Pape Paper K elom lompok D i etetik K lini li nikk
ZAT ANTINUTRISI PADA HEWAN
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1
NURMAULIAH S
O11114001
SUCI SULFIANI
O11114002
LOLA ADRIANA N
O11114003
MIRNA MUALIM
O11114012
UTARI RESKI TARUKLINGGI
O11114301
HANI DAMAYANTI
O11114302
SURYADI PAPPA’
O11114502
RIRIAWAN D.A. MASALE
O11114504
NUR FAATIMAH AZZAHRAH
O11114506
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018
ZAT ANTINUTRISI PADA HEWAN
Anti nutrisi merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, kesehata n, tingkah laku atau penyebaran populasi organisme lain (allelochemic).
Kehadiran anti nutrisi pada tanaman umumnya terjadi karena
faktor dalam (intrinsic factor) yaitu suatu keadaan ketika tanaman tersebut secara genetik mempunyai atau mampu memproduksi anti nutrisi tersebut dalam organ tubuhnya (Widodo, 2006). Zat anti nutrisi adalah zat- zat yang terkandung dalam bahan pakan yang dapat menyebabkan gangguan seperti gangguan pencernaan dan syaraf serta peredaran darah bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikonsumsi baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak (Widodo, (Widodo, 2006). Manusia
memiliki
banyak
sumber
makanan
untuk
menunjang
kehidupannya. Banyak jenis makanan berupa sayur-sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan. Manusia membutuhkan cukup nutrisi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Banyak pemilik hewan
yang
berpikiran sama terhadap hewan peliharan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidup hewan kesayangannya. Para pemilik hewan ini memberikan apa saja yang dianggap bergizi pada hewan mereka. Namun, ada beberapa makanan, yang biasa dimakan manusia, mengandung zat yang beracun bagi tubuh hewan (Widodo, 2006).
MACAM-MACAM ZAT ANTINUTRISI
1. Phytat hytat Phytat merupakan salah satu non polysaccharida polysaccharida dari dinding tanaman seperti silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat yang bisa mengikat ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral tidak bisa diserap oleh tubuh. Mineral tersebut yaitu Ca, Zn, Cu, Mg dan Fe. Pada sebagian besar cereal, 60-70 % phosphor terdapat sebagai asam phytat, kecernaan molekul phytat sangat bervariasi dari 0-50 % tergantung bahan pakan dan umur ternak. Ternak muda lebih rendah kemampuan mencerna phytat, mencerna phytat, tetapi tetapi pada ternak dewasa 50%. Kecernaan phytat Kecernaan phytat terjadi terjadi karena
ZAT ANTINUTRISI PADA HEWAN
Anti nutrisi merupakan zat yang dapat menghambat pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, kesehata n, tingkah laku atau penyebaran populasi organisme lain (allelochemic).
Kehadiran anti nutrisi pada tanaman umumnya terjadi karena
faktor dalam (intrinsic factor) yaitu suatu keadaan ketika tanaman tersebut secara genetik mempunyai atau mampu memproduksi anti nutrisi tersebut dalam organ tubuhnya (Widodo, 2006). Zat anti nutrisi adalah zat- zat yang terkandung dalam bahan pakan yang dapat menyebabkan gangguan seperti gangguan pencernaan dan syaraf serta peredaran darah bahkan dapat menyebabkan kematian jika dikonsumsi baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak (Widodo, (Widodo, 2006). Manusia
memiliki
banyak
sumber
makanan
untuk
menunjang
kehidupannya. Banyak jenis makanan berupa sayur-sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan. Manusia membutuhkan cukup nutrisi untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Banyak pemilik hewan
yang
berpikiran sama terhadap hewan peliharan mereka untuk meningkatkan kesejahteraan hidup hewan kesayangannya. Para pemilik hewan ini memberikan apa saja yang dianggap bergizi pada hewan mereka. Namun, ada beberapa makanan, yang biasa dimakan manusia, mengandung zat yang beracun bagi tubuh hewan (Widodo, 2006).
MACAM-MACAM ZAT ANTINUTRISI
1. Phytat hytat Phytat merupakan salah satu non polysaccharida polysaccharida dari dinding tanaman seperti silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat yang bisa mengikat ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral tidak bisa diserap oleh tubuh. Mineral tersebut yaitu Ca, Zn, Cu, Mg dan Fe. Pada sebagian besar cereal, 60-70 % phosphor terdapat sebagai asam phytat, kecernaan molekul phytat sangat bervariasi dari 0-50 % tergantung bahan pakan dan umur ternak. Ternak muda lebih rendah kemampuan mencerna phytat, mencerna phytat, tetapi tetapi pada ternak dewasa 50%. Kecernaan phytat Kecernaan phytat terjadi terjadi karena
adanya phytase tanaman atau sintetis phytase dari mikroba usus. Perlakuan panas pada ransum seperti pelleting atau ekstrusi tidak terlihat memperbaiki kecernaan pospor-phytat (Salasa, 2011). Cara memecahkan masalah adanya P-phytat dalam ransum yaitu (Salasa, 2011):
Penambahan phytase: phytase: kelemahan dari penambahan phytase ke dalam ransum akan menambah biaya ransum dan phytase mudah rusak selama proses pelleting. Sebagian besar phytase didenaturasi pada suhu 65°C. Sebaiknya enzym phytase ditambahkan phytase ditambahkan setelah proses pengolahan.
Penambahan sumber pospor lainnya kedalam ransum seperti dicalcium pospat. Sebagian besar cereal dan suplemen protein nabati relatif rendah kandungan phytase kecuali dedak gandum, sedangkan biji yang mengandung minyak kandungan phytat kandungan phytat lebih lebih tinggi.
2. Tannin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500-3000 dapat mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan tannin dan condensed tannin. tannin. Hydrolizable tannin mudah tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp. Condensed tannin atau tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makain tinggi. Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum ternak mengandung sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara bahan pakan ternak yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum (Sorghum bicolor). Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05-3,67 % ( catechin equivalent ). ). Kandungan
tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas. Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji (Salasa, 2011).
3. Gossypol Penggunaan
bungkil
biji
kapuk
( Cottonseed
meal )
pada
hewan
monogastrik dibatasi oleh kandungan serat kasar dan senyawa toksik yaitu tannin dan gossypol yaitu pigmen polyphenolic kuning. Konsentrasi gossypol dalam biji bervariasi diantara spesies kapuk dan antara cultivarnya berkisar 0,3 dan 3,4 %. Gossypol ditemukan dalam bentuk bebas, bentuk beracun dan bentuk ikatan yang tidak toksik. Metode pengolahan biji kapuk menentukan kandungan gosipol bebas. Kandungan gossipol bebas pada pengolahan menggunakan ekstrak pelarut berkisar antara 0,1-0,5 % tetapi untuk proses expeller kandungan gossypol bebas kira-kira 0,05 %. Seluruh biji mempunyai gossypol bentuk bebas. Broiler bisa toleran sampai level gosipol bebas 100 ppm tanpa terlihat pengaruh merugikan pada performan. Ransum layer mengandung < 50 ppm gossypol mencegah terjadinya green discoloration pada kuning telur khususnya setelah penyimpanan serta dapat menurunkan daya tetas dari telur fertile. Penambahan garam besi (ferric sulphat) pada ransum yang biji kapuk dapat merusak gossypol yaitu dengan mengikat grup reaktif gossipol dengan (Fe), dan kandungan protein ransum yang tinggi juga dapat mencegah pengaruh merugikan dari gossypol (Salasa, 2011).
4. Saponin Sebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan ternak seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah . Saponin umumnya mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol. Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi ransum karena rasa pahit dan terjadinya iritasi pada oral mucosa dan saluran pencernaan. Pada anak ayam yang diberi 0,9 % triterpenoid saponin bisa menurunkan konsumsi ransum, menurunkan
pertambahan
berat
badan,
menurunkan
kecernaan
lemak,
meningkatkan ekskresi cholesterol dan menurunkan absorpsi vitamin A dan D (Salasa, 2011).
