TEORI KEPEMIMPINAN Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kep emimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang kepemimpinan.
Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepmimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin, pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan (Kartini Kartono, 1!" #$%. Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi antara lain " Latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. &emimpin dan kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya pemimpin 'da beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain" a.eseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin. eseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri b.eseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki memiliki bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman serta sesuai dengan tuntutan lingkungan Syarat-syarat kepemimpinan Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan dengan kekuasaan, ke)iba)aan, dan kemampuan. Tipe dan gaya kepemimpinan &emimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, )atak dan kepribadian sendiri yang khas, sehingga tingkah laku dan gayanya berbeda dari orang lain. TEORI-TEORI dalam KEPEMIMPINAN dalam KEPEMIMPINAN 1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bah)a keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. 'tas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bah)a untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. *an kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. +iri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin pemimpin menurut ondang & iagian (1!"$-$% adalah" - pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektiitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan/ - sifat inkuisitif, rasa tepat )aktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri releansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif/ - kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif. 0alaupun 0alaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain " terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada releansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektiitas
kepemimpinan% dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin/ justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan. 2. Teori Perilaku *asar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang indiidu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. *alam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku" a. konsiderasi dan struktur inisiasi &erilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan ba)ahan memiliki ciri ramah tamah,mau tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan ba)ahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. *i samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi. b. berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin yang berorientasi kepada ba)ahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-ba)ahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan ba)ahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku ba)ahan. edangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. &ada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan ba)ahan. edangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasiltugas dan terhadap ba)ahanhubungan kerja. Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (2'3.toner, 1$4"!!#-!!5% 3. Teori Situasional Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor )aktu dan ruang. 3aktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut ondang &. iagian (1!"1#% adalah 6 2enis pekerjaan dan kompleksitas tugas/ 6 7entuk dan sifat teknologi yang digunakan/ 6 &ersepsi, sikap dan gaya kepemimpinan/ 6 8orma yang dianut kelompok/ 6 9entang kendali/ 6 'ncaman dari luar organisasi/ 6 Tingkat stress/ 6 :klim yang terdapat dalam organisasi. ;fektiitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan
memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan ba)ahan. b. Model " Interaksi Atasan-Bawahan" " >enurut model ini, efektiitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan ba)ahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan. eorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila" 6 ?ubungan atasan dan ba)ahan dikategorikan baik/ 6 Tugas yang harus dikerjakan ba)ahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi/ 6 &osisi ke)enangan pemimpin tergolong kuat. c. Model Situasional >odel ini menekankan bah)a efektiitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat kematangan ji)a ba)ahan. *imensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan hubungan atasan-ba)ahan. 7erdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang dapat digunakan adalah 6 >emberitahukan/ 6 >enjual/ 6 >engajak ba)ahan berperan serta/ 6 >elakukan pendelegasian. d. Model " Jalan- Tujuan " eorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh ba)ahan. alah satu mekanisme untuk me)ujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan ba)ahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan ba)ahannya. &erilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan faktor motiasional bagi ba)ahannya. e. Model "im!inan-eran serta Bawahan" " &erhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan. &erilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus diselesaikan oleh ba)ahannya. alah satu syarat penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus ditaati oleh ba)ahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta ba)ahan dalam pengambilan keputusan. 7entuk dan tingkat peran serta ba)ahan tersebut
menggunakannya. *i samping itu, penelitian kekuasaan pengaruh dimaksudkan untuk melihat pengaruh sebagai akibat adanya kekuasaan yang merupakan sebuah proses timbal balik antara pemimpin dan pengikut. '. Pendekatan situasional &endekatan situasional tentang kepemimpinan menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual. &enelitian lebih ditujukan pada" a.7agaimana pengaruh aspek-aspek situasional terhadap perilaku pemimpin. &eneliti mencoba untuk menemukan sejauhmana persamaan atau perbedaan pekerjaan pemimpin pada berbagai jenis organisasi dan tingkatan manajemen. b.:dentifikasi aspek-aspek situasi yang
'kan tetapi ada beberapa tema penelitian tidak cocok dengan salah satu pendekatan tersebut dan sebaliknya melintasi dua pendekatan atau lebih. Termasuk dalam kekecualian tersebut adalah kepemimpinan partisipatif, karismatik dan kepemimpinan dalam kelompok pengambil keputusan.
(efinisi Keemiminan Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya dari perspektif indiidual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. togdill (1$!" #% menyimpulkan bah)a terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba mendefinisikannya. @ebih lanjut, togdill (1$!" $-1$% menyatakan bah)a kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi, tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. >isalnya, dengan mengutip pendapat beberapa ahli, &aul ?ersey dan Kenneth ? 7lanchard (1$$" 45-4!% mengemukakan beberapa definisi kepemimpinan, antara lain"
6 Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (=eorge & Terry% 6 Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum (?.KoontA dan +. OB*onnell% 6 Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (9. Tannenbaum, :ring 9, 3. >assarik%. Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di ba)ah ini akan dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan lainnya seperti yang dikutip oleh =ary Cukl (1" #%, antara lain" 6 Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (KatA dan Kahn% 6 Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktiitasaktiitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (9auch dan 7ehling% 6 Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (2acobs dan 2acDues% >enurut 0ahjosumidjo (14!" #% butir-butir pengertian
dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna " 6 Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. 6 Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri 6 Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, ba)ahan dan situasi. *ari berbagai definisi yang ada, maka dapat dikatakan bah)a Kepemimpinan adalah 6 eni untuk menciptakan kesesuaian paham 6 7entuk persuasi dan inspirasi 6 Kepribadian yang mempunyai pengaruh 6 Tindakan dan perilaku 6 Titik sentral proses kegiatan kelompok 6 ?ubungan kekuatankekuasaan 6 arana pencapaian tujuan 6 ?asil dari interaksi 6 &eranan yang dipolakan 6 :nisiasi struktur 7erbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bah)a kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai sifat uniersal dan merupakan suatu gejala sosial. Kepemimpinan sebagai salah satu cabang dari kelompok ilmu administrasi dan lebih khusus lagi merupakan bagian dari ilmu administrasi negara. 2adi membahas kepemimpinan dalam konteks administrasi negara, secara khusus akan membahas tentang konsep-konsep, pola-pola tindakan, prestasi yang diharapkan oleh aparatur negara yang bersangkutan. *engan kata lain, kepemimpinan menempatkan organisasi sebagai sasaran studinya. ehingga kepemimpinan yang dimaksud di sini adalah kepemimpinan administratif. ecara khusus kepemimpinan administratif lebih menekankan pada bagaimana seorang pemimpin secara efektif dapat me)ujudkan serangkaian peranan kepemimpinannya terhadap ba)ahannya. Menilai Pemimin Kita) Oleh 7adjoeri 0idagdo taf ahli >entrans dan &&? &ertanyaan penting yang menggugah akal sehat kita adalah, kepemimpinan seperti apa yang kita perlukan di masa yang akan datangE Untuk mendapatkan ja)aban atas pertanyaan itu, kita bisa saja menderetkan persyaratan, kualifikasi, bahkan membedah kepemimpinan ke dalam aneka tipologi atau sub-tipologi untuk kemudian dikontraskan dengan realitas masyarakat ,termasuk persoalan dan harapanharapannya. Tetapi argumen yang s ejauh tadi dikemukakan, mengandaikan ja)aban bagi kepemimpinan di masa yang akan datang tidaklah ditentukan atau terletak pada pertanyaan di atas, tetapi pada usaha serius kita bersama untuk mengembalikan, memperlakukan dan sekaligus menilai kepemimpinan dalam maknanya seperti yang sudah dijelaskan di atas. &ada gilirannya diperlukan pembina dan )adah pembinaan serius dalam membangun national character building. &ublikasi >enyesatkan elama ini kita telah banyak disesatkan untuk menilai pemimpin dari publisitas yang dinikmatinya, bukan dari karya-karya riilnya dalam menemukan, memperkuat dan meningkatkan kualitas motif dan tujuan kolektif yang dipimpinnya. Tegasnya adalah bah)a tujuan pertama dari kepemimpinan adalah kemampuannya memba)a ke arah kesadaran masyarakat tentang ision, mission, sense tentang
kebutuhan, alue dan tujuan-tujuan bersama mereka, dan bukannya ke arah kebesaran pemimpin itu sendiri. :nilah batu ujian moral kepemimpinan yang harus dile)ati oleh setiap pemimpin sebelum ia patut mendapatkan predikat sebagai pemimpin. *alam keseharian, kita memang telah banyak didominasi kepemimpinan yang oleh 7urns dirumuskan sebagai tipe transaction. ?ubungan antara kebanyakan pemimpin dan yang dipimpin berjalan dalam kerangka transaksi. 'da kesan bah)a seorang pemimpin mendekati pengikutnya dalam kerangka untuk mempertukarkan sesuatu dengan yang lain/ Uang dipertukarkan dengan dukungan suara misalnya, atau dengan proyek, jabatan dan lainnya. &ekerjaan dipertukarkan dengan dukungan suara dan loyalitas dipertukarkan dengan uang, janji dan sebagainya. Karenanya muncullah apa yang disebut sebagai money politics. 'kibatnya kita kekurangan kepemimpinan bertipe transforming di mana pemimpin itu seharusnya menyadari dan sekaligus berusaha mengeksploitasi kebutuhan dan tuntutan-tuntutan masyarakat, dan bukannya tuntutan pemuasan diri sendiri. >engapa orang tidak bisa hidup sebagai pengikutE 2a)abannya sangat sederhana, karena kepemimpinan telah dipraktekkan sebagian properties sebagai thing atau sebagai benda. Karenanya, untuk menjadi pemimpin yang baik, belajarlah jadi pengikut yang baik. Ketika kita berorientasi kepada reformasi menyadari bah)a kepemimpinan adalah bagian dari dinamika konflik dan kekuasaan, disadari pula semuanya baik ia pemimpin atau bukan, bah)a kepemimpinan bukanlah kepemilikan. :a merupakan produk dari proses interaksi yang mempertemukan isi, misi, tujuan dan lain-lain dari masyarakat yang menjadi pengikutnya dengan harapanharapan dan tujuan-tujuan yang dimiliki pemimpin itu sendiri. Kita harus berani melihat bah)a kepemimpinan hanya akan menemukan maknanya apabila ia terkait dengan tujuantujuan bersifat kolektif yang melibatkan sang pemimpin dan pengikutnya. Kita telah terlampau sering dihadapkan pada kenyataan bah)a kepemimpinan, banyak dilepaskan dari konteks organisasi dengan tujuan-tujuan kolektif yang bersifat umum. Kepemimpinan akhirnya dilihat dan menjadi pelayanan bagi diri sendiri, sedangkan tujuan-tujuan bersama justru dimanfaatkan sebagai alat legitimasi yang tak punya nilai moral apa pun. @ebih dari itu seharusnya pemimpin dapat memahami pada motif-motif potensial dari masyarakat, berusaha untuk menemukan kebutuhan yang lebih mendasar dan melibatkan secara utuh pengikutnya. ?asil dari bekerjanya kepemimpinan transforming adalah terjadinya hubungan stimulasi timbal-balik dan eleasi yang membuka kemungkinan bagi para pengikut untuk menjadi pemimpin dan pada saat yang bersamaan mengkonersi pemimpin menjadi moral agent. &emimpin dengannya, adalah mereka yang pada tingkat tertinggi mampu menciptakan pemimpin lain-lain. &ada tingkat ini, kita tidak lagi sedang berbicara soal kepemimpinan, tapi moral kepemimpinan. Konsep moral kepemimpinan tersebut mengasumsikan pada tiga hal mendasar. &ertama, &emimpin dan mereka yang dipimpin tidak semata-mata dipertautkan oleh hubungan kekuasaan, tetapi oleh isi, misi, kebutuhan, aspirasi dan nilai dari kedua belah pihak dan tujuan bersama. Kedua, dalam merespon seorang pemimpin, pengikut memiliki pengetahuan yang memadai mengenai berbagai alternatif memimpin dan program yang ada. 2uga memiliki kapasitas untuk memilih di antara alternatif-alternatif yang tersedia. Oleh karena itu pemimpin bertanggung ja)ab atas komitmennya. 2ika seorang pemimpin menjanjikan sesuatu pada para pengikutnya, maka ia )ajib bertanggung ja)ab untuk me)ujudkannya. ?al terakhir ini, tampaknya sederhana. Tetapi kalau kita mau sabar mendengar, maka akan dengan mudah kita menangkap suara sayup-sayup di tengah masyarakat kita yang mengungkapkan kebangkrutan kebanyakan pemimpin ketika dikonfrontasikan dengan
