SISTEM PENDETEKSI BANJIR DAN PERINGATAN DINI BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK DAN SMS GATEWAY UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) RAWAN BANJIR DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi syarat seleksi mahasiswa tingkat universitas
Disusun oleh: ARIFIANA SATYA NASTITI 1101134488
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO TELKOM UNIVERSITY BANDUNG 2016
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH
1. Judul Kegiatan : SISTEM PENDETEKSI BANJIR DAN PERINGATAN DINI BERBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK DAN SMS GATEWAY UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) RAWAN BANJIR DI INDONESIA
2. Penulis a. Nama Lengkap
: Arifiana Satya Nastiti
b. NIM
: 1101134488
c. Jurusan
: S1 Teknik Telekomunikasi
d. Universitas
: Universitas Telkom
e. Alamat Rumah dan No Telp./HP
:Pondok
Den
Ayi
PGA,
Jalan
Telekomunikasi 01, Dayeuh Kolot, Bandung / 08562203550 08562203550 f. Alamat Email
:
[email protected]
3. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar
:
b. NIDN
:
Bandung, 21 Maret 2016
Dosen Pendamping
Penulis
( Nur Nur Andini, S.T., M.T. M.T.)) NIDN. 0430108801
(Arifiana Satya Nastiti) 1101134488
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
(Dr. M. Yahya Arwiyah, SH, MH) NIP. 13571185-3 13571185-3
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha, karena ber kat kemurahanNya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Dalam karya tulis yang berjudul
“SISTEM PENDETEKSI BANJIR DAN PERINGATAN DINI
BEBASIS WIRELESS SENSOR NETWORK DAN SMS GATEWAY UNTUK DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) RAWAN BANJIR DI INDONESIA “ ini penulis membahas tentang permasalahan banjir yang kerap kali terjadi di Indonesia dan solusinya. Karya tulis ilmiah ini dibuat dalam rangka memenuhi syarat seleksi mahasiswa berprestasi tingkat kampus Telkom University. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Orang tua, Dosen pendamping, serta rekan-rekan yang selalu memberikan semangat. Dalam karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar karya tulis ini dapat lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bandung, 21 Maret 2016 Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
II
Kata pengantar
III
Daftar Isi
IV
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
1
1.2 Uraian Singkat Gagasan
2
1.3 Rumusan Masalah
3
1.4 Tujuan
4
1.5 Manfaat
4
1.6 Metodologi Penelitian
4
1.7 Sistematika Penulisan
5
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Fenomena Banjir dan Dampak Negatifnya
6
2.2 Sistem Pendeteksi Banjir dan Peringatan Dini
8
2.3 Wireless Sensor Network
9
2.4 SMS Gateway
10
2.5 Gammu
11
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS 3.1 Peran Pemerintah Daerah dan Pusat
12
3.2 Kesiapan Masyarakat DAS Menghadapi Banjir
13
3.3 Perancangan Sistem Pendteksi Banjir dan Peringatan Dini
13
3.4. Peran stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir
16
serta Sistem Pendeteksi Banjir dan Peringatan Dini yang Belum Optimal BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 19
4.1 Kesimpulan
iv
19
4.2 Rekomendasi
V
Daftar Pustaka
v
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering kali terjadi di Indonesia. Bencana ini biasanya terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Di seluruh indonesia, tercatat 5.590 sungai induk dan 600 diantaranya berpotensi menimbulkan banjir. Daerah rawan banjir yang dicakup sungai-sungai induk mencapai 1,4Ha. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagai hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi kawasan tersebut. Kuatitas banjir yang ditimbulkan pada dasarnya sangat tergantung dengan tingginya curah hujan. Pada saa t musim penghujan, berbagai daerah di Indonesia terendam banjir. Meskipun rutin terjadi, bencana ini tetap saja memakan korban baik jiwa maupun materi secara massive. Tidak hanya itu,
kehadiran
banjir
juga
dapat
menghambat
aktivitas
transportasi,
perdagangan, pertanian, pendidikan, hingga kesehatan. Pada intinya, banjir merupakan salah satu ancaman bagi suatu daerah dan Indonesia secara umumnya. Untuk mengantisipasi dampak bencana banjir, pemerintah melalui PP Republik Indonesia No.38 Tahun 2011, Bab. III bagian keempat tentang Pengendalian Daya Rusak Aliran Sungai, Pasal 45 menyatakan bahwa sebagai upaya persiapan menghadapi banjir, harus dilakukan penyediaan dan pengujian sistem prakiraan banjir dan peringatan dini ( Flood Early Warning System/FEWS ). Salah satu bentuk nyata dari upaya ini ialah terus dikembangkannya sistem pendeteksi banjir. Sistem pendeteksi banjir yang efektif untuk wilayah dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang relatif banyak akan membutuhkan teknologi dengan kemampuan monitoring di berbagai titik dalam waktu bersamaan (contiuous and real time). Dengan demikian, teknologi tersebut harus memiliki konsumsi daya seminimal mungkin, mudah dirawat, dan tentunya mudah diimplementasikan.