5. Mi mosin Tepung daun lamtoro ( Leucaena leucocephala) kering sama dengan tepung biji kapuk sebagai sumber protein. Penggunaan lamtoro bisa menekan pertumbuhan broiler dan produksi telur pada layer. Nilai nutrisi yang rendah dari lamtoro karena adanya mimosin. Lamtoro mengandung mimosin sebesar 3-5 % BK, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi lain termasuk protease inhibitor, tannin dan galactomannan. Karena adanya mimosin ini penggunaan lamtoro dalam ransum non ruminansia sebesar 5-10 % tanpa menimbulkan gejala toxicosis. Efek yang merugikan dari mimosin, yaitu menurunkan pertumbuhan dan menurunkan produksi telur. Ayam muda lebih sensitif dari pada ayam dewasa (Salasa, 2011).
6. Pr otease I nhibitor Protease inhibitor adalah senyawa yang bisa menghambat trypsin dan chymotripsin dan umumnya pada tanaman mengandung konsentrasi yang rendah kecuali kedelai. Kedelai cenderung mengandung protease inhibitor tinggi dan pada
sereal
lainnya
rendah.
Memakan
kedelai
mentah
mengakibatkan
meningkatnya berat pankreas. Penghambatan aktivitas trypsin berpengaruh pada pencernaan protein, karena tripsin adalah activator dari semua enzim yang dikeluarkan
oleh
pankreas
yaitu
zymogen
termasuk
trypsinogen,
chymotripsinogen, proelastase dan carboxypeptidase. Pengaruh utama dari tripsin inhibitor bukan menggangu pencernaaan protein tetapi sekresi berlebihan dari pancreas (Salasa, 2011). Cholecystokinin adalah peptide yang merangsang sekresi enzim pankreas dikeluarkan oleh bagian proximal usus halus yang dikontrol oleh aktivitas umpan balik negatif. Meningkatnya kadar tripsin di lumen usus akan menurunkan sekresi cholecystokinin. Sekresi cholecystokinin oleh mucosa usus karena adanya monitor peptide yaitu sebuah peptide yang disekresikan kedalam getah pankreas. cholecystokinin berhenti. Adanya inhibitor trypsin dalam ransum, pankreas secara terus menerus merangsang cholecystokinin sebab monitor peptide tidak dirusak oleh trypsin. Kelebihan rangsangan ini menyebabkan terjadi hyperthrophy dan hyperplasia dari pancreas yang terlihat dari berat pankreas meningkat. Protease inhibitor mudah dinetralkan dengan pemanasan. Kerusakan ini tergantung dari suhu, waktu pemanasan, ukuran partikel dan kandungan air. Pengolahan untuk menetralkan trypsin inhibitor harus dipertimbangkan jangan sampai merusak nilai nutrisi dari kedelai (Salasa, 2011).
7. Cyanogenic glycoside (Cyanogen) Cyanogenic glycoside, cyanoglycosida atau cyanogen adalah senyawa yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan hydrogen cyanida (HCN). Cyanoglycosida terdapat lebih dari 2000 spesies tanaman. Singkong ( cassava) adalah hasil panen utama yang mengandung cyanogen dalam jumlah tinggi. Pengolahan singkong secara tradisional yaitu umbi dipotong-potong dibawah air mengalir untuk mencuci cyanogen. Alternatif lain yaitu umbi singkong dipotong-potong, dihancurkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai HCN menguap. HCN setelah dilepas dengan cepat diabsorpsi dari saluran gastro intestinal masuk ke dalam darah. Ion Cianida (CN-) berikatan dengan Fe heme dan beraksi dengan ferric (oxidasi) dalam mitokondria membentuk cytochrome oxidase di dalam mitokondria, membentuk komplek stabil dan menahan jalur pernafasan. Akibatnya hemoglobin tidak bisa melepas oxygen dalam system transport electron dan terjadi kematian akibat hypoxia seluler (Salasa, 2011).
Beberapa cara mengurangi cyanogenic glycoside yaitu (Salasa, 2011):
Proses pembuatan pati menghilangkan cyanogen.
Pencacahan, dikeringkan atau sebelumnya disimpan lebih dulu dalam keadaan basah bisa mengurangi 2/3 cyanogen dari segar.
8. Non- starch Polysaccharide Non-starch polysaccharide (NSP) adalah karbohidrat komplek yang terlihat di endosperm dinding sel dari biji cereal. Karbohidrat ini sukar dicerna sehingga lolos dari saluran pencernaan dan mengikat air sehingga viscositas cairan di saluran pencernaan tinggi. Viscositas di saluran pencernaan meningkat menyebabkan transport nutrient menurun dan absorpsi menurun. Kedelai mengandung NSP dalam bentuk oligosaccharide. Kedelai yang berasal dari berbagai negara mengandung oligosaccharida berbeda-beda. Pengaruh negatif dari NSP yaitu (Salasa, 2011):
Excreta lengket dan kadar air tinggi sehingga menimbulkan masalah litter.
Menurunkan energi tersedia pada burung.
Mempengaruhi mikroflora di saluran pencernaan.
ZAT ANTINUTRISI PADA KUCING
1. Nasi
Nasi tidak baik bagi kucing karena pada nasi terdapat karbohidrat yang tidak yang sulit dicerna oleh kucing. Karbohidrat memang baik sebagai sumber tenaga tetapi karena kucing tidak mencernanya maka akan membuat kerja organ dalam kucing harus bekerja lebih berat sehingga dapat menyebabkan penyakit dalam seperti radang usus, masalah pencernaan, atau gagal ginjal.
2. Alpukat
Alpukat merupakan buah yang lezat dan bermanfaat bagi manusia, alpukat ternyata tidak bagus untuk kesehatan kucing. Alpukat bisa menyebabkan kerusakan kardiovaskular dan bahkan kematian akibat bengkak pada jantung. Ini disebabkan pada pohon alpukat, buah, kulit, atau batang tanaman tersebut
semuanya mengandung racun bagi kucing. Dalam alpukat mengandung zat persin yang bisa merusak otot jantung pada binatang. resiko yang sama juga dimiliki oleh burung, kelinci, kuda, kedelai, domba dan kambing.
3. Kafein, kopi dan Coklat
Kafein berbahaya bagi kucing karena kafein akan merangsang sistem saraf. Tumpahan kopi yang jatuh ke lantai mungkin menarik bagi kucing dan bisa jadi kucing mulai menjilati tumpahan tersebut. Produk-produk yang mengandung kafein ini ternyata mengandung zat yang disebut methylxanthines. Zat tersebut ditemukan pada biji kakao yang merupakan cikal bakal pembuatan kopi, coklat dan beberapa ekstrak yang berada di soda. Methylxanthines menyebabkan muntah dan diare, terengah-engah, haus yang berlebihan dan buang air kecil, hiperaktif, irama jantung yang abnormal, tremor, kejang dan bahkan kematian. Coklat juga mengandung theobromine, teobromin adalah zat kimia yang berbahaya bagi kucing dan anjing dalam jumlah yang cukup besar coklat bisa membunuh binatang. Coklat dapat berbahaya bagi kucing dan bisa mengakibatkan muntah, diare, dehidrasi, demam, denyut jantung tidak teratur, kejang, kram dan bias menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam jika kemasukkan coklat dalam dosis tertentu. Coklat juga mengandung kafein yang memang berbahaya bagi kucing dan bisa merangsang sistem saraf Perhatikan bahwa cokelat gelap lebih berbahaya daripada cokelat susu. Putih coklat memiliki tingkat terendah dari methylxanthines, sementara kue cokelat mengandung methylxanthines tertinggi
4. Bawang Merah, Bawang Putih dan Daun Bawang
Bawang yang sering digunakan manusia untuk bahan masakan ini ternyata sangat berbahaya bagi kucing.
Banyak yang mengira kucing tidak menyukai
bawang, kenyataanya banyak kucing yang memakan bawang di dapur. Bawang merah maupun putih serta daun bawang dapat merusak sel-sel darah merah yang pada akhirnya menyebabkan anemia pada kucing. Menurut Dr. Tina Wismer, seorang direktur medis di ASPCA Animal Poison Control Center menyatakan bahwa
kucing
memakannya.
sangat
penasaran
dengan
bawang
sehingga
kadang
dia
Meskipun keracunan yang diakibatkan bawang dipengaruhi oleh dosis banyaknya bawang yang dimakan, mengenali reaksi keracunan bawang sangat baik untuk mengurangi resiko kematian pada kucing. Gejala kucing keracunan bawang diantaranya lesu dan nafsu makan berkurang.
