Resusitasi Jantung Paru
Abstrak
Resu Resusit sitas asii jant jantun ung g paru paru (RJP) (RJP) meru merupa paka kan n usah usahaa yang yang dilak dilakuk ukan an untu untuk k mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory ( respiratory arrest ) dan atau henti jantung (cardiac ( cardiac arrest ) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.1-2 Resusitasi jantung paru terdiri dari tiga fase yaitu bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, dan bantuan hidup jangka panjang.2 istem istem RJP yang yang gunaka gunakan n merupa merupakan kan adapta adaptasi si dan pembah pembaharu aruan an dari dari pedoman yang telah diperkenalkan oleh Peter afar dan kemudiannya diadaptasi oleh American Heart Association (!"!). (!"!). !"! mere#is mere#isii pedoma pedoman n RJP pada tahun 2$1$ dimana salah satunya terdapat perubahan urutan langkah %antuan "idup &asar dari !%' menjadi '!%.
Abstract
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) is a procedure performed in an effort to restore the respiratory respiratory and circulation circulation function in cases of respiratory respiratory arrest and cardiac cardiac arrest in patients patients where those functions functions fail by a cause that is possible to be restored. CPR consists of three phases namely basic life support, advanced life support, and prolonged life support. he CPR procedure is an adaptation of the guidelines created by Peter !afar !afar but then renewed and revised by the American Heart Association Association (AHA) and it is now applied as the common guidelines in performing CPR. "n #$%$, AHA released released the Association Association&s &s newest set of guidelines guidelines for CPR. Changes Changes for #$%$ include changing the initial se'uence of steps from AC to CA.
2
Pendahuluan
Resu Resusit sitas asii jant jantun ung g paru paru (RJP) (RJP) meru merupa paka kan n usah usahaa yang yang dilak dilakuk ukan an untu untuk k mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory ( respiratory arrest ) dan atau henti jantung (cardiac ( cardiac arrest ) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.1-2 Pada saat aal terjadi henti nafas, jantung masih berdenyut dan pemberian 2 ke otak dan organ #ital lainnya masih *ukup sampai beberapa menit. +amun apabila henti napas tidak segera mendapat pertolongan maka akan berakibat henti jantung.
"ent "entii
jant jantun ung g
meng mengak akib ibat atka kan n
menu menuru runn nnya ya *ura *urah h
jant jantun ung g
dan dan
pengiriman 2 ke otak dan organ #ital lainnya. skemi yang melebih - menit akan menyebabkan kortek serebri rusak menetap, karena itu apabila keadaan henti jantung ditatalaksana dengan tepat dan *epat dapat mengembalikan keadaan seperti semula., Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase/ bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. 2 %antuan hidup dasar atau RJP boleh dilakukan oleh orang aam ataupun orang yang terlatih dalam bidang kesehatan.2 0ujuan penulisan makalah ini adalah untuk lebih memahami mengenai resusitasi jantung paru dan memberi informasi yang lengkap tentang pembaharuan untuk RJP pada tahun 2$1$ dibandingkan dengan pada tahun 2$$ berdasarkan American Heart Association uidelines for Cardiopulmonary Cardiopulmonary Resuscitation and *mergency Cardiovascular Care, Care, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang efektif bagi tenaga medis, khususnya dokter muda yang ingin lebih memahami mengenai resusitasi jantung paru. Pada kepustakaan ini akan dibahas definisi, indikasi, fase-fase RJP, langkah-langkah bantuan hidup dasar, algoritma bantuan hidup dasar berdasarkan guidelines berdasarkan guidelines !"! 2$1$, bantuan hidup lanjut, dan bantuan hidup jangka panjang.
1.
&efinisi Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau 'ardiopulmonary Resus*itation ('PR)
adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, guna men*egah kematian biologis. ematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri *arotis dan arteri femoralis, terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran. ematian biologis dimana kerusakan otak tak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam menit setelah kematian klinis. leh karena itu berhasil atau tidaknya tindakan RJP tergantung *epatnya dilakukan tindakan dan tepatnya teknik yang dilakukan. ,,
2.
ndikasi RJP a."enti +apas "enti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya serangan stroke, kera*unan obat, tenggelam, inhalasi asap3uap3gas, obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang epiglotis, ter*ekik (suffo*ation), trauma dan lain-lainnya. Pada aal henti nafas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ #ital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan resusitasi, ini sangat bermanfaat pada korban.,4 b.
"enti Jantung Pada saat terjadi henti jantung, se*ara langsung akan terjadi henti
sirkulasi. "enti sirkulasi ini akan *epat menyebabkan otak dan organ #ital kekurangan oksigen. Pernafasan yang terganggu merupakan tanda aal akan terjadinya henti jantung. "enti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis, radialis) disertai kebiruan atau pu*at sekali, pernafasan berhenti atau satu-satu, dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang *ahaya dan pasien tidak sadar. %antuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gaat darurat medik yang bertujuan untuk/ ,4
−
5en*egah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.4
−
5emberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan #entilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti jantung melalui resusitasi jantung paru (RJP). 4
.