komitmen janji-janjinya sendiri. Kita hidup dalam masyarakat era reformasi di mana cukup banyak pemimpin yang sangat pia)ai dalam mengobral janji, tapi hampir senantiasa gagal dalam me)ujudkannya secara berarti. Kita perlu menyadari bah)a moral kepemimpinan senantiasa tumbuh dan akan kembali pada isi, misi, keinginan, kebutuhan, aspirasi dan nilai-nilai yang fundamental dari masyarakat yang dipimpinnya. *alam jargon politik hal ini sering dirumuskan baik sebagai kepemimpinan yang aspiratif ataupun sebagai kepemimpinan yang demokratis. Tanpa ini, kepemimpinan kehilangan legitimasinya. Kepemimpinan adalah sesuatu yang isioner, rasional, kolektif dan bertujuan. *engan rumusan seperti itu, memang sangat mudah bagi kita untuk menyimpulkan seakan-akan kepemimpinan adalah kata lain dari kekuasaan. Karena perlu diungkapkan, bah)a memang sama halnya dengan kekuasaan, kepemimpinan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tetapi jangkauan dan domain dari kepemimpinan, lebih terbatas jika dikontraskan dengan jangkauan dan domain dari kekuasaan. Kepemimpinan tidak memanipulasi motif-motif para follo)er-nya, seperti yang sangat mungkin berlaku di lahan kekuasaan. &emimpin memimpin manusia, bukan memimpin benda. Kita tidak membutuhkan kepemimpinan untuk mengontrol benda. *an seperti yang telah dibuktikan oleh sejarah peradaban politik di hampir semua bangsa, terdapat godaan dan kemungkinan yang sangat besar bagi pemilik kekuasaan untuk tega memperlakukan manusia sebagai benda. *i sinilah bedanya antara kepemimpinan dan kekuasaan. 7angsa :ndonesia yang kita cintai ini tentu membutuhkan leadership untuk memimpin manusia. eorang pemimpin tak pernah akan punya keberanian moral dan kesengajaan untuk memperlakukan para pengikutnya manusia FFF sebagai benda. 7eberapa catatan yang mungkin perlu dipahami bersama untuk membenahi diri sebagai pemimpin yang profesional dan berkarakter sehubungan dengan moral kepemimpinan adalah" &ertama, kepemimpinan sudah saatnya disosialisasikan, dimengerti, diperlukan dan dibina bukan semata-mata sebagai harta milik atau aktiitas dan multitude dari yang dipimpin. Kedua, sudah saatnya kita menyadari bah)a dalam konsep kepemimpinan, interaksi antara pemimpin dengan pengikutnya dipertemukan oleh adanya isi, misi, kesatuan motiasi dan tujuan dari keduanya, bukan merupakan hubungan manipulatifeksploitatif yang sangat jamak kita jumpai dalam hubungan kekuasaan seperti umumnya terjadi. Ketiga, sudah saatnya kita menyadari bah)a kebanyakan dari motiasi dan tujuantujuan di atas adalah umum bagi kebanyakan manusia dalam mayoritas kebudayaan. *engan kata lain, terdapat elemen yang bersifat uniersal dalam setiap konseptualisasi tentang kepemimpinan. Karena itu, isi dalam kepemimpinan, diharapkan bisa memberikan sedikit pemahaman bah)a kepemimpinan sebagai sebuah konsep FFFFapalagi ketika ia ditempatkan dalam konteks moral tidak bisa dipagari apalagi dibedakan pada tingkat substansi oleh perbedaan leel dan segmen analisis yang diambil. Kualifikasi, terutama pada tingkat moral, yang dituntut untuk menjadi bagian sah dari konsep kepemimpinan, akhirnya akan mem-bypas jenjang, segmentasi, dan bahkan )aktu KEK*ASAAN + PEN,AR* (AAM KEPEMIMPINAN
&rinsip pertama dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. &rinsip kedua adalah bah)a pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin (9ichard 7eckhard, 1"1#-1#%.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling menentukan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi. Kekuasaan Konsepsi mengenai kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, ke)iba)aan, dan kekuasaan. eorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan. Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan perilaku orang ke arah yang diinginkan (=ary Cukl,1" 145%. Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara Gposition po)erH (kekuasaan karena kedudukan% dan Gpersonal po)erH (kekuasaan pribadi%. >enurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin I pengikut. Termasuk dalam position po)er adalah ke)enangan formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman, kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. edangkan personal po)er berasal dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan karismatik dari seorang pemimpin (=ary Cukl,1"1$-1$%. *engan bahasa yang sedikit berbeda, Kartini Kartono (1!"1!J% mengungkapkan bah)a sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain/ • ifat dan sikapnya yang unggul, sehingga • mempunyai ke)iba)aan terhadap pengikutnya/ >emiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman • yang luas/ >emiliki kemahiran human relation yang baik, • kepandaian bergaul dan berkomunikasi. Kekuasaan merupakan kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan tindakan-tindakan indiidu atau kelompok. 'da dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi. Teori tersebut adalah
6 ocial ;change Theory, menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa )aktu antara pemimpin dan pengikut. 3okus dari teori ini mengenai epert po)er dan ke)enangan. 6 trategic +ontingencies Theory, menjelaskan bah)a kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut. &ara pemimpin membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti bah)a lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. 2umlah keseluruhan kekuasaan yang diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat organisasi, tugas, para ba)ahan, dan situasi. &emimpin yang mempunyai position po)er yang cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada mengembangkan dan menggunakan epert po)er dan referent po)er. ejarah telah menunjukkan bah)a pemimpin yang mempunyai position po)er yang terlalu kuat cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut. ebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position po)er yang cukup akan mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang
berkinerja tinggi dalam organisasi. &ada umumnya, mungkin lebih baik bagi seorang pemimpin untuk mempunyai position po)er yang sedang saja jumlahnya, meskipun jumlah yang optimal akan berariasi tergantung situasi. edangkan dalam personal po)er, seorang pemimpin yang mempunyai epert po)er atau daya tarik karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya akan mengakibatkan kegagalan. &engaruh ebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotiasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan. 2ika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektiitas kepemimpinan. 2enis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. ejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain " 6 &ersuasi 9asional" &emimpin menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut bah)a suatu usulan adalah masuk akal dan kemungkinan dapat mencapai sasaran.
&emimpin mencari bantuan dari orang lain untuk mempersuasi pengikut agar melakukan sesuatu atau menggunakan dukungan orang lain sebagai suatu alasan bagi pengikut untuk juga menyetujuinya. 6 Taktik >engesahkan" &emimpin mencoba untuk menetapkan aliditas permintaan dengan menyatakan ke)enangan atau hak untuk membuatnya atau dengan membuktikan bah)a hal itu adalah konsisten dengan kebijakan, peraturan, praktik atau tradisi organisasi. 6 >enekan" &emimpin menggunakan permintaan, ancaman, seringnya pemeriksaan, atau peringatan-peringatan terus menerus untuk mempengaruhi pengikut melakukan apa yang diinginkan. &ilihan mengenai perilaku mempengaruhi tergantung pada position po)er dan personal po)er yang dimiliki pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya pada situasi tertentu. &erilaku mempengaruhi seorang pemimpin secara langsung mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang dipimpin baik berupa komitmen, kepatuhan maupun perla)anan. ?asil dari proses mempengaruhi, juga mempunyai efek umpan balik terhadap perilaku pemimpin.elain itu, dampak kekuasaan pemimpin pada dasarnya tergantung pada apa yang dilakukan pemimpin dalam mempengaruhi orang yang dipimpin.*engan demikian, hasil dari usaha mempengaruhi merupakan akumulasi dari keterampilan mempengaruhi, perilaku mempengaruhi, dan kekuasaan pemimpin.
