SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS PARU PADA IBU HAMIL DI POLI HAMIL RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Disusun oleh:
1.
Martha Oktavia S., S.Kep
(131311133013) (131311133013)
2.
Siti Aisyah Zanta P., S.Kep
(131311133014) (131311133014)
3.
Anjar Ani, S.Kep
(131311133059) (131311133059)
4.
Puspita Sari Dewi, S.Kep
(131311133060) (131311133060)
5.
Marita Selvia, S.Kep
(131311133061) (131311133061)
PROGRAM STUDI S1PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PENATALAKSANAA PENATALAKSANAAN N TB PARU PADA IBU HAMIL DI POLI HAMIL RSUD DR. SOETOMO
: Ibu hamil dan suami/keluarga di Poli Hamil RSUD Dr. Soetomo
Sasaran
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Desember 2017 Tempat
: Poli Hamil RSUD Dr. Soetomo
Waktu
: Pukul 10.00 – 10.30 10.30 WIB (30 menit)
Pelaksana
: Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan UNAIR
I.
Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit, keluarga pasien ruang palem I RSUD Dr. Soetomo dapat menambah pengetahuan tentang penatalaksanaan yang tepat pada ibu hamil yang mengidap TB paru. 2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat penyuluhan,pengunjung dapat : 1. Mengetahui definisi penyakit Tuberkulosis Paru 2. Mengetahui penyebab Tuberkulosis Paru 3. Tanda dan gejala umum Tuberkulosis Paru 4. Efek Tuberkulosis Paru pada kehamilan 5. Efek Tuberkulosis Paru terhadap Janin 6. Tes Diagnosis Tuberkulosis Paru pada Kehamilan 7. Penatalaksanaan medis pada kehamilan dengan Tuberkulosis Paru 8. Mengetahui cara pencegahan Tuberkulosis Paru 9. Mengetahui etika membuang dahak, etika batuk dan penggunaan masker yang benar II. Sasaran
Peserta dalam penyuluhan ini adalah ibu hamil dan suami/keluarga di Poli Hamil RSUD Dr. Soetomo. III. Materi
1. Konsep pemahaman penyakit Tuberkulosis Paru
2. Konsep pemahaman gejala Tuberkulosis Paru dan cara pencegahannya 3. Etika membuang dahak, etika batuk dan penggunaan masker yang benar 4. IV. Metode
1. Ceramah 2. Tanya jawab 3. Demonstrasi V. Media
1. Flip chart 2. Leaflet VI. Setting Tempat
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan tim penyuluhan Flip chart
VII.Pengorganisasian
1. Pembimbing akademik : Aria Aula Nastiti, S.Kep.,M.Kep 2. Penyaji
: Martha Oktavia S.
3. Moderator
: Siti Aisyah Zanta P.
4. Notulen dan observer : Puspita Sari D.
5. Fasilitator
: Anjar A.
6. Peserta
: Ibu hamil dan suami/keluarga di Poli Hamil RSUD
Dr. Soetomo
VIII. Job Description No.
1.
Nama Sie
Penyaji
Job Description
1. Menyampaikan materi penyuluhan 2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan disampaikan 3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta
2.
Moderator
1. Memandu jalannya penyuluhan dan sesi tanya jawab 2. Membuka acara dan menyampaikan maksud serta tujuan kegiatan penyuluhan 3. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan 4. Melakukan evaluasi hasil tentang materi yang telah disampaikan 5. Menutup acara penyuluhan
3.
Notulen
1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai dokumentasi kegiatan 2. Mencatat
proses
kegiatan
penyuluhan
disesuaikan dengan rencana kegiatan pada SAP 3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan 4.
Observer
1. Mengawasi
dan
mengevaluasi
selama
penyuluhan berlangsung 2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat proses kegiatan penyuluhan 5.
Fasilitator
1. Membantu dan mengondisikan peserta selama penyuluhan berlangsung
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi) 3. Membantu
moderator
dalam
mengajukan
pertanyaan untuk evaluasi hasil 4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya 5. Membagikan leaflet
IX. Pelaksanaan No
Waktu
1.