1
Wireless sensor network (WSN) merupakan salah satu solusi dari kebutuhan teknologi penunjang sistem deteksi banjir untuk memonitor keadaan pada sejumlah titik pada DAS dari jarak jauh. WSN adalah jaringan nirkabel yang terdiri dari banyak sensor sumber/node dengan kemampuan deteksi ( sensing ),
komputasi
dan
komunikasi
secara
nirkabel.
Tiap
sensor
mengumpulkan data dari area yang dimonitor, kemudian mengirimkannya ke base station (BS). Transmisi data yang digunakan biasanya bersifat multi-hop, yakni data dikirimkan dari node ke node menuju BS. Informasi peringatan nantinya akan disampaikan ke masyarakat setempat dengan sms gateway. Ide
pengembangan
ini
bertujuan
untuk
mempermudah
dalam
memberikan peringatan dini banjir kepada masyarakat sekitar sehingga diharapkan masyarakat sekitar akan lebih siap mengantisipasi terjadinya banjir.
1.2 Uraian Singkat Mengenai Gagasan
Banjir merupakan bencana yang paling rutin terjadi di Indonesia. Bencana ini tidak hanya menimpa kota-kota kecil, namun juga kota besa r yang menjadi jantung perekonomian negara. Berbagai aktivitas terhambat, kerugian yang ditimbulkan mencapai ratusan hingga milyaran rupiah. Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan dan perekonomian negara pun setiap tahunnya direndam oleh banjir. Dalam seminggu, kerugian usaha yang ditimbulkan akibat banjir mencapai 1 triliun rupiah. Belum lagi korban jiwa yang ditimbulkan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan dampak banjir yang dirasakan oleh kota kecil. Berhektar-hektar lahan pertanian gagal dipanen, anak-anak kecil dan orang tua terserang penyakit, dan banyak lagi. Kerugian yang ditimbulkan oleh bencana banjir memaksa pemerintah, berkolaborasi dengan seluruh stakeholder untuk merancang suatu sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini secara merata di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, khususnya yang rawan terkena banjir, sebagai upaya pencegahan timbulnya kerugian besar setiap terjadi bencana banjir. Meskipun sudah diterapkan di beberapa DAS, belum terlihat adanya kemerataan. Disamping itu sistem pendeteksian masih bersifat konvensional.
2
Yakni harus ada pengecekan secara langsung oleh petugas, ataupun informasi yang didapat hanya tersimpan pada kantor-kantor yang bertanggungjawab melakukan pengontrolan. Masyarakat disekitar aliran sungai tidak dapat menerima informasi secara langsung dan cepat. Wireless
Sensor
Network adalah teknologi yang tepat untuk
dikembangkan dalam perancangan sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini. Komunikasi wireless yang menjadi tren dalam dunia telekomunikasi saat ini terbukti unggul dalam hal efektivitas dan efisiensi dibandingkan komunikasi wired yang kini mulai ditinggalkan. Informasi dapat tersampaikan lebih cepat (delay minimum) tanpa harus membangun infrastruktur telekomunikasi wired yang membutuhkan biaya tinggi, baik dalam pembangunan maupun pemeliharaannya. Perangkat-perangkat yang digunakan dalam WSN pun relatif lebih murah serta mudah diimplementasikan. Informasi hasil deteksi nantinya akan disampaikan ke masyarakat sekitar DAS mengunakan SMS Gateway. Cara ini dinilai lebih efektif melihat bahwa hampir seluruh masyarakat di Indonesia sudah menggunakan teknologi ponsel.
