BAB I PENDAHULUAN
Tanato Tanatolog logii adalah adalah ilmu ilmu yang yang mempel mempelajar ajarii tanda tanda – tanda tanda kematia kematian n dan perubahan
yang
terjadi
setelah
seseorang
mati
serta
faktor
yang
mempengaruhinya. Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling penting dalam dalam ilmu ilmu kedokt kedoktera eran n kehaki kehakiman man terutam terutamaa dalam dalam hal pemerik pemeriksaan saan jenazah jenazah (visum et repertum). Pada Pada tanato tanatolog logii dipelaj dipelajari ari peruba perubahan han-pe -perub rubaha ahan n pada pada manusi manusiaa setelah setelah meninggal dunia. Perubahan – perubahan yang terjadi setelah kematian dibedakan menjadi dua yaitu perubahan yang terjadi secara cepat (early) dan perubahan yang terjadi secara lambat (late). Perubahan yang terjadi secara cepat antara lain henti jantung, henti nafas, perubahan pada mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan yang terjadi secara lanjut antara lain kaku mayat, pembusukan, penyabunan dan mummifikasi. Kepentinga Kepentingan n mempelajari mempelajari tanatologi tanatologi adalah untuk menentukan menentukan apakah seseorang benar –benar sudah meningal atau belum, menetapkan waktu kematian, sebab kematian, cara kematian, dan mengangkat atau mengambil organ untuk kepe kepent ntin inga gan n dono donorr atau atau trans transpl plan anta tasi si dan dan untu untuk k memb membed edak akan an peru peruba baha hann perubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tanatolog Tanatologii adalah ilmu yang mempelajari mempelajari tanda – tanda kematian dan perubahan
yang
terjadi
setelah
seseorang
mati
serta
faktor
yang
mempen mempengar garuhi uhiny nya. a. Tanato Tanatolog logii merup merupakan akan ilmu ilmu paling paling dasar dasar dan paling paling penting dalam ilmu kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et repertum).
2.2 Jenis-Jenis Kematian
Jenis kematian ada 3 yaitu : a. Mati Mati kli klini niss / somati somatiss -
Pros Proses es kem kematia atian n yang ang hany anya dapat apat dilih ilihat at seca secara ra mikro ikrosk sko opis pis karena terjadi gangguan pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan persarafan yang bersifat menetap.
-
Dita Ditand ndai ai den dengan gan tid tidak adan adany ya gerak erakan an,, refl reflek ekss-re refl flek eks, s, EEG mendat mendatar ar selama selama 5 menit, menit, serta serta tidak tidak berfun berfungsi gsiny nyaa jantun jantung g dan paru-paru.
-
Orga Organ n – organ organ belu belum m tentu tentu mati mati,, masih asih bisa bisa diman dimanfa faat atka kan n untu untuk k transplantasi.
-
Defin Definisi isi ini ini yang yang serin sering g dia dianu nutt ole oleh h ora orang ng awam awam..
b. Mati seluler / molekuler -
Pros Proses es kem kemati atian an sel sel// jari jaring ngan an setel setelah ah mati mati kli klini nis. s.
-
Wakt Wa ktu u kema kemati tian an tiap tiap jari jaring ngan an / orga organ n berb berbed eda. a. Otak Otak meru merupa paka kan n organ yang paling sensitif yaitu sekitar 3-5 menit. Jaringan otot akan mengalami mati seluler setelah 4 jam dan kornea masih dapat diambil dalam jangka waktu 6 jam setelah seseorang dinyatakan mati somatis.
-
Penent Penentuan uan mati mati selul seluler er ini ini teru terutam tamaa penti penting ng dalam dalam hal transpl transplant antasi asi
2
organ. c. Mati Mati cer cereb ebra rall -
Yait Yaitu u pros proses es kema kemati tian an yang ang dita ditand ndai ai deng dengan an tida tidak k berf berfun ungs gsin iny ya otak otak dan susuna susunan n saraf saraf pusat. pusat. Definis Definisii ini adalah adalah defini definisi si yang yang diakui oleh WHO.
-
Keru Kerusa saka kan n bata batang ng otak otak : pern pernaf afas asan an berh berhen enti ti namun namun masi masih h bisa bisa dipertahankan dengan ventilator.
2.3 Manfaat Tanatologi
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menetapkan : a. Wa Wak ktu kem kematia atian n b. Sebab kematian pasti Contoh Contoh : keracu keracunan nan CO akan akan terdap terdapat at kulit kulit merah merah terang terang (terjadi (terjadi perubahan warna kulit) c. Cara Cara kematia kematian n (homo (homocid cide, e, suici suicide, de, accid accident ent)) d. Tran Transpl splan anta tasi si (dono (donorr organ organ)) Syarat: -
Ada Ada izin izin dari dari korb korban an// kelu keluar arga gany nyaa
-
Sudah meninggal
2.4 Diagnosa Kematian dari Perubahan Cepat
Untuk mendiagnosa perubahan cepat dari kematian digunakan beberapa alat alat anta antara ra lain lain steto stetosk skop op,, lamp lampu u sente senter, r, palu palu refle reflek, k, EEG, EEG, dan dan ECG. ECG. Prinsipnya adalah mendeteksi traktus respiratorius dan denyut jantung. Beberapa tes yang dapat digunakan adalah : a. Tes kardio kardiovas vaskul kuler. er. 1.
Magnus te test. Karena Karena jantung jantung berhen berhenti ti maka maka sirkula sirkulasi si juga juga berhen berhenti. ti. Carany Caranyaa dengan dengan mengik mengikat/m at/menu enutup tup ujung ujung jari korban korban dengan dengan karet, karet, lalu lalu dilepaskan, maka tidak tampak adanya perubahan warna dari pucat menjadi merah.
3
2.
Diaph aphonos test est. Caranya dengan menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan tidak terlihat ada sirkulasi (warna merah terang).
3.
Fluoresc escin tes testt. Caranya dengan menyuntikkan zat warna fluorescin maka zat warna fluorescin akan terlokalisir di tempat suntikan karena tidak ada aliran darah.
4.
Tes lilin. Bagi Bagian an tubu tubuh h korb korban an dite ditetes tesii lili lilin n cair cair maka maka tida tidak k akan akan terjad terjadii vasodil vasodilata atasi si (hiper (hiperemi emi)) sebagai sebagai reaksi reaksi terhada terhadap p rangsa rangsang ng panas panas karena sirkulasi tidak ada.
5.
EKG EKG dan dan Stet Stetos osko kop. p.
b. Tes pernafasan. 1.
K a c a. Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan di depan hidung atau mulut korban.
2.
Bulu-bu -bulu ha halus. Tidak terdapat reaksi bersin/ geli ketika bulu-bulu halus diletakkan di depan hidung korban.
3.
Winslow te test Dilakukan pada orang yang pernafasannya agonal (tinggal satu-satu nafasny nafasnya) a) dengan dengan cara menemp menempatk atkan an cermin cermin di dada dada korban korban dan disinari dengan lampu senter. Bila bernafas maka sinar lampu senter akan ikut bergerak dengan syarat pemeriksa tidak boleh bergerak. Atau bisa menggunakan baskom berisi air yang akan bergerak bila ada pergerakan di dada.
4.
Stetoskop.
c. Tes Saraf araf 1.
Memeri Memeriks ksaa ref reflex lex : ref refle lex x kor korne neaa
2.
EEG
4
2.5 Perubahan-perubahan Perubahan-perubahan yang Terjadi Setelah Kematian
Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat (late). Perubahan cepat (early) : - Tida Tidak k ada adany nyaa ger gerak akan an.. - Jantun Jantung g tidak tidak berden berdenyu yutt (hent (hentii jantu jantung) ng).. - Paru-p Paru-paru aru tidak tidak berger bergerak ak (henti (henti nafas). nafas). - Kulit Kulit dingin dingin dan turgor turgorny nyaa menu menurun run.. - Mata Mata tidak tidak ada ada reflek reflek pupil pupil dan dan tida tidak k berge bergerak rak.. - Suhu Suhu tubu tubuh h sama sama deng dengan an suhu suhu ling lingku kung ngan an leba lebam m may mayat (pos (postt mort mortal al lividity). - Lebam mayat. Perubahan lambat (late) ; - Kaku Kaku may mayat at (pos (postt morta mortall rigid rigidity ity). ). - Pemb Pembus usuk ukan an (de (deco comp mpos ositi ition on). ). - Peny Penyab abun unan an (adi (adipo poce cere re). ). - Mummifikasi.
2.6 Perubahan Mata
Perubahan mata setelah kematian dapat berupa : - Hilangny Hilangnyaa refleks refleks kornea, kornea, refleks refleks konjungt konjungtiva, iva, dan refleks refleks cahaya. cahaya. - Korn Kornea ea men menjad jadii puca pucatt / opaq opaque ue / ker keruh uh.. -
Kelopak mata biasanya tertutup setelah kematian karena kekakuan primer dari dari otot otot tetapi tetapi kekaku kekakuan an otot otot biasan biasanya ya sukar sukar untuk untuk membua membuatt mata mata menutu menutup p menjadi menjadi lengka lengkap p sehing sehingga ga akan akan tampak tampak sklera, sklera, sel debris, debris, mukus ukus dan dan debu debu dala dalam m bebe bebera rapa pa jam jam kema kemati tian an,, menj menjad adii mera merah h keco kecokl klat atan an dan dan kemu kemudi dian an menja enjadi di hita hitam m (Taches Noire De La Sclerotique). Sclerotique). Kecepatan kekeruhan dipengaruhi oleh : •
Waktu Waktu kematia kematian n keadaa keadaan n matany matanyaa menutu menutup p atau atau membuk membukaa (bila (bila
5
menutup maka kekeruhan lambat terjadi, tapi bila membuka, maka kekeruhan akan cepat terjadi akibat kontak dengan luar). •
Kelembapan udara (bila lembab maka kekeruhan lambat, bila kering / angin kencang maka kekeruhan cepat terjadi).
•
Keadaan korban sebelum mati (bila sakit mata maka kekeruhan akan cepat terjadi).
•
Faktor – faktor faktor penyebab kematian lainnya lainnya seperti :
Apoplaxia (perdarahan karena hipertensi) akan tampak kornea terang karena terjadi perdarahan retina.
Keracunan sianida dan CO maka kekeruhan akan cepat terjadi.
