24
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam lingkungan kerja, berbagai factor dapat mempengaruhi jalanya suatu pekerjaan. Faktor – factor ini perlu diperhatikan bukan hanya karena bersifat wajar dan manusiawi, tetapi karena apabila tidak diperhatikan akan dapat menimbulkan berbagai kerugian, sebsliknya jika diperhatikan dan dapat diatur dengan baik, maka dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Salah satu factor yang mempengaruhi pekerjaan adalah komponen penyusun dari system kerja tersebut. Untuk itu dalam perancangan system kerja yang melibatkan manusia haus diperhatikan kelebihan dan kekurangan mausia itu sendiri baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Kelebihan dan kekurangan manusia dari segi fisik harus dapat disesusaikandengan komponen system kerja yang berupa fasilitas kerja dan tempat kerjanya. Penyesuian komponen tersebut akan sangat membantu kerja manusia tersebut sehingga system akan bekerja secara optimal. Untuk itulah diperlukan suaut pengukuran anthropometri.
Pengukuran anthropometri merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap dimensi – dimensi tubuh manusia. Hasil dari pengukuran ini dapat diaplikasikan pada system kerja yang melibatkan manusia saat melakukan interaksi dengan komponen system kerja tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan perancangan suatu fasilitas dan tempat kerja dalam suatu system diperlukan pengetahuan tentang ergonomi dan anthropometri untuk dapat mennghasilkan suatu rancangan yang tepat dan optimal dengan memanfaatkan data – data pengukuran dimensi tubuh manusia yang akan berinteraksi dengan fasilitas dan tempat kerja tersebut. Digarapkan nantinya dengan adanya pengetahuan tentang anthropometri fasilitas dan tempat kerja dapat membuat keadaan kerja lebih produktif dan nyaman.
Data mengenai perancangan fasilitas kerja, maupun lokasi dan perpindahan, ditentukan oleh karakteristik tubuh manusia. Anthropometri membicarakan ukuran tubuh manusia dan aspek – aspek segala gerakan manusia maupun postur dan gaya – gaya yang dikeluarkan.
Dengan bantuan dasar – dasar anthropometri , maupun aspek – aspek pandangan dan medan visual, dapat membantu mengurangi beban kerja dan mempeerbaiki untuk kerja dengan cara menyediakan tata letak tempat kerja yang optimal, termasuk postur kerja yang baik dan landasan yang dirancang dengan baik.
Anthropometri merupakan bagian dari ergonomi yang akan secara khusus mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linear, berat, isi, meliputi juga ukuran, kekuatan, kecepatan, dan aspek lain darui gerakan tubuh. Istilah anthropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia, dan "metri" yang berarti ukuran. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan – pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia dan anthropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain:
Perancangan areal kerja.
Perancangan peralatan seperti mesin, perkakas.
Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja computer.
Perancangan lingkungan kerja fisik.
Oleh karena itu dalam kaitan ini maka perancangan produkl harus mampu mengakomondasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan mengguanakan produk hasil rancangan tersebut. Contoh dari anthropometri adalah pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, pengukuran lemak tubuh, dan lain – lain. Apabila kita nerasa kurang nyaman atau kurang percaya diri karena berat badan kita atau tinggi badan kita, maka itulah salah satu efek dari seorang yang telah melakukan pengukuran anthropometri.
Data anthropometri yang diperoleh nantinya akan menentukan bentuk, ukuran, dimensi, yang tepat yang bekaitan dengan produk yang akan dirancang sehingga manusia yang akan menggunakan atau mengoperasikan produk tersebut akan meras nyaman dan aman.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang dapat diambil adalah:
Peralatan apa yang digunakan dalam pengukuran Anthropometri?
Bagaimana cara mengukur dimensi – dimensi tubuh manusia sesuai anthropometri.
Bagaimana pengolahan dan Anthropometri?
Pembatasan Masalah
Berdasakan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka penulis membatasi penelitian ini meliputi:
Peralatan yang digunakan untuk mengukur merupakan fasilitas praktek Teknnik Industri Universitas Pamulang.
Pengukuran tubuh manusia dilakukan pada semua mahasiswa Teknik Industri angkatan 2011 Universitas Pamulang kecuali yang tidak hadir.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah diatas maka tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui alat – alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur tubuh pada saat praktikum.
Untuk menegetahui tata cara mengukur dimensi tubuh sesuai dengan Anthropometri.
Untuk mengetahui dimensi tubuh mahasiswa Teknik Industri angkatan IIV Universitas Pamulang.
Manfaat Penelitian
Melalui paktikum ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, yaitu:
Bagi penulis
Manfaat praktek ini bagi penulis yaitu untuk menambah wawasan dan pengalaman serta menerapkan ilmu yang telah dipelajari.
Bagi universitas
Hasil praktek ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan dapat memberikan suatu informasi yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dalam kegiatan selanjutnya.
Bagi khlalayak umum
Penulisan ini dapat digunakan untuk khalayak umum sebagai bahan referensi dan sebagai bahan pengetahuan bagi yang membaca terutama tentang Anthropometri.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini disusun dalam 5 ( Lima ) bab, agar memudahkan dalam pembahasan masalah dan memudahkan bagi pembaca untuk memahami permasalahan yang diuraikan.
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, Pembatasan masalah, tujuan praktek, manfaat praktek, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang dasar teori yang mendukung untuk pengumpulan dan pengolahan data praktek.
BAB III : METEODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menerangkan tentang tempat dan waktu praktikum, obyek penelitian, flowchart kegiatan praktikum, dan langkah – langkah praktikum.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini sksn menjelaskan tentang proses praktikum dan mengolah data Anthropometri.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan diperoleh kesimpulan dan saran secara keseluruhan dari hasil yang didapat pada bab – bab.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ergonomi
2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi
Pada zaman dahulu ketika masih hidup dalam lingkungan alam asli, kehidupan manusia sangat tergantung pada kegiatan tanganya. Alat-alat, perlengkapan-perlengkapan, atau rumah-rumah sederhana, dibuat hanya sekedar untuk mengurangi ganasnya alama pada saat itu.
Pejalanan waktu, walaupun secara perlahan-lahan, telah merubah manusia dari keadaan primitif menjadi manusia yang berbudaya. Kejadian ini antara lain terlihat pada perubahan rancangan peralatan-peralatan yang dipakai, yaitu mulai dari batu yang tidak berbentuk menjadi batu yang mulai berbentuk dengan meruncingkan beberapa bagian dari batu tersebut. Perubahan pada alat sederhana ini, menunjukkan bahwa manusia telah sejak awal kebudayaannya berusaha memperbaiki alat-alat yang dipakainya untuk memudahkan pemakaiannya. Hal ini terlihat lagi pada alat-alat batu runcing yang bagian atasnya dipahat bulat tepat sebesar genggaman sehingga lebih memudahkan pemegangan dan cengkraman saat digumakan.
