KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas kesempatan dan kesehatan yang diberikan-Nya Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang “Penerapan Teknologi Tepat Guna pada Pelayanan Kebidanan” . Dari berbagai sumber yang penulis kutip dan sehingga terbentuknya suatu makalah ini Semoga makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat meskipun makalah ini masih banyak kekurangannya. Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih atas kerjasama kelompok dan support dari pembimbing. Kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis agar makalah ini menjadi sempurna.
Malang, 08 November 2018
Penulis
i
DAFTAR ISI
.................................................................. ............................................ .......................... .... i KATA PENGANTAR ............................................ DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ........................................ .................. ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................. .................................................................................. ......................... ... 1
1.1
Latar Belakang .......................................... ................................................................ ............................................ ......................... ... 1
1.2
Tujuan ............................................ ................................................................... ............................................. .................................... .............. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................... ................................................................. ............................................ ...................... 3
2.1
Definisi Skrining .......................................... ................................................................ ............................................ ...................... 3
2.2
.................................................................. .............. 4 Tujuan dan Manfaat Skrining .....................................................
2.4
Proses Pelaksanaan Skrining ............................................................. .................................................................... ....... 6
2.5
.................................................................................. ................................. ........... 7 Deteksi Dini. ............................................................
2.6
................................................................. ........................................ .................. 8 TujuanDeteksiDini ...........................................
2.7
........................................................... .................. 8 Contoh pemanfaatan Deteksi Dini .........................................
2.8
Sistem Metode One Way Text Massaging Program ................................ 9
.................................................................. ............................................ ........................... ..... 13 BAB III PENUTUP ............................................ 3.1
................................................................................... ............................... ......... 13 Kesimpulan. .............................................................
3.2
Saran ........................................... ................................................................. ............................................ ...................................... ................ 13
................................................................... ............................................. ........................ 15 DAFTAR PUSTAKA ............................................
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dekade, angka penderita kanker leher rahim di negara-negara maju mengalami penurunan yang tajam. Di Amerika Serikat, dalam 50 tahun terakhir insiden kanker leher rahim turun sekitar 70%. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya program deteksi dini dan tatalaksana yang baik. Sebaliknya, di negara-negara berkembang, angka penderita penyakit ini tidak mengalami penurunan, bahkan justru meningkat akibat populasi yang meningkat (Eaker et al., 2001). Banyak alasan yang menyebabkan masih tingginya angka penderita. Diantara alasan alasa n tersebut adalah belum adanya sistem pelayanan yang terorganisasi baik mulai dari deteksi dini sampai penanganan kanker leher rahim stadium lanjut. Selain itu terbatasnya sarana dan prasana termasuk tenaga ahli yang kompeten menangani penyakit penyakit ini secara merata merata menjadi tantangan tersendiri (Eaker et al., 2001). Screening atau uji tapis adalah suatu usaha mendeteksi atau menemukan penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala atau tidak tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara singkat dan sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita (Noor, 2008). Screening test merupakan suatu tes yang sederhana dan relatif murah yang diterapkan pada sekelompok populasi tertentu (yang relatif sehat) dan bertujuan untuk mendeteksi mereka yang mempunyai kemungkinan cukup tinggi menderita penyakit yang sedang diamati (disease under study) study ) sehingga kepada mereka dapat dilakukan diagnosis lengkap dan selanjutnya bagi mereka yang menderita penyakit tersebut dapat diberikan pengobatan secara dini (Noor, 2008).
1
Strategi paling efektif dalam menanggulangi kanker payudara adalah pencegahan sekunder, yaitu upaya deteksi dini dan pengobatan segera. Penemuan mammografi adalah terobosan terbesar dalam sejarah penanganan
kanker
payudara.
