Proposal Sayembara Sayembara Nasional Prakarsa Masyarakat Masyarakat Dalam Dalam Penataan Penataan Ruang Untu k Kota Ko ta Lestari
PENGELOLAAN SAMPAH KOTA UNTUK NUTRISI BAGI TANAMAN PERTANIAN
oleh: Djoko Nugroho Purwanto, Ir., MT. (urbanis dan arsitek) Almudi Khurniawan, S.P (agriculturer (agriculturer dan dan praktisi pertanian)
Penyelenggara Subdit Kerjasama Lintas Sektor Direktor at Penataan Penataan Ruang Nasional Gedung G II Lt. 2 Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Email :
[email protected], Situs : www.penataanruang.net, prakarsakotalestari.wordpress.com Tahun 2009 2009
PENGELOLAAN SAMP H KOTA U TUK NUTRI I BAGI TAN AMAN PERT ANIAN
I.
PEN AHULUAN
Latar Belakang Permasalahan Konsep Tata Ruang Kota yang Lestari mencakup banyak aspek kehidupan asyarakat. alah satu aspek yang sangat krusial dan me jadi perhatin adalah
engelolaan sampah perkotaan, bai
yang ber sal dari
rumahtangga, industri ma pun usaha l in. Selama eberapa de ade ini, sistem pengelola n sampah k ta masih dilakukan dengan cara
engumpulka dan menimbun sampah pada suatu lokasi yang relatif luas, emudian
setelah men apai ketinggian tertentu ti bunan aka ditutup den an lapisan t nah. Apabila lokasi terse ut sudah melebihi daya tampungn a untuk diti un dengan ampah, ma a segera akan dibuka lo asi baru pe imbunan sampah.
Bebera a komunitas dalam mas arakat yang berwawasan cukup maju telah memulai sistem pe gelolaan sampah swa arsa yang t rpadu dan b rkelanjutan, dengan metode pemisahan sampah or anik dan sa pah anorganik, dau ulang samp h an-organi , serta mendekomposisi ampah orga ik menjadi k mpos untuk tanaman pertanian. M tode ini me butuhkan lahan yang rel tif lebih luas untuk pemi ahan dan fe mentasi sa pah, dan aktu proses yang relatif lama (3-4 bul n). Selain iitu ada juga sistem pen elolaan sampah secara mekanis me ggunakan alat-alat yang modern, dimana sam ah organik an sampah an-organik dipisahkan berdasarkan jenisnya deng n mesin. S lanjutnya sampah an-organik didau ulang sesu i jenisnya, s dangkan sa pah organi diolah untu menghasilk n biogas yang dapat iubah menj di energi listrik. Sistem i i membutuhkan teknologi tinggi dan iinvestasi yang sangat besar, serta umber daya manusia yan dengan skill khusus.
Produk i sampah a an terus me ingkat seiring dengan pertumbuhan penduduk per otaan, pere onomian dan pengem angan industrialisasi. Na un karena kebutuhan pe duduk terha ap lahan se akin besar, sehingga (hampir) tidak mungkin membuka lahan TPA baru, baru, sedangkan olume sampah di wilaya perkotaan mumnya sudah melebihi kapasitas daya tamp ng TPA. TPA. Ke eradaaan T A sendiri menimbulkan anyak permasalahan sosial dan lingkungan b gi masyarakat di sekitar ya, selain ahwa samp h juga mer pakan penghasil gas methane CH yang 21 kali lebih berbah ya dibandin CO2 terhad p Global Warming. rming.
II.
TUJ AN PROYE A. Membangun Sist m Pengelol an Sampah Rumahtangga Perkotaan secara partisipatif, ter adu dan berk lanjutan untuk menghasilkan bahan nutrisi bagi tanaman p rtanian, se ingga dapat menjadi alter atif solusi baru bagi perm salahan pengelolaan sa pah perkota n dan renca a tata ruang kota. B. Men orong gera an dan inisiatif masyar kat untuk
endukung ebijakan Pe da setempat terkait
impl mentasi UU NO. 18 / 20 8 dan KEP ENKES No. 852/Men./K s/SK/IX/200 tentang KEBIJAKAN NASIIONAL PEN ELOLAAN AMPAH CAIIR DAN PA AT TERPADU, yang me prioritaskan kegiatan pem rintah pada : •
embuat per ncanaan pe utupan TPA pen dump si tes tahun 20 9,
•
embangun an mempr mempro o osikan TPA ang bersih dan tertutup p da tahun 20 3,
•
empromosi an rencana pengelolaan persampahan berbasis ma yarakat,
•
endukung gerakan 3R “re “reduce, reuse, recycle” recycle”
•
emperkenal kan pengope asian asian TPAb rsih dan ber anfaat, termasuk pemanf aatan gas,
•
emperkenal kan serti sertifikasi fikasi CDM (Kyoto Clean Development Mec anism) anism),
•
Meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah perkotaan.