5. Alkohol
Sulit mempercayai jika seseorang memberikan alkohol secara langsung untuk kucing peliharaannya , sayangnya ada beberapa jenis makanan yang mengandung alkohol yang banyak ketahui. Adonan ragi yang sering digunakan untuk membuat roti dan pizza juga mengandung alkohol. Jika konsumsi makanan tersebut berlebihan maka akan menyebabkan masalah bagi kucing. Minuman beralkohol dan produk makanan yang mengandung alkohol dapat menyebabkan sistem saraf pusat, kesulitan bernapas, tremor, keasaman darah yang abnormal, koma dan bahkan kematian.
6. Ikan Mentah / Tulang Ikan
Seperti halnya telur mentah, daging dan ikan mentah dapat membuat kucing keracunan. Menurut Dr. Wismer, ikan mentah bukanlah makanan kucing yang baik. Ikan mentah justru mengandung senyawa yang memecah tiamin / vitamin B1. Ketika kucing kehilangan vitamin B1 maka akan memiliki resiko mengidap masalah neurologis yang serius. Meskipun sering ditemukan kucing makan tulang ikan, namun itu adalah kehidupan kucing liar. Bagi kucing peliharaan domestic, ada beberapa resiko yang mungkin terjadi ketika makan tulang ikan. Resiko tersebut diantaranya tersedak tulang, cedera karena sempalan tulang yang masuk ke saluran pencernaan dan berbagai resiko lainnya.
7. Jeruk
Batang, daun, kulit, buah dan biji tanaman jeruk yang mengandung berbagai jumlah asam sitrat bukanlah makanan kucing yang baik, minyak esensial yang dapat menyebabkan iritasi dan bahkan mungkin depresi sistem saraf pusat jika tertelan dalam jumlah yang banyak.
8. Susu
Pada susu terdapat laktosa itu sejenis gula yang tidak dapat dicerna oleh kucing. Pencernaan kucing terkenal buruk jika kucing kebanyakan mengkonsumsi susu maka bisa menyebabkan diare. Karena memang secara alami susu bukanlah makanan kucing. Jika ingin memberikan susu pada kucing berikanlah susu khusus yang tidak mengandung laktosa.
9. Xylitol
Makanan manis biasanya mengandung banyak xylitol, yang mana merupakan zat toksik bagi kucing. Xylitol terkandung dalam permen, permen karet, bahan-bahan untuk membuat roti, dan kebanyakan makanan untuk diet menggunakan xylitol sebagai pemanis. Xylitol dapat menyebabkan produksi insulin dalam tubuh kucing meningkat dan menurunkan kadar gula darah dalam tubuh kucing. Xylitol juga dapat menyebabkan kerusakan hati. Gejala yang ditimbulkan meliputi muntah, lesu, kehilangan keseimbangan (kolaps karena kadar gula dalam darahnya rendah), kejang. Kucing dapat kejang segera setelah mengkonsumsi xylitol, dan dapat diikuti kerusakan hati beberapa hari kemudian.
10. Anggur dan Kismis
Anggur dan kismis biasanya diberikan sebagai treat untuk hewan peliharaan, namun tidak untuk kucing Anggur dan kismis dapat menyebabkan gagal ginjal pada kucing. Dalam jumlah kecil dapat membuat kucing sakit Gejala keracunan yaitu muntah secara terus menerus dan hiperaktif.
11. Garam
Mengkonsusmsi garam dapat menyebabkan kucng merasa haus berlebihan dan sering buang air kecil. Garam juga menyebabkan keracunan ion natrium pda kucing. Gejala yang diakibatkan oleh garam diantaranya diare, muntah, depresi, tremor, kejang bahkan kematian Juga diharapkan untuk tidak memberikan snack asin seperti keripik kentang, popcorn asin dan snack lain yang mengandung garam yang banyak.
12. Hati
Memakan hati dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keracunan vitamin A pada kucing. Mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan tulang seperti pertumbuhan tulang cacat, tumbuhnya tulang pada siku dan tulang belakang, serta menyebabkan osteopososis. Keracunan vitamin A dapat menyebabkan kematian.
13. Tomat Hijau
Tomat hijau biasanya terbawa pada makanan yang diberikan pada kucing atau pada produk makanan yang mengandung tomat hijau. Pada tomat mengandung alkaloid yang pahit dan beracun zat ini bisa menimbulkan penyakit pencernaan pada kucing. Daun dan batang tomat juga berbahaya bagi kucing. Tetapi tomat pada makanan kucing kemasan biasanya sudah matang dan kandungannya bisa diterima oleh kucing.
ZAT ANTINUTRISI PADA ANJING
Beberapa istilah, seperti alergi makanan, hipersensitivitas makanan, intoleransi nutrisi, digunakan untuk menggambarkan penyakit alergi yang umum terjadi pada anjing dan kucing. Pada anjing, reaksi buruk terhadap makanan (intoleransi nutrisi) adalah bentuk hipersensitifitas pada anjing yang paling umum terjadi setelah alergi terhadap parasit kutu dan dermatitis atopik (reaksi alergi terhadap alergen lingkungan). Alergi makanan menyumbang sekitar 10% dari semua alergi yang terdapat pada anjing. Alergi makanan pada umumnya mencapai 20% yang menrupakan penyebab gatal dan luka pada anjing. Seluruh proses hewan peliharaan menjadi peka terhadap agen tertentu dalam makanan dan respons antibodi yang rumit dan berbeda-beda yang terjadi di saluran pencernaan menyebabkan hal-hal seperti alergi, intoleransi nutrisi terjadi (Foster dan Smith, 2018).
1.
Cokelat ( Methylxanthines, Theobrimine, dan Caffeine)
Gambar 1. Dosis efek toxicitas cokelat pada anjing (Brant, 2001) Coklat terbuat dari buah (biji) pohon kakao. Theobromine, komponen coklat, adalah senyawa beracun pada anjing. Caffeine juga terdapat dalam coklat, namun dalam jumlah yang jauh lebih kecil daripada Theobromine. Baik Theobromine dan Kafein adalah anggota kelas obat yang disebut Methylxanines (Triakoso, 2011). Jumlah relatif theobromine dan caffeine bervariasi dengan bentuk coklat. Pada kebanyakan senyawa coklat, theobromine adalah komponen beracun utama, sedangkan kandungan kafein terdapat dengan konsentrasi yang jauh lebih rendah (Brant, 2001).
Methylxanthines bekerja sebagai penghambat kompetitif reseptor adenosin seluler yang menyebabkan banyak tanda-tanda klinis yang terlihat pada hewan dengan toksin-oksidasi methylxanthine, termasuk stimulasi sistem saraf pusat, diuresis, dan takikardia. Methylxanthines juga menghambat reuptake kalsium seluler, yang meningkatkan konsentrasi kalsium bebas dan meningkatkan kontraktilitas otot jantung dan skeletal. Methylxanthines mungkin juga menyebabkan efeknya dengan bersaing dengan reseptor benzodiazepin di dalam sistem saraf pusat dan dengan menghambat fosfodiesterase, menghasilkan peningkatan adenosin monofosfat siklik intraseluler (Brant, 2001). Theobromine dan caffeine masing-masing memiliki 100 sampai 200 mg / kg LD50, namun tanda klinis parah dan mengancam jiwa dapat terlihat jauh di bawah dosis diatas. Berdasarkan data ASPCA Animal Poison Control Center (APCC), tanda ringan terjadi pada hewan yang mengonsumsi 20 mg / kg ofobromin dan kafein, tanda-tanda yang parah terlihat pada hewan yang mengonsumsi 40-50 mg / kg, dan kejang terjadi pada dosis 60 mg / kg. Dengan demikian, kurang dari 1 ons susu coklat / lb berpotensi mematikan anjing. Methylxanthines dapat melewati plasenta dan masuk ke dalam kelenjar mammae, sehingga fetus yang belum lahir atau menyusui dapat dipengaruhi oleh toksikologi coklat (Brant, 2001). Tanda klinis biasanya terjadi dalam waktu enam sampai 12 jam setelah zat tersebut tertelan. Tanda awal meliputi polydypsia, muntah, diare, kembung, dan gelisah. Tanda klinis berujung hiperaktif, poliuria, ataksia, tremor, dan kejang. Efek lainnya meliputi takikardia, kontraksi ventrikel, takipnea, sianosis, hipertensi, hipertermia, dan koma. Tanda umum, bradikardia dan hipotensi bisa terjadi. Hipokalemia mungkin terjadi akibat proses toksikosis. Karena kandungan lemaknya yang tinggi dari banyak produk coklat, pankreatitis berpotensi terjadi pada rentang 24 sampai 72 jam setelah konsumsi. Kematian umumnya disebabkan oleh aritmia jantung atau gagal pernapasan (Brant, 2001).