Banyak lagi perbuatan-perbuatan manusia yang serupa dengan itu dari abad ke abad. Namun hal tersebut berlangsung secara apa adanya, tidak teratur dan tidak terarah, bahkan kadang-kadang secara kebetulan. Baru diabad ke-20 ini orang mulai mensistemasikan cara-cara perabaikan tersebut dan secara khusus mengembangkannnya. Usaha-usaha ini berkembang terus dan sekarang dikenal sebagai salah satu cabang ilmu yang disebut " Ergonomi". Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman. (Sumber: Ajenraj) Menurut Nurmianto (2008), istilah ergonomi mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya mulai telah bermunculan beberapa tahun sebelumnya. Berikut adalah kejadian-kejadian pentingnya:
1. C.T. Thackrah, England, 1831.
Thackrah adalah seorang dokter dari Inggris yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini. Pada saat itu Thackrah mengamati sorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi meja yang kurang sesuai secara antropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi penglihatan.
2. F.W. Taylor, USA, 1898.
Ia adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. Beberapa metodenya merupakan konsep ergonomic dan manajeman modern.
3. F.B. Gilbreth, USA, 1911.
Gilbreth mengamati dan mengoptimasi metode kerja dalam hal ini lebih mendetail dalam analisa gerakan. Ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu system meja yang dapat diatur naik-turun.
4. Industrial Fatigue Research Body, England, 1918.
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap ahrinya meningkat dengan jam kerja yang per-harinya menurun . disamping itu mereka juga mengamati waktu siklus yang optimum untuk system kerja berulang dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.
5. E. Mayo dan teman-temannya, USA 1933.
Ia adalah seorang warga Negara Australia, memulai beberapa studinya di suatu Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne , Chicago. Tujuannya adalah mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap factor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England dan USA.
Masalah yang adaa saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang, efekrivitas alat peraga, handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana yang terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.
Pembentukan masyarakat peneliti ergonomic (the Ergonomics Research Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa professional yang telah banyak berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah) pertama dalam bidang ERGONOMI pada November 1957. Perkumpulan Ergonomi Internasional (The International Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama. Disamping itu patut diketahui bahwa Konferensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).
2.1.2 Definisi Ergonomi
Istilah "ergonomi" berasal dari bahasa Latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dapat didefmisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurnianto, 2008:7) . Ergonomi berkenaari pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Dalam ilmu ergonomi, dibutuhkan studi tentang system dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungan nya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga "human factors".
Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri. (Defmisi diatas adalah berdasar pada Internasional Ergonomics Association). Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi, perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi wiraswastawan, manajer, pemerintahan, militer, dosen dan mahasiswa.
Banyak definisi tentang ergonomi yang dikeluarkan oleh para pakar dibidangnya antara lain :
Ergonomi adalah "Ilmu" atau pendekatan multidisipliner yang bertujuan mengoptimalkan sistem manusia-pekerjaannya, sehingga tercapai alat, cara dan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan efisien (Manuaba, A., 1981).
Ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka. dkk, 2004).
Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerja (Nurmianto, 1996).
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal-optimalnya (Suma'mur, 1987).
Ergonomi adalah praktek dalam mendesain peralatan dan rincian pekerjaan sesuai dengan kapabilitas pekerja dengan tujuan untuk mencegah cidera pada pekerja. (OSHA, 2000).
Dari berbagai pengertian di atas, dapat diintepretasikan bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia. Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan kemampuan, dan kapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan dibutuhkan penyerasian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancangulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas keija (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays), jalan/ lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (ruindows), dan Iain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal tersebut diatas adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja (working envi¬ronment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya. Ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan Iain-lain. Ergonomi dapat pula berfungsi sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin banyaknya pekerjaan yang berkaitan erat dengan komputer. Penyampaian informasi dalam suatu sistem komputer harus pula diusahakan sekompatibel mungkin sesuai dengan kemampuan pemrosesan informasi oleh manusia.
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya: desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan rigilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja (handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendali agar didapat optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan risiko kesalahan, serta supaya didapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya risiko kesehatan akibat metoda kerja yang kurang tepat. Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah penu'ngnya adalah untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/ risiko dalam penggunaannya.
2.1.3. Tujuan Ergonomi
Tujuan utama dari ergonomi adalah mempelajari batasan – batasan pada tubuh manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan kerjanya baik secara jasmani maupun psikologis. Selain itu, untuk mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat dan menghasilkan suatu produk yang nyaman, enak dipakai oleh pemakainya.
Menurut tarwaka ( 2004:7 ), secara umum, tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
2.1.4. Aplikasi / Penerapan Ergonomi
Terdapat beberapa aplikasi / penerapan dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Aplikasi / penerapan tersebut antara lain:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
2.1.5. Dasar Keilmuan dari Ergonomi
Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar "common sense" (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika sekiranya suatu keuntungan yang besar bisa didapat hanya sekedar dengan penerapan suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses desain, tetapi masih banyak aspek ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia. Karakterisrik fungsional dari manusia seperti kemampuan penginderaan dari manusia. Waktu respon/tanggapan, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk efisiensi kerja otot, dan lain-lain, adalah merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya dipahami masyarakat awam. Agar didapat suatu perencanaan pekerjaan maupun produk yang optimal dari pada tergantung dan harus dengan "trial and eror" maka pendekatan ilmiah harus segera diadakan.
Ilmu-ilmu terapan yang banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan fisiologi. Untuk menjadi ergonom diperlukan pengetahuan dasar tentang fungsi dari sistem kerangka otot, yang berhubungan dengan hal tersebut adalah kinesiologi (mekanika pergerakan manusia) dan biomekanik (aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisis sistem kerangka otot manusia). Ilmu ini akan memberikan modal dasar untuk mengatasi masalah postur dan pergerakan manusia ditempat dan ruang kerjanya. Disamping itu, suatu hal yang vital pada penerapan ilmiah untuk ergonomi adalah antopometri (kalibrasi tubuh manusia). Dalam hal ini terjadi penggabungan dan pemakaian data antopometri dengan ilmu-ilmu statistik yang menjadi prasyarat utama
2.1.6. Metode Ergonomi
Terdapat beberapa metode dalam pelaksanaan ilmu ergonomi. Metode-metode tersebut antara lain:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi mebel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
2.1.7. Prinsip Ergonomi
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:
Bekerja dalam posisi atau postur normal.
Mengurangi beban berlebihan.
Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan.
Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.
Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan.
Minimalisasi gerakan statis.
Minimalisasikan titik beban.
Mencakup jarak ruang.
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja.
Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
Mengurangi stres.
2.1.8. Pengelompokkan Bidang Kajian Ergonomi
Pengelompokkan bidang kajian ergonomi yang secara lengkap dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana (1979) sebagai berikut:
1. Faal Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
2. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia untuk digunakan dalam perancangan peralatan dan fasilitas sehingga sesuai dengan pemakainya.
3. Biomekanika yaitu bidang kajian ergonomi yang berhubungan dengan mekanisme tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan, misalnya keterlibatan otot manusia dalam bekerja dan sebagainya.
4. Penginderaan, yaitu bidang kajian ergonomi yang erat kaitannya dengan masalah penginderaan manusia, baik indera penglihatan, penciuman, perasa dan sebagainya.
5. Psikologi kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang berkaitan dengan efek psikologis dan suatu pekerjaan terhadap pekerjanya, misalnya terjadinya stres dan lain sebagainya.
Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, kelima bidang kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk perbaikan kondisi manusia pekerjanya.