C. Mendukung gerakan pertanian terpadu berkelanjutan dengan menyediakan bahan nutrisi bagi tanaman pertanian dari hasil pengolahan sampah yang terpadu dan berkelanjutan.
III.
MANFAAT PROYEK A. Manfaat Manfaat bagi w arga masyarakat : 1. Tata ruang kota yang lebih baik, melalui : -
Efisiensi waktu pengelolaan sampah (dari rumahtangga ke industri pengolahan) menjadi produk yang ramah lingkungan.
-
Lingkungan yang bersih dari pencemaran (bau) serta penyakit yang diakibatkan oleh akumulasi penumpukan sampah di TPA (open (open dum site) site).
-
Mengurangi kebutuhan pengadaan lahan untuk pembuangan sampah perkotaan (TPS/TPA).
2. Peluang usaha baru bagi masyarakat -
Investasi relatif kecil dengan profit yang relatif cukup besar dan berkelanjutan, Pay back periode diharapkan akan tercapai dalam 16 bulan.
-
Teknologi dan sistem manajemen usaha yang sederhana, sehingga mudah untuk dikelola oleh masyarakat secara mandiri.
-
Lapangan kerja baru bagi generasi muda.
3. Produksi pupuk organik yang berkualitas karena tidak hanya mengandung unsur mikro (dan sebagian kecil makro/NPK) tetapi juga enzym, hormon dan asam-asam organik yang sangat diperlukan untuk produktifitas tanaman dan kelestarian lingkungan, dengan teknologi pemberian ESSENCE yang dimiliki PT.NATURAL NUSANTARA NUSANTARA,, sehingga akan mampu : -
Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha pengelolaan industri pengolahan sampah dan pemasaran produk pupuk organik yang berkualitas.
-
Mendukung pengembangan program urban farming yang mampu untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah serta meningkatkan pendapatan bagi rumahtangga di wilayah perkotaan dengan suplai pupuk organik mandiri dari hasil proses pengolahan sampah perkotaan.
B. Manfaa Manfaatt bagi lingkungan hi dup :
1. Mengurangi tekanan penggunaan lahan untuk penimbunan dan pengolahan sampah perkotaan, terutama di wilayah perkotaan yang semakin berkembang. 2. Proses pengolahan sampah yang sangat ramah lingkungan dengan menerapkan pemanfaatan maksimal hasil setiap tahap proses pengolahan bahan baku sampah, sehingga tidak ada hasil/limbah yang terbuang percuma, seperti asap hasil proses incinerasi juga dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku untuk asap cair (pengawet kayu) dan pupuk organik. 3. Efisiensi industri pengolahan sampah -
Memerlukan waktu dan lahan yang relatif lebih sedikit. Dengan luasan lahan 2.691 m2 mampu mengolah 20 ton sampah per hari.
-
Mereduksi volume produk sampah menjadi 10% dari volume bahan baku asal melalui proses incinerasi.
-
Memerlukan waktu singkat (kurang dari 3 minggu) untuk mengubah sampah menjadi produk pupuk organik yang berkualitas bagi tanaman pertanian.
-
Investasi yang relatif tidak terlalu besar untuk membangun industri pengolahan berbasis komunitas.
4. Efektifit Efektifitas as kegiatan pengolahan pengolahan sampah sampah -
Mampu memanfaatkan semua jenis limbah padat (limbah rumah tangga, pasar, industri dan pertanian) bahkan limbah plastik dan karet menjadi pupuk organik yang berkualitas. Hanya limbah besi dan kaca yang tidak bisa diolah menjadi bahan baku pupuk.
-
Operasional pabrik yang sederhana sehingga tidak terlalu membutuhkan sumber daya manusia dengan kualifikasi / skill yang tinggi.