6ase-fase RJP Resusitasi jantung paru dibagi menjadi fase diantaranya/ a. &alam fase ini terdiri dari langkah yang di ! (airway), % (breathing ), ' (circulation). -
! (airay )
/ menjaga jalan nafas tetap terbuka
-
% (breathing) / #entilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
-
' (*ir*ulation) / mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru
b. 6ase / Advance +ife !upport (!7), yaitu %7 ditambah dengan & (drug ) dan 8 (89) -
& ( drugs )
/ pemberian obat-obatan termasuk *airan.
-
8 ( 89 )
/ diagnosis elektrokardiografis se*epat mungkin
untuk mengetahuis
fibrilasi #entrikel.
*. 6ase / Prolonged +ife !upport (P7), yaitu penambahan dari %7 dan !7, 9 ( gauge), " (head ), ( "ntensive care). -
9 ( gauge )
/ Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring
penderita se*ara terus menerus,
dinilai, di*ari penyebabnya dan
kemudian mengobatinya. -
" ("ead)
/ tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan
sistem saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti
jantung, sehingga dapat di*egah terjadinya neurologi* yang permanen. -
(ntensi#e 'are ) / peraatan intensif di ':, yaitu / tunjangan #entilasi / trakheostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran p", p'2 bila diperlukan dan tunjangan sirkulasi mengedalikan jika terjadinya kejang. 2,
.
7angkah-langkah %antuan "idup &asar Jika diagnosis henti jantung telah ditegakkan, maka resusitasi harus segera
dimulai. Resusitasi jantung paru berarti menjaga jalan napas tetap paten (!), membuat napas buatan (%) dan membuat sirkulasi buatan dengan pijatan jantung ('). 0indakan ini dilakukan tanpa alat atau dengan alat yang sederhana dan harus dilakukan dengan *epat dalam aktu kurang dari menit pada suhu normal se*ara baik dan terarah. %erikut langkah-langkah melakukan RJP/ , a.
5emastikan keamanan lingkungan !man bagi penolong maupun aman bagi pasien3korban itu sendiri.
b.
5emastikan kesadaran pasien3korban &alam
memastikan
pasien3korban
dapat
dilakukan
dengan
menyentuh atau menggoyangkan bahu pasien3korban dengan lembut dan mantap, sambil memanggil namanya. *.
5eminta pertolongan %ila diyakini pasien3korban tidak sadar atau tidak ada respon
segera minta pertolongan dengan *ara / berteriak ;tolong <<<<; beritahukan posisi dimana, pergunakan alat komunikasi yang ada, atau aktifkan bel3sistem emergen*y yang ada (bel emergen*y di rumah sakit). d.
5emperbaiki posisi pasien3korban
4
0indakan %"& yang efektif bila pasien3korban dalam posisi telentang, berada pada permukaaan yang rata3keras dan kering. %ila ditemukan pasien3korban miring atau telungkup pasien3korban harus ditelentangkan dulu dengan membalikkan sebagai satu kesatuan yang utuh untuk men*egah *edera3komplikasi. e.
5engatur posisi penolong Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu pasien3korban agar
pada ssat memberikan batuan nafas dan bantuan sirkulasi penolong tidak perlu banyak pergerakan. f.
!iray +ilai !iray 'ontrol dengan 7ook, 7isten and 6eel dalam aktu
kurang dari 1$ detik. Pastikan korban bernafas spontan dan normal. Jika tidak ada nafas spontan buka jalan nafas penderita. 1, umbatan jalan nafas oleh lidah yang menutupi dinding posterior faring merupakan persoalan yang sering timbul pada pasien tidak sadar yang terlentang. 1 !da *ara yang dianjurkan untuk menjaga agar jalan nafas tetap terbuka, yaitu/ 1.
Parasat
kepala
tengadah-dagu
diangkat
(head
tiltchin
lift
maneuver) Parasat ini dilakukan jika tidak ada trauma pada leher. atu tangan penolong mendorong dahi kebaah supaya kepala tengadah, tangan lain mendorong dagu dengan hati-hati tengadah, sehingga hidung menghadap keatas dan epiglottis terbuka, sniffing position, posisi *ium, posisi hirup.
?
9ambar 1. 5etode Head ilt dan Chin +ift (dikutip dari kepustakaan 2)
2.
Perasat dorong rahang baah ( -awthrust maneuver ) Pada pasien dengan trauma leher, rahang baah diangkat
didorongkedepan pada sendinya tanpa menggerakkan kepala-leher. arena lidah melekat pada rahang baah, maka lidah ikut tertarik dan jalan napas terbuka.
9ambar 2. 5etode aw hrust (dikutip dari kepustakaan 2)
Jika henti jantung terjadi diluar rumah sakit/ letakan pasien dalam posisi terlentang, lakukan =manue#er triple airay> (kepala tengadah, rahang didorong kedepan, mulut dibuka) dan jika mulut ada *airan, lender atau benda asing lainnya, bersihkan dahulu sebelum memberikan napas buatan. g.
%reathing Pasien dengan henti napas, tidurkan dalam posisi terlentang. +apas
buatan tanpa alat dapat dilakukan dengan *ara mulut ke mulut (the /iss of
B
life, mouthtomouth), mulut ke hidung (mouthtonose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut ke mulut #ia sungkup muka.