2.1.9. Spesialisasi Bidang Ergonomi
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi: ergonomi fisik, ergonomi kognitif, ergonomi sosial, ergonomi organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Evaluasi ergonomi merupakan studi tentang penerapan ergonomi dalam suatu sistem kerja yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penerapan ergonomi, sehingga didapatkan suatu rancangan keergonomikan yang terbaik.
1. Ergonomi Fisik: berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dnegan aktifitas fisik. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi fisik antara lain: postur kerja, pemindahan material, gerakan berulan-ulang, MSD, tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan.
2. Ergonomi Kognitif: berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya ; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi kognitif antara lain ; beban kerja, pengambilan keputusan, performance, human-computer interaction, keandalan manusia, dan stres kerja.
3. Ergonomi Organisasi: berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Topik-topik yang relevan dalam ergonomi organisasi antara lain ; komunikasi, MSDM, perancangan kerja, perancangan waktu kerja, timwork, perancangan partisipasi, komunitas ergonomi, kultur organisasi, organisasi virtual, dan lain – lain.
4. Ergonomi Lingkungan: berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran. Topik-topik yang relevan dengan ergonomi lingkungan antara lain ; perancangan ruang kerja, sistem akustik, dan lain – lain.
2.1.10. Beban Kerja Mental
Beban kerja mental yang merupakan perbedaan antara tuntutan kerja mental dengan kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan. Beban kerja yang timbul dari aktivitas mental di lingkungan kerja antara lain disebabkan oleh :
keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktu lama.
kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawab besar.
menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton.
kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja yang terisolasi dengan orang lain.
Selain beban kerja fisik , beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Pada hal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik, karena lebih melibatkan kerja otak ( white-collar) dari pada kerja otot( Blue-collar). Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar. Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensor untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Seperti kita tahu bahwa orang tua kebanyakan mengalami penurunan daya ingat. Dengan demikian penilaian beban kerja mental lebih tepat menggunakan penilaian terhadap tingkat ketelitian, kecepatan maupun konstansi kerja. Sedangkan jenis pekerjaan yang lebih memerlukan kesiapsiagaan tinggi seperti petugas air traffic controllers di Bandara udara adalah sangat berhubungan dengan pekerjaan mental yang memerlukan konsentrasi tinggi. Semakin lama orang berkonsentrasi maka akan semakin berkurang tingkat kesiapsiagaannya. Maka uji yang lebih tepat untuk menilai kesiapsiagaan tinggi adalah tes ' waktu reaksi' . Dimana waktu reaksi sering dapat digunakan sebagai cara untuk menilai kemampuan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mental.
2.1.11. Definisi Beban Kerja Mental
Beban kerja mental menurut Henry R. Jex yaitu selisih antara tuntunan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental seorang dalam kondisi termotivasi. Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan berubah setiap saat. Faktor – faktor yang menyebabkan perubahan aspek psikologis dapat berasal dari dalam diri sendiri (internal) atau dari luar itu sendiri seperti pekerjaan dan lingkungan (eksternal). Baik factor internal maupun eksternal sulit dilihat dari kasat mata sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau faktor yang dapat diukur secara obyektif ataupun dari tingkah laku dan penuturan si pekerja sendiri yang dapat diidentifikasi. Selain itu beberapa individu memiliki kondisi tubuh dan melakukan yang sama, secara obyektif menunjukan tingkat performasi yang sama. Sebagian individu berpendapat bahwa pekerjaan yang dilakukan ringan dan tidak menguras otak sementara individu lainya berpendapat sebaliknya. Hal ini mendasari munculnya ide mengenai beban kerja mental.
2.1.12 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Beban Mental
Menurut Mac Cormick dan sanders pelaksanaan penguuran beban kerja mental memiliki beberapa criteria yaitu:
sensitivity
Dalam pengukuran beban kerja mental seharusnya mencirikan suatu yang berbeda dalam situasi pekerjaan tertentu.
selectivity
Pengukuran beban mental sebaiknya tidak dipengaruhi oleh faktor – faktor selain dari beban mental itu seperti fisik dan emosional.
Reliability
Mengukur beban kerja hendaknya dapatdipercaya hasil pengukuranya.
Interface
Dalam pelaksanaan pengukuran beban kerja mental hendaknya tidak mempengaruhi atau mengintrupsi kepada beban kerja yang telah diprediksi.
Acceptability
Hasil pengukuran beban kerja dapat diterima masyarakat umumnya dan khususnya untuk tempat diambilnya penelitian.
2.1.13 Dampak Beban Kerja Mental Berlebihan
Ada beberapa hal yang menampakan dampak dari kelebihan beban mental berlebih, seperti yang diterapkan oleh Hancock dan Meshakti:
Kebingungan, frustasi, kegelisahan.
Stres yang muncul dan berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan.
Stress yang tinggi dan intens berkaitan dengan kebingungan, frustasi dan kegelisahan sehingga stress membutuhkan suatu pengendalian yang sangat besar.
2.1.14. Pengukuran Beban Kerja Mental
Pengukuran beban kerja mental atau psikologi dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
Pengukuran Beban Mental Secara Obyektif
Pengukuran beban kerja psikologi secara obyektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
Pengukuran Denyut Jantung
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan meningaktnya level pembebanan kerja.
Pengukuran Waktu Kedipan Mata
Secara umum pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan kedipan mata yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek.
Pengukuran Dengan Metode Lain
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat sehingga pada suatu saat sukar untuk diikuti oleh mata biasa.
Pengukuran Beban Mental Secara Subyektif
Pengukuran beban kerja psikologis secara subyektif dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
NASA – Task Lad Index(TLX)
Subjective Workload Assement Technique (SWAT)
Modief Cooper Harder Scaling (MCH)
Dari beberapa metode tersebut metode yang paling banyak digunakan dan terbukti memberikan hasil yang cukup baik adalah NASA – TLX dan SAWAT (Hancocok dan Meshkati,1988).
Anthropometri
Menurut Tarwaka (2010) antropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan perbandinggan antopologis. Penerapan ergonomi adalah merupakan penggunaan data antropometri didalam desain dan pemanfaatnya didalam suatu varietas yang sangat luas, dari yang sangat sederhana sampai hal yang komplek. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancangan bangun fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data anthropometrinya.
Anthropometri adalah suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya), berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia.
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah berat dan pusat massa (center of gravity) dari suatu segmen atau bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki. Selain itu harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang di ukur dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variansinya antara satu tubuh dengan tubuh lainnya secara keseluruhan tubuh maupun per segmennya (Nurmianto, 2008).
Data anthropometri yang diperoleh akan diklasifikasikan secara luas antara lain dalam hal:
Perancangan areal kerja (work station, interior mobile dan lain – lain).
Perancangan peralatan kerja seperti mesin,equipment, perkakas (tools) dan sebagainya.
Perancangan produk – produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja computer dan lain – lain.
Perancangan lingkungan fisik.
Anthropometri dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
Anthropometri Statis (dimensi struktural)
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linear pada permukaan tubuh. Ada beberapa pengukuran tertentu agar hasilnya representatif.