6 &ermintaan :nspirasional" &emimpin membuat usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya diri dari pengikut. 6 Konsultasi" &emimpin mengajak partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktiitas atau perubahan yang untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin bersedia memodifikasi usulan untuk menanggapi perhatian dan saran dari pengikut. 6 >enjilat" &emimpin menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, atau perilaku yang membantu agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran yang menguntungkan pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu. 6 &ermintaan &ribadi" &emimpin menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap dirinya ketika meminta sesuatu. 6 &ertukaran" &emimpin mena)arkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila pengikut membantu pencapaian tugas. 6 Taktik Koalisi"
/*N,SI-/*N,SI KEPEMIMPINAN
;fektiitas kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat didambakan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam keberhasilan organisasi. 8amun demikian, belum terdapat kesepahaman tentang kriteria efektiitas kepemimpinan seseorang. 'kan tetapi nampaknya telah diakui secara luas bah)a kemampuan mengambil keputusan merupakan salah satu kriteria utamanya. Cang dimaksud kemampuan mengambil keputusan adalah jumlah keputusan yang diambil yang bersifat praktis, realistik, dan dapat dilaksanakan serta memperlancar usaha pencapaian tujuan organisasi. Kriteria lain yang dapat dan biasa digunakan adalah berkisar pada kemampuan seorang pemimpin menjalankan fungsifungsi kepemimpinan. 3ungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki menurut ondang & iagian (1!"!$-!4% adalah 6 &emimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan, 6 0akil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi, 6 &emimpin selaku komunikator yang efektif, 6 >ediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam , terutama dalam menangani situasi konflik, 6 &emimpin selaku integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral. elaras dengan pendapat tersebut di atas, Kartini Kartono (1!" 41% mengemukakan bah)a fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangun motiasi kerja, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang b aik, memberikan superisipenga)asan yang efisien, dan memba)a pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan )aktu dan perencanaan. *engan mencermati kondisi saat ini, kepemimpinan abad dua puluh satu kemungkinan akan menghadapi tuntutan yang semakin kompleks. Kondisi demikian menuntut penyesuaian atau bahkan perubahan kemampuan pribadi pemimpin. &emimpin era mendatang dalam pemikiran ;dgar ? chein (1#" $-4% akan lebih banyak memiliki karakteristik" L Tingkat persepsi dan )a)asan yang luar biasa terhadap realita dunia, L Tingkat motiasi yang luar biasa, L Kekuatan emosional, L Keterampilan baru dalam menganalisis asumsi kultural, mengidentifikasi asumsi fungsional dan disfungsional, L Kemauan dan kemampuan untuk melibatkan orang lain serta menarik partisipasi mereka, L Kemauan dan kemampuan untuk membagi kekuasaan serta kontrol. *engan demikian, pemimpin pada era mendatang adalah orang dengan karakteristik tersebut, yang dapat memimpin juga menjadi pengikut, menjadi sentral dan marginal, menjadi hirarkial di atas dan di ba)ah, dan menjadi indiidualistis dan pemain tim. &emimpin era mendatang adalah seseorang yang menciptakan suatu budaya atau sistem nilai yang berpusat pada prinsip-prinsip seperti pemberdayaan, kepercayaan, ketulusan, pelayanan, persamaan, keadilan, integritas, kejujuran, dan self eidence. >odel kepemimpinan yang demikian menurut tephen 9 +oey (1" 1#-15% akan melaksanakan fungsi atau kegiatan dasar" M &athfinding (&encarian 'lur% ;sensi dan kekuatan dari pathfinding diperoleh dalam isi dan misi yang pasti. &encarian ini membuat budaya dibekali dan terangsang mengenai suatu tujuan yang lebih bernilai. M 'ligning (&enyelarasan% Kegiatan pemimpin berupa upaya untuk memastikan bah)a struktur, sistem dan proses operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian misi dan isi. M ;mpo)erment (&emberdayaan% &emimpin harus mampu memberi semangat dan menggerakkan bakat, kecerdasan, dan kreatiitas laten orang-orang yang dipimpinnya, sehingga mampu mengerjakan apa pun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati dalam mencapai nilai, isi, dan misi bersama. Oleh karena itu, pemimpin pada era mendatang harus menyadari bah)a peranannya akan berubah secara nyata. >enurut 0illiam + teere 2r (1" #$#-#$!%, hal tersebut memba)a implikasi pada kepemimpinan era mendatang, yaitu " L ?arus lebih fleksibel dan mempunyai pengalaman yang luas L 'kan menganggap tanggung ja)ab seremonial atau spiritual menjadi suatu fungsi yang diperlukan L &embuatan keputusan tidak dapat dibuat secara efektif terpusat di puncak organisasi.
*alam konteks kepemimpinan, 2ohn 0 0ork (1" $-$$% mengasumsikan bah)a pemimpin pada era mendatang harus bersedia menerima lima tantangan fundamental, yaitu" N &emimpin harus mau menjadi lebih peka dan memahami semua perbedaan etnis, budaya, dan gender, N &emimpin harus memiliki isi untuk tempat kerjanya N &emimpin harus bersedia merancang dan mengimplementasikan proses-proses komunikasi yang baru dan berbeda, N &emimpin harus bersedia memba)a komitmen penuh dalam upaya mendayagunakan pengikut yang beragam secara efektif, N &emimpin harus menjadi pasak antara organisasi dan masyarakat luas. 8amun demikian, pemimpin pada era mendatang tetap harus menemukan model sederhana yang dapat membantu keberhasilan kepemimpinannya. *engan dasar pemikiran seperti itu, *ae Ulrich (1" #1#-#1$% menjelaskan tugas kepemimpinan masa depan adalah 6 >engalihkan harapan menjadi tindakan 6 >enyandarkan pada asumsi-asumsi L *ari kepemimpinan di puncak ke kepemimpinan bersama L *ari kejadian satu kali menjadi proses berkesinambungan L *ari juara indiidual ke kemenangan tim L *ari pemecah masalah ke perintis Kepemimpinan Politik dan Demokrasi Saat negeri ini mencapai lebih dari setengah abad usianya, betapa kita sadari bersama sulitnya menemukan sosok seorang pemimpin yang paripurna. Sosok pemimpin demikian adalah mereka yang memiliki integritas moral dan legitimasi politik, cakap, powerful , dan kecil resistensinya di masyarakat.