1. 5ulut ke mulut (mouthtomouth) 5erupakan *ara yang *epat dan efektif. Pada saat memberikan penolong tarik nafas dan mulut penolong menutup seluruhnya mulut pasien3korban dan hidung pasien3korban harus ditutup dengan telunjuk dan
ibu
jari
penolong.@olume
udara
menyebabkan udara masuk ke lambung.
yang
berlebihan
dapat
2. mulut ke hidung (mouthtonose), &irekomendasikan
bila
bantuan
dari
mulut
korban
tidak
memungkinkan,misalnya pasien3korban mengalami trismus atau luka berat.Penolong sebaiknya menutup mulut pasien3korban pada saat memberikan bantuan nafas.
. mulut ke stoma trakheostomi &ilakukan pada pasien3korban yang terpasang tra/heostomi atau mengalami laringotomi.0 h.
'ir*ulation 0erdiri dari 2 tahap, yaitu/ 1.
5emastikan ada tidaknya denyut jantung pasien3korban &itentukan
dengan
meraba
arteri
karotis
didaerah
leher
pasien3korban dengan *ara dua atau tiga jari penolong meraba pertengahan leher sehingga teraba trakea, kemudian digeser ke arah penolong kira-kira 1-2 *m, raba dengan lembut selam A 1$ detik. %ila teraba penolong harus memeriksa pernafasan, bila tidak ada nafas berikan bantuan nafas 12 kali3menit. %ila ada nafas pertahankan airay pasien3korban.?
D
2.
5emberikan bantuan sirkulasi Jika dipastikan tidak ada denyut jantung berikan bantuan
sirkulasi atau kompresi jantung luar dengan *ara/ - 0iga jari penolong ( telunjuk,tengan dan manis) menelusuri tulang iga pasien3korban yang dekat dengan sisi penolong sehingga bertemu tulang dada (sternum). - &ari tulang dada (sternum) diukur 2- jari ke atas. &aerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong. - 7etakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan *ara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lain."indari jari-jari menyentuh didnding dada pasien3korban. - Posisi badan penolong tegak lurus menekan dinding dada pasien3korban dengan tenaga dari berat badannya se*ara teratur sebanyak $ kali dengan kedalaman penekanan 1, A 2 in*hi ( ,B A *m). - 0ekanan pada dada harus dilepaskan dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali kompresi.Caktu penekanan dan melepaskan kompresi harus sama ( 1$2 duty cycle). - 0angan tidak boleh berubah posisi. - Ratio bantuan sirkulasi dan bantuan nafas $ / 2 baik oleh satu penolong maupun dua penolng.e*epatan kompresi adalah 1$$ kali permenit. &ilakukan selama siklus. 0indakan kompresi yang benar akan menghasilkan tekanan sistolik 4$ A B$ mm"g dan diastolik yang sangat rendah.elang aktu mulai dari menemukan pasien3korban sampai dilakukan tindakan bantuan sirkulasi tidak lebih dari $ detik. ?
.
!lgoritma %antuan "idup &asar menurut !"! 2$1$
1$
0erdapat beberapa pembaharuan pada %7 2$1$, berbanding dengan 2$$. %eberapa perubahan yang telah dilakukan adalah seperti berikut/ 2,B,D,1$ 1. 5engenali sudden cardiac arrest ('!) dari menganalisa respon dan pernafasan. (ie korban tidak bernafas) 2. E7ook,listen and feel; tidak digunakan dalam algortima %7 . "ands-only *hest *ompression 'PR digalakkan pada sesiapa yang tidak terlatih . :rutan !%' diubah ke urutan '!%, chest compression sebelum breathing. . "ealth *are pro#iders memberi *hest *ompression yang efektif sehingga terdapat sirkulasi spontan. 4. 7ebih terfokus kepada kualiti 'PR. ?. urangkan penekanan untuk memeriksa nadi untuk health *are pro#iders. B. !lgoritma %7 yang lebih mudah diperkenalkan. D. Rekomendasi untuk mempunyai pasukan yang serentak mengandali chest compression, airway management,rescue breathing, rhythm detection dan shoc/. :ntuk mengenali terjadinya '! ( sudden cardiac arrest) adalah hal yang tidak mudah. Jika terjadi kekeliruan dan keterlambatan untuk bertindak dan memulakan 'PR, ini akan mengurangi survival rate korban tersebut. 'hest *ompression merupakan antara tindakan yang sangat penting dalam 'PR kerana perfusi tergantung kepada kompresi. leh kerana itu, *hest *ompression merupakan tindakan yang terpenting jika terdapat korban yang mempunyai '!. 2,B,D,1$ Prinsip utama dalam resusitasi adalah memperkuat rantai harapan hidup (chain of survival ). eberhasilan resusitasi membutuhkan integrasi koordinasi jalur chain of survival. Jalur ini meliputi/ 2,B,D,1$
Pengenalan segera akan henti jantung dan akti#asi sistem respons darurat (emergency response system)
RJP dini dengan penekanan pada kompresi dada
&efibrilasi *epat
11
!d#an*e life support yang efektif
Post-*ardia* arrest *are (peraatan pas*a henti jantung) yang terintegrasi> istem gaat darurat yang se*ara efektif menerapkan jalur ini dapat
meningkatkan harapan hidup pasien dengan henti jantung @6 (ventricle fibrillation) hingga $F. Pada sebagian besar sistem gaat darurat angkanya masih lebih rendah, menandakan baha masih ada ruang untuk perbaikan dengan e#aluasi ulang dari jalur ini. 2,B,D,1$ Penyelamat
dapat
memiliki
berbagai
pengalaman,
pelatihan
dan
kemampuan. %egitu pula dengan status korban dan keadaan sekitar kejadian. 0antangannya adalah bagaimana meningkatkan RJP yang lebih dini dan lebih efektif bagi setiap korban. 2,B,D,1$
Kerangka kerja RJP: interaksi antara penyelamat dan korban
RJP se*ara tradisional menggabungkan antara kompresi dada dan nafas buatan dengan tujuan untuk meningkatkan sirkulasi dan oksigenasi. arakteristik penyelamat dan korban dapat mempengaruhi penerapannya.