Anthropometri Dinamis (dimensi fungsional)
Sesuai dengan istilah yang digunakan meliputi pengukuran-pengukuran yang diambil pada posisi-posisi kerja atau selama pergerakan yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan. Pengukuran dimensi statik lebih mudah dilakukan, sedangkan pengukuran dimensi dinamik biasanya jauh lebih rumit (Wignjosoebroto, 2008).
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan anthropometri adalah sebagai berikut:
Alatmya mudah didapat dan digunakan seperti dscin, pita lingkar lengsn atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
Pengukuran dapat dilakukan berulang – ulang dengan mudah dan obyektif.
Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
Biaya relative murah.
Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambas batas.
Secara ilmiah diakui kebenaranya.
Beberapa kelemahan anthropometri adalah sebagai berikut:
Tidak sensitive.
Faktor diluar gizi (penyakit, genetic, dan penurunan penggunaan energi)
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi, presisi, akurasi dan validitas, pengukuran anthropo,etri nilai gizi yang dihasilkan.
Kesalahan terjadi akibat sebagai berikut:
Pengukuran.
Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.
Analisis dan asumsi yang keliru.
Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan:
Latihan petugas yang keliru.
Kesalahan atat atau tidak tertera.
Kesulitan pengukuran.
Dimensi yang diukur pada anthropometri statis diambil secara linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnyadapat reseprentatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap indivdu. Faktor – factor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain:
Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira – kira berumur 20 tahun untuk pria dan wanita 17 tahun untuk wanita, pada saat tersebut ukuran tubumanusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah itu sekarrang lebih berumur 60 tahun.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang berada akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda. Perbedan dimensi tubuh manusia dikarenakan fungsi yang berbeda.
Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan cirri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa yang merupakan etnis kaukosid berbeda dengan orang Indonesia yang merupakan mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis kaukosid lebih panjang jika dibandingkan dengan dimendi tubuh manusia yang termmasuk etnis mongoloid.
Jenis pekerjaan atau pelatihan
Suatu sifat otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut bertambah besar.
Untuk mengukut anthropometri dinamis, terdapat 3 ( kelas ) pengukuran, yaitu:
Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contohnya mempelajari performasi seseorang.
Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat berkerja.
Pengukuran variabilitas kerja.
Data Anthropometri
Data antropometri adalah data-data dari hasil pengukuran yang digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Mengingat bahwa keadaan dan ciri dapat membedakan satu dengan yang lainnya, maka dalam perancangan yang digunakan data antropometri terdapat 3 ( tiga ) prinsip yang harus diperhatikan yaitu (Wignjosoebroto, 2003), yaitu:
1. Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan individu ekstrim (minimum atau maksimum). Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang akan di rancang tersebut dapat di pakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang akan memakainya. Contohnya: Ketinggian kontrol maksimum digunakan tinggi jangkauan keatas dari orang pendek, ketinggian pintu di sesuaikan dengan orang yang tinggi dan lain-lain.
2. Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat menampung atau bisa dipakai dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Biasanya rancangan ini memerlukan biaya lebih mahal tetapi memiliki fungsi yang lebih tinggi. Contohnya: Kursi kemudi yang bisa di atur maju-mundur dan kemiringan sandarannya, tinggi kursi sekretaris atau tinggi permukaan mejanya.
3. Prinsip perancangan fasilitas berdasarkan harga rata rata para pemakainya. Prinsip ini hanya di gunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan. Prinsip berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan bila lebih banyak rugi dari pada untungnya, ini berarti hanya sebagian kecil dari orang-orang yang merasa enak dan nyaman ketika menggunakan fasilitas tersebut. Kenyataan menunjukan bahwa terdapat perbedaan atribut/ukuran fisik antara satu manusia dengan manusia yang lain. Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain dikarenakan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi data antropometri, yaitu :
Umur
Jenis kelamin
Ras dan suku bangsa
Jenis pekerjaan
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum dari suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor- seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis maupun dinamis selain itu juga harus didapatkan data-data yang sesuai dengan tubuh manusia. Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasika pada data perorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi tubuhnya, maka akan semakin kelihatan betapa besar variansinya antara tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun segmennya.
Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas
Istilah antropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomi dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal, (Menurut Wignjosoebroto, 2003):
Perancangan area kerja (work station, mobile, interior, dan lain - lain)
Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas dan sebagainya
Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, dan sebagainya.
Perancangan lingkungan kerja fisik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut.
Secara umum sekurang-kurangnya 90%-95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah dapat menggunakan produk tersebut. Untuk mendesain peralatan kerja secara ergonomi yang digunakan dalam lingkungan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi dalam jangka waktu pendek (short term) maupun jangka panjang (long term).
2.2.3 Prinsip Perancangan Produk Atau Fasilitas Dengan Ukuran Rata-Rata Data Antropometri
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuatkan rencana tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa sarana/ rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut (Nurmianto, 2003):
Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut.
Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut, dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus menggunakan data dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh dinamis.
Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "segmentasi pasar" seperti produk mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dan lain lain.
Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata-rata.
Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki
Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-lain.
Selanjutnya untuk menjelaskan mengenai data antopometri untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka gambar berikut akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh yang perlu diukur.
Gambar 2.1 Anthropometri Tabel Manusia
Anthropometri tubuh manusia terdiri dari:
Dimensi tinggi tubuh dalam posisit tegak ( dari lantaisampai dengan ujung kepala ).
Tinggi mata dalam posisi tegak.
Tinggi bahu posisi berdiri tegak.
Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak ( siku tegak lurus ).
Tinggi kepalan tangan tang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak.
Tinggi tubuh dalam posisi duduk ( diukur dari atas tempat duduk / pantat sampai dengan kepala ).
Timggi mata dalam posisi duduk.
Tinggi bahu dalam posisi duduk.
Tinggi siku dalam posisi duduk.
Tebal atau lebar paha.
Panjang paha yang diukur dari ujung sampai dengan ujung lutut.
Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari tulut / betis.
Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk.
Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan paha.
Lebar dari bahu ( bisa diukur dalam posisi duduk ataupun berdiri )
Lebar pinggang / pantat.
Lebar dari dada dalam keadaan membusung.
Lebar perut.
Panjang siku yang diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari – jari dalam posisi tegak.
Lebar kepala.
Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari – jari dalam posisi tegak.
Lebar telapak tangan.
Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar – lebar kesamping kiri – kanan.
Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau harus keatas ( vertical ).
Tingg jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti no.24 tetapi dalam posisi duduk.
Jarak tangan yang terlanjur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari tangan.
Data anthropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki – laki dan perempuan, harga rata – rata , standar devisiasi serta presentil tertentu ( 5 th- 95th dan sebagainya ).
2.2.4 Efek Anthropometri terhadap kinerja karyawan
Contoh dari anthropometri adalah pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, pengukuran lemak tubuh, dan lain – lain. Apabila kita merasa kurang nyaman atau kurang percaya diri karena berat badan kita atau tinggi badan kita, maka itulah salah satu efek dari seseorang yang telah melakukan pengukuran anthropometri.
Berbicara tentang efek anthropometri terhadap kinerja karyawan pada suatu perusahaan maka kita akan menembus tentang sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan tersebut untuk karyawannya. Sebagai contoh, misalnya saja ada karyawan sudah menyediakan kursi untuk para klaryawanya, tetapi bila saja ada karyawan yang berbadan sangatlah besar maka perusahaan harus menambah kursi dengan kursi yang lebih besar dan bagi karyawan tersebut tentu saja akan merasa tidak percaya diri atau minder karena adanya perlakuan istimewa dari perusahaan tersebur.