2.
Susu sapi (Lactose)
Laktosa adalah protein susu dan intoleransi laktosa adalah intoleransi makanan yang umum terjadi pada anjing dan kucing. Biasanya ketika anjing
dewasa mengonsumsi susu sapi akan berujung dengan kejadian diare. Jika susu dikonsumsi, laktosa yang belum tercerna akan tersisa di dalam usus kecil dan dapat menyebabkan gangguan pencernaan (Royal Canin, 2010). Meskipun susu sapi bisa menjadi sumber nutrisi yang berguna untuk anjing dan kucing berumur muda, namun susu sapi bukan bagian penting dari makanan anak kucing atau anak anjing. Banyak anjing dan kucing tidak dapat secara efisien mencerna gula alami dalam susu (laktosa) karena sistem pencernaan mereka tidak menghasilkan cukup enzim pencernaan (laktase) yang diperlukan untuk memecah laktosa selama pencernaan, yang akan menyebabkan gula laktosa terakumulasi di usus. Jumlah enzim laktase (enzim yang mencerna laktosa) yang dihasilkan oleh anak anjing atau anak kucing menurun secara substansial saat mereka dewasa. Hal ini menandakan bisa saja jika anak anjing atau anak kucing untuk menoleransi susu sapi dengan baik saat masih usia muda, namun intoleransi dapat berkembang seiring bertambahnya usia, dikombinasikan dengan fakta bahwa susu sapi memiliki kadar gula alami (laktosa) lebih tinggi daripada susu yang dihasilkan oleh induk anjing (PFIAA, 2012). Tanda inteloransi laktosa yang paling umum pada anjing adalah sakit perut, kembung, mual, muntah dan diare yang merupakan indikasi yang cukup khas dari gangguan gastrointestinal. Terkadang, seekor anjing akan minum air dalam jumlah berlebihan saat menderita intoleransi laktosa, karena diare dan muntah yang terkait dengan kondisi tersebut dapat menyebabkan dehidrasi dan akibatnya rasa haus (Petwave, 2015).
3.
Tanaman Allium;Bawang
putih,
bawang
merah,
daun
bawang
(Organosulfur )
Gambar 2. Genus tanaman Allium (Salgado et al., 2011) Tanaman genus Allium meliputi bawang merah, bawang putih, dan daun bawang bisa menjadi racun bagi anjing dan kucing. Namun, spesies Allium yang
relatif
sedikit
memiliki
kepentingan
toksikologi
yang
penting.
Bawang
mengandung komponen beracun yang dapat merusak sel darah merah dan memicu anemia hemolitik disertai pembentukan Heinz body pada eritrosit hewan seperti sapi, kerbau, domba, kuda, anjing, dan kucing (Salgado et al., 2011). Anjing dan kucing sangat rentan terhadap toksikosis bawang. Konsumsi bawang minimal 15 sampai 30 g/kg pada anjing akan menyebabkan perubahan hematologis yang penting secara klinis. Toksisitas bawang secara konsisten dicatat pada hewan yang menelan lebih dari 0,5% bawang dibanding berat tubuh mereka pada satu waktu
Anjing dengan turunan eritrosit tinggi lebih rentan
terhadap efek hematologis bawang merah. Sifat ini relatif umum terjadi pada anjing peranakan keturunan Jepang, seperti Akita inu dan Shiba inu (Cope 2005). Spesies
Allium mengandung
bermacam-macam
organosulfoksida,
terutama alk(en)yl cysteine sulfoxides. Di-propil-disulfida (H 7C3S2C3H7) dan allyl propylisulfide (H 5C3S2C3H7) yang terkandung pada bawang merupakan penyebab anemia hemolitik. Namun, baru-baru ini, senyawa pengoksidasi sulfur aktif yang lebih aktif telah ditemukan dan diusulkan sebagai agen penyebab, baik pada keracunan bawang merah maupun bawang putih. Sodium n-propylthiosulfate, yang
diisolasi
dari
bawang
rebus,
terbukti
menyebabkan
peningkatan
pembentukan Heinz body pada eritrosit dan anemia hemolitik
pada anjing.
Asupan bawang merah menyebabkan haemolisis oksidatif yang dibuktikan dengan produksi Heinz body. Heinz Body adalah inklusi eritrosit yang terbentuk sebagai konsekuensi denaturasi oksidatif ireversibel hemoglobin. (Salgado et al., 2011). Bawang menyebabkan toksisitas dengan mengoksidasi protein pengangkut oksigen yang disebut hemoglobin dalam sel darah merah. Saat teroksidasi, hemoglobin membentuk rumpun yang juga tidak bisa membawa oksigen. Gumpalan kecil ini, yang disebut Heinz body dapat dilihat pada sel darah merah di bawah mikroskop dengan pewarnaan New Methylene Blue. Heinz body biasanya tidak menimbulkan masalah yang mengancam nyawa; sel darah merah masih bisa membawa oksigen, tetapi tidak efisien. Heinz body menyebabkan masalah dengan mengurangi umur sel darah merah. Akibatnya adalah anemia. Jika sejumlah besar bawang dimakan pada satu waktu, hewan peliharaan dapat
mengalami anemia tiba-tiba. Jika anjing atau kucing memakan sedikit bawang setiap hari selama beberapa hari, anemia mungkin terjadi secara bertahap selama beberapa minggu sampai berbulan-bulan (Salgado et al., 2011). Mekanisme toksikologi utama senyawa organosulfur yang disebabkan Allium adalah hemolisis oksidatif, yang terjadi ketika konsentrasi oksidan dalam eritrosit melebihi kapasitas jalur metabolisme antioksidan. Diketahui bahwa aktivitas antioksidan katalase pada eritrosit anjing rendah. N-propil disulfida dan natrium n-propilthiosulfat adalah senyawa organosulfur yang sangat beracun yang ada pada bawang. Yang pertama dapat menyebabkan penurunan aktivitas glukosa6-fosfat dehidrogenase (G6PD) yang nyata, sedangkan yang kedua dapat meningkatkan konsentrasi methemoglobin dan jumlah
Heinz body dalam
eritrosit, dan mengurangi konsentrasi glutathione pada eritrosi. Pada eritrosit, G6PD mengoksidasi glutathione menjadi bentuk yang kecil melalui jalur pentosa fosfat. Ketika aktivitas G6PD menurun, kandungan glutathione juga turun, menyebabkan peningkatan kadar hidrogen peroksida. Akibatnya, hidrogen peroksid mengoksidasi kelompok sulfhidril dari hemoglobin, menghasilkan denaturasi hemoglobin (Salgado et al., 2011). Pada anjing dan kucing, gejala klinis dari spesies Allium dapat muncul dalam satu hari jika dikonsumsi/tertelan dalam jumlah yang banyak. Tanda klinis yang sering muncul yakni depresi, hemoglobinuria, icterus, takipnea, takikardia, kelemahan, olahraga intoleransi, dan sensitif terhadap dingin. Sakit perut dan diare mungkin juga terjadi. Temuan patologi klinis secara konsisten terdapat hemolisis intravaskular dan ekstravaskular, anemia Heinz body, eksentrositosis, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, methemoglobinemia, dan, jika hewan bertahan cukup lama, dapat disertai dengan respon regeneratif (Cope, 2005)
4.