•
Penyelamat
etiap orang dapat menjadi penyelamat bagi korban henti jantung. emampuan RJP dan penerapannya tergantung dari hasil pelatihan, pengalaman dan keper*ayaan diri si penyelamat. ompresi dada adalah dasar RJP. etiap penyelamat, tanpa memandang hasil pelatihan, harus melakukan kompresi dada pada semua korban henti jantung. arena pentingnya, kompresi dada harus menjadi tindakan RJP yang pertama kali dilakukan terhadap semua korban tanpa memandang usianya. Penyelamat yang memiliki kemampuan sebaiknya juga melakukan #entilasi. %eberapa penyelamat yang sangat terlatih harus saling berkoordinasi dan melakukan kompresi dada serta nafas buatan se*ara tim. 2,B,D,1$ 0erdapat pola strategi RJP yang dapat diterapkan pada penolong sesuai dengan keadaannya, yaitu/ untuk penolong non petugas kesehatan yang tidak terlatih, mereka dapat melakukan strategi E"ands only 'PR; (hanya
12
kompresi dada). ompresi dada sebaiknya dilakukan hingga petugas kesehatan hadir atau alat defibrilasi otomatis tersedia. 2,B,D,1$ edua, untuk penolong non petugas kesehatan yang terlatih, mereka dapat melakukan strategi RJP kompresi dada dan dilanjutkan dengan #entilasi dengan perbandingan $ / 2. RJP sebaiknya dilakukan hingga petugas kesehatan hadir atau alat defibrilasi otomatis tersedia. etiga, untuk petugas kesehatan, lakukan RJP kompresi dada sebanyak satu siklus yang dilanjutkan dengan #entilasi dengan perbandingan $ / 2.
•
Korban
ebagian besar henti jantung dialami orang deasa se*ara tiba-tiba setelah suatu sebab primerG karenanya sirkulasi yang dihasilkan dari kompresi dada menjadi yang terpenting. ebaliknya, henti jantung pada anak-anak sebagian besar karena asfiksia yang memerlukan baik #entilasi dan kompresi untuk hasil yang optimal. arenanya, bantuan nafas lebih penting bagi anakanak dibandingkan orang deasa. B,D,1$
!"! 2$1$ dalam panduannya memberikan 2 jenis algoritma %7 bagi korban deasa yaitu algoritma sederhana untuk penolong non petugas kesehatan dan khusus untuk petugas kesehatan sebagai berikut/ B,D,1$
♦
imple !lgorithma
1
9ambar . !lgoritma RJP sederhana (dikutip dari kepustakaan D)
etika menemui korban henti jantung deasa yang bersifat mendadak, seorang penolong pertama kali harus mengenali henti jantung itu dari unresponsiveness dan
tidak
adanya
pernafasan
normal.
etelah
mengenali, penolong harus segera mengaktifkan sistem respons gaat darurat, mengambil defibrilator3!8&, jika ada, dan memulai RJP dengan kompresi dada. Jika !8& tidak tersedia, penolong harus memulai RJP langsung. Jika ada penolong lain, penolong pertama harus memerintahkan dia untuk
mengaktifkan
sistem
respons
gaat
darurat
dan
mengambil
!8&3defibrilator sambil dia langsung memulai RJP. B,D,1$ etika !8&3defibrilator datang, pasang pad , jika memungkinkan, tanpa memotong kompresi dada yang sedang dilakukan, dan nyalakan !8&. !8& akan menganalisis ritme dan menunjukkan apakah akan melakukan kejutan (defibrilasi) atau melanjutkan RJP. B,D,1$ Jika !8&3defibrilator tidak
1
tersedia, lanjutkan RJP tanpa interupsi hingga ditangani oleh penolong yang lebih berpengalaman3ahli.
Pengenalan dan akti#asi respons gaat darurat eorang korban henti jantung biasanya tidak bereaksi. 0idak bernafas atau bernafas tetapi tidak normal. &eteksi nadi saja biasanya tidak dapat diandalkan,
alaupun
dilakukan
oleh
penolong
yang
terlatih,
dan
membutuhkan aktu tambahan. arenanya, penolong harus memulai RJP segera setelah mendapati baha korban tidak bereaksi dan tidak bernafas atau bernafas se*ara tidak normal (terengah-engah). Petunjuk Eloo/, listen and feel for
breathing3 tidak
lagi
direkomendasikan.