-
Menghasilkan bahan baku yang dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk organik yang berkualitas tinggi dan terbukti mampu menyuburkan tanah dan tanaman pertanian
5. Aspek K3 dalam sistem manajemen produksi pengolahan sampah perkotaan yaitu Kuantitas (produksi tinggi), Kualitas (kandungan, rendemen, rasa, warna, aroma, daya tahan simpan), Kelestarian (kuantitas dan kualitas secara jangka panjang, ramah lingkungan). C. RENCANA KERJA DAN STRATEGI a. Pertimbangan:
1)
Rumahtangga masyarakat perkotaan menghasilkan sampah setiap hari, yang akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan perkembangan kota.
2)
Keberadaan TPA sekarang sebagian besar sudah tidak layak dan tidak mampu lagi menampung produksi sampah dari wilayah perkotaan Indonesia.
3)
Sesuai dengan NO. 18 / 2008 dan KEPMENKES No. 852/Men./Kes/SK/IX/2008, maka pada tahun 2013 tidak akan diperbolehkan lagi adanya TPA open dump site, site, yang akan mulai ditutup mulai tahun 2009.
4)
Diperlukan suatu inovasi baru sistem pengelolaan sampah yang lebih efektif dan efisien untuk mengimbangi laju peningkatan produksi sampah perkotaan.
5)
Perlu partisipasi aktif dari masyarakat untuk ikut terlibat dalam pengelolaan sampah perkotaan melalui komunitas-komunitas pengelolaan sampah mandiri.
6)
Sistem pengelolaan sampah perkotaan sangat perlu untuk diintegrasikan dan disinergikan dengan sektor pembangunan lain, terutama sektor perencanaan wilayah dan tata kota dan pertanian.
7)
Perlunya membangun kesepahaman, kesepakatan dan kerjasama diantara stakeholder pengelolaan sampah perkotaan, seperti dari pihak pemerintah, kalangan swasta (bisnis), akademis (perguruan tinggi) dan masyarakat.
b. Keterbatasan: 1)
Membutuhkan investasi yang tidak sedikit untuk unit instalasi pengolahan dan infrastruktur pendukungnya, walaupun relatif kecil jika dibandingkan dengan kapasitas, efisiensi dan efektifitas produksi pengolahan sampah yang direncanakan.
2)
Perlu peran aktif seluruh lapisan masyarakat dan dinas-dinas terkait pelaksanaan kegiatan mulai dari perencanaan awal sampai tahap produksi dan pemasaran.
3)
Perlu dukungan dari PEMDA setempat melalui penetapan PERDA yang mendukung keberadaan industri pengolahan sampah ini dan sistem pengelolaan sampah perkotaan berbasis komunitas, termasuk pula sistem pemasaran pupuk organik dari hasil pengolahan terpadu sampah perkotaan.
c. Rencana Kerja: c.1.
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN MANDIRI BERBASIS KOMUNITAS
Sistem pengelolaan sampah perkotaan akan dibangun dengan partisipasi aktif masyarakat melalui: 1. Pertemuan inisiasi dengan para tokoh masyarakat setempat untuk membangun sosialisasi tujuan pelaksanaan proyek kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga akan mulai terbangun partisipasi aktif dan menggali aspirasi (masukan usul, saran, kritik dan informasi) dari masyarakat. 2. Pertemuan dengan seluruh elemen dan lapisan masyarakat melalui pertemuan-pertemuan komunitas untuk membangun kesepahaman bersama yang ditandai dengan tercapainya MoU (memorandum organic farming understanding) understanding ) antara pelaksana proyek dengan perwakilan dari masyarakat setempat. 3. Pertemuan dengan masyarakat untuk membangun kesepakatan sosial pembangunan unit usaha pengelolaan sampah mandiri masyarakat yang sesuai dengan kerangka proyek ini, ditandai dengan tercapai kontrak kerjasama pelaksana proyek dengan perwakilan dari masyarakat setempat. 4. Pertemuan dengan masyarakat untuk melaksanakan evaluasi bersama secara partisipatif terhadap pelaksanaan pelaksanaan proyek ini. ini. Dari pertemuan-pertemuan ini diharapkan akan terwujud satu unit usaha mandiri pengelolaan sampah perkotaan oleh suatu komunitas dalam masyarakat setempat, yang menjamin tercapainya aspek kemandirian, keberlanjutan dan partisipasi masyarakat.
c.2.
