TEKNIK SAMPLING KARANG 13 05 2010 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem di wilayah pesisir yang dapat berkembang baik di daerah beriklim tropis khususnya Indonesia. Ekosistem ini memilki peran yang sangat penting dalam kelangsungan hidup ikan- ikan karang dan bermanfaat dalam menunjang kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Suharsono, (1996) menambahakan bahwa karang atau polip karang merupakan binatang yang sederhana , dimana sebagian besar dari polip karang terdapat sejumlah alga bersel tunggal yang disebut zooxhanthellae. Terumbu karang merupakan habitat, tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, serta pemijahan bagi biota yang hidup di terumbu karang. Untuk itu perlu dilakukan inventarisasi terumbu karang dengan cara melakukan kegiatan monitoring terumbu karang sehingga dapat diketahui kondisi ekosistem terumbu karang tersebut . Pada praktikum ini dilakukan metode LIT (Line (Line Intersept Transec) Transec) dan Point Transek untuk Transek untuk menghitung luas penutupan karang pada suatu perairan. 1.2 Tujuan 1. 2.
mengasah kemampuan identifikasi lifeform (bentuk hidup) dan genus biota habitat dasar. perhitungan untuk mengetahui persen penutupan ekosistem terumbu karang.
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Deskripsi terumbu karang Terumbu karang terbentuk dari asosiasi berbagai biota yang hidup dalam komunitas tropis oleh aktivitas biologi. Menurut Nybakken, (1992) terumbu adalah endapan yang berbentuk seperti batu yang terbentuk dari kalsium karbonat yang dihasil kan oleh karang. karang yang didapatkan terutama berasal dari karang (filum Cnidaria ) itu sendiri dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme- organisme lain yang menghasilkan kalsium karbonat. Istilah terumbu karang tersusun atas dua kata, yaitu terumbu dan karang, yang apabila berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda bila kedua kata tersebut digabungkan. Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu, karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang (gambar 1). Terumbu Reef
=
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia
navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air. Karang Coral
=
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip. Karang terumbu
=
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral). Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati. Terumbu karang
=
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenisjenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenisjenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton
Gambar 1. Ekosistem terumbu karang (atas), karang terumbu dan matriks terumbu (tengah), serta insert hewan karang (bawah)
1.2 Anatomi hewan karang Polip karang memiliki tiga lapisan tubuh yaitu ektodermis, mesoglea, dan endoder,mis. Ektodermis merupakan bagian terluar dari polip karang, dibagian ini terdapat mulut yang sama peranannya sebagai anus. Tentakel yang berada disekitar mulut memiliki sel mukus dan nematokis yang berperan dalam menangkap mangsa. Mesoglea merupakan jaringan penghubung antara bagian luar dan dalam pada polip karang. Jaringan ini terdiri atas sel- sel, serta kolagen dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang (kalsium karbonat). Pada bagian dalam polip karang, endodermis atau yang lebih dikenal dengan gastrodermis merupakan tempat tinggalnya alga zooxhanthellae. 1.3 Peranan dan manfaat terumbu karang Terumbu karang khususnya terumbu karang tepi dan penghalang, berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus laut yang kuat. Terumbu karang menrupakan habitat, tempat mencari makan, tempat asuhan dan pembesaran, serta pemijahab bagi biota yang hidup di terumbu karang. Terumbu karang dapat dimanfaatkan secara langung sebagai tempat panangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi, berbagai jenis ikan hias bahkan penjualan karang- karang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pemanfaatan secara tidak langsung terumbu karang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, bahan perhiasan dan bahan baku farmasi (Suharsosno, 1998). 1.4 Tipe-Tipe Pertumbuhan Karang Karang mempunyai variasi bentuk pertumbuhan individu maupun koloninya yang berkaitan erat dengan tata air dan pencahayaan dari matahari pada masing-masing lokasi. Beberapa contoh dari bentuk pertumbuhan karang dan karakteristik dari masing-masing genera menurut Dahl (1981) dalam Nurdianti (2000) yaitu : 1.
Tipe Bercabang (Branching)
Banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama pada bagian yang terlindung atau setengah terbuka. Biasanya bentuk ini menjadi tempat berlindung bagi karang. Cabang-cabang yang terbentuk memiliki ukuran yang lebih panjang dari di ameternya. 1.
Tipe Masif (Padat)
Karang ini berbentuk seperti bola, ukurannya dapat mencapai beberapa meter, banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan di atas lereng terumbu yang dewasa dan belum terganggu atau rusak. Permukaan karang tersebut halus dan padat. 1.