Petugas
e#akuasi harus
membantu assessment dan memulai RJP. B,D,1$
ompresi dada 5emulai dengan segera kompresi dada adalah aspek mendasar dalam resusitasi. RJP memperbaiki kesempatan korban untuk hidup dengan menyediakan sirkulasi bagi jantung dan otak. Penolong harus melakukan kompresi dada untuk semua korban henti jantung, tanpa memandang tingkat kemampuannya, karakteristik korban dan lingkungan sekitar. Penolong harus fokus pada memberikan RJP yang berkualitas baik/ B,D,1$
5elakukan kompresi dada dalam ke*epatan yang *ukup (setidaknya 1$$3menit)
5elakukakan kompresi dada pada kedalaman yang *ukup (deasa/ setidaknya 2 in*hi3 *m, bayi dan anak-anak/ setidaknya sepertiga diameter anteroposterior (!P) dada atau sekitar 1, in*hi3 *m pada bayi dan sekitar 2 in*hi3 *m pada anak-anak).
5enunggu dada mengembang sempurna setelah setiap kompresi
5eminimalisir interupsi selama kompresi
5enghindari #entilasi yang berlebihan. Jika ada lebih dari satu penolong, mereka harus bergantian melakukan kompresi setiap 2 menit.
1
Jalan nafas (airay) dan #entilasi 5embuka jalan nafas (dengan head tilt, chin lift atau -aw thrust ) yang diikuti nafas bantuan dapat meningkatkan oksigenasi dan #entilasi. 0etapi manu#er ini dapat menjadi sulit dan mengakibatkan tertundanya kompresi dada, terutama pada penolong yang sendirian dan tidak terlatih. arenanya, penolong yang sendirian dan tidak terlatih hanya melakukan kompresi dada saja tanpa #entilasi. @entilasi harus diberikan jika korban *enderung disebabkan oleh asfiksia (*ontohnya pada bayi, anak-anak atau korban tenggelam). B,D,1$ %egitu alat bantu nafas tersedia, penolong harus memberikan #entilasi dalam ke*epatan yang tetap 1 nafas setiap 4-B detik (B-1$ nafas3menit) dan kompresi dada tetap diberikan tanpa terputus. B,D,1$
&efibrilasi esempatan korban untuk selamat menurun seiring jeda aktu antara henti jantung dan defibrilasi. arenanya defibrilasi tetap menjadi dasar tatalaksana untuk fibrilasi #entrikel (@6 ventricular fibrillation) dan pulseless ventricular tachycardia. trategi bersama antara masyarakat dan rumah sakit harus ditujukan untuk mengurangi jeda aktu ini. B,D,1$ atu penentu defibrilasi yang berhasil adalah efektifitas kompresi dada. &efiibrilasi lebih berhasil jika interupsi pada kompresi dada sedikit.
♦
:ntuk penolong yang terlatih atau petugas kesehatan
7akukan RJP kompresi dada sebanyak satu siklus yang dilanjutkan dengan #entilasi dengan perbandingan $ / 2. 7akukan hal tersebut hingga ad#an*ed airay tersedia, kemudian lakukan kompresi dada tanpa terputus sebanyak 1$$ kali3menit dan #entilasi setiap 4-B detik3kali (B-1$ nafas3menit).
:ntuk petugas kesehatan penting untuk mengadaptasi
urutan langkah sesuai dengan penyebab paling mungkin yang terjadi pada saat itu. 'ontohnya, jika melihat seseorang yang tiba-tiba jatuh, maka petugas kesehatan dapat berasumsi baha korban mengalami fibrilasi #entrikel, setelah petugas kesehatan mengkonfirmasi baha korban tidak
14
merespon dan tidak bernapas atau hanya sesak terengah-engah, maka petugas sebaiknya mengaktifasi sistem respon darurat untuk memanggil bantuan,
men*ari
dan
menggunakan
!8&
(!utomated
8Hternal
&efibrilator), dan melakukan RJP. +amun jika petugas menemukan korban tenggelam atau henti nafas maka petugas sebaiknya melakukan RJP kon#ensional (!-%-') sebanyak siklus (sekitar 2 menit) sebelum mengakti#asi sistem respon darurat. ama halnya dalam bayi baru lahir, penyebab arrestkebanyakan adalah pada sistem pernafasan maka RJP sebaiknya dilakukan dengan siklus !-%-' ke*uali terdapat penyebab jantung yang diketahui. , %erikut algoritmanya/ B,D,1$
9ambar . !lgoritma RJP khusus (dikutip dari kepustakaan D)
1?
Prinsip dasar langkah-langkah algoritma ini tetap sama dengan yang sederhana, yaitu/ B,D,1$ Pengenalan dini Jika melihat seorang yang tiba-tiba jatuh atau tidak responsi#e maka petugas kesehatan harus mengamankan tempat kejadian dan memeriksa respon korban. 0epukan pada pundak dan teriakkan nama korban sembari melihat apakah korban tidak bernafas atau terengah-engah. 7ihat apakah korban merespon dengan jaaban, erangan atau gerakan. orban yang tidak responsif serta tidak ada nafas atau hanya terengahengah maka petugas kesehatan dapat mengasumsi baha korban mengalami henti jantung.