Pemeriksaan
mammografi
dapat
menemukan kanker payudara sebelum timbul keluhan ata u disebut dengan stadium praklinis. Oleh karena itu screening test merupakan cara yang paling tepat dalam usaha pencegahan penyakit berbahaya yang terkadang tanpa menunjukkan gejala. 1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi skrining dan deteksi dini 2. Mengetahui tujuan dan manfaat skrining dan deteksi dini 3. Mengetahui syarat skrining dan deteksi dini 4. Mengetahui proses pelaksanaan skrining dan deteksi dini
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Skrining
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab, 2009). Tes skrining merupakan salah satu cara yang dipergunakan pada epidemiologi untuk mengetahui prevalensi suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan ketika angka kesakitan tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius yang memerlukan penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis definitif (Chandra, 2009). Berbeda dengan diagnosis, yang merupakan suatu tindakan untuk menganalisis suatu permasalahan, mengidentifikasi penyebabnya secara tepat untuk tujuan pengambilan keputusan dan hasil keputusan tersebut dilaporkan dalam bentuk deskriptif (Yang dan Embretson, 2007). Skrining bukanlah diagnosis sehingga hasil yang diperoleh betul-betul hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan tes skrining tertentu, sedangkan kepastian diagnosis klinis dilakukan kemudian secara terpisah, jika hasil dari skrining tersebut menunjukkan me nunjukkan hasil yang positif (Noor, 2008). Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk menghambat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit” untuk menyebut setiap peristiwa dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya atau setiap komplikasinya. Pada umumnya, skrining dilakukan hanya ketika syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan, terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu-individu pada suatu tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasi, 3
dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit (Morton, 2008). 2.2 Tujuan dan Manfaat Skrining
Skrining mempunyai tujuan diantaranya (Rajab, 2009): 1. Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan. 2. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat. 3. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin. 4. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan
pengamatan
terhadap gejala dini. 5. Mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti. Beberapa manfaat tes skrining di masyarakat antara lain, biaya yang dikeluarkan relatif murah serta dapat dilaksanakan dengan efektif, selain itu melalui tes skrining dapat lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat dan situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha penanggulangan penyakit yang akan timbul. Skrining
juga dapat
mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala ditemukan sedangkan pengobatan lebih efektif ketika penyakit tersebut sudah terdeteksi keberadaannya (Chandra, 2009). 2.3 Syarat Skrining
Untuk dapat menyusun suatu program penyaringan, diharuskan memenuhi beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes penyaringan, antara lain (Noor, 2008): 1. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut. 2. Tersediannya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang dinyatakan menderita penyakit yang mengalami tes.
4
Keadaan penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang dipilih. 3. Tersediannya fasilitas dan biaya bia ya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan positif serta tersediannya biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif melalui diagnosis klinis. 4. Tes penyaringan terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus. 5. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standard untuk mengetahui apakah di suatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau malah bertambah frekuensi endemiknya. 6. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat diterima oleh masyarakat secara umum. 7. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui dengan pasti. 8. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. 9. Biaya yang digunakan dalam melaksanakan tes penyaringan sampai pada titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut. 10.
Harus dimungkinkan untuk diadakan pemantauan ( follow ( follow up) up)
terhadap
penyakit
tersebut
serta
penemuan
penderita
secara
berkesinambungan. Melihat hal tersebut penyakit HIV/AIDS dan Ca paru serta penyakit yang tidak diketahui pasti perjalanan penyakitnya tidak dibenarkan untuk dilakukan skrining namun jika dilihat dari sisi lamanya perkembangan penyakit, HIV/AIDS merupakan penyakit yang memenuhi persyaratan skrining (Noor, 2008).
5
2.4 Proses Pelaksanaan Skrining
Bagan proses pelaksanaan skrining (Noor, (Noor, 2008). Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik spesi fik dan bila hasilnya positif dilakukan pengobatan secara intensif, sedangkan seda ngkan individu dengan hasil tes negatif dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita terjaring. Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila suatu penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada wanita dewasa) maupun secara random yang sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak untuk lebih dari satu penyakit (Noor, 2008). Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan
6
tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses skrining adalah pemeriksaan pada tahap pertama (Budiarto dan Anggraeni, 2003). Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laboratorium atau radiologis, misalnya : a. Pemeriksaan gula darah. b. Pemeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit TBC. Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan : 1) Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan diagnostik). 2) Tidak mahal. 3) Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan 4) Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa (Budiarto dan Anggraeni, 2003). Contoh pemanfaatan skrining :
Mammografi untuk mendeteksi ca mammae
Pap smear untuk mendeteksi ca cervix
Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi deabetes mellitus
Pemeriksaan urine untuk mendeteksi kehamilan
Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner (Bustan, 2000).
2.5 Deteksi Dini
Deteksi penyakit atau
dini
ialah
kelainan
usaha
untuk
yang secara
mengidentifikasi/mengenali
klinis
belum
jelas,
dengan
menggunakan tes (uji), pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk u ntuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat, benar-benar sehat, dan yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan
7
2.6 TujuanDeteksiDini
Deteksi dini bertujuan dini bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit pada stadium yang lebih awal atau dengan kata lain menemukan adanya kelainan sejak dini, Deteksi pada ibu hamil mengandung makna : a) Deteksi dini pada ibu hamil yang berisiko, akan dapat menurunkan
angka kematian ibu. b) Kehamilan merupakan hal yang bersifat fisiologis, tetapi perlu
perawatan dini yang khusus agar ibu dan janin sehat, se hat, tanpa pengawasan hal yang bersifat fisiologis dapat menjadi patologis. c) Bentu-bentuk komplikasi yang terjadi dalam kehamilan.