Alvukat ( Persin)
Gambar 3. Avocado (Cope, 2005) Alpukat mengandung zat yang disebut persin yang dalam jumlah besar mungkin beracun bagi anjing. Alpukat mengandung persin, yang bisa menyebabkan mastitis, gagal jantung, dan kematian. Persin paling terkonsentrasi di daun tanaman, tapi juga terdapat pada biji, batang, dan buah (Brant, 2018). Anjing lebih tahan daripada hewan lain untuk persin, menurut dokter hewan, tapi bukan berarti alpukat aman untuk anjing. Semua bagian tanaman dapat menyebabkan muntah dan diare, dan alpukat sering tercantum di antara sepuluh
makanan
menyebabkan
teratas
penyakit
yang
serius
berbahaya pada
hewan
bagi
anjing.
seperti
Alpukat
anjing,
namun
jarang bisa
menyebabkan sakit perut ringan (Brant, 2018).
5.
Ragi dan Alkohol (E tanol)
Produk seperti makanan penutup yang mengandung alkohol atau adonan yang mengandung ragi seringkali menyebabkan penyakit pada anjing. Adonan ragi mentah bisa tertinggal dalam sistem pencernaan hewan peliharaan. Hal ini dapat menyebabkan perut atau usus meregang terlalu banyak. Adonan ragi yang belum terserap dalam usus menghasilkan etanol yang menyebabkan toksisitas etanol pada hewan peliharaan begitu pula alkohol memiliki potensi menyebabkan toksisitas etanol pada anjing (Keno dan Cathy, 2011; Ponce, 2010). Etanol adalah depresan selektif Sisten Saraf Pusat (SSP) pada dosis rendah dan depresan umum pada dosis tinggi. Awalnya, etanol menekan area otak yang terlibat dengan fungsinya sebagai pusat integrasi. Tanda-tanda yang terkait dengan kasus ringan sangat bervariasi, mulai dari perilaku energik atau hiperaktif. Seiring level keracunan yang meningkat, kerusakan aktivitas neuronal yang berurutan menyebabkan berbagai tanda termasuk kelesuan, disorientasi, dan agresi. Meskipun jumlah etanol yang dapat dicerna oleh anjing dalam beberapa
kasus saat ini belum diketahui pasti, namun dosis yang berpotensi mengakibatkan efek toksisitas telah diperkirakan. Kurang lebih sebanyak 375 mL vodka, atau kira-kira 32 g/ kg ke atas adalah dosis mematikan yang telah dilaporkan pada anjing (Keno dan Cathy, 2011). Ragi dan minuman yang mengandung alkohol dapat menyebabkan muntah, diare, dan gejala saraf seperti penurunan koordinasi, depresi sistem saraf pusat, sulit bernafas, tremor, asam darah abnormal, koma dan bahkan kematian. (Ponce, 2010).
6.
Anggur dan kismis (mycotoxi n, aspirin)
Gambar 4. Anggur (Cope, 2005) Penelanan anggur atau kismis telah mengakibatkan penyakit gagal ginjal anurik pada beberapa anjing. Kasus yang dilaporkan sampai saat ini ada pada anjing. Tidak diketahui sebab pasti kenapa banyak anjing dapat menelan anggur atau kismis dapat menyebabkan efek samping pada anjing jika dikonsumsi. Kondisi tersebut belum di uji secara eksperimental, walaupun ekstrak kismis telah terbukti menyebabkan kerusakan pada sel ginjal anjing in vitro (Branth, 2018). Saat ini, tidak diketahui mekanisme toksisitas anggur dan kismis secara pasti meskipun cedera primer tampak terjadi pada epitel tubulus ginjal proksimal. Beberapa peneliti menduga bahwa mycotoxin, zat yang dihasilkan oleh jamur bisa jadi penyebabnya. Beberapa menduga obat salisilat (sejenis aspirin) yang ada pada anggur, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal. Namun, belum ada agen beracun pasti yang diketahui. Sejak saat ini belum diketahui mengapa buah ini beracun, paparan apapun harus menjadi perhatian. Fenomena keracunan anggue pertama kali diidentifikasi oleh Animal Poison Control Center (APCC) bekerja
sama dengan oleh American Society for the Prevention of Cruelty to Animals (ASPCA). Sekitar 140 kasus ditemukan dalam satu tahun dari April 2003 sampai April 2004, dengan 50 gejala penyakit dan tujuh kematian. Dalam beberapa kasus, akumulasi pigmen coklat keemasan yang tidak teridentifikasi ditemukan di dalam sel epitel ginjal (Yuill dan.Lee, 2011). Anjing yang terkena dampak mengalami gagal ginjal anurik dalam waktu 72 jam setelah mengkonsumsi anggur atau kismis. Hubungan dosis-respons yang jelas belum ditentukan, namun sesedikit 4-5 anggur dapat menyebabkan kematian seekor anjing seberat 8,2 kg (Branth, 2018). Sebagian besar anjing yang terkena dampak mengalami muntah dan / atau diare dalam waktu 6-12 jam dari konsumsi anggur atau kismis. Tanda lainnya termasuk kelesuan, anoreksia, sakit perut, kelemahan, dehidrasi, polidipsia, dan tremor (menggigil). Tingkat kreatinin serum cenderung meningkat secara dini dan tidak proporsional dibandingkan dengan kadar nitrogen urea serum. Gagal ginjal Oligurik atau anurik berkembang dalam jarak 24-72 jam; Begitu gagal ginjal anurik berkembang, kebanyakan anjing mati atau di-eutanasia. Transien meningkatkan glukosa serum, enzim hati, enzim pankreas, kalsium serum, atau fosfor serum berkembang pada beberapa anjing (Branth, 2018).
7.
Kacang Macadamia
Gamabr 5. Kacang Macademia (Bothaa dan Penrith, 2011). Kacang macadamia adalah buah dari pohon genus Macadamia, beberapa jenis kacang macadamia
mengandung kadar
glikosida sianogenik, yang
memberikan rasa pahit dan tidak digunakan sebagai makanan. Anjing adalah satu-
satunya spesies di mana toksisitas kacang ini telah dilaporkan, dan reaksinya tampak konsisten pada anjing yang telah memakan biji macadamia, dan membuktikan bahwa ini bukan karena alergi. Dosis yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek toksisitas belum diketahui secara akurat, namun 5-40 kernel mampu menimbulkan tanda klinis pada kisaran anjing yang kasusnya telah dilaporkan. Tanda klinis muncul dalam waktu 12-24 jam setelah menelan kacang dan ditandai oleh kelemahan oto posterior, paresis, dan tremor otot. Pembengkakan dan nyeri pada anggota gerak belakang, termasuk persendian, telah dilaporkan, dengan peningkatan parameter GGT, ALT dan AST pada anjing. Efek ini mungkin sekunder akibat kesulitan lokomotor yang dialami dan tidak dilaporkan dalam percobaan studi di mana keracunan macadamia diinduksi pada 4 anjing (Bothaa dan Penrith, 2011). Beberapa anjing mengalami hipertermia, muntah, serta sakit perut dan mukosa pucat setelah mengonsumsi kacang macadamia. Patologi klinis berada dalam batas normal dalam studi eksperimental kecuali untuk peningkatan sementara dalam serum trigliserida Anjing biasanya pulih dengan tidak lancar dalam waktu 48 tahun jam atau kurang. Tidak ada lesi patologis yang dijelaskan. Keracunan macadamia umumnya tidak biasa, 83 kasus dilaporkan di Queensland, Australia, selama periode 5 tahun; Queensland adalah daerah utama untuk budidaya macadamia dan anjing pertanian memiliki akses kke tempat budidaya. Keracunan kacang Macadamia juga telah dilaporkan di Amerika Serikat (Bothaa dan Penrith, 2011).
8. Xylitol
Xylitol adalah gula alkohol digunakan sebagai pemanis dalam banyak produk, termasuk permen karet, permen, makanan panggang, pasta gigi dan lainlain. Mengonsumsi xylitol aman pada manusia, namun pada
anjing dapat
menyebabkan terjadinya tanda-tanda klinis yang serius, bahkan mengancam jiwa. Pada anjing Xylitol mampu menyebabkan hipoglikemia dan sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa xylitol juga dapat menyebabkan nekrosis hati akut. Anjing adalah satu-satunya spesies di mana toksikosis xylitol telah dilaporkan (Dunayer,2006; Branth, 2018).