Tipe Kerak (Encrusting)
Pertumbuhan karang seperti kerak, biasanya menutupi permukaan dasar terumbu dan sangat tahan terhadap pukulan ombak. Permukaannya kasar dan berlubang-lubang dengan ukuran kecil . 1.
Tipe Meja (Tabulate)
Karang ini berbentuk menyerupai seperti meja dengan permukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang oleh sebuah batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar. 1.
Tipe Daun (Foliose)
Karang ini banyak ditemukan pada daerah lereng terumbu dan tempatnya terlindung. Bentuk pertumbuhannya seperti lembaran daun yang melingkar atau melipat. Memiliki ukuran yang relatif kecil, tetapi dapat membentuk koloni yang sangat luas. Karang daun ini juga sebagai tempat berlindung ikan dan biota lain. 1.
Tipe Jamur (Mushroom)
Karang ini pada umumnya berbentuk lingkaran atau oval, pipih dan liat dengan sekat-sekat yang beralur serentak dari sisi-sisinya dan bertemu pada bagian tengahnya di satu titik atau membentuk berkas yang kuat membagi sisi yang satu dengan yang lain menjadi dua bagian yang sama. 1.5 Formasi terumbu karang Nybakken (1992) mengelompokan formasi terumbu karang menjadi tiga kategori : 1.
Terumbu karang tepi ( Fringging Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya tidak lebih dari 40 meter. Terumbu ini tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka. 2. Terumbu karang penghalang ( barrier Reef), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh gobah (lagoon) dengan kedalaman 40-70 meter. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri pantai. 3. Atol merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memilki terumbu gobah
Gambar 2. Tipe-tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang tepi (kiri), terumbu karang penghalang (tengah), dan terumbu karang cincin (kanan). III. METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini digunakan beberapa macam alat diantaranya, yaitu : 1. 2. 3.
Sampel karang dan biota habitat dasar terumbu lainnya, Rol meter, ukuran 50 meter, Alat tulis dan lembar data,
3.2 Metode Pengambilan Data Metode monitoring terumbu karang terdiri atas dua, yaitu metode Line Intercept Transek (LIT) dan Point Transek. 3.2.1
Line Intercept transek (LIT)
Metode Transek garis Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang dengan melihat tutupan karang hidup, karang mati, bentuk substrat (pasir, lumpur), alga dan keberadaan biota lain. Spesifikasi karang yang diharapkan dicatat adalah berupa bentuk tumbuh karang (life form) dan dibolehkan bagi peneliti yang telah memiliki keahlian untuk mencatat karang hingga tingkat genus atau spesies. Pemilihan lokasi survei harus m emenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu pulau. Biasanya penentuan ini dilakukan setelah dilakukan pemantauan dengan metode Manta Tow. Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, palu dan pahat untuk mengambil sampel karang yang belum bisa diidentifikasi, dan kapal. Garis transek dimulai dari kedalaman dimana masih ditemukan terumbu karang batu (± 25 m) sampai di daerah pantai mengikuti pola kedalaman garis kontur. Umumnya dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 3 m, 5 m dan 10 m, tergantung keberadaan karang pada lokasi di masing-masing kedalaman. Panjang transek digunakan 30 m atau 50 m yang penempatannya sejajar dengan garis pantai pulau. Pengukuran dilakukan dengan tingkat ketelitian mendekati centimeter. Dalam penelitian ini satu koloni dianggap satu individu. Jika satu koloni dari jenis yang sama dipisahkan oleh satu atau beberapa bagian yang mati maka tiap bagian yang hidup dianggap sebagai satu individu tersendiri. Jika dua koloni atau lebih tumbuh di atas koloni yang lain, maka masing-masing koloni tetap dihitung sebagai koloni yang terpisah. Panjang tumpang tindih koloni dicatat yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa kelimpahan jenis. Kondisi dasar dan kehadiran Prosedur Analisa data
Data lifeform dan transisi tempat penggantian lifeform yang tedapat pada lembar data, selanjutnya dikelompokan sesuai dengan kategorinya masing-masing Setelah dikelompokan, masing-masing dari kategori tersebut (i) di hitung panjang total transisinya untuk memperoleh nilai presentase penutupan karang.