Sejumlah nama memang tengah diusung untuk menuju kursi kepresidenan pada pemilihan umum tahun 2004 nanti. Namun demikian, gencarnya publisitas atas nama-nama tersebut sama sekali tidak dapat menyembunyikan adanya kecenderungan kurangnya stok pemimpin alternatif di negeri ini. Lantaran itu, ke depan tampaknya kita mesti berpikir keras untuk terus mencari alternatif pemimpin yang lengkap keunggulannya. Krisis kepemimpinan nilah realitas politik yang harus dihadapi oleh bangsa ini. Lantaran krisis ekonomi dan politik tidak segera menemukan ja!abannya saat usia reformasi telah mele!ati tahun kelima. "aka bisa d ibayangkan bah!a negeri ini sangat membutuhkan persediaan #stok$ berlebih pemimpin yang mampu mengantarkan ke gerbang keberhasilan. %al ini menjadi krusial melihat kualitas persediaan pemimpin yang ada justru memberikan rasa kha!atir akan kembali terpuruknya negeri ini ke jurang krisis yang sama. &rtinya, kemungkinan terjadinya pergantian kepemimpinan nasional yang baru tidak serta merta menjamin adanya perubahan secara signifikan dalam memba!a negeri ini keluar dari himpitan krisis.
'adahal saat inilah justru dibutuhkan banyak pemimpin yang bukan hanya legitimate, cakap, dan andal, tapi mampu menyelesaikan sejumlah persoalan sekaligus seperti, ancaman disintegrasi, ketimpangan ekonomi dan sosial, krisis ekonomi politik, keterbelakangan pendidikan, dan kemiskinan. (etiadaan akan stok sumber daya manusia yang mampu dan cakap untuk memimpin negeri ini memang cukup memprihatinkan. %al ini menunjukkan menguatnya anggapan adanya krisis kepemimpinan. (risis kepemimpinan inilah yang harus dibayar secara mahal lantaran proses kaderisasi pemimpin di masa lalu tidak memberi peluang lahirnya pemimpin alternatif. Sistem dan kehidupan politik di masa lalu bukan saja menutup ruang proses lahirnya pemimpin alternatif, tapi lebih dari itu atas nama stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan segala bentuk partisipasi politik masyarakat di luar skenario otoritas politik diberangus secara meyakinkan. Sebagai ilustrasi adalah bagaimana sejumlah akti)is mahasis!a dan pemuda, saat itu, yang mencoba berjuang meniti jalur kepemimpinan dari akar rumput dikebiri dan dibatasi ruang geraknya - kalau tidak justru dibuikan. (arena itu, sangatlah !ajar jika saat itu hampir mustahil menemukan pemimpin-pemimpin yang mengakar kuat di masyarakat. *ukan saja mengajar di hadapan massa pendukungnya #loyalis$, tapi juga lintas kepentingan, partai, etnis, ekonomi, dan agama. "eski pelbagai saluran kaderisasi terbuka luas semenjak menggelegaknya reformasi, namun tidak berarti bah!a kadar dan kualitas kepemimpinan seseorang semakin meningkat. Setidaknya *ung %atta pernah mengilustrasikan tentang bagaimana sesungguhnya bangsa ini membutuhkan pemimpin bukan saja karena kapasitas dan kualitasnya tapi juga dalam jumlahnya yang jamak. %atta mengatakan bah!a bukan hanya seorang Sukarno yang kita butuhkan, melainkan figur Sukarno dalam jumlahnya yang banyak. +alam beberapa hal kecenderungan naiknya angka partisipasi politik --dalam hal ini berbentuk partai politik -- merupakan salah satu pintu masuk untuk mendapatkan pemimpin yang berkualitas. Sebab, secara ideal pemimpin yang lahir dari kancah partai politik sedikit yang menegara. Namun begitu dalam kenyataannya partai politik saat ini belum sepenuhnya mampu menerapkan merit-system dalam menyeleksi kader-kadernya. 'emimpin yang dihasilkan oleh partai politik saat ini masih kerap dianggap bukannya seorang pemimpin yang andal, tahan banting, dan mengakar, tapi lebih kepada pemimpin yang kerap salah menerjemahkan arti kepemimpinannya sehingga menjadi kepemilikan personal.
lahir adalah bersifat semu, sebab prosesnya topdown, bukan pemimpin yang lahir dan merangkak dari ba!ah #rahim rakyat$. 'emimpin yang demikian itu akan senantiasa menghamba ke atas, ketimbang memilih memperhatikan rakyat kecil. (arena itu, penting artinya untuk menerobos sekatsekat yang membuat buntu peluang dan kesempatan bagi negeri ini untuk memunculkan kader-kader pemimpin di masa datang. paya represif, depolitisasi, dominasi, korporatisasi, dan patronasi seperti di masa lalu perlu segera dihilangkan atau dijauhkan dari kehidupan di alam demokrasi ini. Sebab, itu hanya akan mempersempit ruang dan peluang bagi lahirnya pemimpin masa depan. Watak demokratis Salah satu kanal utama kaderisasi dan seleksi pemimpin dalam sistem kenegaraan yang demokratis adalah partai politik. ntuk saat ini yang penting dilakukan oleh partai politik adalah bagaimana memulai menata diri agar proses seleksi kepemimpinan di tingkat partai mampu melahirkan pemimpin yang berkualitas dan menjadi kebutuhan bangsa saat ini. Lantaran itu, dinamika kehidupan di partai politik haruslah diarahkan kepada cerminan kehidupan demokrasi yang sesungguhnya. *eranjak dari partai politik inilah sesungguhnya sikap dan perilaku demokratis harus dimulai dan dipraktikkan. ika dinamika kehidupan partai politik sendiri masih jauh dari aturan demokrasi, maka jangan berharap akan lahir pemimpin politik yang demokraits dari sana. Semua itu nantinya akan tecermin pada bagaimana partai politik mengatur mekanisme seleksi calon presiden yang akan datang di dalam partai politik tersebut. Langkah penting lainnya adalah partai politik mesti memiliki otonomi yang maksimal dari segala pengaruh buruk dan campur tangan kekuasaan dalam berbagai hal, termasuk seleksi pemimpin. ntuk itu, tradisi restu-restuan dari pemegang kekuasaan terhadap kepemimpinan dalam lingkup baik organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, bisnis, militer dan mahasis!a perlu segera ditanggalkan. (ebebasan dalam berserikat dan berkumpul merupakan jalan bagi memperbanyak kantong-kantong kaderisasi dengan !atak yang egaliter, demokratis, dan pluralis.
%al yang sama juga dapat kita temukan di sejumlah lahan penggodokan pemimpin seperti di militer, perguruan tinggi, ormas, birokrasi, organisasi bisnis, bahkan di le)el mahasis!a sekalipun. *aik militer, perguruan tinggi, ormas, birokrasi, organisasi bisnis, maupun mahasis!a kerap tidak kuasa melahirkan sosok pemimpin yang diharapkan. *ahkan tidak sedikit pemimpin yang lahir dari lahan ini kerap terjebak oleh pusaran konflik yang berkepanjangan.