Kematia Kematian n kurang kurang dari 1 jam, otot – otot mata mata
masih masih hidup hidup
sehingga bisa ditetesi atropin akan terjadi midriasis pupil. -
Tekana Tekanan n intrao intraokul kuler er tidak tidak ada. Teka Tekanan nan intra intraoku okuler ler menur menurun un denga dengan n cepat cepat setelah kematian tergantung dari tekanan darah arteri. Bola mata menjadi lunak dan cenderung untuk masuk ke dalam fossa orbital. Kekakuan bola mata mata dapat dapat dengan dengan mudah mudah ditent ditentuka ukan n dengan dengan peraba perabaan. an. Bila Bila jantun jantung g berhenti berdetak, tekanan menurun sekitar setengah sampai satu jam setelah kematian dan menjadi nol setelah 2 jam setelah kematian.
-
Kadar Kadar kalium kalium yang yang tingg tinggii karena karena cairan cairan bola bola mata mata keluar keluar (jum (jumlah lah kaliu kalium m yang keluar berhubungan dengan waktu kematian).
-
Kedudukan pupil. Walaupun iris berespon terhadap kimia beberapa jam setelah kematian, kematian, refleks refleks cahaya cahaya menghilang menghilang segera saat nukleus batang otak mengalami mengalami iskemik. iskemik. Iris mengandun mengandung g jaringan jaringan otot yang banyak banyak sehingga kehilangan tonus dengan cepat dan iris biasanya relaksasi.
-
Peru Peruba baha han n pemb pembulu uluh h darah darah retina retina mela melalu luii peme pemeri riks ksaan aan ophtal ophtalmo mosk skop op retina akan dapat menentukan satu tanda pasti kematian awal. Setelah mati, aliran darah pembuluh darah retina menjadi segmen seiring dengan tekanan darah yang hilang menyebabkan aliran darah terbagi menjadi beberapa segmen.
2.7 Perubahan Kulit
6
Perubahan yang terjadi pada kulit setelah kematian dapat berupa : - Kuli Kulitt menj menjad adii puca pucat. t. Karen Karenaa sirku sirkula lasi si darah darah berhen berhenti ti setel setelah ah kema kemati tian an,, darah merembes keluar dari pembuluh darah kecil sehingga kulit tampak pucat. Kulit menjadi pucat, bewarna putih abu dan kehilangan elastisitasnya. Pada Pada kasu kasuss
kema kemati tian an berh berhub ubun unga gan n
deng dengan an spas spasme me agon agonal al dan dan
terdapatnya sumbatan pada pembuluh darah balik karena tekanan pada lehe leherr atau atau kare karena na asfik asfiksia sia trau trauma mati tic, c, wajah wajah tetap tetap berw berwarn arnaa merah merah kebiruan selama beberapa saat setelah kematian. Warna kekuningan pada kulit kulit karena karena mender menderita ita sakit sakit kuning kuning,, warna warna pink pink kemerah kemerahan an karena karena keracunan HCN atau CO biasanya tetap ada selama beberapa saat setelah kematian. - Elastis Elastisitas itas (turg (turgor) or) kulit kulit menur menurun un sampai sampai mengh menghilan ilang. g. Sehing Sehingga ga bisa menetap menetapkan kan apakah apakah luka pada pada tubuh tubuh korban korban
didapa didapatt
intravital atau post mortem, yaitu : •
Luka Luka pada pada intra intravi vital tal akan akan berb berbek ekas as deng dengan an ukur ukuran an lebih lebih kecil kecil daripada ukuran senjata, dermis berwarna merah, antara epidermis dan dermis masih ada perekatnya.
•
Luka post mortem membekas dengan ukuran lebih besar daripada ukuran ukuran senjata senjata,, bahkan bahkan mengan menganga, ga, dermis dermis pucat, pucat, epider epidermis mis lebih lebih mudah mengelupas.
-
Pada kasus tenggelam, kulit tangan keriput (washer ( washer woman hand ). ). •
Jika terjadi pada ujung jari saja maka kematian 4 jam yang lalu.
•
Jika terjadi pada telapak tangan dan seluruh jari maka kematian 24 jam yang lalu.
•
Jari tangan yang sudah terlepas digunakan untuk sidik jari.
2.8 Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis / Post Mortem Cooling)
Penurunan suhu mayat atau algor mortis akan terjadi setelah kematian dan berlanjut sampai tercapai keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu
7
lingku lingkunga ngan. n. Berdas Berdasark arkan an peneli penelitia tian, n, kurva kurva penuru penurunan nan suhu suhu mayat mayat akan akan berbentuk kurva sigmoid, dimana pada jam – jam penurunan suhu akan berlangsung lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat telah mendekati suhu tubuh lingkungan. Bila telah dicapai suatu keadaan yang dikenal sebagai temperatur gradient, yaitu suatu keadaan dimana telah terdapat perbedaan suhu yang bertahap di antara lapisan – lapisan yang menyusun tubuh, maka penyaluran panas dari bagian dalam tubuh ke permukaan dapat berjalan dengan lancar. Kini Kini penent penentuan uan suhu suhu rektal rektal kerap kerap kali kali sangat sangat bergun bergunaa dalam dalam investi investigas gasii kematian kematian yang mencurigakan, mencurigakan, kecuali kecuali dimana dimana tampak tampak luar mengindik mengindikasikan asikan bahwa tubuh sudah didinginkan didinginkan oleh suhu sekitarnya. Hal ini juga harus dititikberatkan bahwa kegunaan dari perkiraan temperatur ini menetap pada iklim dengan suhu dingin dan menengah dimana tubuh kehilangan panasnya secara lama sebagaimana halnya keseimbangan pada temperatur lingkungan, sedangkan pada daerah tropis, penurunan suhu tubuh post mortem dapat minimal atau bahkan tidak ada pada iklim yang sangat panas sekali, mayat mungkin dapat menghangat setelah mati. Saat mati, setelah waktu yang tidak lama, tubuh mulai kehilangan panasnya. Temp Temper erat atur ur lazim lazim pada pada tubu tubuh h dewa dewasa sa sehat sehat adal adalah ah anta antara ra 98,4 98,4 dera derajat jat Fahren Fahrenhei heit, t, atau saat dipasti dipastikan kan melalu melaluii mulut mulut adalah adalah sekitar sekitar 99 derajat derajat Fahrenheit, dan pada axilla sekitar 97 derajat fahrenheit. Temperatur juga dapa dapatt menu menunj njuk ukka kan n vari variasi asi waktu waktu yang yang berb berbed edaa selam selamaa tiap tiap harin harinya ya.. Temperatur akan lebih rendah pada pagi hari dan akan lebih tinggi pada sore hari. Latihan akan meningkatkan temperatur tubuh namun ini akan menurun menjadi normal dalam setengah jam kemudian.
Faktor yang mempengaruhi penurunan suhu mayat : -
Temperatur dari tubuh saat mati. 8
Dalam beberapa kasus, seperti kematian karena asfiksia, emboli lemak dan air, heat stroke, beberapa infeksi, reaksi obat, perdarahan cerebral, atau saat tubuh ditinggalkan berada di dekat api atau saat tubuh berada dalam bak mandi hangat, maka temperatur akan meningkat. Sebaliknya penyakit degenerasi seperti cholera, gagal jantung kongestif, paparan terhadap suhu dingin, perdarahan banyak, maka temperatur akan menurun. -
Perbedaan temperatur tubuh dan lingkungan. Pada daerah dingin, dingin, penurunan penurunan suhu paling sedikit 1,5 derajat Fahrenheit Fahrenheit per jam dan pada daerah tropis, penurunan suhu paling sedikit 0,75 derajat Fahren Fahrenhei heitt per jam. jam. Selain Selain itu, itu, didalam didalam air, kehila kehilanga ngan n suhu suhu melalu melaluii konduksi dan konveksi. Pada kasus udara, kehilangan suhu dapat melalui konduksi (saat bagian dari badan bersentuhan dengan tanah atau suatu materia material), l), konvek konveksi si (evapo (evaporasi rasi dari dari cairan cairan tubuh) tubuh) dan sebagi sebagian an radiasi radiasi.. Pada kasus yang dikubur, penurunan hanya melalui konduksi. Disamping itu, penguburan pada tanah berbatu kering akan mempertahankan panas tubuh tubuh lebih lama dibandin dibanding g terkena udara udara dan tubuh tubuh yang dilempar dilempar ke timbunan sampah atau comberan, suhunya akan lebih cepat turun sedikit dibanding dibiarkan di udara terbuka. Flora normal atau belatung dapat meningkatkan temperatur tubuh.
-
Keadaan fisik tubuh serta adanya pakaian atau penutup mayat. Tebalnya jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu. Konduksi dan konveksi secara signifikan diturunkan oleh adanya pakaian. Pakaian yang terbuat dari sutera, wol, atau serat sintetik berperan dalam menurunkan suhu. Pakaian basah akan mempercepat pendinginan karena terdapat uptake panas untuk evaporasi.
-
Ukuran tubuh.
9
Anak Anak – anak anak dan orang dewasa dewasa dengan dengan badan kecil kecil akan akan mengal mengalami ami pendinginan yang lebih cepat daripada orang dewasa yang berukuran lebih besar. Jumlah dari lemak subkutan dan lemak preperitoneal berperan dalam menentukan cepat lambatnya proses pendinginan. Tubuh seorang yang kurus akan lebih cepat mendingin karena luas permukaan tubuhnya yang kecil dan kurangnya lemak. -
Aliran udara dan kelembapan. Udara disekitar tubuh bertindak sebagai medium pemindah suhu. Dalam beberapa kondisi, udara hangat biasanya menyelimuti permukaan tubuh dengan demikian akan memblok perubahan temperatur. Pergerakan udara pada permukaan tubuh membawa udara dingin yang mempunyai kontak langsu langsung ng pada pada tubuh tubuh yang yang mendor mendorong ong hilang hilangny nyaa panas. panas. Udara Udara yang yang lembab akan mengalirkan panas lebih cepat dibanding yang kering.
-
Post mortem caloricity. Adalah kondisi dimana terjadi peningkatan temperatur tubuh sesudah mati sebagai sebagai pengganti pengganti akibat pendinginan pendinginan tubuh tubuh tersebut. tersebut. Walaupun Walaupun proses proses glikog glikogeno enolisi lisiss post post mortem mortem yang yang berlan berlangsu gsung ng pada pada kebany kebanyaka akan n tubuh tubuh sesu sesuda dah h mati mati,, dapa dapatt memp mempro rodu duks ksii kira kira – kira kira 140 140 kalo kalori ri yang yang akan akan meningkatkan suhu tubuh temperatur 2 derajat celcius.
Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu lingkungan sebesar 70 derajat Fahrenheit (21 derajat celcius), adalah sebagai berikut : Saat Kematian = 98,6 o F – Suhu Rektal 1,5 Secara umum 1,5
o
F / 1 o C per jam, teori lain : 0,8 o F per jam. 1,5
o
F / 1 oC
per jam 6 jam pertama, 1 o F jam 6 kedua, 0,6 o F per jam 6 jam ketiga, setelah 12 jam jam menc mencap apai ai suhu suhu sama sama deng dengan an suhu suhu ling lingku kung ngan an (unt (untuk uk kuli kulit) t)..
10
Sedangkan Sedangkan untuk organ – organ dalam : 24 jam baru bias sama dengan suhu ling lingku kung ngan an.. Bila Bila teng tengge gelam lam / dalam dalam air air : 6 jam jam suda sudah h menca mencapa paii suhu suhu lingkungan.
2.9 Lebam Mayat (Livor Mortis / Post Mortem Hypostasis)
Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem yang cukup cukup jelas. jelas. Biasany Biasanyaa disebut disebut juga juga post mortem hypostasis, post mortem lividity, lividity, post mortem staining, staining, sugillatio sugillations, ns, vibices, vibices, dan lain – lain. Kata hypostasis itu sendiri mengandung arti kongesti pasif dari sebuah organ atau bagian tubuh. Leba Lebam m terja terjadi di seba sebaga gaii akib akibat at peng pengum umpu pulan lan darah darah dala dalam m pemb pembulu uluh h – pembuluh darah kecil, kapiler, dan venula, pada bagian tubuh yang terendah. Deng Dengan an adany adanyaa peng penghe hent ntia ian n dari dari sirk sirkul ulasi asi darah darah saat saat kema kematia tian, n, darah darah mengikuti hukum gravitasi. Kumpulan darah ini bertahan sesuai pada area teren terenda dah h pada pada tubu tubuh, h, memb memberi eri peru peruba baha han n warn warnaa keun keungu guan an atau atau mera merah h keunguan terhadap area tersebut. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal endotel pembuluh darah. Timbul Timbulny nyaa livor livor mortis mortis mulai mulai terlih terlihat at dalam dalam 30 menit menit setelah setelah kematia kematian n somatis atau segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak keunguan. Bercak Bercak kecil kecil ini akan akan semaki semakin n bertam bertambah bah intens intens dan secara berang berangsur sur – angsur akan bergabung selama beberapa jam kedepan untuk membentuk area yang lebih besar dengan perubahan warna merah keunguan. Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati waktu tersebut, tidak akan akan memberi memberikan kan hilang hilangny nyaa lebam lebam mayat mayat pada pada peneka penekanan nan.. Sebali Sebalikny knya, a, pembentukan livor mortis ini akan menjadi lambat jika terdapat anemia, kehilangan darah akut, dan lain – lain. Besarnya lebam mayat bergantung pada jumlah dan keenceran dari darah. Darah akan mengalami koagulasi spontan pada semua kasus sudden death dimana otopsi dilakukan antara 1 jam. Koagulasi spontan ini mungkin akan
11
hilang paling cepat 1,5 jam setelah mati. Tidak adanya fibrinogen pada darah post mortem akan menyebabkan tidak terjadinya koagulasi spontan. Fibrinolisin Fibrinolisin didapatkan didapatkan dari darah post mortem hanya bertindak bertindak pada fibrin, fibrin, bukan pada fibrinogen. Fibrinolisin bertindak dengan mengikatkan dirinya pada bekuan yang baru dibentuk dan kemudian akan lepas menjadi cairan bersama bekuan yang hancur. Fibrinolisin dibentuk oleh sel endotel dalam pembuluh darah. Distrib Distribusi usi lebam lebam mayat mayat bergan bergantun tung g pada pada posisi posisi mayat mayat setelah setelah kematia kematian. n. Dengan Dengan posisi posisi berbar berbaring ing terlen terlentang tang,, maka maka lebam lebam akan akan jelas jelas pada pada bagian bagian posterior bergantung pada areanya seperti daerah daer ah lumbal, posterior abdomen, bagian belakang leher, permukaan ekstensor dari anggota tubuh atas, dan permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah. Area – area ini disebut juga areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam akan terjadi pada daerah daerah tungka tungkaii bawah, bawah, genita genitalia lia,, bagian bagian distal distal tangan tangan dan lengan lengan.. Jika Jika penggantungan ini lama, akumulasi dari darah akan membentuk tekanan yang cuku cukup p untu untuk k meny menyeba ebabk bkan an rupt ruptur ur kapi kapile lerr subk subkut utan an dan dan memb memben entu tuk k perdarahan petekiae pada kulit. Dalam kasus tenggelam, lebam biasa ditemukan pada wajah, bagian atas dada, tangan, lengan bawah, kaki dan tungka tungkaii bawah bawah karena karena pada pada saat tubuh tubuh mengam mengamban bang, g, bagian bagian perut perut
lebih lebih
ringan karena akumulasi gas yang cukup banyak kuat dibanding melawan kepala kepala atau bahu bahu yang yang lebih lebih berat. berat. Ekstrem Ekstremitas itas badan badan akan akan mengga menggantu ntung ng secara secara pasi pasif. f. Jika Jika tubu tubuh h meng mengala alami mi peru peruba baha han n posis posisii karen karenaa adany adanyaa perubahan aliran air, maka lebam tidak akan terbentuk. Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku mayat. Perta Pertama ma – tama tama kare karena na keti ketida dakm kmam ampu puan an darah darah untu untuk k meng mengali alirr pada pada pembuluh darah menyebabkan darah berada dalam posisi tubuh terendah dalam dalam beberap beberapaa jam setelah setelah kematia kematian. n. Kemudi Kemudian an saat darah darah sudah sudah mulai mulai terkumpul pada bagian – bagian tubuh, seiring terjadi kaku mayat. Sehingga hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh darahnya karena terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah. Selain
12
itu dikarenakan dikarenakan bertimbunn bertimbunnya ya sel – sel darah dalam jumlah cukupbanyak cukupbanyak sehingga sulit berpindah lagi. Biasanya lebam mayat berwarna merah keunguan. Warna ini bergantung pada tingkat oksigenisasi sekitar beberapa saat setelah kematian. Perubahan warna lainnya dapat mencakup: -
Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh carbonmonoksida atau hydrocyanic acid .
-
Coklat Coklat kebiruan atau atau coklat kehitaman kehitaman terdapat terdapat pada keracunan keracunan kalium chlorate, potassium bichromate atau nitrobenzen, aniline, dan lain – lain.
-
Coklat tua terdapat pada keracunan fosfor.
-
Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan berada didekat tempat yang bersuhu rendah, akan menunjukkan bercak pink muda kemungkinan terjadi karena adanya retensi dari oxyhemoglobin pada jaringan.
-
Keracunan sianida akan memberikan warna lebam merah terang, karena kadar oksi hemoglobin (HbO 2) yang tinggi.
Perbedaan antara lebam mayat dan memar
Saat Saat pembus pembusuka ukan n sudah sudah terjadi terjadi,, perbed perbedaan aanny nyaa akan akan semaki semakin n sulit sulit karena karena terjadi hemolisis darah dan difusi pigmen ke dalam jaringan sekitarnya. Saat pembusukan berlangsung, lebam akan menjadi gelap, berubah menjadi coklat kemudian hijau sebelum hilang seiring hancurnya sel darah.
Lokasi Permukaan
Lebam Mayat Bagian tubuh terbawah Tidak menimbul
Memar Dimana saja Bisa menimbul
13
Batas Warna
Tegas Kebiru
–
Tidak tegas atau Diaw Diawal alii deng dengan an
biruan
merah merah keungu keunguan, an, warna warna yang
lama
kelamaan
spesi spesifi fik k pada pada kema kematia tian n berubah karena kasus keracunan Distensi kapiler – vena
Penyebab
mera merah h
seiring
bertambahnya waktu Ekstravasasi darah dari
kapiler akan Tidak ada efek penekanan
Efek penekanan
Bila
ditekan
Bila dipotong
memucat Akan terlihat darah yang Terlihat Terlihat perdarahan perdarahan pada terjebak antara pembuluh jaringan dengan adanya darah,
tetesan
akan koagulasi atau darah cair
perlahan – lahan
yang
berasal
dari
pembuluh yang ruptur Unsur darah ditemukan Unsu Unsurr darah darah dite ditemu mukan kan
Mikroskopis
diantara diantara pembuluh pembuluh darah dilu diluar ar
pemb pembul uluh uh
dara darah h
dan
tampak
bukti
tidak
terdapat dan
peradangan Tidak ada perubahan
Enzimatik
peradangan Perubahan
level
dari
enzim enzim pada pada daerah daerah yang yang terlibat wakt waktu u Mempe Memperk rkir iraka akan n
Kepentingan
Memp Memper erki kira raka kan n
cede cedera ra,,
medicolegal
kematia kematian n dan posisi posisi saat senjata yang digunakan mati Tabel 1. Perbedaan antara antara lebam mayat dan luka memar
Lebam pada organ dalam
Karena lebam terjadi pada daerah yang mengandun mengandung g pembuluh pembuluh darah, maka akan berpengaruh pada organ – organ dalam yang mengandung pembuluh darah juga.
Lokasi
Lebam mayat Kongesti Hanya pada organ – organ Bisa se seluruh at atau be beberapa
14
tertentu
bagian
Penyebab
Distensi pasif kapiler – vena
dipengaruhi oleh patologinya Berdasarkan patologi
Bengkak dan oedema Pada penampang potongan
penyakitnya Tidak ada Dapat bermakna Darah me mengali alir pelan – pel pelan Kelu Keluar ar cair cairan an,,
Hollow viscus
dari kapiler yang terdistensi dengan darah Lambung atau usus saat Lambung atau dire dirent ntan angk gkan an daer daerah ah
akan akan
deng dengan an
da dari
or organ
tamp tampak ak dire dirent ntan angk gkan an
warna Tabel 2. Perbedaan antara antara lebam mayat dengan dengan proses kongesti kongesti pada organ dalam
Aspek Medikolegal Pada Pemeriksaan Lebam Mayat
Kegunaan pemeriksaan lebam mayat :
•
Dapat memperkirakan posisi kematian.
•
Tanda pasti kematian seluler (mati yang terjadi adalah mati seluler).
•
Mengetahui adanya manipulasi (perubahan pada jenazah).