3 Menit
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
Pembukaan:
1) Menjawab salam
1. Mengucapkan salam
2) Mengenal tim penyuluh
2. Memperkenalkan diri
3) Mengetahui
3. Menjelaskan kontrak waktu
waktu penyuluhan
4. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 5. Menyebutkan
materi
penyuluhan
yang akan diberikan
15 Menit
4) Mengerti
tujuan
penyuluhan
akan disampaikan
Pelaksanaan:
Mendengarkan
Mengkaji pengetahuan peserta tentang
memperhatikan materi
penyakit Tuberkulosis Paru. Menjelaskan materi tentang: 1) Mengetahui
definisi
penyakit
Tuberkulosis Paru 2) Mengetahui penyebab Tuberkulosis Paru 3) Mengetahui tanda dan gejala umum Tuberkulosis Paru 4) Mengetahui efek Tuberkulosis Paru pada kehamilan 5) Mengetahui efek Tuberkulosis Paru pada Janin 6) Mengetahui
tes
dari
5) Tahu apa saja yang
6. Menyebarkanleaflet kepada peserta 2.
kontrak
diagnosis
dan
Tuberkulosis Paru pada kehamilan 7) Penatalaksanaan
medis
pada
kehamilan dengan Tuberkulosis Paru 8) Mengetahui
cara
pencegahan
Tuberkulosis Paru 9) Mengetahui etika membuang dahak, etika batuk dan penggunaan masker yang benar 3.
10 menit
Diskusi/ Tanya jawab dan evaluasi: 1) Memberikan
kesempatan
1) Mengajukan pada
pertanyaan
peserta untuk bertanya kemudian
2) Menanggapi jawaban
didiskusikan bersama
3) Menjawab pertanyaan
2) Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan melakukan redemonstrasi 3) Memberikan reinforcement kepada peserta
bila dapat menjawab dan
menjelaskan
kembali
pertanyaan/materi 4
2 Menit
Terminasi:
Mendengarkan
1) Mengucapkan terimakasih kepada
membalas salam
peserta 2) Mengucapkan salam penutup
X. Evaluasi
1. Kriteria struktur 1) Kontrak waktu dan tempat diberikan pada1 hari sebelum acara dilaksanakan 2) Pembuatan SAP, leaflet , dan flip chart dikerjakan maksimal 3 hari sebelumnya 3) Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
dan
4) Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan 2. Kriteria proses 1) Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung 2) Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir 3) Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telah dibuat 4) Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description 3. Kriteria hasil 1) Peserta yang datang dalam penyuluhan ini minimal 10 orang 2) Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir 3) Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala 4) Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan 5) Peserta terbukti memahami materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar
MATERI PENYULUHAN
A. Konsep Pemahaman tentang Tuberkulosis Paru 1.
Definisi Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi akut atau kronik yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis atau bail turbekel, yang tahan asam.Tuberkulosis paru – paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru – paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Infeksi ini didapat dari individu yang mengidap TB aktif melalui udara (airbone) (Geri Morgan dan Carole Hamilton, 2009).Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa.Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (Siswanto, 2008). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutamamenyerang parekim paru.Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagiantubuh lainnya, termasuk
meningitis,
ginjal,
tulang,
dan
nodus
limfe.Agens
infeksius
utama Mycobacterium tuberculosis, adalah batangaerobik tahan asam yang tumbuh
dengan
lambat
dan
sensitif
terhadappanas
dan
sinar
ultraviolet.Mycobaterium Bovis dan MycobacteriumAviumpernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinyainfeksi tuberkulosis (Smeltzer dan Bare, 2002).Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price dan Wilson, 2006). 2.
Penyebab Tuberkulosis Paru
Penyakit yang disebabkan karena inhalasi mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan reaksi granuloma paru. Sebanyak 90% infeksi bersifat laten dan penurunan status imunologik akan menjadi aktif [MDR TB (Multy Drug Resistant Tuberculosis)].Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif
terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3
– 0,6/um. Sebagian besar kuman terdiri dari lemak (lipid), peptidoglikogen, dan arabinomannan.Lipid yang dapat membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA), sehingga kuman dapat bertahan hidup di udara kering maupun dingin karena bersifat dormant (kuman yang dapat aktif kembali dan menjadikan tuberculosis menjadi aktif lagi). Sifat lain adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya (Sudoyo, 2007). 3.