1.3 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka beberapa permasalahan yang akan menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Sejauhmana peran pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam meminimalisasi tingginya kerugian akibat bencana banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS)? 2. Bagaimana kesiapan masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam menghadapi banjir? 3. Bagaimana perancangan sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini berbasis WSN dan penginformasian ke masyarakat menggunakan SMS gateway? 4. Bagaimana peranan stakehoder dalam menangani permasalahan banjir serta sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini yang belum optimal sa at ini?
3
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana peran pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam meminimalisasi tingginya kerugian akibat bencana banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS), mengetahui kesiapan masyarakat setempat dalam menghadapi bencana banjir, melakukan perancangan sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini berbasis WSN serta penginformasian mengunakan SMS gateway, dan menjelaskan peran apasajakah yang harusnya dilakukan oleh stakeholder dalam mengatasi masalah ini.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah dapat terealisasinya suatu sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini berbasis WSN sehingga masyarakat sekitar dapat lebih siap mengantisipasi datangnya banjir dan meminimalisasi kerugian daerah/negara akibat banjir. Selain itu informasi hidrologi, meliputi temperatur, curah hujan, tekanan udara, angin, dan ketinggian air yang didapatkan bisa dijadikan sumber data untuk pengembangan dan pembangunan daerah setempat.
1.6 Metodologi Penelitian
1. Studi Literatur Mengumpulkan informasi dan mempelajari fenomena banjir di Indonesia, Wireless Sensor Network , dan SMS Gateway melalui aritikel dan jurnal ilmiah. 2. Analisis Masalah Menganalisis permasalahan dan berdiskusi dengan pembimbing untuk mencari solusi dari masalah yang ada. 3. Perancangan Sistem Merancang permodelan sistem, diagram alir, dan cara kerja sistem. 4. Penulisan Laporan Pada tahap ini dilakukan penulisan laporan penelitian.
4
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I:
PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi, dan sistematika penulisan. BAB II:
TINJAUAN PUSTAKA
Berisi teori dan literatur pendukung mengenai fenomena banjir dan dampak negatifnya, sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini, Wireless Sensor Network, SMS Gateway, dan Gammu. BAB III: ANALISIS DAN SINTESIS Berisi analisi dan sintesis permasalahan yang telah diangkat serta alternatif penyelesaiannya. BAB IV: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisi kesimpulan atas hasil kerja yang telah dilakukan beserta rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan selanjutnya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fenomena Banjir dan Dampak Negatifnya
Banjir pada dasarnya merupakan suatu bagian dari siklus hidrologi, tepatnya pada bagian naiknya bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi, volume air yang mengalir ke permukaan sangat ditentukan oleh tingginya curah hujan dan peresapaan air ke permukaan tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)
Air hujan di permukaan bumi yang mengalir dan bergerak menuju ke laut membentuk alur-alur sungai. Alur sungan dimulai dari daerah tertinggi seperti pegunungan atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut. Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat bedakan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. 1. Daerah hulu: terdapat di kawasan pegunungan dan perbukitan. Di dalam alur sungai banyak batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing, dan aliran air sungai mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai. 2. Daerah tengah: terdapat di kawasan kaki gunung dan bukit. Dasar alur sungai melebar, dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk.
6
3. Daerah hilir: terdapat di kawasan dataran. Alur sungai lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Di kiri dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai yang meluap, sehingga dikenal sebagai “datar an banjir”. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang diendapkan sebelumnya. Berdasarkan segmen aliran sungai tersebut, dapat dipredikisi bahwa banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di kiri dan kanan aliran sungai. Banjir selalu mendatangkan dampak negatif baik kecil maupun besar dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang. Secara umum dampak banjir di klasifikasikan sebagai berikut: 1. Primer, meliputi:
- Kerusakan fisik . Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dankanal. 2. Sekunder, meliputi:
- Persediaan air . Terjadi kontaminasi air sehingga air bersih menjadi susah didapatkan.
- Penyakit .
Dipicu
oleh
kondisi
tidak
higienis,
adanya
penyebaran penyakit yang dibawa oleh air.