Xylitol ,enyebabkan pelepasan insulin pada sebagian besar spesies, termasuk anjing yang dapat menyebabkan gagal hati. Kenaikan insulin menyebabkan kadar gula menurun. Tanda awal toksikosis meliputi muntah, kelesuan dan kehilangan koordinasi. Tanda bisa berkembang menjadi kolaps dan kejang. Masalah hati bisa dideteksi dengan tes darah dalam beberapa hari (Ponce, 2010). Dilaporkan pada anjing bahwa dosis diatas 0,5 g / kg xylitol dapat menimbulkan hepatotoksik sedangkan xylito dengan dosis diatas 0,1 g/kg berpotensi menimbulkan hipoglikemia (Dunayer, 2006). Studi eksperimental pada tahun 1960an dan 1970an menunjukkan perbedaan spesies sehubungan dengan efek pemberian xylitol pada tingkat insulin. Pemberian xylitol telah terbukti menyebabkan peningkatan kadar insulin pada anjing, kelinci, babun, sapi, dan kambing secara signifikan dibandingkan dengan pemberian dosis glukosa yang setara pada manusia maupun hewan lain. Pada anjing, konsumsi xylitol dapat menyebabkan peningkatan kadar insulin 2,5 sampai 7 kali lipat dibandingkan dengan hewan lain yang mengonsumsi glukosa dalam jumlah yang sama (Dunayer,2006). Ada dua mekanisme penyebab nekrosis hati yang diinduksi xylitol . Metabolisme hati xylitol melalui jalur pentosa fosfat mengarah pada produksi zat perantara terfosforilasi, yang terlibat dalam penipisan cadangan ATP, ADP, dan cadangan fosfor anorganik seluler. Salah satu mekanisme dari nekrosis hati yakni penipisan ATP dapat menyebabkan ketidakmampuan sel hati untuk melakukan fungsi vital seluler, termasuk sintesis protein dan pemeliharaan integritas membran, yang mengakibatkan nekrosis seluler. Mekanisme lain yakni bahwa metabolisme xylitol menghasilkan konsentrasi tinggi dari nicotinamide adenine dinucleotide, yang menghasilkan senyawa oksigen reaktif yang dapat merusak selaput sel dan makromolekul, yang menyebabkan penurunan viabilitas hepatosit. Kedua mekanisme tersebut dapat menyebabkan nekrosis hati akibat xylitol secara independen atau bersamaan. Koagulopati yang berkembang pada anjing setelah mengkonsumsi xylitol kemungkinan disebabkan oleh kegagalan hati akut, koagulopati intravaskular diseminata, atau kombinasi keduanya (Dunayer,2006).
ZAT ANTINUTRISI PADA UNGGAS
Adapun beberapa contoh zat antinutrisi pada unggas ialah (Widodo, 2006): 1. Alkaloid Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada tanaman. Diperkirakan sekitar 15 – 20% vaskular tanaman mengandung alkaloid. Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin, ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam antranilat.
Asam
amino disintesis dalam tanaman dengan
proses dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian dirubah menjadi aldehida oleh amina oksida. Alkaloid biasanya pahit dan sangat beracun. Tanaman yang kaya
akan
alkaloid
adalah
apocynaceae,
barberidaceae,
liliaceae,
menispermaceae, papaveraceae, papilionaceae, ranunculaceae, rubiaceae, rutaceae dan solanaceae.
Sedangkan golongan yang mempunyai alkaloid sedang adalah
caricaceae, crassulaceae, erythroxylaceae dan rhamnaceae. Sedangkan yang tidak mengandung alkaloid adalah labiatae dan salicaceae.
2. Glikosida Glikosida adalah eter yang mengandung setengah karbohidrat dan setengah non karbohidrat (aglikon) yang bergabung melalui ikatan eter. Glikosida biasanya adalah substansi yang pahit.
Sering kali aglikon dikeluarkan oleh aksi
enzimatis ketika jaringan tanaman mengalami luka. Klasifikasi glikosida lebih lanjut adalah glukosida sianogenik, glukosida goitrogenik, glukosida coumarin, glukosida steroid dan triterpenoid, glukosida nitropropanol, visin, glukosida calsinogenik, karboksiatraktilosida, dan isoflavon.
3. Lemak Sangat jarang lemak menyebabkan karacunan.
Lemak yang beracun
meliputi asam erucic pada rapeseed, yang menyebabkan kerusakan miokardial (myocardial lesions) pada tikus. Lemak lainnya yang beracun adalah asam lemak siklopropenoid yang terdiri atas asam sterkulat dan asam malvalat pada biji kapas yang menyebabkan albumin berwarna pink berkembang pada tel ur yang disimpan, juga menyebabkan kokarsinogen.
4. Senyawa fenol Fenol merupakan turunan dari fenilalanin atau tirosin pada pola atau jalur asam sikimat. Beberapa di antaranya adalah asam kumarat, asam kafeat, asam ferulat, asam protokatekuat, asam klorogenat dan asam kuinat.
Asam-asam
tersebut didistribusikan secara meluas dalam tanaman, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas.
Beberapa di antaranya mempunyai sifat-sifat
sebagai anti bakterial atau sebagai anti fungal dan bahkan mungkin mempunyai tugas yang berhubungan dengan kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu. Di samping itu banyak dihubungkan dengan komponen yang disebut sebagai koumarin yang mempunyai cincin ganda yang juga dapat ditemukan dalam tubuh tanaman.
Komponen-komponen tersebut atau turunannya seringkali bersifat
racun terhadap ternak, sebagai contoh adalah
dicoumarol yang dibentuk dari
koumarin pada daun semanggi selama penyimpanan. Koumarin kemungkinan juga dibentuk oleh tanaman dalam respon terhadap serangan oleh parasit sehingga tanaman menjadi kebal terhadap serangan tersebut.
5. Mikotoksin Mikotoksin adalah hasil metabolisme jamur yang merupakan anti nutrisi bagi hewan.
Mikotoksin menyebabkan peristiwa penyakit pada peternakan
sedikitnya pada 25 kasus penyakit.
Beberapa mikotoksin antara lain adalah
aflatoksin, fomopsin, tremorgen, T-2 toxin, citrinin, ochratoxin, sporidesmin dan zearalenon. Mikotoksin menyebabkan penurunan kondisi seperti kematian akut pada unggas (turkey X diseases) kanker hati pada ikan trout , lupinosis, fescue foot pada sapi, keracunan sweet clover, facial eczema pada domba, ryegrass sraggers dan ergotisme.
6. Asam sianida Asam sianida merupakan anti nutrisi yang diperoleh dari hasil hidrolisis senyawa glukosida sianogenik seperti linamarin, luteustralin dan durin. Salah satu contoh hasil hidrolisis adalah pada linamarin dengan hasil hidrolisisnya berupa D-glukosa + HCN + aseton dengan bantuan enzim linamerase. Lebih dari 100 jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk memproduksi asam sianida. Jenis
tanaman tersebut antara lain famili rosaceae, posssifloraceae, leguminosae, sapindaceae, dan gramineae. Sebetulnya pelepasan asam sianida pada tanaman merupakan proteksi tanaman terhadap gangguan/kerusakan. Asam sianida hanya dilepaskan apabila tanaman terluka. Tahap pertama dari proses degradasi adalah lepasnya molekul gula (glukosa) yang dikatalis oleh enzim glukosidase. Sianohidrin yang dihasilkan bisa berdissosiasi secara nonenzimatis untuk melepaskan asam sianida dan sebuah aldehid atau keton, namun pada tanaman reaksi ini biasanya dikatalis oleh enzim. Mekanisme sehingga asam sianida dapat menghambat pernafasan sel adalah adanya penghambatan terhadap reaksi bolak balik pada enzim-enzim yang mengandung besi dalam status ferri (Fe3+) di dala m sel.
Enzim yang sangat peka terhadap inhibisi sianida ini adalah sitokrom
oksidase. Semua proses oksidasi dalam tubuh sangat bergantung pada aktivitas enzim ini. Jika di dalam sel terjadi kompleks ikatan enzim sianida, maka proses oksidasi akan terhambat, sehingga sel menderita kekurangan oksigen. Jika asam sianida bereaksi dengan hemoglobin (Hb) akan membentuk
cyano-Hb yang
menyebabkan darah tidak dapat membawa oksigen. Tambahan sianida dalam darah yang mengelilingi komponen jenuh di eritrosit diidentifikasikan sebagai methemoglobin. Kedua sebab inilah yang menyebabkan histotoxic-anoxia dengan gejala klinis antara lain pernafasan cepat dan dalam.