Tanda dan Gejala Umum Tuberkulosis Paru
Manifestasi klinik tuberculosismenurut Kemenkes RI, 2014: a. Gejala khas TB paru
Batuk lebih dari 2 minggu yang tidak disebabkan oleh penyakit lain
Keringat malam
Nafsu makan menurun diikuti oleh penurunan berat badan.
b. Gejala tambahan atau komplikasi TB
Demam Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
Batuk Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
Sesak nafas Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
Nyeri dada Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
Malaise Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
B. Konsep Tuberkulosis Paru pada Kehamilan 1.
Efek Tuberkulosis Paru pada Kehamilan
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil. Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari 50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990 diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB paru. Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal. Usia
kehamilan
saat
wanita
hamil
mendapatkan
pengobatan
antituberkulosa merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB. Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma akibat kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB. Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi, kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi. Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Tapi tidak berarti kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi. 2.
Efek Tuberkulosis Paru terhadap Janin
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana, KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%), berat badan lahir rendah (<2500 ) . Selain
itu,
risiko
juga
meningkat
pada
janin,
seperti
abortus,
terhambatnya pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir. 3.
Tes Diagnosis Tuberkulosis Paru pada Kehamilan
Bakteri TB berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam. Karena itu disebut basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat mati terpapar sinar matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembap.
Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat melakukan dormant (tertidur lama selama beberapa tahun). Penyakit TB biasanya menular pada anggota keluarga penderita maupun orang di lingkungan sekitarnya melalui batuk atau dahak yang dikeluarkan si penderita. Hal yang penting adalah bagaimana menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat. Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika memiliki daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu melawan kuman yang masuk. Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan BTA dan rontgen (foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah dilakukan,murah dan cukup reliable. Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila terdapat kuman 5000/cc dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak misalnya, tidak akan terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun rontgen
memang
dapat
mendeteksi
pasien
dengan
BTA
negatif,
tapi
kelemahannya sangat tergantung dari keahlian dan pengalaman petugas yang membaca foto rontgen. Di beberapa negara digunakan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB, melalui interferon gamma yang konon lebih baik dari tuberkulin tes. Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas bagaimana beratnya infeksi dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis TB pada wanita hamil dilakukan melalui pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi), pemeriksaan laboratorium (apakah ditemukan BTA?), serta uji tuberkulin. Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberkulin negatif, maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang mengalami masa inkubasi infeksi TB, atau terjadi anergi. Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk mengetahui gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa dilakukan, terutama jika hasil BTA-nya negatif.
4.