•
Dapat mengetahui penyebab kematian.
usus
warna
warn warnaa dan dan tanpa tanpa peru peruba baha han n seragam
Dapat memperkirakan saat kematian.
terc tercam ampu pur r
akan akan
peru perub bahan ahan perubahan
•
te tersebut
2.10 Kaku Mayat (Rigor Mortis / Post Mortem Stiffening)
Diseb Disebut ut juga juga cada cadave veri ricc rigid rigidit ity. y. Kaku Kaku may mayat atau atau rigo rigorr morti mortiss adal adalah ah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang – kadang disertai dengan sedikit pemendekkan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan / relaksasi r elaksasi primer. Kaku Kaku may mayat mula mulaii terd terdap apat at seki sekita tarr 2 jam jam post post mort mortal al dan dan menc mencap apai ai puncaknya setelah 10 – 12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama s elama 24 jam, dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot – otot wajah, leher, lengan, dada, 15
saat
tam tampak pak yang
perut, dan tungkai. Kekakuan pertama ditemukan pada otot – otot kecil, bukan karena itu terjadi pertama kali disana, melainkan karena adanya sendi yang tidak luas, seperti contohnya tulang rahang yang lebih mudah diimobilisasi. Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk memecah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Faktor – faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot – otot kecil dan suhu ling lingku kung ngan an yang ting tinggi gi..
Kaku Kaku may mayat dibu dibukt ktik ikan an deng dengan an meme memerik riksa sa
persendian. Kaku mayat mulai tampak kira – kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dimulai dari bagian luar tubuh (otot – otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). (sentripetal). Teori Teori lama lama menye menyebut butkan kan bahwa bahwa kaku kaku mayat mayat ini menjala menjalarr kranio kraniokau kaudal dal.. Setelah Setelah mati mati klinis klinis 12 jam, jam, kaku kaku mayat mayat menjad menjadii lengka lengkap, p, diperta dipertahan hankan kan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku mayat umumnya umumnya tidak disertai pemendekan pemendekan serabut serabut otot, tetapi jika sebelum sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot. Proses terjadinya kaku mayat dapat melalui beberapa fase : -
Fase pertama
Sesudah kematian somatik, otot masih dalam bentuk yang normal. Tubuh yang mati akan mampu menggunakan ATP yang sudah tersedia dan ATP tersebut tersebut diresintesa diresintesa dari cadangan glikogen. glikogen. Terbentukn Terbentuknya ya kaku mayat yang cepat adalah saat dimana cadangan glikogen dihabiskan oleh latihan yang kuat sebelum mati, seperti mati saat terjadi serangan epilepsi atau spasme akibat tetanus, tersengat listrik, atau keracunan strychnine.
16
-
Fase kedua
Saat ATP dalam otot berada dibawah ambang normal, kaku akan dibentuk saat konsentrasi ATP turun menjadi 85%, dan kaku mayat akan lengkap jika berada dibawah 15%. -
Fase ketiga
Kekakuan menjadi lengkap dan irreversible. -
Fase keempat
Disebut juga fase resolusi. Saat dimana kekakuan hilang dan otot menjadi lemas. Salah satu pendapat terjadinya hal ini dikarenakan proses denaturasi dari enzim pada otot. Metode yang sering digunakan untuk mengetahui ada tidaknya rigor mortis adalah adalah dengan dengan melaku melakukan kan fleksi fleksi atau eksten ekstensi si pada pada persen persendia dian n terseb tersebut. ut. Bebe Bebera rapa pa suby subyek ek,, bias biasan any ya bay bayi, oran orang g saki sakit, t, atau atau oran orang g tua, tua, dapa dapatt memberikan kekakuan yang kurang dapat dinilai, kebanyakan dikarenakan lemahnya otot mereka. Kaku menyebar ke seluruh otot dalam beberapa kondisi dapat mencapai nilai maksimum antara 6 – 12 jam. Kondisi ini tidak berubah sampai massa otot mulai menjalani autolisis, dimana akan melemas berangsur – angsur kembali seperti seperti period periodee peruba perubahan han awal post post – mortem mortem.. Kekaku Kekakuan an mayat mayat lengka lengkap p dapat terjadi antara 18 – 36 jam.
Rigor Mortis Pada Jaringan Tubuh
Kekakuan juga terjadi pada seluruh jaringan muskular dan organ sama seperti terjadi pada otot skelet. Kekakuan dapat terjadi tidak sama pada tiap mata, membuat letak pupil tidak sama, hal ini memastikan bahwa posisi post – mortem menjadi indikator yang tidak dapat dipercaya pada kondisi toksik atau neurologis selama hidup.
17
Pada jantung, kekakuan menyebabkan kontraksi ventrikel, yang menyerupai pembesaran ventrikel kiri, hal ini dapat dihindari dengan pengukuran berat total, menilai ukuran normal jantung kiri, mengukur ketebalan ventrikel, dan yang paling penting dengan pembedahan dan membandingkan berat kedua ventrikel. Kekaku Kekakuan an musku muskulus lus dartos dartos pada pada skrotum skrotum dapat dapat menghi menghimpi mpitt testes testes dan epididimis, dimana akan membuat kontraksi serabut otot vesikula seminalis dan prostat menyebabkan terjadinya ekstrusi semen dari uretra eksterna pada post – mortem. Kekakuan pada muskulus erector pili yang menempel pada folikel rambut dapat mengakibatkan mengakibatkan gambaran dengan elevasi dari folikel rambut rambut ( goose goose – flesh appearence). appearence).
Proses Biokimiawi yang Terjadi Pada Rigor Mortis
Szent – Gyorgi (1947) menemukan bahwa substansi kontraktil essensial pada otot adalah protein actin dan miosin. Energi ini didapat dengan membagi kompleks fosfat dari ADP menjadi ATP (Erdos, 1943). Gugus fosfat yang bebas akan membentuk reaksi fosforilasi yang mengubah glikogen menjadi asam asam lakt laktat at.. ADP ADP dibe dibent ntuk uk kemb kembal alii deng dengan an meres meresin inte tesa sa ATP ATP deng dengan an tambahan kreatin fosfat. Sebagai tambahan untuk persediaan energi, ATP bertanggung jawab terhadap kekeny kekenyalan alan otot. otot. Asam Asam laktat laktat disarin disaring g kembal kembalii masuk masuk kedalam kedalam pereda peredaran ran darah dan kembali ke hati untuk dikonversikan kembali menjadi glikogen. Semua reaksi ini anaerob dan dapat berlanjut setelah kematian. Saat Saat hidup, hidup, terdapa terdapatt konsen konsentras trasii ATP yang yang konstan konstan pada pada jaringa jaringan n otot, otot, terdapat terdapat keseimbanga keseimbangan n antara penggunaan penggunaan dan resintesis resintesis ATP. Saat mati, bagaimanapun reaksi perubahan ADP menjadi ATP berhenti dan kadar trifo trifosfa sfatt beran berangs gsur ur – angs angsur ur berk berkur uran ang g deng dengan an akum akumula ulasi si asam asam lakt laktat at.. Sesudah beberapa waktu, bergantung pada temperatur dan jumlah ATP yang tersisa, aktin dan miosin berikatan, mengakibatkan otot menjadi kaku sebagai akibat timbulnya kekakuan pada otot (Bate – Smith and Bendall, 1947)
18
Resin Resinte tesis sis ATP ATP berg bergan antu tung ng pada pada keter ketersed sedia iaan an glik glikog ogen en,, dima dimana na akan akan dikurangi dengan adanya aktifitas berat sebelum mati. Secara normal, hal ini muncu uncull
pad pada
peri period odee
awal wal
sete setela lah h
kemat ematia ian n
dim dimana ana
tin tingkat gkat ATP ATP
dipertahankan atau bahkan meningkat sebagai hasil dari pembebasan fosfat oleh proses glikogenolisis. Kekakuan dimulai saat konsentrasi ATP turun menjadi 85% dari normal, dan kekakuan otot akan maksimal saat kadar turun menjadi 15%. Saat sudah sempurna, kekakuan “dipatahkan” dengan gerakan memaksa dari anggota anggota badan atau leher, lalu jika tidak kembali, maka hal ini memudahkan memudahkan dilakukannya pekerjaan dalam kamar mayat atau memasukkan ke dalam peti mati. Namun jika kekakuan tetap terbentuk, maka kekakuan tersebut akan berlanjut pada posisi yang baru sesuai gerakan terakhir. Kadang Kadang,, kekaku kekakuan an dapat dapat memban membantu tu memperl memperliha ihatkan tkan bahwa bahwa tubuh tubuh telah telah dipindahkan antara saat mati dan saat ditemukan.
Faktor yang mempengar m empengaruhi uhi kecepatan terjadinya rigor mortis
Sebagai suatu proses kimia, kecepatan dan durasi dari kekakuan dipengaruhi oleh temperatur. Semakin tinggi suhu lingkungan, akan memperlambat proses ini. Mayat yang terdapat pada daerah dingin / salju tidak akan mengalami kekaku kekakuan an bahkan bahkan sampai sampai 1 minggu minggu setela setelah h kematia kematian, n, namun namun saat mayat mayat terse tersebu butt dipi dipind ndah ahka kan n ke tempat tempat yang yang hang hangat, at, maka maka deng dengan an cepa cepatt akan akan menga engala lam mi
kekak ekakua uan. n.
Seba Sebali likn kny ya,
cuac cuacaa
panas anas
atau atau
trop tropis is
dapat apat
memper mempercepa cepat, t, sehing sehingga ga kekaku kekakuan an akan akan terjadi terjadi dalam dalam beberap beberapaa jam atau atau bahkan kurang. Kekakuan total terbentuk cepat, kemudian akan hilang semenjak hari pertama terjadinya pembusukan. Faktor lainnya adalah aktifitas fisik sebelum mati. Ketersediaan glikogen dan ATP dalam dalam otot otot adalah adalah elemen elemen terpent terpenting ing dalam dalam terben terbentuk tuknya nya kekaku kekakuan. an. Kerja Kerja otot otot memp mempen enga garu ruhi hi inte interak raksi si dari dari subs substa tans nsii terse tersebu butt dan dan dapa dapatt memper mempercepa cepatt onset onset terjadi terjadiny nyaa kekaku kekakuan. an. Cadave Cadaveric ric spasme spasme,, merupa merupakan kan bentuk variasi dari kekakuan yang dipercepat.