Disamping itu juga, dengan kondisi badan yang besar akan lebih memperlamban seseorang untuk melakukan tugasnya. Berbeda dengan karyawan yang mempunyai badan lebih ramping atau ideal, tentu saja akan menambah rasa percaya diri seseorang. Maka tidaklah heran bila suatu perusahaan lebih mengutamakan penampilan menarik ( ideal ) bagi para karyawanya.
Sebagai contoh lain, bisa kita lihat para pramugari yang dituntut mempunyai badan yang sabgat ideal, selain agar mereka bisa lebih percaya diri dalam menghadapi para penumpang pesawat tetapi juga agar mereka bisa lebih menjaga keseimbangan badan saat berjalan di pesawat terutama saat membawa makanan atau minuman bagi para penumpanganya karena " space" untuk berjalan dipesawat tidaklah begitu lebar.
BAB III
METEODOLOGI PENELITIAN
Ruang Lingkup Praktikum
Adapun ruang lingkup praktikum ini dibatasi berdasarkan tempat dan obyek penelitian, yaitu sebagai berikut:
Jenis penelitian
Praktek ysng dilakukan oleh penulis adalah tentang pengukuran tubuh manusia pada mahasiswa Teknik Industri Angkatan IV Universitas Pamulang.
Obyekoenelitian
Obyek praktek yang dilakukan penulis adalah mengukur tubuh mahasiswa yang dibagi menjadi beberapa kelompok dan menghitung devisiasi dan presentilnya.
Tempat dan waktu penelitian
Pada praktikum ini, penulis melakukan kegiatan praktek yang dilaksanakan adalah lab. Parktek Teknik Industri di Universitas Pamulang.
Metode Pengumpulan Data
Penentuan metode pengumpulan data dipengaruhi oleh jenis dan sumber data yang diperlukan. Adapun meteodologi dalam pengumpulan data yang diperlukan pada penulisan ini adalah :
Studi Pustaka
Penelitian kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan bahan – bahan kepustakaan dan literature yang ada kaitanya dengan kegiatan praktikum ini.
Teknik Lapangan
Teknik lapangan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara langsung dialokasikan penelitian.
Diagram Alir Peneitian
Flowchart atau diagram alir merupakan sebuah diagram dengan simbol – simbol grafis yang menyatakan aliran alogaritma atau proses yang menampilkan langkah – langkah yang disimbolkann dalam bentuk kotak. Beserta urutanya dengan menghubungkam masing – masing langkah tersebut menggunakan tanda panah .
Adapun diagram alir proses pada praktikum ini ditunjukan pada gambar 3.1 berikut :
Langkah Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang disusun, urutan langkah – langkah yang dilakukan dalam melakukan praktikum ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
Dimulai
Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu suatu mencari, mempelajari, dan mengumpulkan bahan – bahan kepustakaan dan literatur yang ada kaitanya dengan kegiatan praktikum ini
Teknik Lapangan
Teknik lapangan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara langsung dilokasi praktikum.
Perumusan Masalah
Penetapa arah dari kegiatan praktikum ini adalah tentang pengukuran tubuh, menghitung rata – rata, menghitung standar deviasi dan menghitung persentil.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada kegiatan praktikum ini adalah pengukuran tubuh mahasiswa yang menghasilkan ukuran – ukuran tubuh.
Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada kegiatan praktikum ini adalah:
Menghitung rata – rata
Menghitung standar devisiasi, dan
Menghitung presentil
Kesimpulan
Penyusunan laporan praktikum ini dilakukan secara bertahap dan sistematis mengikuti sistematika penulisan dan kegiatan praktikum yang telah ditentukan dalam bentuk format laporan praktikum yang diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah ergonomi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil dari kegiatan pengukuran ergonomi, yaitu tentang anthropometri atau pengukuran tubuh yang dilakukan padaseluruh tubuh yang dilakukan pada seluruh tubuh yang dilakukan pada seluruh mahasiswa Teknik Industri Semester VII Universitas Pamulang adalah pada tabel 4.1 berikut :
No
Nama
HASIL PENGUKURAN
Lingkar Dada
Lingkar Pinggang
Lingkar Pantat
Lebar Kepala
Lingkar Kepala
Lebar Tangan
1
Junaedi
86
100
93
18
56
7
2
Aziz
86
103
95
17
56
7
3
Anik
87
108
98
19
56
7
4
Wiwin
88
105
97
18
58
6
5
Tedi
86
102
102
18
58
12
6
Andri
84
99
96
18
59
8
7
Qori
82
108
98
17
55
8
8
Tamam
86
98
98
17
55
8
9
Uharna
88
98
97
17
54
8
10
Dodi
87
96
92
18
56
7
11
Ismail
86
95
93
18
56
6
12
Udi
89
97
99
19
55
8
13
Riyanto
86
96
98
18
55
8
14
Andi
89
115
93
19
55
9
15
Sutrisna
89
96
92
18
53
8
16
Ponisman
89
98
91
16
50
9
17
Basit
105
120
117
21
57
11
18
Lukman
84
78
93
19
58
6
19
Ari
81
87
90
16
56
8
20
Adi
91
100
102
17
56
8
21
Saiful
88
84
97
19
57
9
22
Yusuf
78
72
94
21
58
12
23
Imam
88
98
96
24
57
9
24
Defri
77
71
92
19
55
11
25
Linda
70
71
90
20
50
10
26
Astomo
80
78
91
17
54
7
27
Adik
94
83
102
18
57
8
28
Asep
100
87
110
18
60
11
29
Taufan
97
103
109
24
60
9
30
Jupri
95
108
102
22
58
12
31
Denies
103
98
102
19
57
11
32
Guntoro
88
80
85
20
38
11
33
Qosasih
81
79
92
18
55
7
34
Hakim
88
87
91
18
54
8
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Tubuh Mahasiswa