Penatalaksanaan Medis pada Kehamilan dengan Tuberkulosis Paru
Sebelum kehamilan perlu diberi konseling ,engenai pengaruh kehamilan dan TBC, serta pengobatan. Adanya TBC tidak merupakan indikasi untuk melakukan abortus. Pengobatan TBC dengan isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid tidak merupakan kontraindikasi pada kehamilan. Pengobatan TBC dengan amino-glikosida (streptomisin) merupakan kontraindikasi pada kehamilan karena dapat menyebabkan ototoksik pada janin. Pengobatan TBC dalam kehamilan menurut rekomendasi WHO adalah dengan pemberian 4 regimen kombinasi isoniazid, rifampisin, etambutol, dan pirazinamid selama 6 bulan , cara pengobatan sama dengan yang tidak hamil. Dapat juga diberikan 3 regimen kombinasi, isoniazid, rifampisin, etambutol selama 9 bulan. Angka kesembuhan 90% pada pengobatan selama 6 bulan directly observed theraphy (DOT)pada infeksi baru. Saat persalinan mungkin diperlukan pemberian oksigen yang adekuat dan cara persalinan sesuai indikasi obstetrik. Pemakaian masker dan ruangan isolasi diperlukan untuk mencegah penularan. Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu mendapatkan obat anti-TBC. Perlu diberikan vaksinasi BCG setelah profilaksis dengan ibu dengan isoniazid 10mg/kg/hari pada bayi dari ibu dengan tuberculosis. Langkah penanganan TBC pada kehamilan Sebelum
kehamilan
Konseling mengenai pengaruh kehamilan dan TBC serta pengobatan
Pemeriksaan penyaring tuberkulosis pada populasi risiko tinggi
Selama
Perbaikan keadaan umum (gizi, anemia)
Tuberculosis bukan merupakan indikasi untuk melakukan
kehamilan
pengguguran kandungan
Pengobatan dengan regimen kombinasi dapat segera dimulai begitu diagnosis ditegakkan
Antenatal care dilakukan seperti biasa, dianjurkan pasien datang paling awal atau paling akhir untuk mencegah penularan pada orang di sekitarnya
Selama
persalinan
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa. Penderita diberi masker untuk menutupi hidung dan mulutnya agar tidak terjadi penyebaran kuman kesekitarnya
Pemberian oksigen adekuat
Tindakan pencegahan infeksi (kewaspadaan universal)
Ekstraksi vakum/forcep bila ada indikasi obstetrik
Sebaiknya persalinan dilakukan diruang isolasi, cegah pendarahan pasca persalinan dengan uterotonika
Pasca
persalinan
Observasi 6-8 jam kemudian penderita dapat langsung dipulangkan Bila tidak mungkin dipulangkan, penderita harus dirawat diruang isolasi
Perawatan bayi harus dipisahkan dari ibunya sampai tidak terlihat tanda proses aktif lagi (dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali dengan hasil selalu negatif)
Pemberian ASI tidak merupakan kontraindikasi meskipun ibu mendapatkan OAT
Profilaksis neonatus dengan isoniazid 10mg/kg/hari dan vaksinasi BCG
5.
Cara Pencegahan Tuberkulosis Paru
Menurut Kemenkes RI (2014) tentang pencegahan tuberculosis yaitu:
Jaga jarak dengan penderita
Cara yang bisa di lakukan adalah menjaga jarak dengan penderita. Sebab penderita TBC akan menulari orang lain melalui udara. Untuk itu menjaga jarak agar tidak tertular menjadi penting. Apalagi TBC di sebabkan karena pengaruh bakteri yang menginfeksi pada bagian paru – paru penderita.
Jangan menggunakan alat makan yang sama dengan penderita
Untuk menghindari terkena virus yang di sebabkan karena TBC, sebaiknya anda menghindari menggunakan alat makan yang sama dengan penderita.
Bekas air liur yang di hasilkan penderita bisa menulari anda. Untuk itu, cucilah bersih setiap alat makan yang sudah di gunakan oleh penderita.
Gunakan masker untuk pencegahan
Selain itu, anda juga bisa menggunakan masker sebagai bentuk pencegahan yang di lakukan. Masker ini di gunakan untuk menghindari kontak udara langsung yang bisa menyebabkan virus dan bakteri TBC masuk ke dalam tubuh anda. Untuk pengamanan, anda bisa menggunakan masker yang sekali pakai lalu di buang.
Makan makanan yang sehat dan bergizi
Cara lain yang bisa di lakukan adalah dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi. Penuhi kebutuhan tubuh dan gizinya. Makanlah makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup. Hal ini akan membantu kesehatan organ tubuh anda. Selain tu makan makanan sehat juga membuat tubuh anda semakin kebal dengan penyakit.
Istirahat cukup
Usahakan anda selalu mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Tidak melakukan begadang atau tidur larut malam untuk hal – hal yang kurang berguna. Bergegaslah tidur malam hari. Penuhilah waktu tidur sekitar 6-7 jam sehari. Hal ini akan membuat tubuh anda menjadi lebih fresh dan siap untuk menghadapi hari selanjutnya.