19
Kondisi rata – rata yang sering dialami pada rigor mortis : -
Jika tubuh mayat terasa hangat dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati tidak sampai 3 jam.
-
Jika tubuh mayat terasa hangat dan kaku, maka orang itu sudah mati 3 – 8 jam lamanya.
-
Jika tubuh mayat terasa dingin dan kaku, maka orang itu sudah mati 8 – 36 jam lamanya.
-
Jika tubuh mayat terasa dingin dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati lebih dari 36 jam.
Faktor yang mempengaruhi onset dan durasi kaku mayat -
Temperatur Nysten (1811) mengatakan bahwa kekakuan bertahan lama di dalam dingin dingin,, udara udara lembab lembab diband dibanding ing udara udara kering kering.. Hal ini menye menyebabk babkan an kenapa kenapa onset kekakuan kekakuan berjalan berjalan lambat dan durasinya durasinya berjalan lama pada negara dingin atau cuaca dingin sedangkan onsetnya cepat dan durasi cepat pada cuaca panas. Hal ini dikarenakan perusakan ATP lebih cepat pada cuaca panas.
-
Kondisi fisiologis sebelum mati Berdas Berdasark arkan an observ observasi, asi, tubuh tubuh seseora seseorang ng yang yang kurus kurus atau mati mati karena karena penyakit akan melalui proses yang cepat menuju kekakuan, dimana biasanya dengan durasi yang cepat. Pada kasus orang yang meninggal karena septicemia, kaku mayat terlihat lebih dini sejak 3 setengah menit pertama dan hilang pada 15 menit sampai 1 jam, saat pembusukan dimulai. Pada kematian karena asfiksia, perdarahan hebat, apoplexy, pneumonia, dan penyakit saraf dengan paralisis otot, maka onset akan lebih lama.
-
Kondisi otot sebelum mati Onset akan berjalan lambat dan durasi berjalan lama pada kasus dimana
20
otot dalam kondisi sehat sebelum kondisi mati. Onset akan berjalan cepat jika otot berada dalam kondisi kelelahan. Pada orang yang mati saat lari, kaku akan terbentuk dengan cepat pada daerah kaki sebelum menuju ke daerah lainnya. -
Pengaruh sistem saraf pusat Pada saat stres, kaku mayat terjadi karena perubahan kimia yang terjadi pada otot setelah kematian sebagai bentuk dari aktifitas selular dan enzimatik.
-
Umur Kaku biasanya tidak terjadi pada janin yang tidak lebih dari 7 bulan, tapi masih bisa ditemukan pada bayi yang cukup bulan. Kaku bisa timbul dan menghilang dengan sangat dini.
Aspek Medikolegal Pada Rigor Mortis
Kegunaan pemeriksaan kaku kaku mayat :
Tanda pasti kematian.
Dapat memperkirakan waktu / saat kematian.
Dapat memperkirakan / melihat adanya tanda – tanda manipulasi.
Dapat memperkirakan penyebab (walaupun sulit).
Dapat memperkirakan posisi.
Bentuk - Bentuk dari Kekakuan yang Menyerupai Rigor Mortis a.
Heat St Stiffening
Protein pada otot akan terkoagulasi pada temperatur diatas 149 derajat
21
Fahren Fahrenhei heitt atau atau 65 derajat derajat celciu celcius. s. Paparan Paparan panas panas yang yang kuat kuat sepert sepertii terbakar, terekspos listrik tegangan tinggi, terendam air panas, kekakuan terbentuk lebih kuat dibanding rigor mortis biasa. Pada otopsi, otot dapat tampak tampak menciut menciut dan tampak tampak karbon karbonisas isasii ke permu permukaa kaan. n. Dibawa Dibawahny hnyaa terdapat daerah pink kecoklatan (“cooked (“cooked meat”), meat”), dan jika proses tidak berlanjut sampai bagian bawahnya, tampak otot merah normal. Pugilistic normal. Pugilistic attitude pada tubuh yang terbakar, disebabkan karena besarnya daerah otot otot fleksor fleksor diband dibanding ing otot otot ekstens ekstensor, or, yang yang mana mana terjadi terjadi pemaks pemaksaan aan daerah anggota badan ke dalam posisi fleksi dan tulang belakang ke dalam dalam posisi posisi opisth opisthoto otonus nus.He .Heat at stiffen stiffening ing ini tidak tidak dapat dapat dipatah dipatahkan kan dengan menggerakan ke arah sikap ekstensi seperti halnya pada rigor mortis, dan akan menetap sampai timbulnya pembusukan. b.
Cold Sti Stiffening
Penurunan temperatur pada mayat dibawah 3,5 derajat celcius atau 40 derajat Fahrenheit Fahrenheit akan menghasilkan menghasilkan memadatnya memadatnya lemak subkutan dan otot. Saat tubuh dibawa untuk dihangatkan, akan timbul true rigor mortis. Pada Pada ling lingku kung ngan an bers bersuh uhu u ding dingin in ekst ekstrim rim,, cair cairan an tubu tubuh h juga juga akan akan memb membek eku u term termasu asuk k perse persend ndia ian, n, sehin sehingg ggaa bila bila sendi sendi dite diteku kuk k akan akan terdengar terdengar bunyi pecahnya pecahnya es dalam rongga sendi. Pada temperatur temperatur yang ekstrim, otot akan mengalami kekakuan yang palsu. Pada udara yang sangat dingin, saat panas tubuh hilang, otot dapat mengeras karena cairan tubuh menjadi beku dan memadat, seperti pada daging yang disimpan pada freezer. Membedakan orang mati karena kedinginan dengan orang yang telah mati sebelum kedinginan :
Bila orang mati di kutub -> kematian terjadi karena kedinginan. Dingin membuat suhu tubuhnya menjadi kaku, belum terjadi rigor mortis / kaku mayat. Sehingga apabila nanti dihangatkan, tubuh mayat akan lemas dan kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
22
Bila orang yang mati duluan, kemudian dibuang ditempat yang dingin dingin -> tubuh mayat mayat yang dibuang dibuang akan tetap kaku karena udara dingin, tetapi setelah dihangatkan tubuh mayat akan tetap lemas. Tidak akan terjadi rigor mortis.
c.
Cadaveric Spasm
Cadaveric spasm terjadi pada kematian yang disebabkan jika seseorang berada ditengah aktifitas fisik atau emosi yang kuat, yang kemudian menuntun pada kekakuan post – mortem instan yang sedikit kurang dapat dipahami. Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf motorik, tetapi beberapa alasan mengatakan terdapat kegagalan relaksasi normal. Fenomena Fenomena biasanya biasanya terjadi hanya hanya pada 1 daerah otot, contoh contohnya nya otot fleksor tangan, dibanding seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh rela relaksa ksasi si prim primer er.. Peny Penyeb ebab abny nyaa adak adakah ah akib akibat at habi habisny snyaa cada cadang ngan an glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Keuntungannya, kebanyakan penyidik dapat mengetahui saat seseorang didu diduga ga mati mati dibu dibunu nuh h atau atau bunu bunuh h diri diri saat saat meli melihat hat tanga tangann nnya ya yang yang menggenggam senjata. Jika menemukan korban yang tenggelam, atau jatuh dari ketinggian, hal ini memiliki nilai yang memastikan bahwa orang orang tersebu tersebutt masih masih hidup hidup saat dia jatuh, jatuh, dengan dengan demikian demikian hal ini membedakan pada korban post – mortem yang dibuang.
Onset
Oto Otot yang ang terl terlib ibat at
Rigor Mortis Dikarenakan perubahan
Cadaveric Spasm Keadaan lanjut dari
otot sesudah kematian
kontraksi otot sesudah
seluler, didahului dengan
mati, dimana otot dalam
primary flaccidity Sem Semua oto otot dalam alam tubu tubuh h
kondisi mati seketika Oto Otot tert terten entu tu,, sesu sesuai ai keadaan kontraksi saat
23
Intensity Durasi
Moderate 12 – 24 jam
mati Sangat kuat Beberapa jam, sampai digantikan posisinya oleh
-
rigor mortis Rangsangan, ketakutan,
Meka Mekani nisme sme pem pembe bentu ntuka kan n
Penu Penuru runa nan n ATP dib dibawa awah h
kelelahan Tidak diketahui
Hubungan medikolegal
level kritis Mengetahui wa waktu
Mengetahui cara
kematian
kematian, bisa karena
Faktor predisposisi
bunuh diri, kecelakaan, atau pembunuhan Tabel 3. Perbedaan antara antara rigor mortis dengan dengan cadaveric spasm spasm
2.11 Pembusukan (Decomposition, (Decomposition, Putrefaction) Putrefaction)
Merupakan tahap akhir pemutusan jaringan tubuh mengakibatkan hancurnya komp kompon onen en tubu tubuh h orga organi nik k komp komplek lekss menj menjad adii sederh sederhan ana. a. Pemb Pembus usuk ukan an meru merupa paka kan n peru peruba baha han n lebi lebih h lanj lanjut ut dari dari mati mati selul seluler. er. Kedu Keduaa pros proses es ini ini mengakibatkan dekomposisi seperti di bawah ini : a. Auto Autoli lisi sis. s.
Merupakan proses melunaknya jaringan bahkan pada keadaan steril yang diak diakib ibatk atkan an oleh oleh kerja kerja enzim enzim dige digesti stiff yang yang dike dikelu luar arka kan n sel setel setelah ah kematian kematian dan dapat dihindari dengan membekukan membekukan jaringan. Perubahan auto autoli lisis sis awal awal dapa dapatt dike diketa tahu huii pada pada orga organ n paren parenki kim m dan dan kele kelenj njar. ar. Pelunakan dan ruptur perut dan ujung akhir esofagus dapat terjadi karena adan adanya ya asam asam lamb lambun ung g pada pada bay bayi baru baru lahi lahirr setela setelah h kema kematia tian. n. Pada Pada dewasa juga dapat terlihat. b. Proses Proses Pembusu Pembusukan kan Bakte Bakteri. ri.
Merupa Merupakan kan proses proses domina dominan n pada pada proses proses pembus pembusuka ukan n dengan dengan adany adanyaa mikroorganisme, baik aerobik maupun anaerobik. Bakteri pada umumnya terd terdap apat at dalam dalam tubu tubuh, h, akan akan mema memasuk sukii jarin jaringa gan n setel setelah ah kema kematia tian. n. Kebanyakan bakteri terdapat pada usus, terutama Clostridium Clostridium welchii welchii..