Kadar hemoglobin ibu kurang dari 8 gr%, tekanan darah ibu di atas 130/90 mmHg, terdapat udema diwajah, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada umur kehamilan lebih dari 32 minggu, sungsang pada primigravida, sepsis, prematur, gameli, janin besar, penyakit kronis pada i bu, riwayat obstetri buruk. 2.7 Contoh pemanfaatan Deteksi Deteksi Dini a. Bayi dan Balita
Pada bayi dan balita deteksi dini dapat dilakukan dengan menggunakan DDST (denver devolopmental screening test). Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang pada pada bayi :
Deteksi
dini
penyimpangan
pertumbuhan
yaitu
untuk
mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau buruk.
Deteksi
dini
mengetahui
penyimpangan gangguan
perkembangan
perkembangan
bayi
yaitu
untuk
dan
balita
(keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya dengar
Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu untuk mengetahui adanya masalah mental emosional ,autism dan gangguan pemusatan perhatian.
8
b. Pubertas
Gangguan pada masa puberitas sering kali diakibatkan oleh pola hidup remaja, dengan pola hidup yang sehat, akan mendapatkan tubuh yang sehat rohani dan jasmani.
Gangguan menstrasi yang dialami pada remaja putri dapat merupakan indikasi adanya gangguan pada organ reproduksi wanita.
Bidan dapat melakukan penyuluhan-penyuluhan, bimbingan pada remaja putri dalam konteks kesehatan reproduksi.
c. Klimakterium, menopause, dan senium.
Gangguan yang sering dialami pada masa ini adalah osteoporosis atau pengeroposan tulang, hipertensi dan lainlain.
Untuk melakukan deteksi dini pada masa ini salah satu program pemerintah yaitu posyandu lansia dapat merupakan solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara reproduksi sudah tidak dapat berperan, namun bukan berarti terbebas dari resiko gangguan reproduksi. Salah satunya penyakit kangker serviks atau mulut rahim biasanya terjadi pada masa ini. Pap smear merupakan salah satu cara untuk mendeteksi adanya kangker mulut rahim.
2.8 Sistem Metode One Way Text Massaging Program A. Definisi
Pesan text yang dikirimkan dalam frekuansi tertentu selama satu minggu oleh server, sms yang dikirim berupa pesan-pesan terkait kondisi adaptasi fisiologis dan psikologis dari ibu hamil (Jarrehtum, Titapant, Tienthal, Vibonchart, Chuenwattana & Chatchainoppakhun, 2008). Sistem ini hanya bersifat satu arah, artinya pengguna layanan hanya dapat menerima informasi yang diberikan namun tidak dapat mengirim sms balasan.
9
B. Manfaat/Kegunaan
Penggunaan pesan teks tidak membutuhkan biaya yang mahal sehingga memudahkan pemberian informasi kesehatan kepada pengguna ponsel. Selain itu penggunaan short message service (sms) yang
dilakukan
oleh
tenaga
kesehatan
lebih
efektif
dalam
meningkatkan kunjungan klien ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan penggunaan phone reminder (Chen, Fang, Chen, & Dai, 2008). Penelitian lain yang dilakukan oleh Costa, Salomao, Martha, Pisa, Sigulem, (2009) menunjukkan bahwa pengiriman pengingat janji kunjungan
dengan
menggunakan
text
messenger
mampu
meningkatkan kunjungan klien ke klinik. C. Subsistem yang terdapat pada layanan SMS
1.
SME (Short Message Entity), merupakan tempat penyimpanan dan pengiriman message yang akan dikirimkan ke MS tertentu.
2.
SC (Service Centre), bertugas untuk menerima message dari SME dan melakukan forwarding ke alamat MS yang dituju.
3.
SMS-GMSC
(Short
Message
Service-Gateway
SMC
),
melakukan penerimaan message dari SC dan memeriksa parameter yang ada. Selain itu GMSC juga mencari alamat MS yang dituju dengan bantuan HLR, dan mengirimkannya kembali ke MSC yang dimaksud. 4.