Pada tabel 4.1 diatas merupakan hasil pengukuran jumlah keseluruhan mahasiswa Teknik Industri Angkatan 2011 reguler malam Universitas Pamulang dengan jumlah mahasiswa 34 orang yang terdiri dari 33 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Semua mahasiwa mengikuti praktek, dengan demikian, pada praktikum ini jumlah peserta praktikum adalah sebanyak 34 orang.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Menghitung Rata-rata
Setelah melakukan pengukuran tubuh mahasiswa dan memperoleh ukurannya, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata dari keseluruhan nilai data, sesuai dengan jumlah mahasiswa yang mengikuti praktikum yaitu 34 orang. Adapun nilai rata-ratanya seperti pada tabel 4.2.1 berikut:
No
Nama
HASIL PENGUKURAN
Lingkar Dada
Lingkar Pinggang
Lingkar Pantat
Lebar Kepala
Lingkar Kepala
Lebar Tangan
1
Junaedi
86
100
93
18
56
7
2
Aziz
86
103
95
17
56
7
3
Anik
87
108
98
19
56
7
4
Wiwin
88
105
97
18
58
6
5
Tedi
86
102
102
18
58
12
6
Andri
84
99
96
18
59
8
7
Qori
82
108
98
17
55
8
8
Tamam
86
98
98
17
55
8
9
Uharna
88
98
97
17
54
8
10
Dodi
87
96
92
18
56
7
11
Ismail
86
95
93
18
56
6
12
Udi
89
97
99
19
55
8
13
Riyanto
86
96
98
18
55
8
14
Andi
89
115
93
19
55
9
15
Sutrisna
89
96
92
18
53
8
16
Ponisma
89
98
91
16
50
9
17
Basit
105
120
117
21
57
11
18
Lukman
84
78
93
19
58
6
19
Ari
81
87
90
16
56
8
20
Adi
91
100
102
17
56
8
21
Saiful
88
84
97
19
57
9
22
Yusuf
78
72
94
21
58
12
23
Imam
88
98
96
24
57
9
24
Defri
77
71
92
19
55
11
25
Linda
70
71
90
20
50
10
26
Astomo
80
78
91
17
54
7
Tabel 4.2.1 Lanjutan
No
Nama
HASIL PENGUKURAN
Lingkar Dada
Lingkar Pinggang
Lingkar Pantat
Lebar Kepala
Lingkar Kepala
Lebar Tangan
27
Adik
94
83
102
18
57
8
28
Asep
100
87
110
18
60
11
29
Taufan
97
103
109
24
60
9
30
Jupri
95
108
102
22
58
12
31
Denies
103
98
102
19
57
11
32
Guntoro
88
80
85
20
38
11
33
Qosasih
81
79
92
18
55
7
34
Hakim
88
87
91
18
54
8
Jumlah
2976
3198
3287
635
1884
294
Rata -rata
87.53
94.06
96.67
18.67
55.41
8.65
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
Dari tabel 4.2.1 diatas, maka hasil nilai rata-rata untuk keseluruhan mahasiwa pada pengukuran anthropometri adalah sebagai berikut:
1. Lingkar Dada = 87,53
2. LingkarPinggang = 94,06
3. Lingkar Pantat = 96,67
4. Lebar Kepala = 18.67
5.Lingkar Kepala = 55.41
6.Lebar Tangan = 8.65
4.2.2 Menghitung Standard Deviasi
4.2.2.1 Lingkar Dada
Adapun untuk menghitung standar deviasi pada Lingkar Dada ini dapat dilihat pada tabel 4.2.2.1 berikut:
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lingkar Dada
Xi-X
(Xi-X)²
1
Junaedi
86
-1.53
2.3409
2
Aziz
86
-1.53
2.3409
3
Anik
87
-0.53
0.2809
4
Wiwin
88
0.47
0.2209
5
Tedi
86
-1.53
2.3409
6
Andri
84
-3.53
12.4609
7
Qori
82
-5.53
30.5809
8
Tamam
86
-1.53
2.3409
9
Uharna
88
0.47
0.2209
Tabel 4.2.2.1. Lanjutan
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lingkar Dada
Xi-X
(Xi-X)²
10
Dodi
87
-0.53
0.2809
11
Ismail
86
-1.53
2.3409
12
Udi
89
1.47
2.1609
13
Riyanto
86
-1.53
2.3409
14
Andi
89
1.47
2.1609
15
Sutrisna
89
1.47
2.1609
16
Ponisman
89
1.47
2.1609
17
Basit
105
17.47
305.2009
18
Lukman
84
-3.53
12.4609
19
Ari
81
-6.53
42.6409
20
Adi
91
3.47
12.0409
21
Saiful
88
0.47
0.2209
22
Yusuf
78
-9.53
90.8209
23
Imam
88
0.47
0.2209
24
Defri
77
-10.53
110.8809
25
Linda
70
-17.53
307.3009
26
Astomo
80
-7.53
56.7009
27
Adik
94
6.47
41.8609
28
Asep
100
12.47
155.5009
29
Taufan
97
9.47
89.6809
30
Jupri
95
7.47
55.8009
31
Denies
103
15.47
239.3209
32
Guntoro
88
0.47
0.2209
33
Qosasih
81
-6.53
42.64
34
Hakim
88
0.47
0.2209
Jumlah
2976
-0.02
1630.47
Rata-rata
87.53
-0.0006
47.9550176
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
Jadi, untuk standar deviasi pada pengukuran lingkar dada ini adalah sebagai berikut:
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 1630.4734-1 = 1630.4733 = 7.03
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 1630.4734-1 = 1630.4733 = 7.03
4.2.2.2 Lingkar Pinggang
Adapun untuk menghitung standar deviasi pada lingkar pinggang ini dapat dilihat pada tabel 4.2.2.2 berikut:
Tabel 4.2.2.2 Menghitung Standar Deviasi Lingkar Pinggang
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lingkar Pinggang
Xi-X
(Xi-X)²
1
Junaedi
100
5.94
35.2836
2
Aziz
103
8.94
79.9236
3
Anik
108
13.94
194.3236
4
Wiwin
105
10.94
119.6836
5
Tedi
102
7.94
63.0436
6
Andri
99
4.94
24.4036
7
Qori
108
13.94
194.3236
8
Tamam
98
3.94
15.5236
9
Uharna
98
3.94
15.5236
10
Dodi
96
1.94
3.7636
11
Ismail
95
0.94
0.8836
12
Udi
97
2.94
8.6436
13
Riyanto
96
1.94
3.7636
14
Andi
115
20.94
438.4836
15
Sutrisna
96
1.94
3.7636
16
Ponisman
98
3.94
15.5236
17
Basit
120
25.94
672.8836
18
Lukman
78
-16.06
257.9236
19
Ari
87
-7.06
49.8436
20
Adi
100
5.94
35.2836
21
Saiful
84
-10.06
101.2036
22
Yusuf
72
-22.06
486.6436
23
Imam
98
3.94
15.5236
24
Defri
71
-23.06
531.7636
25
Linda
71
-23.06
531.7636
26
Astomo
78
-16.06
257.9236
27
Adik
83
-11.06
122.3236
28
Asep
87
-7.06
49.8436
29
Taufan
103
8.94
79.9236
30
Jupri
108
13.94
194.3236
31
Denies
98
3.94
15.5236
32
Guntoro
80
-14.06
197.6836
33
Qosasih
79
-15.06
226.80
34
Hakim
87
-7.06
49.8436
Jumlah
3198
-0.04
5093.88
Rata-rata
94.06
-0.0012
149.820071
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
Jadi, untuk standar deviasi lingkar pinggang pada pengukuran ini adalah sebagai berikut:
D=Ʃ(x-x)²n-1 = 5093.8834-1 = 5093.8833 = 12.42
4.2.2.3 Lingkar Pantat
Adapun untuk menghitung standar deviasi pada lingkar pantat ini dapat dilihat pada tabel 4.2.2.3 berikut:
Tabel 4.2.2.3 Menghitung Standar Deviasi Lingkar Pantat
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lingkar Pantat
Xi-X
(Xi-X)²
1
Junaedi
93
-3.67
13.4689
2
Aziz
95
-1.67
2.7889
3
Anik
98
1.33
1.7689
4
Wiwin
97
0.33
0.1089
5
Tedi
102
5.33
28.4089
6
Andri
96
-0.67
0.4489
7
Qori
98
1.33
1.7689
8
Tamam
98
1.33
1.7689
9
Uharna
97
0.33
0.1089
10
Dodi
92
-4.67
21.8089
11
Ismail
93
-3.67
13.4689
12
Udi
99
2.33
5.4289
13
Riyanto
98
1.33
1.7689
14
Andi
93
-3.67
13.4689
15
Sutrisna
92
-4.67
21.8089
16
Ponisman
91
-5.67
32.1489
17
Basit
117
20.33
413.3089
18
Lukman
93
-3.67
13.4689
19
Ari
90
-6.67
44.4889
20
Adi
102
5.33
28.4089
21
Saiful
97
0.33
0.1089
22
Yusuf
94
-2.67
7.1289
23
Imam
96
-0.67
0.4489
24
Defri
92
-4.67
21.8089
25
Linda
90
-6.67
44.4889
26
Astomo
91
-5.67
32.1489
27
Adik
102
5.33
28.4089
28
Asep
110
13.33
177.6889
29
Taufan
109
12.33
152.0289
30
Jupri
102
5.33
28.4089
31
Denies
102
5.33
28.4089
32
Guntoro
85
-11.67
136.1889
33
Qosasih
92
-4.67
21.81
34
Hakim
91
-5.67
32.1489
Jumlah
3287
0.22
1371.44
Rata-rata
96.67
0.00647
40.3365471
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
Jadi, untuk standar deviasi Jangkauan Ujung Jari pada pengukuran ini adalah sebagai berikut:
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 1371.4434-1 = 1371.4433 = 6.45
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 1371.4434-1 = 1371.4433 = 6.45
4.2.2.4 Lebar Kepala
Adapun untuk menghitung standar deviasi pada Lebar Kepala ini dapat dilihat pada tabel 4.2.2.4 berikut:
Tabel 4.2.2.4 Menghitung Standar Deviasi Lebar Kepala
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lebar Kepala
Xi-X
(Xi-X)²
1
Junaedi
18
-0.68
0.4624
2
Aziz
17
-1.68
2.8224
3
Anik
19
0.32
0.1024
4
Wiwin
18
-0.68
0.4624
5
Tedi
18
-0.68
0.4624
6
Andri
18
-0.68
0.4624
7
Qori
17
-1.68
2.8224
8
Tamam
17
-1.68
2.8224
9
Uharna
17
-1.68
2.8224
10
Dodi
18
-0.68
0.4624
11
Ismail
18
-0.68
0.4624
12
Udi
19
0.32
0.1024
13
Riyanto
18
-0.68
0.4624
14
Andi
19
0.32
0.1024
15
Sutrisna
18
-0.68
0.4624
16
Ponisman
16
-2.68
7.1824
17
Basit
21
2.32
5.3824
18
Lukman
19
0.32
0.1024
19
Ari
16
-2.68
7.1824
20
Adi
17
-1.68
2.8224
21
Saiful
19
0.32
0.1024
22
Yusuf
21
2.32
5.3824
23
Imam
24
5.32
28.3024
24
Defri
19
0.32
0.1024
25
Linda
20
1.32
1.7424
26
Astomo
17
-1.68
2.8224
27
Adik
18
-0.68
0.4624
28
Asep
18
-0.68
0.4624
29
Taufan
24
5.32
28.3024
30
Jupri
22
3.32
11.0224
31
Denies
19
0.32
0.1024
32
Guntoro
20
1.32
1.7424
Tabel 4.2.2.4. Lanjutan
No
Nama
Hasil Pengukuran
Tinggi Badan
Xi-X
(Xi-X)²
33
Qosasih
18
-0.68
0.46
34
Hakim
18
-0.68
0.4624
Jumlah
635
-0.12
119.44
Rata-rata
18.68
-0.0035
3.51298824
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
Jadi, untuk standar deviasi Lebar Kepala pada pengukuran ini adalah sebagai berikut:
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 119.4434-1 = 119.4433 = 1.90
4.2.2.5 Lingkar Kepala
Adapun untuk menghitung standar deviasi pada Lingkar Kepala ini dapat dilihat pada tabel 4.2.2.5 berikut:
Tabel 4.2.2.5 Menghitung Standar Deviasi Lingkar Kepala
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lingkar Kepala
Xi-X
(Xi-X)²
1
Junaedi
56
0.59
0.3481
2
Aziz
56
0.59
0.3481
3
Anik
56
0.59
0.3481
4
Wiwin
58
2.59
6.7081
5
Tedi
58
2.59
6.7081
6
Andri
59
3.59
12.8881
7
Qori
55
-0.41
0.1681
8
Tamam
55
-0.41
0.1681
9
Uharna
54
-1.41
1.9881
10
Dodi
56
0.59
0.3481
11
Ismail
56
0.59
0.3481
12
Udi
55
-0.41
0.1681
13
Riyanto
55
-0.41
0.1681
14
Andi
55
-0.41
0.1681
15
Sutrisna
53
-2.41
5.8081
16
Ponisman
50
-5.41
29.2681
17
Basit
57
1.59
2.5281
18
Lukman
58
2.59
6.7081
Tabel 4.2.2.5. Lanjutan
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lingkar Kepala
Xi-X
(Xi-X)²
19
Ari
56
0.59
0.3481
20
Adi
56
0.59
0.3481
21
Saiful
57
1.59
2.5281
22
Yusuf
58
2.59
6.7081
23
Imam
57
1.59
2.5281
24
Defri
55
-0.41
0.1681
25
Linda
50
-5.41
29.2681
26
Astomo
54
-1.41
1.9881
27
Adik
57
1.59
2.5281
28
Asep
60
4.59
21.0681
29
Taufan
60
4.59
21.0681
30
Jupri
58
2.59
6.7081
31
Denis
57
1.59
2.5281
32
Guntoro
38
-17.41
303.1081
33
Qosasih
55
-0.41
0.17
34
Hakim
54
-1.41
1.9881
Jumlah
1884
0.06
478.24
Rata-rata
55.41
0.00176
14.0657471
\
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 478.2434-1 = 478.2433= 3.81Jadi, untuk standar deviasi Lingkar Kepala pada pengukuran ini adalah sebagai berikut:
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 478.2434-1 = 478.2433= 3.81
4.2.2.6 Lebar Tangan
Adapun untuk menghitung standar deviasi pada Lebar Tangan ini dapat dilihat pada tabel 4.2.2.6 berikut:
Tabel 4.2.2.6 Menghitung Standar Deviasi Lebar Lebar Tangan
No
Nama
Hasil Pengukuran
Lebar Tangan
Xi-X
(Xi-X)²
1
Junaedi
7
-1.65
2.7225
2
Aziz
7
-1.65
2.7225
3
Anik
7
-1.65
2.7225
4
Wiwin
6
-2.65
7.0225
5
Tedi
12
3.35
11.2225
6
Andri
8
-0.65
0.4225
7
Qori
8
-0.65
0.4225
8
Tamam
8
-0.65
0.4225
9
Uharna
8
-0.65
0.4225
10
Dodi
7
-1.65
2.7225
11
Ismail
6
-2.65
7.0225
12
Udi
8
-0.65
0.4225
13
Riyanto
8
-0.65
0.4225
14
Andi
9
0.35
0.1225
15
Sutrisna
8
-0.65
0.4225
16
Ponisman