Jangan lakukan hal yang berat
Untuk merawat kesehatan tubuh anda, bisa melakukan aktivitas yang ringan. Hindari untuk melakukan aktivitas yang berat. Hal ini bisa membuat tubuh anda lebih bugar. Apalagi untuk kesehatan tulang dan persendian.
Jika merasa sakit, sebaiknya berada di dalam rumah
Jika anda merasa tubuh anda sakit atau kondisinya tidak enak, lebih baik untuk tetap berada di dalam rumah. Jangan pergi keluar dahulu. Perbaiki kondisi badanmu agar membaik. Lakukanlah kegiatan yang sederhana saja. Atau hanya melakukan aktivitas yang harus di lakukan hari ini juga. Jika memang sudah baik, anda bisa keluar rumah lagi.
Hindari terkena bersin dan batuk penderita
Karena penularan dari TBC melalui udara, maka usahakan anda tidak terkena bersin dan batuk – batuk yang berasal dari penderita. Sebab virus dan bakteri bisa menulari kita melalui hal tersebut. Usahakan penderita juga bersin dan batuk di sebelah tempat yang tidak ada orangnya. Atau batuk dan bersin dengan menutupi dengan menggunakan tissu.
Jaga kebersihan rumah dan lingkungan anda
Cara yang bisa di lakukan untuk mencegah terinfeksi TBC yakni dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan anda jangan lupa ventilasi dan sirkulasi udara di rumah harus baik. Karena TBC ini di sebabkan karena udara yang kotor, sehingga paru – paru tidak mendapatkan udara yang bersih. Jika ingin mencegah terkena infeksi ini, maka usahakanlah lingkungan anda tetap bersih selalu.
Jangan merokok
Merokok adalah aktivitas yang tidak baik untuk di lakukan bagi manusia. Rokok mengandung beberapa senyawa yang tidak baik untuk tubuh. Misalnya karbon , nikotin, dan lain sebagainya. Kebiasaan merokok mampu merusak paru – paru anda menjadi keropos. Jika anda terkena TBC, maka sangat di larang untuk merokok. Karena bisa memperparah sakit anda. Jika belum terkena TBC sebaiknya hindari rokok.
Jangan konsumsi alkohol
Selain rokok, anda juga harus menghindari alkohol. Kandungan yang ada dalam alkohol tidak baik untuk kesehatan tubuh anda. Alkohol hanya akan merusak sistem tubuh anda. Terutama pada bagian otak dan jantung. Selain itu, kebiasaan minum alkohol akan membuat tubuh anda menjadi lebih lemah dan ringkih. Sehingga resiko tertular semakin tinggi.
Segera periksa ke dokter jika anda sakt batuk tak kunjung sembuh
Jika anda sedang sakit batuk, sebaiknya periksakan ke dokter terlebih dahulu. Apalagi batuk yang anda alami sampai membuat dada menjadi sesak. Kemudian batuk tersebut juga tak kunjung smebuh. Bisa jadi batuk batuk yang anda alami ini adalah gejala awal anda terkena TBC atau TB paru.