SMS – IWMSC (Short Message Service – Interworking MSC), berperan dalam SMS Message Origiating , yaitu menerima pesan dari MSC
10
Gamnbar 1 : Cara mendaftar layanan sms one way Setiap jaringan telepon seluler memiliki satu atau lebih service senter yang berfungsi untuk menyimpan dan meneruskan ( store ( store and forward fashion) pesan dari pengirim ke pelanggan tujuan, sebagai Interface antara PLMN ( public land mobile network) GSM dengan berbagai sistem sis tem lainnya, la innya, seperti : elektronic mall, faximile, atau suatu content provider. SC tersambung ke PLMN melalui BSC. D. Kemungkinan Pengembangan Tekhnologi
Kemajuan tekhnologi informasi saat ini menuntut tenaga kesehatan untuk mengembangkan pelayanan kesehatan yang mudah dan mampu meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan pelayanan
11
kesehatan. Salah satu tekhnologi yang berkembang cepat adalah telepon seluler atau ponsel, pengguna ponsel saat ini tidak hanya kalangan menengah keatas namun kalangan menengah kebawah saat ini juga memanfaatkan tehnologi ini. Sekitar 83% orang dewasa menggunakan ponsel dan 72% diantaranya memanfaatkan pesan teks untuk komunikasi dengan rata – rata – rata rata penggunaan 10 teks per hari. Tenaga meningkatkan
kesehatan
di
Indonesia
pemberian
pelayanan
diharapkan
kesehatan
sesuai
mampu dengan
pengembangan teknologi informasi. Penggunaan program SMS untuk prenatal care mampu memudahkan pemberian informasi dan edukasi bagi ibu hamil. Edukasi yang diberikan pada ibu hamil dapat berupa perubahan – perubahan – perubahan perubahan yang dialami selama hamil, serta perencanaan untuk persalinan, perawatan bayi, dan persiapan kontrasepsi untuk pasca persalinan. Prenatal care dengan SMS dapat diterapkan di Indonesia karena mudah dan tidak memerlukan banyak biaya, serta dengan gaya hidup masyarakat yang mayoritas memiliki telepon seluler. Program ini sangat tepat diterapkan pada rumah sakit pemerintah sehingga memudahkan dalam pemberian pendidikan kesehatan
dan
perencanaan
perawatan
kehamilan
dan
paska
melahirkan. Kemungkinan tekhnologi yang dapat berkembang setelah Sistem Metode One Way Text Massaging Program adalah suatu sistem yang dapat bersifat 2 arah, artinya sipenerima layanan juga dapat berkomunikasi 2 arah atau membalas informasi dari penyedia layanan agar lebih efektif. Selain itu tekhnologi kedepannya dapat dikembangkan dengan saling terkoordinasinya antara si penerima layanan, petugas kesehatan, dan layanan kesehatan/fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, klinik, BPM, dll).
12
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik pada satu atau sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit. Tujuan skrining adalah menemukan orang terkena penyakit sedini mungkin, mencegah
meluasnya
penyakit
dalam
masyarakat,
membiasakan
masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin, dan mendapatkan keterangan epodemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti. Sedangkan manfaat skrining adalah biaya yang dikeluarkan relatif murah, mendeteksi kondisi medis pada tahap awal sebelum gejala menyajikan sedangkan pengobatan lebih efektif daripada untuk nanti deteksi. Syarat yang harus diperhatikan dalam proses skrining adalah penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti, tersediannya obat yang potensial, fasilitas dan biaya untuk diagnosis, ditujukan pada penyakit kronis seperti kanker, adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. Proses skrining dilakukan dengan mengacu pada kriteria sensitivitas dan spesifisitas. 3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan ialah, kesehatan reproduksi sangatlah
memerlukan
perhatian
semua
pihak.
Pengetahuan
dan
pemahaman serta tanggung jawab yang tinggi sangat diperlukan dalam menangani masalah-masalah kesehatan reproduksi. Pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan sangat perlu diterapkan. Sehingga masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat kita perkirakan dan dapat kita tangani dengan baik sehingga tidak berakibat buruk pada masa kehidupan
13
selanjutnya. Demikianlah saran dari kami, jika ada kekurangan dari makalah ini kami menerima kritik dan saran yang membangun.
14
DAFTAR PUSTAKA ngantar E pi demi ologi logi E di si 2. Jakarta: Penerbit Budiarto dan Anggraeni, 2003. P enganta Buku Kedokteran EGC.
ng antar ntar E pi demi ologi . Jakarta: Rineka Cipta. Bustan. 2000. P enga lmu K edokter okter an P enceg nceg ahan & K omunita uni tass. Jakarta: Chandra, Budiman. 2009 . I lmu Penerbit Buku Kedokteran EGC. Eaker, E. D., Jaros L, Viekant R. A., Lantz P., Remington P. L., 2001. “A Controlled Community Intervention to Increase Breast and Cervical Cancer
J ournal urnal Pub P ublic lic Screening: Women’s Health Alliance Intervention Study.” Jo H ealth M anag anag ement P r acti actice ce. Morton, Richard, Richard Hebel, dan Robert J. McCarter. 2008. Panduan Studi
E pi demi olog log i dan B i osta statistika tisti ka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Noor, Nur Nasry. 2008 2008 . E pi demi ologi . Jakarta: Rineka Cipta.
log i untuk Ma M ahasi hasisw swa a K ebi danan nan. Rajab, Wahyudin. 2009. B uku A j ar E pi demi olog Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Yang dan Embretson. 2007. Construct Validity and Cognitive Diagnostic
Ass A sse essm ssment: nt: Theo Theor y and and App Applicat licati ons. New York: Cambridge University Press.
15