!kti#asi sistem darurat Petugas sebaiknya mengakti#asi sistem respon darurat yang dalam hal ini berarti menghubungi institusi yang mempunyai fasilitas3layanan gaat darurat, *ontohnya menghubungi rumah sakit, polisi, atau instansi terkait. "al yang perlu diperhatikan adalah pada !"! 2$1$ ini ada dua hal yang tidak dianjurkan setelah memeriksa korban tidak responsif yaitu/ B,D,1$ •
5emeriksa ada tidaknya nafas pada korban dengan Elook, feel,
listen;. ulitnya menilai nafas yang adekuat pada korban merupakan alasan dasar hal tersebut tidak dianjurkan. +afas yang terengah dapat disalah artikan sebagai nafas yang adekuat oleh professional maupun bukan. 'ontohnya pada korban dengan sindroma koroner akut sering kali terdapat nafas terengah yang dapat disalah artikan sebagai pernafasan yang adekuat. 5aka tidak dianjurkan memeriksa pernafasan dengan Elook, feel, listen; dan direkomendasikan untuk menganggap pernafasan terengah sebagai tidak ada pernafasan.
1B
•
5emeriksa
denyut nadi pasien.
:ntuk
petugas
kesehatan,
pemeriksaan nadi korban sebaiknya tidak lebih dari 1$ detik jika lebih dari aktu tersebut tidak didapatkan denyut nadi yang definiti#e maka petugas sebaiknya memulai RJP. edua hal tersebut tidak lagi dianjurkan bertujuan untuk meminimalisir aktu untuk memulai RJP.
Resusitasi Jantung Paru dini eperti yang telah disebutkan, mulai RJP dengan algoritma E'-!%; . 7akukan kompresi dada sebanyak $ kompresi (sekitar 1B detik). riteria penting untuk mendapatkan kompresi yang berkualitas adalah/ B,D,1$ I
6rekuensi kompresi setidaknya 1$$ kali3menit.
I
edalaman kompresi untuk deasa minimal 2 in*hi ( *m),
sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 in*hi ( *m) dan untuk anak sekitar 2 in*hi ( *m). I
7okasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah baah
sternum). Petugas berlutut jika korban terbaring di baah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur (bila perlu dengan bantuan ganjalan kaki untuk men*apai tinggi yang diinginkan sehingga dan papan kayu untuk mendapatkan kompresi yang efektif selama tidak memakan aktu). I
5enunggu re*oil dada yang sempurna dalam sela kompresi.
I
5eminimalisir interupsi dalam sela kompresi.
I
5enghindari #entilasi berlebihan.
Jika ada 2 orang maka sebaiknya pemberi kompresi dada bergantian setiap 2 menit.
1D
!iray dan %reathing riteria penting pada !iray dan %reathing adalah/ B,D,1$ I
!iray. orban dengan tidak ada3tidak di*urgai *edera tulang
belakang maka bebaskan jalan nafas melalui head tiltA *hin lift. +amun jika korban di*urigai *edera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui ja thrust. I
%reathing. %erikan #entilasi sebanyak 2 kali. Pemberian #entilasi
dengan jarak 1 detik diantara #entilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan #olume tidal yang masuk adekuat. :ntuk pemberian mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut / I
Pastikan hidung korban terpen*et rapat
I
!mbil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)
I
%uat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin
I
%erikan satu #entilasi tiap satu detik
I
embali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua
selama satu detik. Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban. :ntuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask deasa dengan #olume 1-2 7 agar dapat memeberikan #entilasi yang memenuhi #olume tidal sekitar 4$$ ml. etelah terpasang ad#an*e airay maka #entilasi dilakukan dengan frekuensi 4 A B detik3#entilasi atau sekitar B-1$ nafas3menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi. Jika pasien mempunyai denyut nadi namun membutuhkan pernapasan bantuan, #entilasi dilakukan dengan ke*epatan -4 detik3nafas atau sekitar 1$-12 nafas3menit dan memeriksa denyut nadi kembali setiap 2 menit. :ntuk satu siklus perbandingan kompresi dan #entilasi adalah $ / 2,
2$
setelah terdapat ad#an*e airay kompresi dilakukan terus menerus dengan ke*epatan 1$$ kali3menit dan #entilasi tiap 4-B detik3kali. RJP terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang. %ila harus terjadi interupsi, petugas kesehatan sebaiknya tidak memakan lebih dari 1$ detik, ke*uali untuk pemasangan alat defirbilasi otomatis atau pemasangan ad#an*e airay.
