Ah.. kalian dikit-dikit dosa! Semenjak itu, Jordi sudah tidak pernah menganggu Lela lagi, namun perangai buruknya masih saja tidak berubah. Jordi sering membuat onar dikampungnya dan juga disekolahan.