+i sinilah sesungguhnya peran signifikan dari sebuah organisasi politik seperti partai politik dalam memunculkan kader-kader pemimpin yang andal, cakap, dan memiliki kemampuan manajerial yang sangat dibutuhkan untuk mengelola negeri ini kelak. 'roses tersebut juga mesti dibarengi dengan langkahlangkah yang demokratis pula. Sehingga, bentukbentuk pengerahan massa sebagai aksi show of force dan menghadirkan !atak dan !acana militerisme dan kultur kekerasan dengan jalan membentuk pasukan paramiliter bisa mengurangi citra demokratis bagi sebuah partai. /api akan lebih tepat sasaran dan kontekstual jika partai politik melakukan kaderisasi dari seleksi pemimpinnya dimulai dari ba!ah, semisalnya melalui kon)ensi partai, sehingga pemimpin yang dihasilkan akan kuat mengakar ke ba!ah sekaligus dapat menopang ke atas.
+i sinilah sesungguhnya a!al kita rasakan bah!a ternyata rekayasa politik yang dipraktikkan oleh otoritas politik di masa lalu sedemikian rupa telah memandulkan kaderisasi pemimpin di negeri ini. %anya orang yang berjarak dekat dengan kekuasaanlah yang akan secara maksimal memperoleh kesempatan menjadi pemimpin. Sehingga tidak heran jika karenanya, pemimpin yang
%emat saya, perbedaan yang mencolok dengan partai politik, apa yang terjadi di kalangan militer, kelompok bisnis dan birokrasi yang memiliki cara dan pola tersendiri dalam memunculkan kader-kadernya sebagai pemimpin. ara dan pola yang dikedepankan oleh militer, tentu, bisa sangat berbeda dengan tradisi di kelompok lain. /api justru inilah kelak yang menjadikan ndonesia semakin kaya, lengkap, dan
melimpah sumber daya pemimpin yang berkualitas. +i masa datang dalam kehidupan yang lebih demokratis pemimpin itu mesti lahir dari rahim institusi yang demokratis pula. 'roses dan jalan yang dilalui pun mesti melalui cara-cara demokratis. Sebab, pemimpin yang lahir dari proses dan institusi yang demokratis akan terukur aspek legitimasi, akseptabilitas, dan akuntabilitasnya di hadapan publik. 1leh sebab itu, betapapun ia seorang jenderal militer, pebisnis, cendekia!an, dan mahasis!a sekalipun -dalam konteks negara demokrasi -- jika menginginkan jabatan sepenting presiden di negara demokrasi, maka mesti ikut terlibat dan berjuang dulu di arena pemilihan umum untuk mendapatkan suara atau dukungan politik secara riil dari rakyat. +engan begitu pemilihan umum inilah yang secara elementer menjadi kanal bagi semua pintu kaderisasi pemimpin bangsa. Wallahu a'lam. Berita Lain : Memimpin Dengan Akal 'arodi yang dilontarkan +r (unto!ijoyo #Republika, 3$ terhadap kesediaan Nurcholish "adjid sebagai capres 2004 mendatang, menarik ditanggapi. +r (unto, boleh jadi me!akili kalangan yang selama ini juga menentang pencapresan Nurcholish. +i antara alasan-alasan yang sejauh ini mengemuka di lembaran pers adalah bah!a5 Nurcholish tidak punya massa akar rumput, berbeda dengan (% &bdurrahman 6ahid atau "ega!ati Soekarnoputri yang massanya sangat jelas 7bisa berarti terbatas89. Nurcholish juga dianggap tidak didukung oleh partaipartai yang akan menjadi kendaraannya ke istana, sehingga pencapresannya dinilai mengada-ada. /anpa dukungan partai, dan tanpa massa akar rumput yang jelas, secara logika matematika, Nurcholish akan gugur dan dipermalukan di tengah jalan. *egitu pikir mereka. (unto!ijoyo tidak terjatuh pada penilaian naif semacam itu, yang mereduksi dinamika politik menjadi sekadar persoalan matematika sekolah dasar. +alam politik, matematika punya rumusannya sendiri. (unto berada di barisan mereka yang menolak pencapresan Nurcholish karena merasa ia adalah guru bangsa, bega!an, yang dimiliki bangsa ini sehingga lebih baik kalau ia memilih menjadi orang baik-baik dan oase moral di luar gelanggang politik praktis yang nista dan kotor.
itu. 'esan itu ter lalu mulia untuk ditolak. /api ada banyak adegan yang luput dari sorotan sang sutradara teater. a lebih banyak menyorot kemungkinan alur cerita menjadi nga!ur #bak sang dalang yang kesurupan$, dan bukan mengimbuhi alur cerita dengan pesan-pesan berbobot, sehingga makna cerita tidak terlindas oleh adegan itu sendiri. (aliber seperti (unto!ijoyo layaknya tidak bicara politik pada tataran rendah, yakni apa yang #buruk$ sekarang sedang terjadi #misalnya rakyat tidak mengerti apa-apa$, melainkan pada le)el yang lebih tinggi, yakni bagaimana keadaan kebodohan itu bisa diubah, ditransformasikan menjadi lebih baik. Seorang budaya!an layaknya mempersepsi politik pada tataran bagaimana politik itu didesain sebagai rencana kebudayaan yang baru, yang lebih mulia dan memuliakan manusia. +an itu mau tidak mau harus melibatkan manusia-manusia berkualitas filosof dan budaya!an semacam (unto!ijoyo sendiri. *anyak pengamat yang bilang dan memang sudah menjadi pengetahuan umum bah!a politik saat ini bukan lagi tempat yang ideal untuk me!ujudkan gagasan-gagasan luhur dan cita-cita mulia sebagaimana diusung oleh para filosof dari 'lato hingga "uhammad =bal. "elainkan, sekadar tempat untuk para demagog membodohi dan mengelabui rakyat, tempat para petualang berebut uang dan jabatan, dan para hedonis meraih kenikmatan dan kesenangan hidup secara mudah. 'epohonan politik telah dicabut dari akar kemuliaannya sehingga ranting-ranting maknanya kering, daun-daun kebijakannya berguguran, dan buah keadilannya mati. ni adalah pengkhianatan terbesar terhadap para filosof agung yang mendambakan nilai kemanusiaan melalui hidup berpolitik #zoon politicon). Filosof seperti Al-Farabi memimpikan !egara "tama karena ia merupakan sumber kebaikan. !egara yang rusak akan melahirkan kerusakan di tengah masyarakat. #e$ahatan dan permusuhan yang ter$adi di tengah-tengah masyarakat merupakan cerminan dari wa$ah negara itu sendiri. %egitu pula korupsi& perampokan& kecurangan& antara masyarakat dan negara saling memantulkan wa$ahnya di muka cermin besar kehidupan sosial.