- Pertanian dan persediaan makanan. Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh gagal panen.
- Pepohonan. Matinya berbagai spesies pepohonan karena kondisi yang ekstrim.
-
Transportasi. Jalur transportasi rusak sehingga berbagai aktivitas terhambat.
3. Tersier, meliputi:
- Ekonomi. Terjadi gejolak perekonomian bahkan menurunnya nilai tukar mata uang.
7
2.2 Sistem Pendeteksi Banjir dan Peringatan Dini
Berdasarkan penelitian, hampir sebagian besar banjir di Indonesia tidak dapat dipredikisi karena belum tersedianya sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini. Akibatnya, penanganan banjir hanya ditekankan pada rehabilitasi pascabanjir, yang tentunya memerlukan biaya, waktu, dan tenangga yang lebih banyak. Untuk membangun sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini, diperlukan perangkat-perangkat otomatis dengan kemampuan mengukur curah hujan dan debit suatu DAS. Sederhananya, suatu sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini dapat dirakit dengan menggabungkan alat ukur curah hujan otomatis ( Automatic Rain Gauge), alat deteksi muka air sungai otomatis ( Automatic Water Level Recorder /AWLR) di bagian hulu, dan alat deteksi muka sungai otomatis ( Automatic Water Level Recorder /AWLR) di bagian hilir yang dipantau terus-menerus oleh pusat kendali komputer. Sistem peringatan dini yang tesedia saat ini adalah kumpulan dari berbagai perangkat baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang mampu menyajikan informasi kuantitatif beberapa waktu yang akan datang dari curahan dan limpahan air, terutama air hujan, serta ketinggian air pada daerah aliran air (sungai) dan memberikan keputusan apakah jumlah air tersebut akan mendatangkan banjir atau tidak. Jika sistem memutuskan akan tejadi banjir maka pemberitahuan akan disampaikan kepada masyarakat melalui berbagai media.
8
Gambar 2.1 Skema Flood Early Warning System
2.3 Wi r eless Sensor N etwor k (WSN)
Wireless Sensor Network atau jaringan sensor nirkabel adalah kumpulan node yang diatur untuk bekerjasama menjalankan suatu sistem tertentu. Setiap node memiliki kemampuan pemrosesan (mikrokontroler, CPU, atau chip DSP), memori, dan transceiver RF, serta dicatu dengan sumber catuan tertentu. Tiap node berkomunikasi secara nirkabel. Telah banyak aplikasi yang berbasis WSN, misalnya untuk pengumpulan data kondisi lingkungan, security monitoring , dan node tracking scenarios. Pengumpulan data lingkungan dilakukan dengan pembacaan beberapa sensor dari satu set poin dalam suatu lingkungan selama periode waktu tertentu untuk mendeteksi tren dan saling ketergantungan. Pengumpulkan data dilakukan pada ratusan titik yang tersebar di seluruh daerah dan kemudian menganalisis data secara offline. Aplikasi WSN membutuhkan delay jaringan yang rendah. WSN umumnya digunakan pada sistem yang memerlukan delay transfer data rendah dan keandalan yang tinggi. WSN termasuk jaringan transfer data multihop dengan delay rendah dan hemat energi. Usianya bisa mencapai beberapa tahun dengan baterai kecil. Node-node saling berkomunikasi menggunakan biaya dan daya yang rendah pada frekuensi radio. Dengan
9
adanya teknologi WSN, informasi dapat diakses dari jarak jauh melalui laptop, remote control, server, dan sebagainya.
Gambar 2.2 Skema Wireless Sensor Network
2.4 SMS Gateway
SMS Gateway adalah sebuah aplikasi yang mengubah proses SMS dari Mobile-Equipmet ke PC atau laptop. Aplikasi ini biasanya digunakan untuk kebutuhan tertentu. Dengan adanya SMS Gateway, penginformasian melalui SMS menjadi lebih cepat dan mudah, seperti mengatur kontak dengan Excel atau Notepad, mengatur SMS keluar, mengirim SMS ke banyak pengguna, mengirim SMS ke pelanggan tertentu, membuat balasan SMS otomatis, dan sebagainya.