PRODUKSI ABU DENGAN INCINERATOR INCINERATOR
Pengolahan sampah dengan Incinerator (pembakaran) yang dilengkapi filter pengolah asap dapat mereduksi volume sampah hingga hampir 100% dari semula. Hampir semua jenis sampah dapat dibakar menjadi abu, kecuali logam (besi, alumunium, baja, seng dan lain-lain) dan kaca, sehingga harus dipisahkan sejak awal dan bisa disalurkan ke industri pengolahan logam dan kaca. Incinerator adalah reaktor tertutup yang terdiri dari 3 bagian, yaitu: 1. ruang atas sebagai pengeringan sampah 2. ruang tengah sebagai pembakaran sampah 3. ruang bawah sebagai penampung abu hasil incinerasi
Incinerator percontohan PT. NASA kapasitas 500 kg/hari. Incinerator didesain dengan pengolah asap, sehingga asap tidak mencemari lingkungan bahkan senyawa yang berbahaya seperti Dioksin dapat dinetralisir. Teknologi untuk menetralisir senyawa berbahaya yaitu berupa filter yang bisa diganti-ganti. Filter terdiri dari beberapa bagian yaitu karbon aktif dan zeolite. Dengan menggunakan filter ini asap akan berubah menjadi cairan yang bisa digunakan untuk campuran pupuk, atau bisa juga menjadi bahan asap cair untuk pengawet kayu.
Filter asap pada intalasi Incinerator sampah
c.3.
PEMBENTUKAN PUPUK GRANULE
Proses granuleasi kurang lebih terdiri dari delapan proses yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap utama. Tiga tahapan utama tersebut adalah : a. Persiapan bahan baku, b. Pembuatan granule (gr (granuleasi), anuleasi),
c. Pengemasan. Pengemasan.
Bagan proses pembuatan pupuk organik granule
. Persiapa Bahan Baku Persiapan bahan baku dilakukan s cara terpisah. Jadi jika ahan baku terdiri dari tiga bahan, maka pro es ini juga t rbagi menja i tiga bagia . Bahan unt k membuat upuk organik granule harus dalam bentuk tepung. Sebagian bahan baku bisa diperoleh ata dibeli dala tepung, seperti: kaptan, zeolite,
bentuk
olomite, atau fosfat ala . Sebagian bahan kemungkinan
diperoleh dalam bentuk bongkaha ukuran yang besar. Ba an-bahan ini harus diola terlebih dahulu hi gga berbent k tepung.
Peningkatan kualitas b han baku dengan Essence PT. NATU AL NUSANT RA a. BAH N DASAR (ESSENCE) ......................... ..................... ......... Meng ndung : a. ZPT (Zat Pengatur Tum uh) Tanama b. Penyusun sam lemak, protein dan karbohidrat c. Penyusun sam-asam rganik yang ibutuhkan tanaman d. unsur-uns r mikro yang dibutuhkan t naman
(BAHAN A)
b. BAHAN BAHAN DASAR DASAR CAMPURAN PURAN ( PUPUK PUPUKANORGANIK) RGANIK) .... ....................................
(BAHAN (BAHAN B)
Perbandingan takaran (dalam volume) : a. Urea
: 7 bagian
b. SP 36 / TSP
: 1 bagian
c. KCL
: 3 bagian
d. Dolomit
: 3 bagian
Keempat campuran tersebut digiling halus, dicampur merata sebagai Stock Campuran.
c. BAHAN BAHAN DASAR DASAR CAMP CAMPURA URAN (TERBUA (TERBUAT DARI DARI ABU) ABU) .... ........................................
(BAHAN (BAHAN C)
Bahan yang digunakan adalah abu hasil incinerasi sampah.
d. PENYIAPAN BAHAN BAKU PUPUK ORGANI ORGANIK GRANULE Perbandingan campuran : a. Essens (Bahan A)
: 1 kg
b. Pupuk Anorganik (Bahan B)
: 3 liter iter
c. Abu (Bahan (Bahan C)
: 5 liter liter
d. Campuran bahan A, B, dan C dengan air secukupnya ( ± 2liter) e. Diaduk merata sampai tampilan seperti pasta f. Didiamkan (difermentasi) selama 14 – 30 hari ( 2 – 4 minggu ) g. Campuran siap diolah menjadi pupuk granule
Pengeringan Bahan Proses pertama adalah pengeringan bahan. Bahan baku hasil fermentasi tersebut dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan bisa dilakukan dengan cara dijemur atau dengan menggunakan mesin pengering. Pengering dilakukan hingga kadar air kurang dari antara 10-15% atau sampai kompos bisa ditepungkan.