9
0.35
0.1225
17
Basit
11
2.35
5.5225
18
Lukman
6
-2.65
7.0225
19
Ari
8
-0.65
0.4225
20
Adi
8
-0.65
0.4225
21
Saiful
9
0.35
0.1225
22
Yusuf
12
3.35
11.2225
23
Imam
9
0.35
0.1225
24
Defri
11
2.35
5.5225
25
Linda
10
1.35
1.8225
26
Astomo
7
-1.65
2.7225
27
Adik
8
-0.65
0.4225
28
Asep
11
2.35
5.5225
29
Taufan
9
0.35
0.1225
30
Jupri
12
3.35
11.2225
31
Denis
11
2.35
5.5225
32
Guntoro
11
2.35
5.5225
33
Qosasih
7
-1.65
2.72
34
Hakim
8
-0.65
0.4225
Jumlah
294
-0.1
105.77
Rata-rata
8.65
-0.0029
3.11073529
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
Jadi, untuk standar deviasi Lebar Tangan pada pengukuran ini adalah sebagai berikut:
SD=Ʃ(x-x)²n-1 = 105.7734-1 = 105.7733= 1.79
4.2.3 Menghitung Persentil
4.2.3.1 Menghitung Persentil 95:95th
Jika dalam pengukuran menyatakan 95 persentil 95% ukuran tubuh, menunjukan ukuran tubuh besar:
1. Anggota Lingkar Dada
Persentil 95:95th = x+1.645xSD
= 87.53 + 1.645 x 7.03
= 99.09
2. Anggota Lingkar Pinggang
Persentil 95:95th = x+1.645xSD
= 94.06 + 1.645 x 12.42
= 114.49
3. Anggota Lingkar Pantat
Persentil 95:95th = x+1.645xSD
= 96.67 + 1.645 x 6.45
= 107.28
4. Anggota Lebar Kepala
Persentil 95:95th = x+1.645xSD
= 18.68 + 1.645 x 1.90
= 21.80
5. Anggota Lingkar Kepala
Persentil 95:95th = x+1.645xSD
= 55.41 + 1.645 x 3.81
= 61.68
6. Anggota Lebar Tangan
Persentil 95:95th = x+1.645xSD
= 8.65 + 1.645 x 1.79
= 11.59
4.2.3.2 Menghitung Persentil 95:5th
Jika dalam pengukuran menyatakan 95 persentil 5% ukuran tubuh, menunjukan ukuran tubuh kecil:
1. Anggota Lingkar Dada
Persentil 95:95th = x-1.645xSD
= 87.53 - 1.645 x 7.03
= 75.97
2. Anggota Lingkar Pinggang
Persentil 95:95th = x-1.645xSD
= 94.06 - 1.645 x 12.42
= 73.63
3. Anggota Lingkar Pantat
Persentil 95:95th = x-1.645xSD
= 96.67 - 1.645 x 6.45
= 86.06
4. Anggota Lebar Kepala
Persentil 95:95th = x-1.645xSD
= 18.68 - 1.645 x 1.90
= 15.55
5. Anggota Lingkar Kepala
Persentil 95:95th = x-1.645xSD
= 55.41 - 1.645 x 3.81
= 49.14
6. Anggota Lebar Tangan
Persentil 95:95th = x-1.645xSD
= 8.65 - 1.645 x 1.79
= 5.70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pengolahan data praktikum yang dilakukan oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan:
Pengukuran yang digunakan dalam pengukuran antropometri adalah tinggi badan, tinggi duduk tegak, panjang dan posisi merangkak, tinggi posisi jongkok, jangkauan tangan, panjang tangan, panjang telapak tangan, panjang kaki, panajng kepala, tinggi lutut posisi duduk
Cara pengolahan data imensi-dimensi tubuh manusia secara antropometri adalah berdasarkan karakteristik tertentu dari tubuh manusia seperti volume titik berat dan massa dari bagian tubuh.
Cara pengolahan antropometri adalah dengan menghitung ratya-rata, standar deviasi, persentil 95:95th dan persentil 95:5th. Pengukuran yang dilakukan menggunakan peralatan yang disediakan, yaitu meteran. Adapun hasil pengukuran dan pengolahan data yang dilakukan dalam praktikum ini dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut:
Tabel 5.1 Pengolahan data Keseluruhan
No
Pengukuran
Nilai Rata-rata
Standar Deviasi
Persentil
95%
5%
a
Lingkar Dada
87.53
7.03
99.09
75.97
b
Lingkar Pinggang
94.06
12.42
114.49
73.63
c
Lingkar Pantat
96.67
6.45
107.28
86.06
d
Lebar Kepala
18.68
1.90
21.80
15.55
e
Lingkar Kepala
55.41
3.81
61.68
49.14
f
Lebar Tangan
8.65
1.79
11.59
5.70
(Sumber: Data Praktikum Hasil Pengukuran Teknik Industri Semester 7 Reguler malam Universitas Pamulang)
5.2 Saran
Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
Dalam melakukan pengukuran terhadapa bagian tubuh, harus dilakukan dengan teliti agar ukuran yang diperoleh sesuai dengan bagian tubuh yang diukur.
Sampel yang diukur harus terdiri dari berbagai macam ukuran tubuh, agar mendapatkan data yang lengkap.
Alat ukur yang dipakai harus dikalibrasi terlebih dahulu agar ukuran yang diambil tidak salah.
DAFTAR PUSTAKA
Hafid, Ir., "Peranan Ergonomi dalam Meningkatkan Produktivitas" Jurnal Peneliti
KPP Tekno Ekonomi Metal Industries Develovment Center (MIDC), Deperindag RI
Hendarin Indar, 2000. "Perancangan dan Evaluasi Aspek Ergonomi dan Desain
Kamar Bicara Umum Penyelengggaraan Jasa Wartel KOPMA UNISBA" Teknik Industri, UNISBA, Bandung
Heryanto, Eddy, 1997. "Manajemen Produksi dan Operasi" Grasindo, Jakarta
Martinus P.Y. Drs Msn., DS 286. "Pengantar Ergonomi dan Desain 1 & 2".
Departemen Desain, ITB, Bandung
Meyers E.F., Stewart K.S., Third Edition. "Motion and Time Study for
Manufakturing". Northen Illionis University
Mize J.H., Fabricky W.J., Second Edition, 2001. "Ergonomic How to Desain for
Ease and Eficiency" Prentice Hall
Nurmianto, Eko Ir. Msc., Edisi Pertama, 1996. " Ergonomi Konsep Dasar dan
aplikasinya" Guna Widya, Institut Teknologi sepuluh November, Surabaya
Sedarmayanti, Dra. MPd., 1996 "Tata Kerja dan Produktivitas Kerja (Suatu
Tinjauan Aspek Ergonomi atau kitan antara manusia dengan Lingkungan Kerjanya". Mandar Maju, Bandung
Sanders M.S., 6 th Edition, 1987. "Human Factor in Engineering and Design"
Mc, mc Grawhill International Edition
Sutalaksana Z. A., Anggawisastra R., Tcakraatmadja H.J., 1997. "Teknik Tata
Cara Kerja". Jurusan Teknik Industri, ITB, Bandung