Gambar 2.3 Skema SMS Gateway
10
2.5 Gammu
Gammu adalah apikasi cross-platform yang digunakan untuk menjembatani database SMS Gateway dengan SMS devices. Gammu akan memonitor SMS devices dan database SMS gateway. Saat ada SMS masuk ke SMS devices, maka Gammu langsung memindahkannya ke dalam inbox dalam database SMS gateway. Sebaliknya saat aplikasi pengirim SMS memasukkan SMS ke dalam outbox dalam database SMS gateway, maka Gammu mengirimkannya melalui SMS devices, dan memindahkan SMS ke sent item dalam database.
11
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS 3.1 Peranan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat
Sesuai dengen amanat yang disampaikan dalam peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai, secara khusus yang tertulis pada bagian keempat tentang Pengendalian Daya Rusak Air Sungai, pengelolaan banjir merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilakukan secara terpadu oleh pemilik kepentingan. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan banjir, bencana tersebut tetap saja terjadi dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Sistem pendeteksi banjir telah dibangun di sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS), namun tidak dilakukan secara merata diseluruh daerah berpotensi banjir, terutama di desa atau kota kecil. Padahal pemerintahlah yang seharusnya menjalankan keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia (sebagaimana tertuang dalam sila ke 5). Serangkaian banjir yang terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan berulang tiap tahunnya menuntut upaya antisipasi yang lebih besar. Berbagai upaya pemerintah yang bersifat struktural ( structural approach), ternyata belum sepenuhnya mampu menanggulangi masalah banjir di Indonesia. Penanggulangan banjir selama ini lebih berfokus pada penyediaan bangunan fisik pengendali banjir untuk mengurangi dampak bencana. Kebijakan tertulis yang dibuat oleh pemerintahpun belum diimplementasikan secara baik, bahkan tidak sesuai kebutuhan masyarakat, sehingga efektivitasnya dipertanyakan. Untuk itu pemerintah seharusnya memperluas ruang partisipasi masyarakat, baik dalam penyusunan kebijakan maupun pelaksanaannya.
12
3.2 Kesiapan Masyarakat DAS menghadapi Banjir
Sampai saat ini, kesiapan masyarakat DAS dalam menghadapi banjir boleh dibilang sangat minim. Bencana banjir hampir selalu datang tanpa terprediksi. Belum banyak bantaran sungai yang dilengkapi dengan pendeteksi otomatis. Biasanya pengontrolan dilakukan secara manual oleh petugas dengan melihat debit dan ketinggian air menggunakan alat atau metode pengukuran konvensional. Kalaupun sudah dilengkapi dengan pendeteksi otomatis, biasanya terdapat central office di dekat sensor tersebut karena penyaluran data sensor masih dilakukan secara wired. Dengan sistem seperti ini, pemantauan hanya akan dilakukan pada titik-titik tertentu dalam jumlah yang terbatas, mengingat perangkat dan infrastruktur yang harus disediakan tidaklah sederhana. Belum lagi di desa dan kota-kota kecil dengan kondisi geografis yang tidak mendukung serta infrastrutur telekomunikasi wired -nya belum terbangun. Pada kondisi seperti ini, upaya yang dapat dilakukan hanya yang bersifat kuratif.
3.3 Perancangan Sistem Pendeteksi Banjir dan Peringatan Dini
Gambaran umum perancangan sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini adalah sebagai berikut
13
Mulai
Inisialisasi
Node Sensor Merekam Data
Node Sensor Mengirim Data
Gateway Controller Menerima Data
Gateway Controller Mengolah Data
Tidak
Berpotensi Banjir?
Ya
Kirim Informasi ke Masyarakat Setempat dengan SMS Gateway
Tampilkan Informasi DAS
Gambar 3.1 Diagram Alir Sistem Pedeteksi Banjir dan Peringatan Dini
1.
Node sensor akan mendeteksi temperatur (temperature sensor ), curah hujan (ARG), tekanan udara ( pressure sensor ), angin (humidity sensor ), dan ketinggian air (AWLR) pada DAS sekitar node sensor.
2.
Setelah node sensor mendeteksi informasi tersebut, informasi akan dikirimkan ke blok Gateway Controller .
3.
Data yang dikirimkan mengandung info penting yang nantinya diterima oleh Gateway Controller yang mana data tersebut akan menentukan aksi apa yang akan diputuskan oleh blok Gateway Controller .