7. Linamarin Linamarin terdapat dalam tanaman
Linum usitatissinum (linseed),
Phaseolus lunatus (Java bean), Trifolium repens (White clover), Lotus spp. (lotus), Dimorphotheca spp. (cape marigolds) dan Manihot spp. (ubi kayu). Nama linamarin diberikan karena serupa dengan yang diketemukan dalam tanaman rami (Linum spp.) Bagian distal ubi (mengarah ke ujung) mengandung lebih banyak linamarin dibandingkan dengan bagian proksimal (mengarah ke batang ubi). Linamarin larut dalam air dan hanya dapat hancur oleh panas di atas suhu 150o C. Daun ubi kayu mengandung linamarin sebesar 93 persen dari glikosida.
Bila
senyawa ini dihidrolisis oleh asam atau enzim maka akan menghasilkan aseton + glukosa + asam sianida.
8. Lotaustralin Lotaustralin terdapat bersama linamarin dalam tanaman yang sama, tetapi berbeda jumlahnya.
Lotaustralin jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
linamarin. Perbandingannya berkisar dari 3 sampai dengan 7 persen lotaustralin berbanding 93 sampai dengan 97 persen linamarin.
Lotaustralin antara lain
terdapat dalam tanaman Linum usitatissinum (linseed), Phaseolus lunatus (Java bean), Trifolium repens (White clover), Lotus spp. (lotus), Dimorphotheca spp. (cape marigolds) dan Manihot spp. (ubi kayu).
Nama lotaustralin diberikan
karena serupa dengan yang diketemukan dalam tanaman lotus spp. Lotaustralin larut dalam air dan hanya dapat hancur oleh panas di atas suhu 150o C. Daun ubi kayu mengandung lotaustralin sebesar 7 persen dari glikosida. Bila senyawa ini dihidrolisis oleh asam atau enzim maka akan menghasilkan metil etil keton + glukosa + asam sianida.
ZAT ANTINUTRISI PADA RUMINANSIA
Selain memperhatikan kandungan gizinya, dalam memilih bahan pakan perlu juga mempertimbangkan kandungan zat antinutrisi (racun) dalam bahan pakan ternak tersebut. Zat-zat antinutrisi yang dapat membahayakan dan mengganggu kesehatan ternak di antaranya adalah asam sianida, asam sitrat, asam oksalat, gosipol, mimosin, coumarin, alfatoksin,alkaloid, dan tannin. 1. Asam sianida (HCN)
Asam sianida umumnya terdapat pada rumput budi daya, misalnya rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria, dan rumput brachiaria. Selain itu, asam sianida juga terdapat pada tanaman leguminosa, seperti gamal dan tanaman pangan, misalnya daun singkong. Secara umum keracunan HCN pada ternak
tergantung pada kadar HCN dalam pakan ternak, jumlah pakan yang dikonsumsi, dan kondisi ternaknya. Pada kandungan asam sianida yang lebih dari 500 ppm, sudah perlu diwaspadai. Level toksik HCN pada sapi dan kerbau 2,2 mg/kg bobot badan, sedangkan pada kambing dan domba 2,4 mg/kg bobot badan. Cara mengurangi pengaruh negatif HCN terhadap kesehatan ternak adalah dengan menambah unsur sulfur (S) atau vitamin B-12 (Rianto dan Purbowati, 2009). Sianida masuk ke dalam tubuh hewan melalui pernafasan, kulit, dan yang paling banyak melalui saluran pencernaan. Pada ruminansia, absorbsinya paling banyak terjadi di dalam rumen, sedangkan pada non-ruminansia, absorbsinya terjadi pada ususnya. Absorbsi melalui kulit dapat terjadi bila sianida dalam bentuk asam sianida, sedangkan uapnya akan terhisap oleh paru-paru (7) . Kecepatan absorbsinya relatif lambat dan tergantung dari pH larutan tersebut . Absorbsi sianida di dalam rumen terjadi sangat cepat. Dalam waktu 1 5 menit hampir semua sianida di rumen telah diabsorbsi, dan dengan cepat juga sebagian daripadanya mulai mengalami detoksifikasi (Bahri dan Tarmudji, 2005). Australia grass, Common paspalum ( Paspalum dilatatum poiret ) atau
dalam istilah Indonesia : rumput australi, rumput dallies. Berasal dari Brazil, Argentina, Uruguay (Amerika Selatan).
Paspalum dilatatum poiret
Kandungan protein kasar berkisar antara 13.4 -18.5%, lemak kasar 1.32.4%, serat kasar 24.4-34.8% dan Beta-N 40.1-48.6%. Hijauan ini mempunyai kecernaan BK sekitar 50-63%. Rumput dallis pernah dilaporkan memberikan pengaruh yang berbahaya pada domba karena pengaruh dari cyanogenic glucosides dalam rumput ini walaupun HCNnya relatif rendah (42 ppm). Kelebihan konsumsi dapat mengakibatkan ternak mengalami diare (Ridla, 2003).
Gamal mempunyai kualitas yang bervariasi tergantung pada umur, bagian tanaman, cuaca dan genotif. Kandungan proteinnya sekitar 18.8%, dimana kandungan protein ini akan menurun dengan bertambahnya umur, namun demikian kandungan serat kasarnya akan mengalami peningkatan. Palatabilitas daun gamal merupakan masalah karena adanya kandungan antinutrisi flavano 1 – 3.5% dan total phenol sekitar 3-5% berdasarkan BK. Ruminansia yang tidak biasa mengkonsumsi daun gamal umumnya tidak akan memakannnya untuk yang pertama kali bila dicampurkan pada ransum. Dalam pemberiannya sebaiknya dilayukan dulu. Kecernaan BK daun gamal adalah 48-77% (Ridla, 2003). Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun asam sianida (HCN) yang terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik. Dua macam glikosida sianogenik dalam ubi kayu yaitu lanamarine (±95% dari bentuk glikosida sianogenik) dan bentuk lotaustarin. Pada proses detoksifikasi asam sianida dalam tubuh ternak diperlukan sulfur yang dapat dari asam amino tersebut akan meningkat. Sulfur untuk detoksifikasi ini dapat juga berasal dari sulfur inorganik. Penggunaan ubi kayu dalam ransum berdasarkan beberapa peneliti untuk ungas 5-10%, babi 40-70% dan rumiansia 40-90%. Produksi ubi kayu segar 10-40 ton/ha/tahun. Dari tanaman ubi kayu, 10-40% terdiri dari daun. Sebanyak 75% dari protein daun adalah murni dan mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.
Asam amino daun ubi kayu ternyata hampir sama dengan bungkil kedelai walaupun jumlahnya berbeda. Daun ubi kayu defisien asam amino esensial yang mengandung sulfur yaitu methionin dan sistin. Kelemahan lain adalah adanya racun HCN dan kandungan serat kasar yang tinggi. Kandungan HCN pada daun muda berkisar antara 427-542 mg/kg, sedangkan pada daun tua kandungannya labih rendah yaitu berkisar antara 343 - 379 mg/kg (Ridla, 2003).
2. Asam sitrat Asam sitrat terdapat pada hampir semua bahan pakan ternak, terutama pada bagian daun tanaman makanan ternak. Pakan ternak yang mengandung asam sitrat 2% sudah membahayakan bagi ternak. Batas toksisitas ternak ruminansia terhadap asam sitrat adalah 1 g NO3/kg bobot badan (Rianto dan Purbowati, 2009).
3. Asam oksalat
Asam oksalat banyak dijumpai di dalam tanaman, termasuk tanaman hijauan pakan ternak, terutama bagian daun. Salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung asam oksalat tinggi adalah rumput setaria sp (Rianto dan Purbowati, 2009).
4. Gosipol Gosipol umumnya terdapat dalam biji-bijian, seperti biji kapas dan biji kapuk. Selain itu, gosipol juga terdapat pada bagian tanaman, seperti batang, daun, benang sari, dan kulit akar. Racun gosipol dapat dihilangkan dengan jalan ekstraksi (isopropanol) (Rianto dan Purbowati, 2009).