&lasan penolakan yang dikemukakan (unto!ijoyo sebenarnya implisit saja, karena ia menuangkannya dalam artikel yang lebih menyerupai naskah teater ketimbang tulisan ilmiah. *agi (unto!ijoyo, Nurcholish itu terlalu abstrak untuk menjadi presiden sehingga tidak akan dimengerti oleh rakyat banyak. Nurcholish yang digambarkan selalu membolak-balik buku 'lato tentang rumusan :filsuf-raja: atau :raja-filsuf:, tidak akan bisa berkomunikasi dengan petani, buruh, nelayan, dan lain-lain.
aka& di tengah kebobrokan dan keamburadulan seperti itulah kita sesungguhnya $ustru membutuhkan seorang filosof dan moralis. Amien Rais pernah mengatakan bahwa ikan busuk dimulai dari kepalanya. (elama *-an tahun budaya korupsi mera$alela akibat para pemimpin yang mentalnya memang korup. #arena itu kepala +ikan) harus dipotong& sebelum semua tubuhnya ikut membusuk.
+alam suatu pertemuan dengan para petani, seperti dituturkan dalam skenario teater itu, alih-alih mengerti omongan sang bega!an, para petani itu malah berteriak-teriak #uu, uuu, uuu...$ dan melemparkan sandal, kotak teh, sampah, sehingga sang bega!an dan para cantriknya lari tunggang langgang. &khirnya (unto!ijoyo berkesimpulan bah!a Nurcholish lebih baik tetap setia pada umat; jangan sampai kehilangan yang besar gara-gara mengejar yang kecil.
,ara filosof menyamakan negara dengan tubuh manusia. ika yang men$adi pemimpin adalah anggota tubuh seperti perut& maka pemimpin akan cenderung rakus. ni adalah pangkal korupsi. ika yang memimpin dada& maka ia akan pongah dan sombong. ika yang memimpin adalah kelamin maka ia akan cenderung memuaskan syahwatnya +para ra$a masa silam yang memiliki banyak selir masuk dalam kelompok ini). ika yang memimpin adalah akal& maka sang pemimpin itu akan adil dan bi$aksana karena memimpin dengan penuh pertimbangan.
Politik rendah, politik tinggi
Nurcholish vs hedonisme politik ,ilihan banyak orang kepada figur !urcholish ad$id
tentu bukan tanpa alasan. #risis bangsa yang kini mulai disadari sebagai bersumber dari krisis moral telah memaksa orang untuk mencari figur moralis. /an pilihan itu $atuh kepadanya. (ebagaimana para pendahulunya& !urcholish adalah fisosof yang beker$a. a menolak kehidupan uzlah +mengasingkan diri) total seperti yang dihayati para sufi ekstrem. (ebaliknya& ia menggagas neo-sufisme yang mengan$urkan hidup bertasawuf secara sosial. a dikenal sebagai figur ino0atif dan punya 0isi kebangsaan yang ta$am. (elain itu& ia $uga dikenal bersih& $u$ur& dan bisa men$adi teladan. %agi filosof& keteladanan pemimpin sangat utama. 1idak mengherankan $ika se$arah filsafat politik slam didominasi oleh pandangan tentang pentingnya figur pemimpin& karena ia membawa amanat suci kemanusiaan melalui politik. Amanat suci tidak bisa ditunaikan oleh para pemimpin politik yang dungu& dan yang hanya men$adikan politik sekadar sebagai sarana untuk meraup kekuasaan dan harta. (emua kerusakan masyarakat berhulu pada rusaknya negara. 2akni& tatkala politik lebih banyak dikendalikan oleh otot& bukan otak. (ehingga yang berkuasa sesungguhnya adalah para preman dan petualang. ,olitik telah kehilangan kesuciannya sebagai amanah rakyat. #arena itu orang tidak lagi malu berbuat curang& karena kecurangan dan kebaikan telah men$adi samar. oralitas politik benar-benar telah $ungkir balik. 1api $ustru kondisi rusak semacam itulah yang tampaknya menguntungkan para oportunis& koruptor& petualang& demagog& dan preman. ereka hidup di dalam kubangan politik yang telah direduksi maknanya men$adi hanya satu dimensi3 ,olitik adalah kotor4 aka& orang baik-baik sebisa mungkin harus dicegah masuk ke dalam kekuasaan& karena ia akan menularkan kebaikan. /an kebaikan di panggung kekuasaan berarti malapetaka buat mereka. asuk akal +5) kalau kemudian banyak politisi yang menolak figur seperti !urcholish& lantaran ia akan men$adi ancaman bagi kelangsungan hedonisme politik yang korup yang ditegakkan atas nama rakyat dan massa pendukung. (ayangnya& para pengamat dan intelektual banyak yang tertipu oleh retorika kaum politikus. ereka ikut mencegah orang baik-baik mengendalikan politik& dan membiarkan politik yang mulia dikendalikan oleh orang-orang yang kurang nalar& korup& dan tidak punya komitmen moral. ,ara filosof slam seperti bn (ina& bn Rusyd& bn %a$ah& ter$un ke panggung kekuasaan men$adi wa$ir +perdana menteri) dengan tu$uan mulia menegakkan negara utama. %egitu $uga ohammad 6atta& !elson andela& 7acla0 6a0el& adalah para pemikir yang mampu men$adi pemimpin negara. ereka bukan para pemimpin tipe perut& dada& atau syahwat& melainkan pemimpin tipe akal yang mengedepankan power of idea. #enapa kita harus alergi melihat seorang mpu-nya power of idea seperti !urcholish ad$id mau turun gunung memimpin negeri +yang nyaris bangkrut) ini5 ahasiswa ,rogram ,asca (ar$ana Filsafat slam slamic 8ollege for Ad0anced (tudies +8A()
Berita Lain : Kejahatan, Terorisme, dan Agama 'roblema kejahatan rasanya bersifat perennial dan kontekstual yang tak henti menjadi bahan diskusi paling hangat dalam setiap disiplin keilmuan maupun pada tataran riil kehidupan. (ejahatan telah sedemikian lama melekat dan me!arnai hidup manusia yang bisa me!ujud sebagai pembunuhan, penindasan, pemerkosaan atau bahkan dalam bentuk ritual kebudayaan dan keagamaan yang menjadi simbolisasi bagi pengorbanan maupun pengabdian. 'emahaman kejahatan berlangsung dalam tema yang menukik pada esensi manusia sendiri bah!a di dalam diri manusia berbaur antara sifat kebaikan dengan kejahatan. *ahkan seperti pada mitologi *abilonia dan %elenisme menganggap manusia pertama telah lahir memba!a benih kejahatan. 'endeknya, ada simbolsimbol dan mitologi yang mendasari tema kejahatan, tetapi barangkali yang riil adalah bah!a kejahatan selalu menyertakan kekerasan. +an kecenderungan kejahatan yang paling popular saat ini mungkin adalah terorisme. Lalu bagaimana agama memahami realita kejahatan yang termasuk di dalamnya tindakan kekerasan dan terorisme. >ra kebangkitan agama seperti didengungkan oleh beberapa pemikir de!asa ini, setidaknya telah memba!a persoalan kejahatan ini pada !ilayah keagamaan. *etapa pun, hal ini sudah barang tentu membutuhkan uraian tersendiri. Sebab pemahaman kejahatan bisa bersifat subjektif, oleh karena terdapatnya tujuan lain yang barangkali dipandang sebagai suatu kemuliaan dalam melakukan kejahatan. /entu saja, tujuan lain dalam hal ini bukan didorong oleh suatu keterpaksaan #dharurat $, tetapi kejahatan sebagai suatu pilihan sadar yang dilakukan tanpa keterpaksaan. 'ada umumnya, terorisme berpijak pada ideologi yang menjadikan pelakunya bertindak separatis, anarkhis, pemberontak, nasionalis, re)olusioner atau pemeluk agama yang radikal.