!lat defibrilasi otomatis Penggunaanya
sebaiknya
segera
dilakukan
setelah
alat
tersedia3datang ke tempat kejadian. Pergunakan program3panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. +amun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. 7akukan terus langkah tersebut hingga petugas !'7 (!d#an*ed 'ardia* 7ife upport ) datang, atau korban mulai bergerak. B,D,1$
Posisi mantap 7ebih dikenal dengan re*o#ery posisition, dipergunakan pada korban tidak responsi#e yang memiliki pernafasan dan sirkulasi yang baik. 0idak ada posisi baku yang menjadi standar, namun posisi yang stabil dan hamper lateral menjadi prinsip ditambah menaruh tangan yang berada lebih baah ke kepala sembari mengarahkan kepala menuju tangan dan menekuk kedua kaki menunjukan banyak manfaat. B,D,1$
21
0abel 1. Ringkasan komponen bantuan hidup dasar bagi deasa, anak-anak dan bayi Komponen Pengenalan
Urutan RJP Keepatan kompresi Kedalaman kompresi !nterupsi kompresi Jalan na"as Rasion kompresi:#e ntilasi penyelamat tidak terlatih
Dewasa 0idak responsif, tidak bernafas atau tersedak ( gasping )
Anak-Anak 0idak responsif, tidak bernafas atau tersedak ( gasping ) +adi tidak teraba dalam 1$ detik '!% 1$$3menit
Bayi 0idak responsif, tidak bernafas atau tersedak ( gasping ) +adi tidak teraba dalam 1$ detik '!% 1$$3menit
"ead tilt-*hin lift-ja thrust $/2 (1 atau 2 penyelamat)
13 !P, sekitar 2 in*hi (*m) 5inimalisir interupsi hingga K 1$ detik "ead tilt-*hin lift ja thrust $/2 (satu), 1/2 (2 penyelamat)
13 !P, sekitar 1, in*hi ( *m) 5inimalisir interupsi hingga K 1$ detik "ead tilt-*hin lift ja thrust $/2 (satu), 1/2 (dua penyelamat)
ompresi saja
ompresi saja
+adi tidak teraba dalam 1$ detik '!% 1$$3menit 2 in*hi (*m) 5inimalisir interupsi hingga K 1$ detik
ompresi saja
22
4.
$entilasi jika mungkin
1 nafas setiap 4-B detik, tanpa menyesuaikan dengan kompresi, 1 detik setiap nafas, hingga dada mengembang
De"ibrilasi
9unakan !8& sesegera mungkin, minimalisir interupsi kompresi, lanjutkan kompresi setelah setiap kejutan
1 nafas setiap 4-B detik, tanpa menyesuaikan dengan kompresi, 1 detik setiap nafas, hingga dada mengembang 9unakan !8& sesegera mungkin, minimalisir interupsi kompresi, lanjutkan kompresi setelah setiap kejutan
1 nafas setiap 4-B detik, tanpa menyesuaikan dengan kompresi, 1 detik setiap nafas, hingga dada mengembang 9unakan !8& sesegera mungkin, minimalisir interupsi kompresi, lanjutkan kompresi setelah setiap kejutan
%antuan "idup 7anjut %antuan hidup lanjut berhubungan dengan teknik untuk memperbaiki
#entilasi dan oksigenasi korban dan pada diagnosis serta terapi gangguan irama utama selama henti jantung.1 %antuan hidup kardio#askular lanjut meliputi inter#ensi untuk men*egah henti jantung, menangani henti jantung, dan meningkatkan luaran pasien yang men*apai kembalinya sirkulasi yang spontan setelah henti jantung. etelah dilakukan '!% RJP dan belum timbul denyut jantung spontan, maka resusitasi diteruskan seperti langkah berikut/1 a.
4isability 5enjelang akhir primary sur#ey, dilakukan e#aluasi terhadap keadaan
neurologis se*ara *epat, yang dinilai adalah tingkat kesadaran serta ukuran dan reaksi pupil. atu *ara sederhana untuk menilai tingkat kesadaran adalah metode !@P:.D ! / !lert (sadar) @ / Respon terhadap rangsangan #okal (suara) P / Respon terhadap rangsangan nyeri (pain) : / :nresponsi#e (tidak ada respon)
2
'ara lain yang digunakan sebagai pengganti !@P: yaitu 9' (9lasgo 'oma *ale) yang merupakan sistem s*oring yang sederhana yang dapat meramal kesudahan atau out*ome penderita. Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi dan atau penurunan perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya ree#aluasi terhadap keadaan oksigenasi #entilasi dan perfusi. !lkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita. Calaupun demikian, bila sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipo#olemia sebagai sebab penurunan kesadaran, maka trauma *apitis dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran dan bukan alkoholisme sampai terbukti sebaliknya. b.
*5posure (kontrol lingkungan) Penderita
harus
dibuka
keseluruhan
pakaiannya
dengan
*ara
menggunting guna memeriksa dan e#aluasi penderita. etelah pakaian dibuka, penting agar penderita tidak kedinginan (men*egah hipotermi), harus dipakaikan selimut hangat, ruangan *ukup hangat dan diberikan *airan intra#ena yang sudah dihangatkan.
?.