Waspadai jika batuk berdarah
Apabila batuk anda tidak kunjung sembuh, maka segera periksakan ke dokter.Apalagi jika batuknya di jumpai bercak darah merah.Anda harus waspada.Segera konsultasikan ke dokter agar anda mendapatkan penanganan lebih lanjut.Bisa jadi TBC yang anda alami masih gejala awal yang masih bisa di sembuhkan. C. Etika Membuang Dahak/Sputum, Etika Batuk dan Penggunaan Masker yang Benar 1. Etika membuang dahak
(1) Siapkan tempat pembuangan dahak/sputum, menggunakan tempat yang tertutup misalnya cangkir atau gelas plastik yang mempunyai tutup. Isi tempat tertutup tersebut dengan cairan desinfektan seperti air sabun atau lisol atau bisa menggunakan pasir. (2) Isi cangkir sampai 1/3 cangkir (3) Buang dahak ketempat tersebut (4) Buang isi cangkir yang berisi pasir : kubur dalam tanah (5) Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC dan siram dengan air mengalir (6) Bersihkan cangkir 1-2 hari sekali dengan sabun 2. Etika Batuk
(1) Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue atau sapu tangan atau lengan dalam baju anda (2) Segera buang tissue yang dipakai kedalam tempat sampah (3) Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau cairan yang berbasis alkohol (4) Gunakan masker selama anda sakit batuk dan flu
3. Menggunakan Masker yang benar
Masker yang digunakan harus menutupi hidung, mulut dan bagian bawah dagu. Masker yang dipakai dengan tepat terpasang pas nyaman diatas mulut dan hidung sehingga kuman patogen dan cairan tubuh tidak dapat memasuki atau keluar dari sela-selanya
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS PARU PADA IBU HAMIL DI POLI HAMIL RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Kriteria Struktur 1) Kontrak
waktu
dan
Kriteria Hasil
Kriteria Proses tempat
Pembukaan :
1. Peserta yang datang dalam
diberikan pada 1 hari sebelum
1. Mengucapkan salam
penyuluhan ini minimal 10
acara dilaksanakan
2. Memperkenalkan diri
orang
2) Pembuatan SAP, leaflet , dan PPT dikerjakan maksimal 3 hari sebelumnya
3. Menjelaskan kontrak waktu 4. Menjelaskan
dari
penyuluhan
3) Penentuan tempat yang akan
5. Menyebutkan
digunakan dalam penyuluhan
penyuluhan
4) Pengorganisasian penyelenggaraan dilakukan
tujuan
sebelum
dan
penyuluhan dilaksanakan
saat
acara
penyuluhan
materi 3. Acara dimulai tepat waktu yang
akan
tanpa kendala 4. Peserta mengikuti kegiatan
6. Menyebarkan leaflet kepada peserta
sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
Pelaksanaan:
5. Peserta
1. Mengkaji pengetahuan peserta
telah
Paru
penyuluh
2. Menjelaskan materi tentang:
terbukti
memahami
tentang penyakit Tuberkulosis
materi
dilihat
kemampuan pertanyaan
2) Penyebab TB Paru
dengan benar
3) Tanda dan gejala umum Tb TB Paru TB
Paru
pada
kehamilan 5) Efek TB Paru pada janin 6) Tes
diagnosis
TB
Paru
pada kehamilan 7) Penatalaksanaan
medis
pada kehamilan dengan TB
yang
disampaikan
1) Definisi TB Paru
4) Efek
dari
awal sampai akhir
diberikan penyuluhan
2. Peserta dapat mengikuti
dari
menjawab penyuluh
Paru 8) Pencegahan TB Paru 9) Etika buang dahak, etika batuk dan memakai masker yang benar
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS PARU PADA IBU HAMIL DI POLI HAMIL RSUD DR. SOETOMO SURABAYA No.
NAMA
TTD
DAFTAR PERTANYAAN PESERTA PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PENATALAKSANAAN TUBERKULOSIS PARU PADA IBU HAMIL DI POLI HAMIL RSUD DR. SOETOMO SURABAYA No.
NAMA
PERTANYAAN
JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito LJ. And Moyet.2013.buku saku Diagnosis keperawatan Edisi 13.Jakarta :buku kedokteran EGC. 421-437 Darmadi.2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta: Salemba Medika Darmadi.2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta: Salemba Medika. 99-101 http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html diakses pada tanggal 16 September 2017 Kemkes.2011.Bukupendoman penanggulangan tuberkulosis Lewish, America Thoraric Society (2000) Perhimpunan Dokter paru Indonesia.2006.Tuberkulosis Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Price, Sylvia A. and Wilson, Lorraine M.2006.Patofisiologi:Konsep klinis proses proses Penyakit volume 2. Jakarta :buku kedokteran EGC. Hal 852-860 Rab, Tabrani. 2010. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media. Hlm 160 – 165. Soeparman dan sarwono Waspadji.1990. Ilmu Penyakit Dalam jilid 2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Sudoyo, Aruw. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Somantri Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta : salemba Medika Tambayong Jan. 2009 : patofisiologi kedokteran EGC
untuk keperawatan. Jakarta : buku