Penghalusan Penghalusan Bahan Penghalusan bisa dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin. Penghalusan secara manual misalnya dengan cara ditumbuk. Penghalusan dengan mesin menggunakan mesin cacah khusus. Penggunaan mesin menghasilkan bahan baku yang lebih halus dengan kapasitas yang lebih besar daripada cara manual.
Pengayakan Bahan Untuk mendapatkan ukuran tepung yang seragam, bahan baku yang telah dihaluskan diayak. Pengayakan menggunakan ayakan (screen ( screen)) halus. Pengayakan bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin ayak. Yang perlu diperhatikan adalah mesin ayakan harus tertutup atau dilengkapi dengan penyedot debu, karena tepung bisa terbang ke mana-mana. Bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke mesin penghalus/pencacah untuk dihaluskan kembali. Jika perlu bahan tersebut dikeringkan lagi agar mudah ditepungkan. Bahan-bahan yang sudah tidak bisa dihaluskan bisa dijadikan pupuk organik curah. Jadi tidak ada bahan yang terbuang.
6. Granulasi Pencampuran Bahan Semua bahan sesuai dengan resepnya dicampur menjadi satu. Pencampuran harus dilakukan baik agar semua bahan tercampur merata. Dalam skala kecil pencampuran dapat dilakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dan sekop. Dalam skala besar pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer (mesin pencampur). Apabila perekatnya berbentuk tepung, penambahan perekat dilakukan pada proses ini.
Mixer untuk mencampur dan mengaduk
Bahan-bahan pupuk organik yang telah
bahan baku pupuk organik
dicampur merata
Pembuatan Pupuk Granule Semua bahan yang telah tercampur selanjutnya dibuat granule dengan menggunakan pan granulator. Perekat (jika dalam bentuk cair) ditambahkan secara perlahan-lahan hingga terbentuk granule. Sebagai contoh jika bahan perekat yang digunakan adalah molase. Semua bahan harus berbentuk tepung kecuali molase. Molase diencerkan dengan air dengan komposisi 5% molases + 95% air. Jadi setiap 1 liter molases diencerkan dengan 19 liter air. Campuran perekat diaduk
hingga tercampur merata.
Pan granulator ukuran besar dengan diameter pan 3 meter Bahan-bahan yang sudah tercampur merata kemudian dimasukkan ke dalam pan granulator. Banyaknya bahan yang ditambahkan kurang lebih sampai bahan tertumpah ke luar pan. Biarkan pan berputar beberapa saat. Semprotkan larutan molases secara perlahan dan sedikit demi sedikit ke permukaan bahan. Usahakan agar molases tidak mengenai plat besi pan, karena akan membuat bahan menempel pada pan. Penyemprotan dilakukan terus sambil bahan diaduk-aduk agar molases tercampur lebih merata.
Pembentukan granule Penambahan molases akan membasahi bahan dan merangsang pembentukan granule. Granule tumbuh dari ukuran kecil kemudian membesar dan membesar. Putar terus pan dan semprotkan molases sampai granule terlihat basah dan ukuran granule semakin membesar. Apabila pembentukan granule tidak serempak, ukuran granule menjadi tidak seragam. Beberapa granule berukuran besar terbentuk sedangkan granule yang lain masih kecil-kecil. Granule yang berukuran besar ini akan terdorong ke bibir pan dan akhirnya akan keluar dan jatuh ke bawah. Apabila diperlukan pada saat pembentukan granule bisa ditambahkan bahan-bahan baru. Penambahan ini bertujuan untuk memperbesar ukuran granule dan mengurangi tingkat kebasahan granule. Penambahan bahan baru dilakukan perlahan-lahan. Ketika ukuran granule sudah sebesar 3 – 5 mm, granule-granule ini harus segera dikeluarkan dari pan. Jika tidak, ukuran granule akan semakin membesar dan membesar.
Proses pembentukan granule secara kontinyu Ketika proses pembentukan granule berlangsung, granule yang berukuran besar akan terdorong
ke bagian pinggir dan granule yang berukuran kecil berada di bagian bawahnya. Penambahan bahan baru seperti yang telah disebutkan di atas akan semakin mendorong granule tersebut keluar dari pan granulator. Sifat ini bisa dimanfaatkan untuk membuat granule secara kontinyu.