14
4.
Apabila terdeteksi banjir, makan sistem akan mengirimkan informasi ke masyarakat setempat dengan menggunakan SMS Gateway. Apabila tidak terdeteksi banjir, maka informasi akan disimpan pada database dan ditampilkan pada komputer server Gateway Controller saja. Sensor-sensor yang digunakan secara fisik terpisah dengan
komputer server Gateway Controller . Server ini menangani koneksi dan segala bentuk komunikasi dengan sisi sensor. Server ini harus menangani fungsi-fungsi dasar komunikasi, pemrosesan pesan, komunikasi, dan lainlain. Selain itu dibutuhkan juga sebuah server database untuk menampung semua informasi yang diolah dan yang akan diteruskan keperangkat lainnya. Peringatan banjir akan di-broadcast ke masyarakat sekitar DAS melalui SMS Gateway. Parameter peringatan dini bencana banjir berdasarkan tabel level air disetiap masing titik pemantauan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Untuk menjalankan aplikasi SMS Gateway ini diperlukan modem GSM yang diletakkan pada server, ser ta dibutuhkan juga aplikasi Gammu yang dapat menjalan SMS Gateway ini secara otomatis. Operator GSM yang digunakan dalam sistem peringatan dini bencana banjir adalah operator GSM Telkomsel. Adapun keunggulan dari sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini berbasis WSN dan SMS Gateway ini memiliki beberapa keunggulang yang ditawarkan:
-
Praktis dan ringkas karena tidak perlu ada instalasi kabel yang rumit dan dalam kondisi gografis tertentu sangat menguntungkan dibanding wired sensor.
-
Sensor bersifat mobile, artinya pada suatu saat dimungkinkan untuk memindahkan sensor agar didapat pengukuran yang lebih tepat tanpa harus khawatir mengubah desain ruang maupun susunan jaringan (topologi yang fleksibel).
15
-
Meningkatkan efisiensi operasional, karena tidak lagi memerlukan pengecekan berkala oleh petugas.
-
Mengurangi total biaya sistem secara signifikan.
-
Dapat mengumpulkan data dalam jumlah yang besar.
-
Konfigurasi software mudah.
-
Memungkinkan komunikasi digital dua arah.
-
Menyediakan konektivitas internet secara global, kapanpun dimanapun informasi tersebut dapat diakses melalui server, laptop, dan sebagainya.
3.4 Peran Stakeholder dalam Mengatasi Permasalahan Banjir serta Sistem Pendeteksi Banjir dan Peringatan Dini yang Belum Optimal
Masalah banjir pada dasarnya bukanlah tanggung jawab pemerintah semata. Stakeholder yang dalam hal ini adalah masyarakat setempat, akademisi, penggiat sosial, dan penyedia layanan telekomunikasi juga tidak boleh menutup mata. Adapun peranan yang dapat diambil oleh stakeholder diantaranya: 1. Masyarakat Setempat Bencana banjir pada dasarnya berkaitan erat dengan kearifan lokal masyarakat setempat. Mereka yang memilih untuk tinggal di dekat DAS pada dasarnya harus lebih aware terhadap tindakan-tindakan yang dapat memicu terjadinya banjir.
-
Secara langsung, tindakan yang harusnya dilakukan oleh masyarakat setempat adalah menjaga kebersihan dan tidak melakukan penebangan liar. Hakikatnya, jumlah air yang ada di permukaan bumi tidak berkurang dan tidak bertambah. Namun kenyataannya, banjir yang dirasakan terkadang kecil dan terkadang besar. Hal ini berarti ada
16
unsur kesalahan manusia hingga bencana banjir yang parah terjadi.
-
Secara tidak langsung, tindakan yang dapat dilakukan adalah mendukung setiap upaya pemerintah dalam mencegah terjadinya banjir. Masyarakat setempat harus proaktif merumuskan kebijakan serta terlibat langsung dalam pelaksanaannya.
2. Akademisi dan Penggiat Sosial Berikut adalah tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh akademisi dan penggiat sosial untuk mengatasi permasalahan di atas:
-
Merealisasikan sistem pendeteksi banjir dan peringatatan dini ke berbagai DAS yang ada di Indonesia.