5. Mimosin Mimosin terutama terdapat pada daun dan biji lamtoro. Pemberian lamtoro yang banyak dan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan keracunan dan gangguan kesehatan pada sapi. Pemberian lamtoro pada ternak ruminansia sebaiknya dicampur dengan rumput atau hijauan lain. Disarankan pemberian lamtoro tidak lebih dari 40% dari total ransum (Rianto dan Purbowati, 2009).
Lamtoro juga mengandung racun asam mimosin yang mempunyai efek anti mitotic dan depilatory pada ternak. Sehingga daun lamtoro tidak aman diberikan pada ternak non ruminansia pada level diatas 5%. Pada ruminansia mimosin dapat diubah menjadi 3 hidroxy-4(H)-pyridone (DHP) bersifat goitrogenik dan jika tidak didegradasi dapat menimbulkan rendahnya level thyroxine dalam serum darah, ulceration dari oesophagus dan retikulorumen, saliva berlebihan dan pertambahan bobot badan rendah, khususnya bila diberikan lebih dari 30% dalam ransum. Walaupun demikian mikroba rumen dapat menghilangkan racun mimosin dan DHP (Ridla, 2003).
6. Coumarin
Coumarin merupakan zat yang rasanya pahit dan terdapat pada tanaman, terutama bagian daun dan batang. Salah satu tanaman pakan ternak yang mengandung coumari adalah gliricidia (gamal). Coumarin dapat menjadi racun bila berubah menjadi hidroksi coumarin atau dicoumarin. Efeknya pada ternak adalah
darah
sukar
membeku
sehingga
jika
terjadi
pendarahan
dapat
mengakibatkan kematian (Rianto dan Purbowati, 2009).
7. Alfatoksin Alfatoksin terutama terdapat pada bungkil kelapa dan singkong. Zat ini dapat menimbulkan keracunan dan menurunkan produktivitas ternak. Keracunan alfatoksin dapat dihindari dengan melakukan penyimpanan pakan yang baik (Rianto dan Purbowati, 2009).
8. Alkaloid Alkaloid merupakan karohidrat dengan sedikit unsur nitrogen. Zat ini umumnya terdapat dalam umbi-umbian. Derajat keracunannya tergantung dari macam alkaloidnya, konsentrasinya, dan ketahanan masing-masing jenis ternak. Keracunan alkaloid dapat dihindarkan dengan cara memasak bahan pakan sebelum diberikan kepada ternak (Rianto dan Purbowati, 2009).
9. Tannin
Tanin terdapat pada hijauan pakan ternak, seperti kaliandra, sorghum, umbi, dan kacang-kacangan. Tanin dapat menimbulkan penurunan palatabilitas
dan penurunan pencernaan protein. Kadar tanin 0,3% dalam pakan ternak sudah dapat menimbulkan gangguan tersebut (Rianto dan Purbowati, 2009).
Calliandra calothyrsus
Kaliandra merupakan tanaman yang sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Proteinnya cukup tinggi terutama daunnya yaitu sekitar 24%, sedangkan serat kasarnya sekitar 27%. Umumnya tidak mengandung racun, kecuali adanya tannin yang cukup tinggi yang bisa mencapai 11% (Ridla, 2003).
10. Anti Tripsin dan Anti Chimotripsin Kandungan anti nutrisi dalam kecipir juga mirip dengan kedelai yaitu mengandung anti tripsin dan anti chimotripsin yang dapat menghambat kerja tripsin dan chimotripsin yang bersifat yang bersifat proteolitik. Untuk menghilangkan zat anti nutrisi ini dapat dilakukan dengan : perendaman, pengukusan/pemasakan atau penyanggraian/penggorengan tanpa minyak. Biji kecipir dapat mengganti kacang kedelai dalam ransum ternak setelah dipanaskan seperti tersebut di atas (Ridla, 2003).
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, Sjamsul dan Bahri. 2005. Keracunan Sianida Pada Ternak dan Cara Mengatasinya. Balai Penelitian Kesehatan Hewan : Bogor. Bothaa, B.J. dan M-L Penrith. 2009. Potential plant poisonings in dogs and cats in southern Africa. [review article]. Tydskr.S.Afr.vet.Ver (2009) 80(2): 63 – 74 Brant, Sharon Gwaltney. 2001. Chocolate intoxication. USA : ASPCA Animal Poison Control Center Brant, Sharon Gwaltney. 2018 .Xylitol . Chicago : Toxicology Consultant, Veterinary Information Network (VIN) and Adjunct Faculty, College of Veterinary Medicine, University of Illinois Brant, Sharon Gwaltney. 2018. Avocado. Chicago : Toxicology Consultant, Veterinary Information Network (VIN) and Adjunct Faculty, College of Veterinary Medicine, University of Illinois Brant, Sharon Gwaltney. 2018. Raisins and Grapes. Chicago : Toxicology Consultant, Veterinary Information Network (VIN) and Adjunct Faculty, College of Veterinary Medicine, University of Illinois Cope. 2015. Allium species poisoning in dogs and cats. Veterinary Medicine journal , August 2005 Dunayer, Eric K. 2006. New findings on the effects of xylitol ingestion in dogs. PEER-REVIEWED Foster dan Smith. 2018. Food Allergies and Food Intolerance. Wisconsin : Veterinary & Aquatic Services Department Keno, Lisa A dan Cathy E. Langston. 2011. Treatment of accidental ethanol intoxicationwith hemodialysis in a dog. Journal of Veterinary Emergency and Critical Care, no, 1476-4431 jully 2011 Petwave.
2015.
Symptoms
(http://www.petwave.
of
Lactose
Intolerance
in
Dogs.
[artikel].
com/Dogs/Health/Lactose-
Intolerance/Symptoms.aspx, diakses tanggal 21 Februari 2018 pukul 20.25 WITA)
Ponce, Mirna P. 2010. Unsafe Foods for Your Pet . Los Angeles : Department of Public Health Veterinary Public Health & Rabies Control PPIA (Pet Food Industry Association of Australia). 2012. Feeding Milk to Pets and Lactose Intolerance. (https://www.pfiaa.com.au/Feeding-Pets/FeedingMilk-to-Pets-and-Lactose-Intolerance.aspx, diakses
pada
tanggal
21
Februari 2018 pukul 23.45 WITA) RajaPet. Makanan Manusia yang Boleh & Tidak Boleh Diberikan pada Kucing. http://www.rajapetshop.com/en/news/MAKANAN-MANUSIA-YANGBOLEH-and-TIDAK-BOLEH-DIBERIKAN-PADA-KUCING.
Diakses
pada tanggal 21 Februari 2018. Ramco.
2017.
Makanan
yang
Berbahaya
Bagi
kucing.
https://www.hewanpeliharaan.org/kucing/makanan-yang-berbahaya-bagikucing/. Diakses pada tanggal 21 Februari 2018. Rianto, Edy dan Endang Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya : Jakarta Ridla, Muhammad. 2003. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak . CV Nutri Sejahtera : Bogor. Royal Canin. 2010. Hypoallergenic. [artikel]. (http://www.royalcanin.in/content/ download/111552/1218109/file/Product%20Book%202010%20BD.pdf , diakses pada tanggal 22 Februari 2018 pukul 05.45 WITA) Salasa,
Mokarom.
2011.
Zat
Antinutrisi
Pada
Bahan
Pakan
Ternak.
http://www.lembahgogoniti.com/artikel/29-pakan-kambing/89-zatantinutrisi-pada-bahan-pakan-ternak.pdf (online). Diakses pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 22.32 WITA. Salgado, BS., Monteiro LN, Rocha NS. 2011. Allium Species Poisoning In Dogs And Cats. The Journal of Venomous Animals and Toxins including Tropical Diseases 2011 volume 17 pages 4-11 Satwapedia.
2016.
18
Makanan
Kucing
Berbahaya.
https://www.satwapedia.com/18-makanan-kucing-berbahaya/. Diakses pada tanggal 21 Februari 2018. Triakoso, Nusdianto. 2011. Patologi Nutrisi. Surabaya : Ilmu Penyakit Non Infeksius D3 FKH Unair