Caranya adalah sebagai berikut: a. Ketika granule yang pertama dibuat sudah berukuran cukup (3– 5 mm), tambahkan bahanbahan baru ke dalam pan granulator. Penambahan ini mendorong granule yang berukuran besar keluar dari pan. b. Semprotkan kembali molases secara perlahan-lahan. Atur pancaran larutan molases ini agar tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Apabila terlalu besar, kemungkinan akan terbentuk granule yang berukuran besar-besar. Apabila terlalu kecil, pembentukan granule menjadi lebih lama. c. Bahan-bahan baru ditambahkan lagi sesuai dengan kecepatan pembentukan granule. Atur agar penambahan bahan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Apabila terlalu cepat, granule-granule yang berukuran kecil akan segera keluar dari pan. Apabila terlalu lambat, granule yang terbentuk menjadi lebih besar-besar.
Pengeringan Granule Granule yang baru keluar dari pan granulator biasanya masih basah. Granule ini perlu dikeringkan hingga kadar air kurang lebih 10-15%. Pengeringan granule bisa dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan mesin pengering.
Mesin pengering skala besar di pabrik pupuk
Granuleyang baru keluar dari pan dan masih
dengan burner
basah
Granule yang baru keluar dari pan granulator masih terlalu basah. Granule tersebut perlu
dikeringkan hingga kadar airnya kurang dari 15%. Semakin kering semakin baik. Pengeringan granule bisa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dijemur di bawah sinar matahari atau menggunakan mesin pengering. Umumnya pengeringan granule dilakukan dengan mesin pengering, karena relatif lebih cepat dan tidak terlalu banyak mengkonsumsi bahan bakar.
c.4.
PENGEMASAN Pengayakan Meskipun dilakukan dengan sebaik-baiknya, umumnya granule tidak benar-benar seragam. Ukuran granule bervariasi dari yang terkecil hingga besar. Ukuran granule yang biasa diinginkan antara 3 – 5 mm. Memisahkan ukuran granule dilakukan dengan cara pengayakan.Granule yang berukuran kecil digunakan kembali dalam proses granuleasi, sedangkan granule yang berukuran besar dihaluskan dan digunakan sebagai bahan baku kembali. Granule yang reject atau pecahpecah juga dapat dijual sebagai pupuk organik curah. Jadi sekali lagi tidak ada bahan yang dibuang. Granule yang sudah kering selanjutnya diayak untuk mendapatkan ukuran granule yang seragam. Sama seperti langkah sebelumnya, pengayakan bisa menggunakan ayakan manual atau ayakan putar. Pengayakan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: granule ukuran sedang (3 – 5 mm), granule ukuran besar (>5 mm), dan granule ukuran kecil (< 3 mm). Granule yang dikemas adalah granule yang berukuran sedang ( 3 – 5 mm). Granule yang berukuran kecil dimasukkan kembali ke mesin penghancur untuk dihaluskan dan digunakan kembali sebagai bahan baku. Granule yang berukuran kecil digunakan sebagai inti granule pada saat granulasi menggunakan pan granulator.
Mesin pengayak granule mekanis
Pupuk granule yang sudah jadi (kering jemur) dan siap di packing
Pengemasan Pengemasan pupuk organik granule Granule yang berukuran seragam selanjutnya dimasukkan ke dalam karung atau kantung plastik dan kemudian ditimbang. Ukuran kemasan bermacam-macam tergantung kebutuhan konsumen. Ukuran yang biasa digunakan antara lain 5 kg, 25 kg, atau 30 kg. Kemasan disablon/dicetak dengan merek, nama produsen, komposisi, kandungan hara, cara pemakaian, dosis, masa kadaluwarsa, dan informasi lain yang diperlukan.