24
Bakteri lainnya dapat ditemukan pada saluran nafas dan luka terbuka. Pada kasus kematian akibat penyakit infeksi, pembusukan berlangsung lebih lebih cepat. cepat. Karena Karena darah darah merupa merupakan kan media media yang yang sangat sangat baik baik untuk untuk perkembangan bakteri maka organ yang mendapat banyak suplai darah dan dekat dengan sumber bakteri akan terdapat lebih banyak bakteri dan mengalami pembusukan terlebih dahulu. Bakt Bakteri eri meng mengha hasil silka kan n berb berbag agai ai macam macam enzi enzim m yang berp berper eran an pada pada karboh karbohidr idrat, at, protei protein, n, dan lemak, lemak, dan hancur hancurny nyaa jaringa jaringan. n. Salah Salah satu enzi enzim m yang ang pali paling ng pent pentin ing g adal adalah ah leci lecith thin in yang ang diha dihasi silk lkan an oleh oleh Clostridium Clostridium welchii, welchii, yang yang menghi menghidro drolisi lisiss lecith lecithin in yang yang terdap terdapat at pada pada seluruh membran sel termasuk sel darah dan berperan pada pembentukan hemo hemoli lisis sis pada pada dara darah h post post mort mortem em.. Enzim Enzim ini ini juga juga berp berper eran an dala dalam m hidrolisis post mortem dan hidrogenasi lemak tubuh. Aktifitas pembusukan berlangsung optimal pada suhu antara 70 sampai 100 derajat derajat Fahren Fahrenhei heitt dan berkur berkurang ang pada pada suhu suhu dibawah dibawah 70 derajat derajat Fahrenheit. Fahrenheit. Oleh sebab itu, penyebaran penyebaran awal pembusukan pembusukan ditentukan ditentukan oleh dua faktor yaitu sebab kematian dan lama waktu saat suhu tubuh berada dibawah 70 derajat Fahrenheit. c. Peru Peruba baha han n Warna Warna..
Pembusukan diikuti dengan hilangnya kaku mayat, tetapi pada suhu yang sangat tinggi dan kelembapan tinggi, maka pembusukan terjadi sebelum kaku mayat hilang. Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada kulit dan dindin dinding g perut perut depan, depan, biasany biasanyaa terlet terletak ak pada pada sebelah sebelah kanan kanan fossa fossa ilia iliaca ca,,
dim dimana ana
daera aerah h
ters terseb ebu ut
merup erupak akan an
daera aerah h
colo colon n
yang ang
mengan mengandun dung g banya banyak k bakteri bakteri dan cairan cairan.. Warna Warna ini terben terbentuk tuk karena karena perubahan hemoglobin menjadi sulpmethaemoglobin karena masuknya H2S dari usus ke jaringan. Warna ini biasanya muncul antara 12 – 18 jam pada keadaan panas dan 1 – 2 hari pada keadaan dingin dan lebih tampak pada kulit cerah. Warna hijau ini akan menyebar ke seluruh dinding perut dan alat kelamin
25
luar, menyebar ke dada, leher, wajah, lengan, dan kaki. Rangkaian ini disebabkan disebabkan karena luasnya distribusi cairan atau darah pada berbagai organ tubuh. Pada Pada saat saat yang yang sama, sama, bakter bakterii yang yang sebagi sebagian an besar besar berasal berasal dari usus, usus, masuk ke pembuluh darah. Darah didalam pembuluh akan dihemolisis sehin sehingg ggaa akan akan mewa mewarn rnaa pemb pembul uluh uh darah darah dan dan jarin jaringa gan n penu penujan jang, g, memberikan gambaran marbled appearence. Warna ini akan tetap ada sekit sekitar ar 36 – 48 jam jam setel setelah ah kema kematia tian n dan dan tampa tampak k jelas jelas pada pada vena vena superficial perut, bahu dan leher. d. Pembentuk Pembentukan an Gas Gas Pembusu Pembusukan. kan.
Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai membentuk gas yang terd terdir irii dari dari camp campur uran an gas gas terg tergan antu tung ng dari dari wakt waktu u kema kemati tian an dan dan lingkungan. Gas ini akan terkumpul pada usus dalam 12 – 24 jam setelah kematia kematian n dan mengakib mengakibatk atkan an perut perut memben membengka gkak. k. Dari Dari 24 – 48 jam setelah kematian, gas terkumpul dalam jaringan, cavitas sehingga tampak meng mengub ubah ah bent bentuk uk dan dan memb memben engk gkak ak.. Jarin Jaringa gan n subk subkut utan an menj menjad adii emphysematous, dada, skrotum, dan penis, menjadi teregang. Mata dapat keluar dari kantungnya, lidah terjulur diantara gigi dan bibir menjadi bengkak. Cairan berbusa atau mukus berwarna kemerahan dapat keluar dari mulut dan hidung. Perut menjadi sangat teregang dan isi perut dapat keluar keluar dari mulut. Sphincter Sphincter relaksasi dan urine serta feses dapat keluar. Anus dan uterus prolaps setelah 2 – 3 hari. Gas terkumpul terkumpul diantara dermis dan epidermis membentuk lepuh. Lepuh ters terseb ebuh uh dapa dapatt meng mengan andu dung ng cair cairan an berw berwar arna na mera merah, h, kelu keluar ar dari dari pembuluh darah karena tekanan dari gas. gas . Biasanya lepuh terbentuk lebih dahulu dibawah permukaan, dimana jaringan mengandung banyak cairan karena karena oedema oedema hipost hipostatik atik.. Epider Epidermis mis menjad menjadii longga longgarr mengha menghasil silkan kan kantong berisi cairan bening atau merah muda disebut skin slippage yang terlihat pada hari 2 – 3. Antara 3 – 7 hari setelah kematian, peningkatan tekanan gas pembusukan dihubungkan dengan perubahan pada jaringan lunak yang akan membuat
26
perut menjadi lunak. Gigi dapat dicabut dengan mudah atau keropos. Kulit pada tangan dan kaki dapat menjadi “ glove “ glove and stocking ”. ”. Rambut dan kuku menjadi longgar dan mudah dicabut. 5 – 10 hari setelah kematian, pembusukan bersifat tetap. Jaringan lunak menja enjadi di masa masa semi semiso soli lid d berw berwar arna na hita hitam m yang ang teba teball yang ang dapa dapatt dipisah dipisahkan kan dari dari tulang tulang dan terlepa terlepas. s. Kartilo Kartilogi gi dan ligame ligament nt menjad menjadii lunak. e. Skeletonisasi .
Skeletonisa Skeletonisasi si berlangsung berlangsung tergantung tergantung faktor intrinsik dan ekstrinsik ekstrinsik dan lingku lingkunga ngan n dari dari mayat mayat tersebu tersebut, t, apakah apakah terdap terdapat at di udara, udara, air, air, atau atau terk terkub ubur ur.. Pada Pada umum umumny nyaa tubu tubuh h yang ang terk terken enaa udar udaraa meng mengal alam amii skeletonisasi sekitar 2 – 4 minggu tetapi dapat berlangsung lebih cepat bila terdapat binatang seperti semut dan lalat, la lat, dapat pula lebih l ebih lama bila tubuh terlindungi contohnya terlindung daun dan disimpan dalam s emak. Dekomp Dekomposi osisi si berbed berbedaa pada pada setiap setiap tubuh, tubuh, lingku lingkunga ngan n dan dari dari bagian bagian tubuh yang satu dengan yang lain. Terkadang, satu bagian tubuh telah mengalami mengalami mumifikasi mumifikasi sedangkan sedangkan bagian bagian tubuh tubuh lainnya lainnya menunjukk menunjukkan an pembusukan. Adanya binatang akan menghancurkan j aringan luna dalam waktu yang singkat dan dalam waktu 24 jam akan terjadi skeletonisasi. f. Pembu Pembusuk sukan an Organ Organ Dalam. Dalam.
Perubahan warna muncul pada jaringan dan organ dalam tubuh walaupun prosesnya lebih lama dari yang dipermukaan. Jika organ lebih lunak dan banyak vascular maka akan membusuk lebih cepat. Warna merah kecoklatan pada bagian dalam aorta dan pembuluh darah lain muncul pada perubahan awal. awa l. Adanya hemolisis dan difusi darah akan mewarnai sekeliling jaringan atau organ dan merubah warna organ tersebut menjadi hitam. Organ menjadi lunak ,berminyak, empuk dan kemudian menjadi masa semiliquid.
Awal Laring dan trakhea
Akhir
Paru – paru
27
Lambung dan usus Jantung Limpa Ginjal Omentum dan mesenterium Oesofagus dan diafragma Hati Kandung kencing Otak Pembuluh darah Uterus gravid Prostat dan uterus Tabel 4. Susunan perubahan pembusukan pada organ dalam
Keadaan yang mempengaruhi onset dan lama pembusukan : a. Fakt Faktor or Ekso Eksoge gen n 1. Temperat Temperatur ur atmosfer atmosfer..
Temper Temperatu aturr atmosf atmosfer er lingku lingkunga ngan n yang yang tinggi tinggi akan akan memper mempercep cepat at pembusukan. Pada umumnya, proses pembusukan berlangsung opti optima mall pada pada suhu suhu 70 samp sampai ai 100 100 dera deraja jatt Fahr Fahren enhe heit it dan dan bila bila temper temperatur atur dibawa dibawah h 70 deraja derajatt Fahren Fahrenhei heit, t, proses proses menjadi menjadi lebih lebih lambat, walaupun enzim yang diproduksi bakteri terus berlangsung. Tubuh yang sudah mati dapat diawetkan selama waktu tertentu dalam lemari lemari pendin pendingin gin,, salju, salju, dan sebagai sebagainy nya. a. Pada Pada beberap beberapaa kondisi kondisi (khususnya pada bulan musim hujan), warna hijau ditemukan pada mayat setelah 6 – 12 jam post mortem. 2. Adanya Adanya udara dan cahaya. cahaya.
Udara Udara sanga sangatt memp mempen enga garu ruhi hi temp tempera eratu turr dan dan kelem kelembap bapan an yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n sepert sepertii hal diatas. diatas. Secara Secara tidak tidak langsu langsung, ng, lalat lalat dan serangga serangga biasanya biasanya menghindari menghindari bagian tubuh tubuh yang terekspos sinar, cenderung meletakan telurnya pada kelopak mata, lubang hidung, dan sebagainya. 3. Te Terbe rbenam nam dala dalam m air. air.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses dekomposisi. Air yang diam atau mengalir, air laut atau air berpolusi, suhu air, kedalaman air dan lainnya dapat mempengaruhi pembusukan. Pembus Pembusuka ukan n berlan berlangsu gsung ng lebih lebih lambat lambat di air diband dibanding ingkan kan di udara. udara. Rumus Casper menyatakan bahwa waktu pembusukan di udara diberi nilai 1, jika di air bernilai 2, dan pada mayat yang terkubur bernilai 8.