%antuan "idup Jangka Panjang %antuan hidup jangka lama merupakan pengelolaan pas*a resusitasi yang
terdiri dari/1, a. auging auging merupakan *ara untuk menentukan dan memberi terapi penyebab kematian dan menilai sampai sejauh mana pasien dapat diselamatkan. 1, b. Human 6entation istem saraf pusat diharapkan pulih dengan tindakan resusitasi otak yang baru.1 c. "ntensive care
2
"ntensive care merupakan resusitasi jangka panjang. Jenis pengelolaan yang diperlukan pasien yang telah mendapat resusitasi bergantung kepada hasil resusitasi. Pasien yang tidak mempunyai defisit neurologis dan tekanan darah terpelihara normal tanpa aritmia hanya memerlukan pantauan intensif dan obser#asi terus-menerus terhadap sirkulasi, pernafasan, fungsi otak, ginjal dan hati. Pasien yang mempunyai kegagalan satu atau lebih dari satu sistem, memerlukan bantuan #entilasi atau sirkulasi, terapi aritmia, dialisis dan resusitasi otak. 1, rgan yang paling terpengaruh oleh kerusakan hipoksemia dan iskemik selama henti jantung adalah otak. %ila pasien tetap tidak sadar hendaknya dilakukan upaya untuk memelihara perfusi dan oksigenasi otak. 0indakantindakan ini meliputi penggunaan agen #asoaktif untuk memelihara tekanan darah sistemik yang normal, penggunaan steroid untuk mengurangi sebab otak dan penggunaan diuretik untuk menurunkan tekanan intra kranial. ksigen tambahan hendaknya diberikan dan hiper#entilasi derajat sedang juga membantu (Pa '2 L 2-$ mm"g). 1,
2
Kesimpulan
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau 'ardiopulmonary Resus*itation ('PR) adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung (kematian klinis) ke fungsi optimal, guna men*egah kematian biologis. Resusitasi jantung paru dilakukan atas indikasi henti napas dan henti jantung dan harus segera dilakukan agar kedua fungsi tersebut dapat bekerja kembali. Prosedur resusitasi jantung paru dapat diterapkan pada bayi, anak dan deasa. Resusitasi jantung paru terdiri dari tiga fase yaitu bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, dan bantuan hidup jangka panjang. istem
RJP
yang
digunakan
sekarang
merupakan
adaptasi
dan
pembaharuan dari pedoman yang telah diperkenalkan oleh Peter afar dan kemudiannya diadaptasi oleh !meri*an "eart !sso*iation. !merikan "eart !ssosiation mere#isi pedoman RJP setiap lima tahun, dengan re#isi terbaru pada tahun 2$1$ dimana terdapat perubahan urutan langkah %antuan "idup &asar dari !%' menjadi '!%, melakukan kompresi dengan kedalaman sedikitnya 2 in*hi, dan kompresi dilakukan sebanyak $ kali dengan 2 kali #entilasi. ,B.D
24
Da"tar Pustaka
1. 5uhiman 5, et all . !nestesiologi. Jakarta/ taf Pengajar %agian !nestesiologi dan 0erapi ntensif 6:, 2$$. 2. 6ield J5. Part 1/ 8He*uti#e ummary/ 2$1$ !meri*an "eart !sso*iation 9uidelines for 'ardiopulmonary Resus*itation and 8mergen*y 'ardio#as*ular 'are. 2$1$. M*ited eptember 1D,2$1N. !#ailable from/ http/33.heart.org3"8!R0R93'PRand8''33*ien*e32$1$-!"!9uidelines-for-'PR-8''O:'5O1?11Oub"omePage.jsp3 . 7atief , uryadi , &a*hlan R. Petunjuk Praktis !nestesiologi. 8disi 2. Jakarta/ %agian !nestesiologi dan 0erapi ntensif 6:, 2$$?. . "ainski 5, et all. 2$1$ "and book of emergen*y *ardio#askular *are for health*are pro#ider. 'hi*ago/ !meri*an "eart !sso*iation, 2$1$. . !lkatiri J. Resusitasi ardio Pulmoner in/ %uku !jar lmu Penyakit &alam. Jilid . 8disi @. Jakarta/ 6:, 2$$?. 4. iahaan 5. Resusitasi Jantung Paru dan tak. Jakarta/ 'ermin &unia edokteran, 1DD2. ?. afar P. 0he !%' of Resus*itation. M*ited eptember 1D,2$1N. !#ailable from/ http/33en.ikipedia.org3iki3!%'O(medi*ine) B. ayre 5R, et all . "ighlights of the 2$1$ !meri*an "eart !sso*iation 9uidelines for 'PR and 8''. 2$1$. M*ited eptember 1D,2$1N. !#ailable from/ http/33.heart.org3"8!R0R93'PRand8''33*ien*e32$1$!"!-9uidelines-for-'PR-8''O:'5O1?11Oub"omePage.jsp3 D. Robert !. %erg, et all . Part / !dult %asi* 7ife upport/ 2$1$ !meri*an "eart !sso*iation 9uidelines for 'ardiopulmonary Resus*itation and 8mergen*y 'ardio#as*ular 'are. 2$1$. M*ited eptember 1D,2$1N. !#ailable from/ http/33.heart.org3"8!R0R93'PRand8''33*ien*e32$1$-!"!9uidelines-for-'PR-8''O:'5O1?11Oub"omePage.jsp3
2?
1$. !ndre ". 0ra#ers, et all. Part / 'PR #er#ie/ 2$1$ !meri*an "eart !sso*iation
9uidelines
for
'ardiopulmonary
Resus*itation
and
8mergen*y 'ardio#as*ular 'are. 2$1$. M*ited eptember 1D,2$1N. !#ailable
from/
http/33.heart.org3"8!R0R93'PRand8''33*ien*e32$1$-!"!9uidelines-for-'PR-8''O:'5O1?11Oub"omePage.jsp3