Pengemasan pupuk organik granule
Granule dapat dikemas sesuai dengan permintaan pasar. Ukuran kemasan misalnya: 5 kg, 10 kg atau 25 kg. Ukuran kemasan kecil 5 –10 kg menggunakan kemasan plastik. Kemasan ukuran besar 25 kg menggunakan karung. Kemasan sebaiknya diberi label yang berisi: nama dagang pupuk organik granule, produsen, komposisi atau kandungan pupuk, produsen, tanggal pembuatan dan nomor ijin dari Deptan/Deperindag.
d. Strategi: 1)
Kecepatan pengolahan, memasukkan sampah langsung dituangkan dari truk ke tungku incinerator berlapis 4 secara vertikal, maka sampah akan terbakar terus menerus, secara gravitasi abu akan turun pada lapis paling bawah sebagai bahan utama pupuk organik,
2)
Sebagian hasil berupa arang aktif sebagai bahan campuran pupuk untuk menyerap racun kimia di dalam tanah yang lama tersimpan dihasilkan dari pupuk pabrikan,
3)
Asap pembakaran disedot kemudian dihembuskan pada media air untuk mereduksi sekecilkecilnya unsur polutan terbang ke udara, dan dapat menghasilkan asap cair sebagai bahan campuran pupuk organik,
4)
Lokasi pengolahan diusahakan jauh dari permukiman penduduk, bila lokasi TPA yang ada memenuhi persyaratan tersebut, dapat dilakukan pada lokasi yang sama.
4.
Rencana Rencana A nggaran
No.
DESCRIPTION
UNIT COST (Rp)
Requirements VOL
UNIT
VOL
UNIT
TOTAL COST (Rp)
PROJECT SUPPORT/INDIRECT COST 1
Project Personnel
1.1
Koordi nator Proyek
2.500.000
1
person
4
month month
10.000.000
1.2
Staf Ahl i
2.000.000
2
person
4
month month
16.000.000
1.3
Staf
1.500.000
6
person
4
month month
36.000.000
Sub-Total 2 2.1 2.4 2.5
62.000.000
Operational Subsisdi Komunikasi (Telephone, Faximile, Internet) Refreshment
500.000
1
lumpsum
4
month month
2.000.000
300.000
1
lumpsum
4
month month
1.200.000
400.000
1
lumpsum
4
month month
1.600.000
2.000.000
1
lumpsum
4
month month
8.000.000
2.7
Stationery Subsidi Komputer dan Printer Dokumentasi
1.500.000
1
lumpsum
4
month month
6.000.000
2.8
Pelaporan
2.000.000
1
lumpsum
1
time(s) time(s)
2.000.000
2.9
Transportasi Tim
200.000
9
person
4
month month
7.200.000
2.6
Sub-Total
28.000.000
TOTAL INDIRECT COST
90.000.000
PROJECT OPERATIONAL/DIRECT COST 3 3.1 3.2 3.3
Pre-Operational
Koordinasi Tim Proyek Perijinan (kota, camat, lurah) Pertemuan dengan warga masyarakat Sub-Total
300.000,00
1
paket
4
bulan
800.000,00
1
paket
1
kali
800.000,00
300.000,00
6
paket
1
kali
1.800.000,00
1.200.000,00
3.800.000,00
4
4.1 4.2
4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14
Operational
Sewa Sewa lahan 15.000,00 200 m2 Buat model alat incenerator 20.000.000,00 1 unit 3 (kapasitas 2 m ) Buat model alat penyaring abu type A 8.000.000,00 1 unit (bulat) Blower penyedot 2.000.000,00 1 unit asap Tangki Tangki air bersih 2.500.000,00 2.500.000,00 1 unit Jaringan asap pipa 1.500.000,00 10 m1 besi diameter 3” Kolam air bersih 2.000.000,00 5 m3 Bak Fermentasi campuran abu 3.000.000,00 2 m3 dengan essen Pompa dan spuyer 2.500.000,00 1 PK semprot Pasang sambungan PLN 1300 VA / 3.000.000,00 1 unit genset 3 PK Pemasangan instalasi 600.000,00 1 paket listrik Listrik Listrik 200.000,00 200.000,00 1 paket paket Biaya essen 250.000,00 5 kg penyubur per 1% abu Keberlanjutan paska pelaksanaan program 500.000,00 1 paket (perawatan) Sub-Total
TOTAL DIRECT COST
TOTAL
4
bulan
12.000.000,00
1
kali
20.000.000,00
1
kali
8.000.000,00
1
kali
2.000.000,00
1
kali
2.500.000,00
1
kali
15.000.000,00
1
kali
10.000.000,00
1
kali
6.000.000,00
1
kali
2.500.000,00
1
kali
3.000.000,00
1
kali
600.000,00
12
bulan
2.400.000,00
12
bulan
15.000.000,00
12
bulan
6.000.000,00 105.000.000,00 108.800.000,00 108.800.000,00
198.800.000,00