28
4. Mengapun Mengapung g diatas diatas air.
Biasanya tergantung dari produksi dan akumulasi gas di jaringan dan rongga rongga tubuh. Gaya gravitasi cadaver lebih besar dari air maka tubuh akan akan cende cenderu rung ng teng tengge gela lam m sampa sampaii adan adany ya cuku cukup p gas gas sehin sehingg ggaa membuat tubuh mengapung. Maka dari itu, pembentukan gas akan membantu tubuh untuk naik ke permukaan air. Beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, pakaian, kondisi tubuh, musim, keadaan air dapat memp mempen enga garu ruhi hi wakt waktu u meng mengap apun ung g yang yang berp berpera eran n dalam dalam pros proses es pembusukan dan pembentukan pembentukan gas. Penamp Penampaka akan n warna warna dekom dekompos posisi isi pada pada permu permukaa kaan n tubuh tubuh menjad menjadii kacau dimana tubuh yang terendam dalam air memiliki postur tertentu yaitu kepala dan wajah terletak lebih rendah dari bagian tubuh lainnya karena karena kepala kepala lebih lebih berat berat dan padat. padat. Bagian Bagian batang batang tubuh tubuh berada berada paling atas dan anggota gerak tergantung secara pasif pada posisi yang lebih rendah. Posisi ini menyebabkan darah banyak menuju kepala dan mempercepat pembusukan.
Dekomposisi dalam air Dekomposisi pada udara Wajah dan leher Perut Dada Dada Bahu Wajah Lengan Tungkai Perut Bahu Tungkai Lengan Tabel 5. Perbedaan pembusukan dalam air dan pada udara 5. Te Terku rkubur bur dalam dalam tanah tanah..
Pada umumnya tubuh yang terkubur dalam tanah yang dalam akan membusuk lebih lama daripada tubuh yang terkubur dalam tanah yang dangkal. Pada tubuh yang terkubur pada tempat yang basah, daerah rawa, rawa, tanah tanah liat, liat, maka maka pembus pembusuka ukan n akan akan lebih lebih cepat. cepat. Pembus Pembusuka ukan n akan akan berlan berlangsu gsung ng lebih lebih lama lama jika jika dikubu dikuburr di tanah tanah kering kering,, tanah tanah kuburan pada dataran tinggi, atau kuburan yang dalam. Adanya zat kimi kimiaa dise diseki kita tarr tubu tubuh, h, khus khususn usnya ya lemon lemon,, akan akan memp memper erlam lambat bat
29
pembusukan. Tubuh yang terkubur tanpa pakaian atau kafan pada tanah berpori yang kaya bahan organik, akan menunjukkan pembusukan yang lebih lama. Waktu antara saat kematian dengan saat dikuburkan dan lingkungan sekitar tubuh pada waktu ini akan mempengaruhi proses pembusukan. Semakin lama tubuh berada di tanah sebelum dikuburkan, maka akan memperc mempercepat epat pembus pembusuka ukan n khusus khususny nyaa bila bila tubuh tubuh dileta diletakka kkan n pada pada udara yang hangat. b. Fakto Faktorr Endo Endogen gen 1. Seba Sebab b ke kemati matian an..
Jika Jika seseora seseorang ng mening meninggal gal karena karena kecelak kecelakaan aan,, pembus pembusuka ukan n akan akan berlangsung lebih lama daripada orang yang meninggal karena sakit. Kema Kemati tian an kare karena na gas gas gang gangre ren, n, sumb sumbat atan an usus, sus, bakt bakter erie iemi miaa / septikemia, aborsi akan menunjukkan proses pembusukan yang lebih cepat. Racun yang dapat memperlambat pembusukan yaitu potassium sianida, barbiturat, fosfor, dhatura, strychnine, dan sebagainya. Pada kasus kasus strychn strychnine ine,, terjadi terjadi kejang kejang yang yang lama lama dan berula berulang, ng, proses proses pembusukan akan dipercepat, dimana terjadi kejang dengan sedikit kelelah kelelahan an otot, otot, pembus pembusuka ukan n akan akan menjadi menjadi lebih lebih lama. lama. Keracu Keracunan nan kron kronis is
oleh oleh
loga logam m
akan akan
mem memperl perlam amba batt
pemb pembus usuk ukan an
kare karena na
memp memperl erlam amba batt efek efek jarin jaringa gan. n. Alko Alkoho holi lik k kron kronik ik umum umumny nyaa akan akan mempercepat pembusukan. Jika tubuh terurai saat kematian, anggota gerak akan menunjukkan pembusukan yang lambat, batang tubuh tubuh akan membusuk seperti biasa. 2. Kond Kondis isii tubu tubuh. h.
Kelembapan pada tubuh akan menunjang pembusukan. Cairan pada tubuh manusia kira – kira dua per tiga dari berat badan. Maka dari itu pada tubuh yang mengandung sedikit cairan seperti rambut, gigi, tulang akan memperlambat pembusukan. Pada kasus dehidrasi akan memperl memperlamb ambat at pembus pembusuka ukan. n. Tubuh Tubuh yang yang sangat sangat kurus kurus akan akan lebih lebih
30
lambat membusuk dibandingkan dengan tubuh yang gemuk karena jumlah cairan pada orang yang kurus lebih sedikit. 3. Paka Pakaia ian n pad pada a tub tubuh uh..
Pada Pada tubu tubuh h yang ang terp terpap apar ar udar udara, a, paka pakaia ian n dapa dapatt memp memper erce cepa patt pembusukan dengan menjaga suhu tubuh tetap hangat. Pakaian yang ketat dapat memperlambat pembusukan karena menekan bagian tubuh sehingga darah sedikit yang terkumpul pada daerah yang tertekan. 4. Umur Umur dan dan jen jenis is kel kelam amin in..
Tubuh Tubuh bayi bayi yang yang baru baru lahir lahir akan akan membus membusuk uk lebih lebih lambat lambat karena karena masih steril. Jika bayi baru lahir tersebut mengalami trauma selama atau setelah lahir atau sudah mendapat makanan setelah lahir, maka akan membusuk lebih awal. Tubuh anak – anak membusuk lebih cepat daripada orang tua, dimana pada orang tua akan membusuk lebih lama karena mengandung cairan lebih sedikit. Jenis Jenis kelami kelamin n tidak tidak terlal terlalu u berpen berpengar garuh. uh. Tubuh Tubuh wanita wanita memilik memilikii lemak lemak yang yang lebih lebih banya banyak k yang yang akan akan mempert mempertaha ahanka nkan n panas panas lebih lebih lama, yang akan mempercepat proses pembusukan.
2.12 Penyabunan (Saponifikasi)
Dikenal juga sebagai “grave wax” atau adiposera. Adiposera berasal dari bahasa latin, adipo untuk lemak dan cera untuk lilin) berwarna utih kelabu setel setelah ah meni mening nggal gal dika dikaren renak akan an deko dekomp mposi osisi si lema lemak k yang yang dika dikare rena naka kan n hidrolisis hidrolisis dan hidrogenasi hidrogenasi dan lemak (sel lemak) yang terkumpul terkumpul di jaringan jaringan subkut subkutan an yang yang menye menyebab babkan kan terben terbentuk tukny nyaa lechit lechitina inase, se, suatu suatu enzim enzim yang yang dihasilkan dihasilkan oleh Clostridium Clostridium welchii welchii,, yang yang berpen berpengar garuh uh terhad terhadap ap jaringa jaringan n lemak. Dengan demikian akan terbentuk asam – asam lemak bebas (asam palmitat, stearat, oleat), ph tubuh menjadi rendah dan ini akan menghambat bakteri untuk pembusukan dengan demikian proses pembusukan oleh bakteri akan terhenti. Tubuh yang mengalami adiposera akan tampak berwarna putih – kelabu, perabaan licin dengan bau yang khas, yaitu campuran bau tanah, keju, amoniak, manis, tengik, mudah mencair, larut dalam alkohol, panas,
31
eter, dan tidak mudah terbakar, bila terbakar mengeluarkan nyala kuning dan meleleh pada suhu 200 derajat Fahrenheit. Faktor – faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah : -
Kelembapan.
-
Lemak tubuh.
Sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir. Proses pertama saponifikasi terlihat pada lemak subkutan yang berada pada dagu, buah dada, bokong, dan perut, ini dikarenakan karena area tersebut mempunyai mempunyai lemak lebih banyak. banyak. Namun proses saponifikasi saponifikasi dapat terjadi di semua semua bagi bagian an tubu tubuh h yamg amg terd terdap apat at lema lemak. k. Otot Otot menj menjad adii dehi dehidr drasi asi dan dan menjadi sangat tipis, berwarna keabu – abuan. Organ – organ dalam dan paru – paru konsistensinya menjadi seperti perkamen. Secara histologis, makroskopis organ masih dapat dikenali. Walaupun secara mikroskopis sulit untuk dikenali. Walaupun dekomposisi lemak dimulai setelah meninggal, namun seringnya pembentukan saponifikasi bervariasi dari dua minggu atau dua bulan tergantung faktor – faktor yang mendukung seperti temperatur, pembalseman, kondisi penguburan, dan barang – barang sekitar jenazah. Ke untungan adanya adiposera ini : -
Tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang sangat lama sekali sampai ratusan tahun.
-
Dapat pula untuk mengetahui sebab – sebab kematian jangka waktu dekat seperti kecelakaan, namun dapat juga digunakan untuk waktu yang lama.
-
Tempat untuk pembuangan tubuh dapat diketahui.
-
Tanda Tanda – tanda positif positif dari kematian dapat diketahui dari kematian sampai beberapa minggu atau mungkin mungkin beberapa bulan.
Lemak tubuh pada waktu meninggal mengandung hanya sekitar 0,5% dari asam lemak lemak bebas bebas namun namun sekita sekitarr empat empat minggu minggu setelah setelah kematia kematian n dapat dapat meningkat sampai 20% dan setelah 12 minggu dapat meningkat menjadi 70% bahkan lebih. Pada saat ini adiposera dapat terlihat dengan jelas berwarna putih keabuan menggantikan jaringan j aringan lunak. Pada awal saponifikasi, dimana
32
belum terlalu jelas terlihat pemeriksaan dapat dengan menggunakan analisa asam palmitat. Adipos Adiposera era dapat dapat diketem diketemuka ukan n bercam bercampur pur dengan dengan dekom dekompos posisi isi yang yang lain lain tergantung dari letak tubuh dan lingkungan yang bervarias, maka salah satu tubuh dapat menjadi saponifikasi di bagian tubuh yang lain dapat menjadi mumifikasi atau pembusukan.