oleh aliran ataupun agama. Sebab dikristalisasikan oleh empati kemanusiaan yang sifatnya uni)ersal. 1leh karenanya, persoalannya bukan bagaimana agama bisa menjadi alat legitimasi pada suatu tindakan kekerasan misalnya dalam kasus samah bin Ladin , tetapi bagaimana eksistensi agama di tengah membuncahnya kekerasan. &gama sudah tentu bertolak belakang dengan kekerasan. (arena agama di!ahyukan untuk penyelamatan dan pembebasan umat manusia dari segala bentuk kehancuran moralitas. &gama dalam hal ini menyertakan ajarannya melalui cinta kasih dan penguatan rasa kemanusiaan yang diarahkan demi tujuan transendental. +alam konteks ini, rasanya musykil bila agama dikaiteratkan dengan suatu tindakan kekerasan atau terorisme. adi, bukan sakralisasi agama yang lantas menjadi alat untuk melakukan tindakan kekerasan. Sakralisasi agama hanya me!ujud dalam ruang-ruang subjekti)itas diri manusia yang dikaitkan dengan kekuatan transenden. "aka melalui sakralisasi diri manusia ini, agama akan menjadi suatu tindakan kesalehan dan bagian dari penyucian diri yang terus menerus. "elalui inilah, agama sekaligus akan memberikan makna hakiki bagi eksistensi manusia, serempak memberikan kenyamanan bagi seluruh alam semesta. Solusi Islam /erorisme yang seringkali dikaitkan dengan slam, sebenarnya memerlukan pengkajian yang lebih mendalam lagi. &pakah slam mendukung terorisme, tentu saja suatu pertanyaan yang bersifat tendensius. 6alaupun, pada kenyataannya, saat ini banyak terorisme yang dilakukan oleh kelompok maupun indi)idu muslim, namun kenyataan tersebut tidaklah me!akili keseluruhan dari pandangan umat slam, apalagi ajaran slam sendiri. Sebab pada kenyataannya pula, terorisme banyak dilakukan oleh umat beragama lain. (alau tindakan terorisme dikaitkan dengan bangkitnya fundamentalisme agama, sudah tentu ini bersifat umum, dalam artian seperti penelitian (aren &mstrong fundamentalisme ada pada semua agama. +engan demikian, cap terorisme terhadap slam an sich jelas jelas menunjukkan suatu pretensi yang tidak bertanggung ja!ab, malah hanya mengaburkan terhadap makna kekerasan yang menggejala de!asa ini. +i dalam slam, istilah yang selalu diangkat dalam konteks terorisme adalah jihad. Sudah terlalu sering pemaknaan jihad ini ditampilkan baik secara filosofis, yuridis maupun sosiologis. +alam masyarakat muslim sendiri saat ini tampak ada perbedaan pandang dalam memaknai konsep jihad serta munculnya apa yang sering disebut di media massa sebagai kekerasan atas nama agama. "ungkin seperti disebut oleh 6illiam Liddle bah!a dalam komunitas umat slam terdapat pemahaman keagamaan yang skripturalis dan substansialis. 'ada dasarnya, pemilahan pemahaman tersebut tidak terlalu signifikan. &rtinya, pemilahan tersebut sangat ra!an terhadap pembelokan pemahaman yang hakiki terhadap kondisi sebenarnya umat slam. Lebih jauh, pemilahan tersebut bisa saja memba!a pada suatu kontaminasi arti terhadap ajaran slam sendiri, sehingga menimbulkan kesalahpahaman yang ujungnya pada bentuk tipologi sempit terhadap slam dan umat slam.
/api, lebih dari itu, yang terpenting untuk diangkat adalah penolehan kembali pemaknaan terhadap konsep jihad kepada pemikiran klasik yang sudah sekian lama ditulis dan dipaparkan oleh para ulama yang otentik dan kredibel. ni semacam langkah kembali pada nilai-nilai pemahaman klasik untuk menjumput hikmah yang tersembunyi dan seringkali hikmah tersebut justru diabaikan oleh pemahaman moderen dan kontemporer. +alam kitab klasik 'anah al-1halibin, disebutkan bah!a hukum jihad adalah fardhu kifayah. Sedangkan jenis jihad sendiri ada beberapa bentuk yaitu proklamasi keyakinan religius, penegakan syariat &llah, perang di jalan &llah, memberikan perlindungan kepada !arga baik muslim maupun non muslim dengan menyediakan fasilitas kebutuhan primer, menyediakan obat-obatan dan biaya pengobatan. +i sini tampak jelas bagaimana ulama memahami jihad secara luas. ihad dalam konteks perla!anan memang tetap menjadi jenis jihad yang diperlukan. &kan tetapi, perla!anan dalam arti defensif, bukan ofensif. +an secara substansial adalah bah!a jihad selalu harus digayutkan dengan persoalan kemanusiaan dengan segala permasalahan dan kebutuhan yang sifatnya konkret. 6alhasil, perbincangan tentang kejahatan terorisme di dalam slam perlu dikembalikan pada pemaknaan jihad secara esensial. /erorisme sebagai bentuk kejahatan memang mempunyai bentuknya yang beraneka. &da terorisme yang dilakukan negara dan ada yang dilakukan oleh indi)idu atau kelompok di luar negara. /api dari pemetaan teror isme tersebut yang patut digarisba!ahi bah!a terorisme selalu memakan korban rakyat yang tak berdosa. nilah yang perlu menjadi landasan bag i pengambilan keputusan hukum dan agama. ontohnya, in)asi &merika ke rak yang memba!a malapetaka ribuan rakyat sipil. Seperti juga, soal @&", bisa disebut terorisme karena bersifat separatis ingin memisahkan dari !ilayah negara kesatuan < yang secara yuridis dan agama merupakan bentuk final tempat mengayomi semua !arga negara termasuk umat slam ndonesia.
L *ari pemikiran unidimensional ke paradoksikal >emerlukan kredibilitas pribadi dan kapabilitas organisasi