Berikut ini rumus persen penutupan karang (english, et sl., 1994): % penutupan jenis ke-i =
panjang total kategori ke-i
x 100 %
Panjang transek
Kriteria penutupan karang hidup ditentukan sebagai berikut : 75,0 % – 100 %
= sangat baik
75,0 % – 49,9 % = sedang 50,0 % – 24,9 % = baik 0,0 % – 24, 9 %
= buruk
Gambar 1. Cara pencatatan data koloni karang pada metode transek garis (English et al, 1994). Gambar 2. Koloni karang masif berukuran besar dianggap dua data, CM, apabila garis meteran melewati algae persis diatas koloni tersebut (English et al, 1994 ). 3.2.2
Point Transek
Prosedur praktikum :
Rentangkan rol meter diatas ekosistem terumbu karang dengan panjang 20 -30 m Perhatikan dan amati biota habitat dasar yang terbentang dibawah (menyinggung) rol meter tersebut Pengambil data dimulai dari titik nol per 50 meter, Jadi pencatatan untuk data kategori lifeform dan transisi tempat penggantian lifeform dilakukan setiap 50 meter sekali Data kategori lifeform biota habitat dasar dan transisi tempat penggantian lifeform dicatat dalam lembar data Pencatatan lifeform dan titik transisi tempat penggantian lifeform dilanjutkan hingga akhir plot Estimasi persentase penutupan terumbu karang
Prosedur analisa data : panjang total kategori ke-i % penutupan jenis ke-i =
x 100 % Banyanknya titik sampling
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Line Intercept Transek (LIT) Tabel 1. Data Pengamatan Karang dengan Metode LIT
Jarak (cm)
1
Kategori ditemukan SD
yang
Jarak (cm)
521
Kategori yang ditemukan ACB
Jarak (cm)
1446
Kategori yang ditemukan OT
10
CM
528
SD
1577
SD
14
SD
555
OT
1585
CM
29
ACB
597
SD
1650
SD
128
SD
605
CM
1661
ACT
134
CS
646
SD
1662
OT
260
SD
653
SP
1670
ACT
263
ACB
716
SD
1672
OT
234
SD
727
FOLIOS
1746
SD
243
ACB
866
SD
1759
CE
295
SD
879
ACB
1810
SD
305
Branching
1045
SD
1823
CF
347
SD
1050
CP
1862
SD
356
MS
1055
MS
1879
OT
408
SD
1069
CF
1899
SD
415
BRANCHING
1144
CD
1929
CE
472
SD
1154
CS
2000
SD
481
OT
1166
OT
497
SD
1251
OT
507
CS
1262
CM
515
SD
1429
SD
Tabel 2. Data Total Jarak dari Masing -masing Kategori yang ditemukan Kategori ditemukan
yang
Total Jarak (cm)
Kategori ditemukan
yang
Total Jarak (cm)
SD
-
ACT
19
ACB
46
MS
14
BR
17
CF
43
OT
170
CS
26
CM
36
CE
33
CD
75
SP
7
Tabel 3. Data Persentasi Penutupan Jenis dari kategori yang ditemukan Kategori
yang Persentasi Penutupan Kategori
yang Persentasi Penutupan
ditemukan
(%)
ditemukan
(%)
SD
-
ACT
0,95
ACB
2,3
MS
0,7
BR
0,85
CF
2,15
OT
8,5
CS
1,3
CM
1,8
CE
1,65
CD
3,75
SP
0,35
Persentasi Penutupan Karang Hidup (%)
24,3
Keterangan : ACD : Acropora Digitate
SC
: Soft Coral
ACB
: Acropora Branching
RB
: Rublbe
SD
: Sand
CE
: Encrusting
RC
: Rock
MS
CM
: Coral Masif
TB
: Tabulate
CS
: Coral Submasif
OT
: Other
SP
: Sponge
BC
: Branching
CD
: Coral Digitate
ACT
: Acropota Tabulate
CF
: Coral Folios
: Mushroom
Berdasarkan Tabel 3. Kita dapat mengetahui persentasi penutupan jenis dari beberapa kategori yang ditemukan dalam line transek . Kategori lifefrom yang ditemukan yakni jenis Acropora Tabulate, Acropora branching, Branching, , Coral Massive,Coral digitate, Massive, Coral Folios, Coral submasive, Coral Enchrusting, dan Sponge dan jenis lifefrom lainnya yang tidak temasuk di atas dikategorikan sebagai Other. Berdasarkan hasil perhitungan data lifefrom yang memiliki persentasi penutupan paling besar adalah jenis Others yang mencapai 8,5 %,sedangkan yang paling kecil presentasi penutupanya adalah Coral massive dimana persentasi penutupanya masing-masing adalah hanya 0,7 %. Sementara untuk persen penutupan karang adalah sebesar 24,3 %, ini berarti kondisi ekosistem terumbu karang berada dalam kondisi tertekan atau mengalami kerusakan. 4.2 Point Transek Tabel 4. Data Pengamatan dengan Metode Point Transek