2.13 Mumifikasi
Perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuh akibat dekomposisi dapat dihamb dihambat at dan digant digantika ikan n dengan dengan mumifk mumifkasi. asi. Mumif Mumifika ikasi si secara secara harafia harafiah h menggambarkan proses pembentukan “mumi”, sebuah kata yang diambil dari bahasa Persia “mum” yang berarti lilin. Kata ini diambil dari catatan sejarah Yunan Yunan kuni kuni yang yang mengga menggamba mbarka rkan n bangsa bangsa Persia, Persia, dalam dalam pengho penghorma rmatan tan terhada terhadap p bangsa bangsawan wanny nya, a, mengaw mengawetka etkan n mereka mereka dengan dengan lilin. lilin. Mayat Mayat yang yang mengalami mumifikasi akan tampak kering, berwarna coklat, kadang disertai bercak warna putih, hijau atau hitam, dengan kulit yang tampak tertarik terutama pada tonjolan tulang, seperti pada pipi, dagu, tepi iga, dan panggul. Organ Organ dalam dalam umumn umumnya ya mengal mengalami ami dekom dekompos posisi isi menjad menjadii jaringa jaringan n padat padat berwarna coklat kehitaman. Sekali mayat mengalami proses mumifikasi, maka kondisinya tidak akan berubah, kecuali bila diserang oleh serangga. Mumifikasi pada orang dewasa umumnya tidak terjadi pada seluruh bagian tubuh. tubuh. Pada Pada umumn umumnya ya mumifik mumifikasi asi terjadi terjadi pada pada sebagi sebagian an tubuh tubuh,, dan pada pada bagian tubuh lain proses pembusukan terus berjalan. Menurut Knight, mumifikasi dan adiposera kadang terjadi bersamaan karena hidrolisa lemak membantu proses pengeringan mayat. Mumi secara alami jarang terbentuk karena dibutuhkannya suatu kondisi yang spesifik, namun proses ini menghasilkan mumi – mumi tertua yang dikenal manusia. Mumi alami yang tertua, diperkirakan berasal dari tahun 7400SM. Mumifikasi Mumifikasi umumnya terjadi pada daerah dengan dengan kelembapan kelembapan yang rendah, rendah, sirkulasi sirkulasi udara yang baik dan suhu yang hangat, hangat, namun namun dapat pula terjadi di daerah dingin dengan kelembapan kelembapan rendah. Ditempat Ditempat yang bersuhu panas,
33
mumifikasi mumifikasi lebih mudah mudah terjadi, terjadi, bahkan bahkan hanya hanya dengan dengan mengubur mengubur dangkal mayat mayat dalam dalam tanah tanah berpas berpasir. ir. Faktor Faktor dalam dalam tubuh tubuh mayat mayat yang yang menduk mendukung ung terjadinya mumifikasi antara lain adalah dehidrasi premortal, habitus yang kurus dan umur yang muda, dalam hal ini neonatus. Kasus mumifikasi dengan preservasi anatomi dan topografi yang cukup baik di Indonesia ditemukan pada Januari 1988 di desa Cibitung kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Kasus ini adalah temuan kedua di Indonesia, mayat ditemukan dalam sebuat kamar tertutup dengan suhu kamar 32 – 34 derajat Celcius dengan kelembapan 62 – 67%. Mayat nenek ini ditemukan setelah sang nenek menurut keluarga menghilang tujuh bulan sebelumnya. Saat ditemukan, mata, hidung, dan mulut sudah tidak ada. Sebagian pipi dan bibir tersisa kulit kering berwarna kelabu. Leher kiri dan kanan terdapat kulit dan jaringan otot yang mengering. Bagian depan masih utuh seluruhnya, berupa kulit dan otot yang mengering, kaku dan keras. Pada bagian belakang hanya tulang iga saja yang masih masih utuh. utuh. Rongga Rongga dada dada perut perut telah telah koson kosong g seluruh seluruhny nya. a. Lengan Lengan kanan kanan berupa kulit berwarna kelabu, telapak dan punggung tangan masih utuh dan mengering. Lengan kiri mengering warna kuning kelabu dengan tangan kiri tinggal tulang – tulang saja. Tungkai kanan dan kiri tampak sebagai kulit dan otot yang telah kering berwarna kuning coklat dengan bercak kelabu. Secara mikros mikroskop kopis is kulit kulit masih masih menun menunjuk jukkan kan gambar gambarang ang yang yang dapat dapat dikena dikenali li sebag sebagai ai kuli kulit, t, otot otot tampa tampak k sebag sebagai ai serab serabut ut yang yang sedik sedikit it berg bergel elom omba bang ng berwarna eosinofilik dan homogen tanpa inti sel. Mumi Mumifi fika kasi si serin sering g terja terjadi di pada pada bayi bayi yang yang meni mening ngga gall keti ketika ka baru baru lahi lahir. r. Permukaan tubuh yang lebih luas dibanding orang dewasa, sedikitnya bakteri dalam tubuh dibanding dibanding orang dewasa membantu penundaan pembusukan pembusukan sampai terjadinya terjadinya pengeringan pengeringan jaringan tubuh. tubuh. Pada orang dewasa secara lengkap jarang terjadi, kecuali sengaja dibuat oleh manusia.
Arti Mumifikasi dalam Interpretasi Interpretasi Kedokteran Forensik
Mumifikasi adalah proses yang menginhibisi proses pembusukan alami yang memiliki karakteristik dimana jaringan yang mengalami dehidrasi menjadi
34
kering, berwarna gelap, dan mengerut. Pengeringan akan menyebabkan tubuh lebih kecil dan ringan. Dilihat dari sudut forensik, mumifikasi memberikan keuntungan dalam bertahannya bentuk tubuh, terutama kulit dan beberapa organ dalam, bentuk wajah secara kasar masih dapat diindentifikasi secara visual visual.. Mumifi Mumifikas kasii juga juga dapat dapat mempres mempreserv ervasi asi bukti bukti terjadi terjadiny nyaa jejas jejas yang yang menunjukkan kemungkinan sebab kematian. Elliot Smith (1912) menemukan mumi mumi yang yang tela telah h beru berumu murr kura kurang ng lebi lebih h 2000 2000 tahu tahun n dan dan masih masih mamp mampu u menunjukkan bahwa sebab kematian orang itu adalah akibat kekerasan. Luka – luka yang ada cocok dengan luka akibat bacokan kapak atau pedang, tusu tusuk kan tom tombak bak
dan dan
puku pukula lan n
dari ari
pegan egang gan tom tombak. ak.
Foto Foto kepal epalaa
menunjukkan korban diserang saat tidur yang disimpulkan Elliot dari luka pada puncak kepala yang menurutnya tidak mungkin atau sulit dilakukan saat korb korban an berd berdir iri. i. Tida Tidak k adan adany ya luka luka pada pada daer daerah ah lain lain memb membua uatt Elli Elliot ot menyimpulkan bahwa tidak ada tanda perlawanan. Karena sifat dari jaringan tubuh yang termumifikasi cenderung keras dan rapuh, maka untuk dapat memeriksanya potongan kecil jaringan direndam dalam dalam sodi sodium um karb karbon onat at atau atau campu campura ran n alko alkoho hol, l, form formali alin n dan dan sodi sodium um carbonate. Pada proses mumifikasi tubuh yang lebih lengkap, maka untuk dapat melakukan pemeriksaan pemeriksaan dalam, mayat harus direndam dalam glycerin glycerin 15% selama beberapa saat. Kepe Kepent ntin inga gan n fore forens nsik ik yang yang tak tak kala kalah h pent pentin ing g pada pada mumi mumifik fikasi asi adal adalah ah identifikasi. identifikasi. Walau terjadi pengerutan pengerutan namun namun struktur struktur wajah, rambut, dan beberapa kekhususan pada tubuh seperti tato dapat bertahan sampai bertahun – tahun. Terperliharanya sebagian dari anatomi dan topografi jenasah pada proses mumifikasi memungkinkan pemeriksaan radiologi yang lebih teliti. Dengan pemeriksaan radiologi, jejas- jejas yang mungkin terlewatkan dalam pemeriksaan mayat dan bedah mayat dapat ditunjukkan dengan jelas dan dieksplorasi kembali lewat pemeriksaan bedah jenasah. Pemeriksaan CT scan pada mumi juga dapat mengungkapkan jejas pada lokasi yang sulit dijangkau, bahkan dengan pemeriksaan bedah mayat. mayat. Proses mumifikasi juga memungkink memungkinkan an dilakukann dilakukannya ya pemeriksaan pemeriksaan DNA,
35
baha pada jenasah yang berusia ratusan atau ribuan tahun. Laposan kulit luar yang miskin akan inti sel mungkin tidak cukup baik diambil sebagai sampel, namu namun n tulan tulang, g, akar akar rambu rambut, t, orga organ n dalam dalam dan dan sisa sisa caira cairan n tubu tubuh h yang yang mengering pada mumi dapat digunakan untuk pemeriksaan DNA. Yang harus diingat dalam pemanfaatan mumi untuk kepentingan forensik bahwa pada mumifikasi terjadi pengerutan kulit yang dapat menimbulkan artefak pada kuli kulitt yang yang meny menyeru erupa paii luka luka / jejas jejas terut terutam amaa pada pada daera daerah h pubi pubis, s, daer daerah ah disekiter leber, dan axilla.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Binarupa Aksara. Hal. 54-77 Saukko, P; Knight, B . 2004. The Pathophysiology of Death in Knight’s Forensic Pathology. 3th edition. Hodder Arnold. Page 52-90 Shepherd, R. 2003. Changes After Death in Simpson’s Forensic Medicine. 12 th edition. Arnold. Page 37-48 Vij,K Vij,K . 2008. 2008. Death Death and Its Medico Medicoleg legal al Aspect Aspectss (Foren (Forensic sic Thanat Thanatolo ology) gy) in Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4 th editon. Elsivier. Page 101-133
36
Vass AA. Decomposition. Microbiology Today 2001 Nov (28):190-2. Available from : http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf .
37