-
Melakukan sosialisai dan diskusi untuk meningkatkan kearifan lokal masyarakat setempat.
-
Melakukan diskusi dengan penentu kebijakan pada saat merumuskan
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
pengendalian daya rusak air sungai sebagaimana tertuang dalam PP No 38 tahun 2011.
-
Mengembangkan teknologi yang dapat mencegah dan mengatasi banjir.
3. Penyedia Layanan Telekomunikasi Sebagai perusahaan penyedia layanan telekomunikasi, dimana keuntungan yang didapat sangat bengantung dengan pengguna (masyarakat), maka haruslah terjadi simbiosis mutualisme antara penyedia dan pengguna, atau yang biasa dikenal CSR (Coorporate Social Responsibility). Bentuk nyata yang bisa dilakukan oleh penyedia layanan telekomunikasi antara lain: bekerja sama membangun infrastruktur WSN,
17
menyediakan tarif murah untuk SMS Gateway, dan ambil bagian dalam merumuskan kebijakan Telekomunikasi.
18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai, secara khusus yang tertulis pada bagian keempat tentang Pengendalian Daya Rusak Air Sungai, pengelolaan banjir merupakan tanggung jawab pemerintah dan dilakukan secara terpadu oleh pemilik kepentingan. Berbagai upaya pemerintah yang bersifat struktural ( structural approach), ternyata belum sepenuhnya mampu menanggulangi masalah banjir di Indonesia. Kebijakan tertulis yang dibuat oleh pemerintahpun belum diimplementasikan dengan baik. Kesiapan masyarakat di sekitar DAS cenderung minim. Sistem pendeteksi yang tersedia masih terbatas pada titik-titik tertentu dan kebanyakan masih bersifat konvensional. Untuk itu diperlukan suatu sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini yang lebih efektif. WSN dapat menjadi solusi terbaik dikombinasikan dengan SMS Gateway sebagai media message-broadcasting. Untuk mengatasi berbagai permasalahan terkait bencana banjir dan sistem pendeteksi banjir serta peringatan dini yang kurang efektif, diperlukan juga peran serta stakeholder seperti masyarakat setempat, akademisi, penggiat sosial, dan penyedia layanan telekomunikasi yang sinergis.
4.2 Rekomendasi
Dalam implementasi sistem pendeteksi banjir dan peringatan dini berbasis WSN ini diperlukan analisis mendalam untuk penempatan node sensor. Dengan demikian informasi yang didapat akan semakin akurat. Disamping itu, sebelum melakukan implementasi pastikan bahwa DAS target benar-
19
benar membutuhkan sistem ini. Kerja sama dengan penyedia layanan telekomunikasi mutlak diperlukan khususnya dalam mempersiapakan layanan SMS Gateway.
20
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. Novi, "Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara Menanggulangi Banjir," Mei 2013. [2] R. E. Nasution, "Implementation SMS Gateway in the Development Web Based Information System Schedule Seminar Thesis," Jurnal Komputasi , vol. 1, 2012. [3] S. G. Irianto, "Sistem Peringatan Dini Tentang Banjir," in Litbang Pertanian, Indonesia, 2014. [4] Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2011 tentang Sungai [5] Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Direktoran Pengairan dan Irigasi, "Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia," Indoesia, 2008. [6] E. E. Damayati, "Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Kesiswaan Berbasis SMS Gateway dengan Gammu Menggunakan Use Case Model," Konferensi Nasional Sistem dan Informatika , 2010. [7] Geografi, "Banjir," Bengkulu, 2011. geografi.blogspot.co.id/2011/12/banjir.html
Tersedia:
http://geografi-
[8] Suwarjono, "Sistem Pengambilan Keputusan Deteksi Dini Bencana Banjir Waktu Nyata," Pascasarjana Universitas Hassanudin, Makassar, 2013. [9] R. Novi, "Pengertian, Penyebab, Dampak, dan cara Menanggulang Banjir," 2013.
Tersedia:
http://rizkynovi99.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-
penyebab-dampak-dan-cara.html [10] Laboratorium Telekomunikasi UI, "Pengantar Wireless Sensor Network," Jakarta, 2015, Tersedia: http://telekom.ee.uii.ac.id/index.php/berita/15-wsn1
V