Jarak (m)
Komponen ditemukan
Yang
Jarak (m)
Komponen ditemukan
0
sand
10
SD
0.5
sand
10.5
SD
1
sand
11
SD
1.5
sand
11.5
CS
2
ACB
12
SD
2.5
SD
12.5
SD
3
ACB
13
SD
3.5
MS
13.5
SD
4
SD
14
SD
4.5
SD
14.5
SD
5
DG
15
SD
5.5
OT
15.5
SD
6
CM
16
SD
6.5
SD
16.5
ACT
7
SD
17
SD
7.5
SD
17.5
CE
Yang
8
SD
18
SD
8.5
SD
18.5
SD
9
SD
19
SD
9.5
SD
19.5
SD
Tabel 5. Data Total Jarak dari Masing -masing Kategori yang ditemukan Kategori ditemukan
yang
Total Jarak (m)
Kategori ditemukan
yang
Total Jarak (m)
MS
0.5
CE
0,5
ACB
1
ACT
0.5
SD
15,5
CM
0.5
DG
0.5
OT
0,5
CS
0.5
Tabel 6. Data Persentasi Penutupan Jenis dari kategori yang ditemukan Kategori
yang Persentasi Penutupan Kategori
yang Persentasi Penutupan
ditemukan
(%)
ditemukan
(%)
ACD
1.25
EC
2.5
ACB
1.25
MS
1.25
SD
35
TB
1.25
RC
1.25
OT
5
CS
1.25
Persentasi Penutupan Karang Hidup (%)
13.75
Metode Point Transek dilakukan dengan mengamati wilayah yang berada dibawah atau menyinggung line transek . Pengamatan dilakukan per 50 cm, dimana setiap 50 cm dari panjang line transek dilakukan pecatatan terhadap komponen apa saja yang ditemukan. Berdasarkan Tabel 6. Dapat diketahui persentasi penutupan jenis dari beberapa kategori yang ditemukan dalam line transek . Dari metode ini diketahui kategori lifefrom yang memiliki presentasi penutupan jenis paling besar adalah jenis yang dikategorikan sebagai Other, presentasi penutupan jenisnya mencapai 5 %. Penutupan oleh pasir masih mendominasi dengan presentasi penutupan 35 %, sedangkan presentasi penutupan jenis karang adalah 13.75 %. Dari perbandingan persentasi tersebut dan dari tabel acuan
kategori persentasi penutupan jenis di atas maka dapat diketahui bahwa penutupan jenis karang dapat dikategorikan buruk. V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Pengamatan data ekosistem karang dilakukan dengan dua cara yaitu, metode Line Inercept Transek (LIT) dan metode Point Transek . Hasil pengamatan dan penganalisisan data dari sampling ekosistem karang menunjukkan bahwa kategori persentasi penutupan jenis karang baik itu dengan metode Line Inercept Transek (LIT) dan metode Point Transek menunjukan hasil yang sama yakni dapat dikategorikan buruk. Dari metode Line Inercept Transek (LIT) didapat prsentasi penutupan jenis karang sebesar 23.75 % dengan Jenis lifefrom yang dominan ditemukan adalah jenis Brancing sebanyak 6.45 %, sedangkan dengan metode Point Transek presentasi penutupan jenis karang mencapai 13.75 % dengan Jenis lifefrom yang dominan ditemukan adalah jenis yang dikategorikan seabgai Other yakni sebanyak 5 %. DAFTAR PUSTAKA Dahl, A. L., 1981. Coral Reef Monitoring Handbook . South Pacific Commission Noumea. New Caledonia. Johannes, R. E., 1972. The Metabolism of Some Coral Reef Communities: Team Study of Nutrien and Energy Flux at Eniwetok . Bioscience 22. 541-3. Nurdianti, Santi. 2000. Kondisi Terumbu Karang di Pulau Barrang Lompo Sulawesi Selatan. Skripsi . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Nybakken, JW.1982. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. [Alih bahasa: HM Eidman, dkk.1986] PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sukarno, 1995. Mengenal Ekosistem Terumbu Karang dalam Diktat Pelatihan Metodologi Penelitian Ekosistem Terumbu Karang. Puslitbang Oseanologi LIPI. Jakarta. English S., C. Wilkinson & V. Baker. 1994. Survey manual for tropical marine resources. ASEANAustralia Marine Science Project: Living Coastal Resources. Suharsono, 1994. Metode penelitian terumbu karang. Pelatihan metode penelitian dan kondisi terumbu karang. Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang: 115 hlm. Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan Oseanologi. Proyek penelitian dan Pengembangan daerah Pantai: 116 hlm.